Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI


SURAKARTA

PERIODE I: 15 FEBRUARI-19 MARET 2016


Oleh:
ARI WIDODO
DIBTIE RYA SANJAYA
IRA SAFIRA MUKHAROMAH
ALWINA MUNAJAD
HANDINI WAHYU YAN MAULANI
LUVENA WANDA VALIANI
MILA DWI APRILIANI
ROBERTO KRISNATALISANTO P.S
ZERLINDA ANITA S.

NIM. A.101.17.007
NIM. A.101.17.010
NIM. A.101.17.019
NIM. A.102.09.005
NIM. A.102.09.019
NIM. A.102.09.028
NIM. A.102.09.031
NIM. A.102.09.047
NIM A.102.09.070

AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL


SURAKARTA
2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI
SURAKARTA

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PERIODE I
(15 FEBRUARI-19 MARET)
Oleh:
ARI WIDODO
DIBTIE RYA SANJAYA
IRA SAFIRA MUKHAROMAH
ALWINA MUNAJAD
HANDINI WAHYU YAN MAULANI
LUVENA WANDA VALIANI
MILA DWI APRILIANI
ROBERTO KRISNATALISANTO P.S
ZERLINDA ANITA S.

NIM. A.101.17.007
NIM. A.101.17.010
NIM. A.101.17.019
NIM. A.102.09.005
NIM. A.102.09.019
NIM. A.102.09.028
NIM. A.102.09.031
NIM. A.102.09.047
NIM A.102.09.070

AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL


SURAKARTA
2016

PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


Disusun oleh :
ARI WIDODO
DIBTIE RYA SANJAYA
IRA SAFIRA MUKHAROMAH
ALWINA MUNAJAD
HANDINI WAHYU YAN MAULANI
LUVENA WANDA VALIANI
MILA DWI APRILIANI
ROBERTO KRISNATALISANTO P.S
ZERLINDA ANITA S.

NIM. A.101.17.007
NIM. A.101.17.010
NIM. A.101.17.019
NIM. A.102.09.005
NIM. A.102.09.019
NIM. A.102.09.028
NIM. A.102.09.031
NIM. A.102.09.047
NIM. A.102.09.070

Telah disetujui untuk diajukan pada


Ujian Praktek Kerja Lapangan

Clinical Instructor (CI)

Clinical Teacher (CT)

B. Rina A. Sidharta, dr., Sp.PK-K.

ii

Hari Saktiningsih, M.Pd.

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


Disusun oleh :
ARI WIDODO
DIBTIE RYA SANJAYA
IRA SAFIRA MUKHAROMAH
ALWINA MUNAJAD
HANDINI WAHYU YAN MAULANI
LUVENA WANDA VALIANI
MILA DWI APRILIANI
ROBERTO KRISNATALISANTO P.S
ZERLINDA ANITA S.

NIM. A.101.17.007
NIM. A.101.17.010
NIM. A.101.17.019
NIM. A.102.09.005
NIM. A.102.09.019
NIM. A.102.09.028
NIM. A.102.09.031
NIM. A.102.09.047
NIM. A.102.09.070

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan telah


Dinyatakan memenuhi syarat/sah
Pada tanggal:

Maret 2016

Susunan Tim Penguji


B. Rina A. Sidharta, dr., SpPK-K.
Hari Saktiningsih, M.Pd.
Mengetahui,
Direktur Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta

Yusianti Silviani, M.Pd.


KATA PENGANTAR

iii

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini disusun sebagai persyaratan
menyelesaikan program pendidikan Diploma III Akademi Analis Kesehatan
Nasional Surakarta Tahun 2016.
Dalam Laporan Kerja Lapangan ini tidak dapat lepas dari bantuan, bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.

B. Rina A. Sidharta, dr., SpPK-K. selaku Clinical Instrukture dan kepala


instalasi laboratorium Patologi Klinik RSUD dr.Moewardi.

2.

M. I. Diah Pamudianti, dr., SpPK-K. M.Sc. selaku tim penguji instalasi


laboratorium Patologi Klinik RSUD dr.Moewardi.

3.

Yusianti Silviani,. M.Si. selaku Direktur Akademi Analis Kesehatan Nasional


Surakarta.

4.

Hari Saktiningsih, M.Pd. selaku Clinical Teacher Praktek Kerja Lapangan


Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta.

5.

Segenap staf karyawan dan karyawati Laboratorium RSUD dr. Moewardi


yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama PKL.

6.

Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Praktek Kerja
Lapangan ini.

iv

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan ini


masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan
saranyang bersifat membangun bagi Laporan Praktek Kerja Lapangan ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Laporan Praktek Kerja Lapangan ini
bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kerja Laboratorium RSUD dr. Moewardi
Surakarta dan menambah pengetahuan bagi pembaca.

Surakarta,

Maret 2016

Penulis

MOTTO

Jangan menunda pekerjaan, karna kita tidak


tahu apa
yang terjadi nanti
The show must go on
Sukses adalah hak setiap orang, begitu juga saya
Cobalah untuk bisa bersifat lebih bersahabat dengan prioritas
utama yang kita tentukan
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan
(Q.S. Al-Insyirah :5).

Kesulitan adalah pengindah doa dan penyegera


tindakan Anda
(Mario Teguh)

vi

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
MOTTO
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Waktu Pelaksanaan
D. Profil Lahan
KASUS 1
BAB II TINJAUAN KASUS
A. Ilustrasi Kasus
B. Uraian Kasus
C. Identifikasi Kasus
D. Pembatasan Masalah
E. Rumusan Masalah
BAB III ANALISIS KASUS
A. Tinjauan Teori
B. Analisis SWOT
C. Pembahasan
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
KASUS 2
BAB II TINJAUAN KASUS
A. Ilustrasi Kasus
B. Uraian Kasus
C. Identifikasi Kasus
D. Pembatasan Masalah
E. Rumusan Masalah
BAB III ANALISIS KASUS
A. Tinjauan Teori
B. Analisis SWOT

vii

i
ii
iii
iv
Vi
vii
ix
1
1
2
2
4
7
7
7
7
8
8
9
9
9
10
10
11
11
12
13
13
13
13
14
15
15
16
17

C. Pembahasan
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
KASUS 3
BAB II TINJAUAN KASUS
F. Ilustrasi Kasus
G. Uraian Kasus
H. Identifikasi Kasus
I. Pembatasan Masalah
J. Rumusan Masalah
BAB III ANALISIS KASUS
D. Tinjauan Teori
E. Analisis SWOT
F. Pembahasan
BAB IV PENUTUP
C. Simpulan
D. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

17
17
17
18
22
22
22
23
23
23
24
24
25
25
26
27
27

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Struktur Organisasi Instalasi Laboratorium Patologi


Klinik

ix

Hal
13

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang laboratorium klinik
yang semakin pesat ini menuntut tenaga laboratorium untuk terus berkembang
menjadi lebih kompeten. Salah satu upaya yang mampu dilakukan adalah
dengan cara edukasi atau pembelajaran secara teori maupun secara praktek.
Secara teori pembelajaran dapat diperoleh dari pendidikan formal seperti
di akademi ataupun universitas, sedangkan untuk praktek selain dapat
diperoleh dari pendidikan formal juga dapat diperoleh dengan cara mengikuti
Praktek Kerja Lapangan (PKL). Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan ini
diharapkan akan membentuk seorang tenaga laboratorium yang terampil,
professional baik dari segi attitude (sikap), knowledge (pengetahuan), dan
skill (keterampilan), serta siap pakai di bidang laboratorium kesehatan.
Berdasarkan UU No. 36 tahun 2014, mutu atau kualitas seorang tenaga
kesehatan harus terus ditingkatkan, salah satunya melalui pendidikan,
pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan,
pengawasan, dan pemantauan. Menurut Siregar (dalam Romi, 2008) tempat
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dapat diselenggarakan di Rumah
Sakit. Rumah Sakit berdasarkan Permenkes RI No. 56 Tahun 2014 merupakan
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat


jalan, dan gawat darurat.
Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta adalah institusi pendidikan
yang mencetak tenaga analis kesehatan dengan bekal teori maupun praktek
yang berguna di dunia kerja, maka dari itu Akademi Analis Kesehatan
Nasional Surakarta berkerjasama dengan beberapa institusi kesehatan, salah
satunya RSUD Dr. Moewardi untuk menjadi tempat belajar para
mahasiswanya. Hal ini sesuai dengan salah satu misi RSUD Dr. Moewardi
yaitu menyediakan wahana pendidikan dan penelitian kesehatan yang unggul
berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yang
bersinergi dengan mutu layanan.
B. TUJUAN
1. Meningkatkan kemampuan yang meliputi skill (ketrampilan), attitude
(sikap), dan knowledge (pengetahuan) dalam pemeriksaan Labolatorium.
2. Memperoleh pengalaman keterampilan dan pengetahuan di dunia kerja.
3. Sebagai salah satu syarat menempuh gelar Ahli Madya Laboratorium di
Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta.
C. WAKTU PELAKSANAAN
Praktek kerja lapangan (PKL) periode I dilaksanakan di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Moewardi, Jl. Kolonel Soetarto No. 132 Solo 57126 pada
tanggal 15 Februari 19 Maret 2016.
D. PROFIL LAHAN
1. Sejarah
Sebelum menjadi Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi seperti sekarang,
terjadi 3 tahap pembentukan dalam prosesnya, yaitu :
a. Jaman penjajahan Belanda sampai tahun 1942
Terdapat 3 Rumah Sakit Partikelir atau Swasta di Kota Surakarta
pada tahun tersebut, yaitu :

1) Zieken

Zorg,

berkedudukan

di

Mangkubumen

dengan

nama Partikelir Inslandscziekenhuis der Verregniging Zieken


Zorg dengan besluit tertanggal 1 Oktober 1942 atas nama: Karl
Lodewijk Nouman Jacobus Geroundus, R.V.O. 569 dan 570.
2) Zending Ziekenhuis berkedudukan di Jebres, milik Zending atau
Yayasan Kristen, yang sampai sekarang terkenal dengan nama
Yayasan Kesehaatan Kristen Untuk Umum(YAKKUM).
3) Panti Rogo, adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Kasunanan/
Kraton Surakarta.
b. Jaman Pendudukan Jepang antara tahun 1942-1945
Rumah Sakit Zieken Zorg pada waktu itu juga dipakai sebagai
Rumah Sakit Internering Kamp tetapi pindah ke Jebres menempati
Zending Ziekenhuis yang saat ini bernama Rumah Sakit Dr. Moewardi
sedangkan Zending Ziekenhuis harus pindah ke belakang dimana
didirikan Rehabilitasi Centrum (RC) Prof. Dr. Soeharso.
c.

Jaman Kemerdekaan
Rumah Sakit Tentara Surakarta diserahkan ke PMI Daerah
Surakarta kemudian PMI Daerah Surakarta menyerahkan kembali
kepada Perhimpunan Bale Kusolo, hal ini merupakan lanjutan dari
Partikelir Inslandscziekenhuis der Verregniging Zieken Zorg.
Mulai tanggal 1 Januari 1950, Rumah Sakit Bale Kusolo diambil alih

dan dikelola oleh Pemerintah RI dan menetapkan namaRumah Sakit Bale


Kusolo diganti dengan nama Rumah SakitPusat Surakarta. Mulai saat itu
di Kota Surakarta terdapat 3 Rumah Sakit, yaitu:
a.

Rumah Sakit Pusat Surakarta (Mangkubumen)

b. Rumah Sakit Surakarta (Jebres)


c.

Rumah Sakit Kadipolo (Kadipolo)


Pengelolaan ketiga Rumah Sakit itu diserahkan kepada Pemerintah

daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah di Semarang. Berdasarkan Surat


Keputusan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah di
Semarang Nomor H.149/2/3 dengan dasar Surat dari Kepala Dinas
Kesehatan Rakyat Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah tertanggal 19
Februari 1960 No. K.693/UN, menetapkan mempersatukan Rumah Sakit
Mangkubumen, Kadipolo, dan Jebres, ketiga-tiganya di Kota Surakarta
dalam satu organisasi di bawah satu orang pimpinan dengan stafnya
dengan nama Rumah Sakit Umum Surakarta sedangkan masing-masing
komplek Mangkubumen, Kadipolo, dan Jebres menjadi bagian-bagian dari
organisasi tersebut.
Mengingat masih sering terjadinya perbedaan pendapat di kalangan
masyarakat mengenai nama Rumah Sakit Pusat dan Rumah Sakit
Surakarta, maka Inspektur Kepala Jawatan Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah mengusulkan pada Gubernur Jawa Tengah untuk mengganti nama
Rumah Sakit di Surakarta antara lain :
a.

Rumah Sakit Pusat Surakarta menjadi Rumah Sakit Umum


Mangkubumen.

b. Rumah Sakit Surakarta menjadi Rumah Sakit Umum Jebres.


Penggantian nama itu kemudian dikukuhkan dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI tanggal 9 Juli 1954 Nomor 44751/R.S dan pada

akhirnya Gubernur Kepala daerah Tingkat I Jawa Tengah melalui SK


Nomor: 445/29684 tanggal 24 Oktober 1988 telah menetapkan Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.
Berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Kesehatan, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Dalam Negeri RI, Nomor
544/Menkes/SKB/X/81, Nomor 043a/V/1981 dan Bo:324 tahun 1981,
ditetapkan bahwa RSUD Dr. Moewardi Surakarta menjadi Rumah Sakit
Pendidikan.
Wilayah Surakarta oleh Pemerintah Provinsi Dati I Jawa Tengah
ditetapkan sebagai wilayah pengembangan Jawa Tengah sehingga RSUD
Dr. Moewardi yang merupakan satu-satunya Rumah Sakit Pemerintah
terbesar di wilayah tersebut harus menyesuaikan dan mampu sebagai pusat
rujukan wilayah Surakartadan sekitarnya dan atas pertimbangan tersebut
pada lokasi Jebres kemudian dibangun bangunan fisik baru yang
memenuhi standar Rumah Sakit B2 sekaligus Rumah Sakit Pendidikan.
Baru pada tanggal 28 Februari 1997 RSUD Dr. Moewardi lokasi
Jebres diresmikan penggunaanya oleh Presiden Soeharto, dan sejak itulah
seluruh kegiatan Rumah Sakit Dr. Moewardi menjadi satu lokasi.
Berdasarkan sejarah tersebut ditetapkan hari jadi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 1 Januari 1950.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi pada tahun 2007
diresmikan menjadi Rumah Sakit tipe A dan menjadi Rumah Sakit rujukan
Nasional serta pada tahun tersebut menerima sertifikat ISO 9001:2000.

Tahun 2016 ini RSUD Dr. Moewardi sedang dalam proses menuju Rumah
Sakit dengan standar internasional dengan program JCIA (Joint
Commission International Accreditation).
2. VISI
Rumah Sakit Terkemuka Berkelas Dunia
3. MISI
a. Menyediakan pelayanan kesehatan berbasis pada keunggulan sumber
daya manusia,kecanggihan, dan kecukupan alat serta profesionalisme
manajemen pelayanan.
b. Menyediakan wahana pendidikan dan penelitian kesehatan yang
unggul berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan yang bersinergi dengan mutu layanan.
4. MOTTO
Kami Senang Melayani Anda
5. JARGON
Cepat, tepat, nyaman dan mudah
a. Cepat : Pelayanan yang segera, sigap, dan tanggap.
b. Tepat : Sesuai dengan prosedur.
c. Nyaman : Pelayanan dengan lingkungan yang aman, bersih, indah, dan
penuh kekeluargaan.
d. Mudah : Pelayannan yang dapat diterima dan tidak berbelit belit.
6. BUDAYA 5 R
a. Ringkas (Seiri) dengan pemilahan yaitu dengan membedakan apa yang
diperlukan dan tidak diperlukan.
b. Rapi (Seiton) dengan penataan yaitu dengan menyimpan barang di
tempat yang tepat atau tata letak yang benar sehingga dapat digunakan
dalam waktu yang mendadak.
c. Resik (Seiso) dengan pembersihan, yaitu membersihkan lebih bukan
sekedar barang itu bersih, hal ini merupakan falsafah dan komitmen
untuk segala aspek barang yang digunakan, dan memastikan semua
barang dalam kondisi prima.

d. Rawat (Seiketsu) dengan pemantapan, yaitu memelihara keadaan


bersih dalam konteks 5 R sebagai kesadaran dan aktivitas tetap untuk
memastikan bahwa siklus 5 R dipelihara dan dilaksanakan dengan
teratur, sehingga keadaan yang tidak normal akan tampak.
e. Rajin (Shitsuke) dengan pembiasaan, yaitu komitmen masing-masing
individu

untuk

mematuhi

peraturan

ditempat

kerja

dengan

melaksanakan kebiasaan untuk melaksanakan apa yang diharapkan.


7. Pelayanan Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
a. IGD (Instalasi Gawat Darurat)
1) Tugas pokok IGD :
a) Memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman
kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai disiplin ilmu.
b) Melaksanankan tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2) Jenis Pelayanan : Disaster dan Bencana, Triase dan Observasi non
Bedah, Resusuitasi, Kamar Operasi Mayor, Kamar Operasi Minor
dan Observasi Bedah, Intermediate Care (IMC), Kamar Bersalin
(VK) dan observasi Obsgyn, One Day Care (ODC).
b. Rawat Jalan
1) Klinik:
a) Poliklinik obesitas anak, rawat jalan anak dan balita
b) Klinik kebidanan, penyakit kandungan ibu hamil dan KB
c) Geriatri dan rehabilitasi medis
d) Poliklinik penyakit Jiwa, syaraf, mata, gigi dan mulut, jantung,
paru, penyakit dalam.
e) Poliklinik bedah, gizi, anestesi, dan nyeri.
f) Poliklinik THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan), kulit dan
kelamin.
2) Penunjang :
a) Loket pendaftaran
b) Apotek Rawat Jalan
c) BPJS Center

d) Informasi
e) Laboratorium Patologi klinik, Mikrobiologi klinis, Parasitologi
dan Mikologi, Patologi Anatomi.
c. Rawat Inap
RSUD Dr. Moewardi memiliki 5 ruang rawat inap yaitu Mawar,
d.
e.
f.
g.
h.

Melati, Anggrek, Paviliun Cendana dan Aster.


Klinik Cendana
MCU (Medical Check-Up)
Klinik Ingin Punya Anak INDRIYA RATNA
Klinik VCT (Voluntary Consulting and Testing)
Hastiti Skin Care, merupakan pusat perawatan kulit, rambut dan

estetika medik RSUD Dr. Moewardi.


i. Klinik Psikologi
Jenis pelayanannya meliputi tes psikologi, konseling, psikoterapi
(terapi psikologis), pendampingan pasien paliatif (pasien hemodialisa:
kanker, jantung).
j. Klinik Alergi Imunologi
k. Staf Media Fungsional/ Bagian: Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler,
Paru, Ilmu Penyakit THT, Ilmu Kesehatan Anak, Penyakit Dalam, Ilmu
Kesehatan Kulit & Kelamin, Obstetri & Ginekologi, Bedah, Mata,
Gigi dan Mulut, Anesthesi, Penyakit Saraf, Kesehatan Jiwa/ Psikiatri.
l. Instalansi : Gedung Aster, Perawatan Intensif, Bedah Sentral (IBS),
Rekam Medis, Rehabilitasi Medis, Laboratorium Patologi Klinik,
Mikrobiologi Klinis, Parasitologi dan Mikologi, Lab. Patologi
Anatomi, Radiologi, Radioterapi, Gizi, Farmasi, Sanitasi, CSSD &
Laundry, IKF (Instalansi Kedokteran Forensik dan Medikolegal),
Pengelolaan Aset.
8. Pelayanan Laboratorium di RSUD Dr. Moewardi
Instalasi laboratorium di RSUD Dr. Moewardi Surakarta mempunyai 4
laboratorium utama yaitu :

a. Laboratorium

Patologi

Klinik,

meliputi

Sampling,

Distribusi

Sampling, Hematologi Klinik, Kimia Klinik, Imunologi Klinik,


Sekresi Ekskresi, BDRS (Bank darah Rumah Sakit).
b. Laboratorium Mikrobiologi Klinik
Laboratorium ini memberikan pelayanan mikroskopis (pengecatan
Gram dan Ziehl Nelsen), kultur (urine, darah, sputum, pus dan
campuran), pemeriksaan sero-imunologi (Niacin test) dan melakukan
pemeriksaan identifikasi bakteri serta uji sensitivitas terhadap berbagai
antibiotik dan sebagainya.
c. Laboratorium Parasitologi dan Mikologi Klinik
Laboratorium ini memberikan pelayanan pemeriksaan darah samar
(Benzidine test), pengecatan KOH, pengecatan Lugol atau NaCl 0.9%,
pemeriksaan sero-imunologi (rapid test untuk malaria) dan kultur
mikologi.
d. Laboratorium Patologi Anatomi
Laboratorium ini melakukan dua jenis pemeriksaan :
1) Histologi
Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jaringan.
Sampel histologi yang digunakan adalah jaringan (mammae, ovari,
uterus, prostat, dll). Tahapan pada pemeriksaan histologi antara
lain: potong makros, dehidrasi; clearing dan impregnasi pada
tissue processor, bloking, potong mikros, pengecatan (metode
Haematoxylin Eosin), mounting, serta diagnosa.
Pemeriksaan histologi juga dapat menggunakan metode
Frozen Section sebagai alat diagnosa histopatologi intra operatif
dalam menentukan tindakan operasi selanjutnya. Frozen Section
adalah teknik pengelolaan jaringan dengan cara membekukan

10

jaringan segar menggunakan CO2. Manfaat pemeriksaan ini untuk


menentukan keganasan dengan cepat.
2) Sitologi
Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel. Sampel
yang diperiksa meliputi cairan transudat eksudat, cairan pleura,
urine, dahak, bilasan dari rongga tertentu (brushing), Fine Needle
Aspiration Bioption (FNAB), dll.
Tahapan pemeriksaan sitologi meliputi: fiksasi (alcohol 50%),
pembuatan preparat, dan pengecatan. Metode pengecatan sitologi
antara lain : pengecatan giemza, pengecatan rapid (FNAB),
pengecatan papanicolau (pap smear).

11

12

Gambar 1. Struktur Organisasi Instalasi Laboratorium Patologi Klinik


BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Ilustrasi Kasus
Sekresi dan ekskresi merupakan salah satu bagian dari laboratorium
patologi klinik yang melakukan pemeriksaan terhadap cairan sisa dari
metabolisme tubuh baik yang masih berguna maupun sudah tidak
digunakan oleh tubuh seperti urin, cairan transudat eksudat, dan cairan
LCS. Pemeriksaan Transudat Eksudat adalah pemeriksaan pada cairan
tubuh yang diduga transudat atau eksudat yang akan digunakan untuk
menentukan jenisnya dan digunakan untuk mendapatkan keterangan
tentang sebab terjadinya cairan tersebut.
Pada tanggal 25 Februari 2016 diperoleh sampel cairan pleura yang
berasal dari Tn. X di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Moewardi
Surakarta yang kemudian dilakukan pemeriksaan transudat eksudat dari
sampel cairan pleura tersebut. Pada kasus ini jenis cairan tubuh sulit
disimpulkan karena adanya ketidaksesuaian hasil dengan kriteria
penggolongan transudat eksudat.
B. Uraian Kasus
Pemeriksaan transudat eksudat didapatkan dari beberapa bahan yang
berasal dari rongga perut, pleura, pericardium, dll yang didapatkan dengan
cara pungsi. Sampel tersebut akan dianalisis secara makroskopis terlebih

13

dahulu kemudian akan segera diperiksa secara kimia dengan

alat

automatic ADVIA dan dengan uji rivalta. Pemeriksaan transudat


eksudat digunakan untuk mengetahui jenis dari cairan tubuh tersebut dan
untuk mengetahui apakah cairan tubuh tersebut berasal dari proses
peradangan atau bukan.
Pada kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan sebagai berikut:

Parameter
Warna
Kejenihan
Bekuan
Tes Rivalta
Protein Kuantitatif
Glukosa
LDH
Jumlah sel
Hitung Jenis Sel MN
Hitung Jenis PMN
Lain-lain

Hasil
Kuning
Agak Keruh
Tdk ada bekuan
Positif
3,4 gram/dl
124 mg/dl
185 U/L
460/ ul
74%
36%
2,0 g/dl

Nilai Rujukan
Kuning muda
Jernih
Tdk ada bekuan
Negatif
<3
70-115
<200
<1000
30-75
<10

Berdasarkan hasil pemeriksaan berikut sesuai dengan jenis cairan


transudat tetapi setelah dilakukan pemeriksaan kimia berupa uji rivalta
maka didapatkan hasil pemeriksaan positif kuat yang memberikan
kekeruhan nyata seperti kabut tebal yang merupakan ciri-ciri dari jenis
cairan eksudat kemudian dilakukan duplo uji Rivalta dan hasil yang
didapatkan sama seperti hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan
sebelumnya sehingga jenis dari cairan tersebut sulit untuk disimpulkan
dengan demikian harus dilihat rekam medis dari pasien tersebut.

C. Identifikasi Masalah

14

Masalah yang akan kami angkat dalam laporan PKL ini adalah
tentang pemeriksaan transudat eksudat dan hasil pemeriksaan yang
menyebabkan kesulitan dalam menyimpulkan suatu jenis cairan.
D. Pembatasan Masalah
Masalah yang akan kami angkat dalam laporan PKL ini adalah
faktor yang mempengaruhi dalam pemeriksaan transudat dan eksudat.
E. Rumusan Masalah
Apa faktor yang mempengaruhi pemeriksaan transudat eksudat?

BAB III
ANALISA KASUS

A. Tinjauan Kasus
1. Transudat Eksudat
Efusi pleura yang disebabkan penimbunan cairan di rongga pleura
dan merupakan komplikasi berbagai penyakit. Efusi pleura dapat
menunjukkan terdapat penyakit paru, pleura, maupun ekstra paru.
Berdasarkan penyebabnya efusi pleura dibedakan menjadi transudat
dan eksudat.
a. Transudat

15

Transudat disebabkan oleh penyakit sistemik yang


menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan
tekanan osmotik koloid plasma seperti penyakit jantung kongestif
dan sirosis hepatis.
b. Eksudat
Eksudat disebabkan oleh penyakit lokal di rongga toraks
akibat peningkatan permeabilitas kapiler yang disebabkan oleh
peradangan seperti keganasan dan tuberkulosis (TB) (Khairani,
2012) .
Pemeriksaan konvensional yang biasa digunakan untuk
membedakan transudat atau eksudat adalah secara makroskopis
meliputi warna, kejernihan, bau, berat jenis, sedangkan secara
mikroskopis dengan menghitung jumlah sel, dan hitung jenis sel,
pemeriksaan kimia dengan memeriksa kadar proein.
Pada keadaan normal, sejumlah kecil (0,01 mL/kg/jam) cairan
secara konstan memasuki rongga pleura dari kapiler di pleura parietal.
Hampir semua cairan ini dikeluarkan oleh limfatik pada pleura
parietal yang mempunyai kapasitas pengeluaran sedikitnya 0,2
mL/kg/jam. Cairan pleura terakumulasi saat kecepatan pembentukan
cairan pleura melebihi kecepatan absorbsinya.
Tabel 1. Perbedaan Transudat Eksudat
Transudat
Eksudat
Peningkatan Tekanan
Peningkatan
Penyebab
hidrostatik
permeabilitas kapiler
Penurunan tekanan
Penurunan absorbs
onkotik
limfatik

Parameter

16

Makroskopis
Kejernihan
Warna
BJ
Beku spontan
Rivalta
Mikroskopis
Jumlah
leukosit

Hitung jenis

Jernih
Kuning, jernih
1.006-1.018
Tidak

Keruh
Bervariasi
1.018-1.030
Bervariasi sering ya

(+) lemah

(+) kuat

<1000 sel/l (pleural)


<300 sel/l (peritoneal)

>1000 sel/l (pleural)


>500 sel/l (peritoneal)

Predominan
mononuklear

Awal : predominan PMN


Lanjut: predomominan
MN
(Rahaju, 2003)

Pengambilan cairan trasudat eksudat di dapat dengan mengadakan


pungsi. Sampel dimasukkan ke dalam spuit steril atau dengan
menyediakan antikoagulan (natrium citrate 20% atau heparin steril)
(Gandasoebrata, 2008).
B. Analisa SWOT
1. Strenght / Kekuatan
Pemeriksaan transudat eksudat dapat membantu memberikan petunjuk
untuk diagnosis jenis cairan tersebut berasal dan penyebab terjadinya
suatu cairan..
2. Weakness / Kelemahan
Proses pengambilan transudat eksudat yang tidak benar dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
3. Opportunity / Peluang
Mahasiswa PKL diberi kesempatan untuk melakukan pemeriksaan
transudat dan eksudat secara konvensional dan automatic.
4. Treath / Ancaman
Hasil yang tidak akurat dapat menyebabkan efek yang berbahaya bagi
pasien.
C. Pembahasan

17

Pada saat Praktek Kerja Lapangan (PKL) di RSUD Dr. Moewardi


mahasiswa menemukan kasus suatu cairan pleura yang hasilnya sulit
disimpulkan antara transudat dan eksudat. Berdasarkan ciri ciri transudat
dan eksudat yang sudah dijelaskan, batas antara keduanya apabila
menggunakan pemeriksaan konvensional didapatkan hasil yang belum
jelas, dan kesalahan dalam klasifikasi (8%) untuk eksudat khususnya pada
keganasan, serta (15%) untuk transudat (Ginting, 2015).
Penelitian sebelumnya dilakukan dengan mula-mula menguji nilai
diagnostik berdasarkan berat jenis serta protein dari cairan pleura untuk
menentukan jenis efusi eksudat.

Untuk membedakan transudat dan

eksudat digunakan kriteria Light, yaitu : (Djojodibroto, 2007)


Cairan dikatakan transudat apabila memenuhi dua dari kriteria berikut :
1. Rasio protein pada cairan pleura dibanding serum > 0,5
2. Rasio laktat dehidrogenase (LDH) cairan pleura dibanding serum > 0,6
3. Kadar LDH cairan pleura > 2/3 batas atas nilai normal kadar LDH
Studi ini memperlihatkan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup
tinggi yakni berturut-turut 99% dan 98%. Peneliti lain ternyata mendapati
kriteria Light hanya memiliki spesifisitas antara 70-86% (Ginting, 2015),
artinya masih terdapat kesalahan 14-20% sehingga kriteria light masih
dapat menyesatkan. Untuk hal ini harus diperiksa perbedaan kandungan
albumin pada serum dengan kandungan albumin pada cairan pleura. Jika
perbedaannya melebihi 1,2 gram per gram 100 ml, cairan pleura termasuk
transudat. Secara kasar efusi pleura dapat dikatakan transudat jika kadar
proteinnya < 3 gram/100 ml, sedangkan eflusi pleura dikatakan eksudat
jika kadar proteinnya > 3 gram/100 ml (Djojodibroto, 2007).
Hal lain yang perlu diperhatikan apabila diperoleh sampel transudat
membentuk hasil test Rivalta dengan kekeruhan kuat serupa eksudat, maka

18

perlu diperhatikan riwayat pengambilan efusi pleura pasien yang sudah


beberapa kali dipungsi, karena transudat pun mampu menghasilkan
kekeruhan serupa seperti eksudat (Gandasoebrata, 2008). Selain itu
pengamatan tetesan harus jeli dan teliti dengan menggunakan latar
belakang hitam dan pipet yang digunakan sebaiknya dengan dropple pipet
supaya volume tetesan sama.
Berdasarkan dari kasus yang kami angkat, kriteria yang digunakan
dalam pemeriksaan transudat dan eksudat adalah kriteria Light. Apabila
hasil pemeriksaan yang diperoleh tidak sesuai dengan kriteria Light maka
harus dilihat dari riwayat penyakit pasien dan harus dianalisis berdasarkan
parameter lain yang bisa mendukung dalam penyimpulan suatu jenis
cairan.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

19

Berdasarkan uraian yang telah dibahas penulis bahwa sampel cairan


pleura pasien Tn. X yang memberikan hasil mengarah ke transudat tetapi
test Rivalta positif memberikan kekeruhan kuat seperti eksudat. Kriteria
yang digunakan dalam pemeriksaan transudat dan eksudat adalah kriteria
Light dan hasil test Rivalta tidak boleh dijadikan sebagai acuan karena
hasil tes Rivalta yang positif dipengaruhi oleh kadar protein yang lebih
dari nilai rujukan. Didapatkan hasil kriteria light adalah
1. Rasio protein pada cairan pleura dibanding serum < 0,5
2. Rasio laktat dehidrogenase (LDH) cairan pleura dibanding serum >
0,6
Berdasarkan hasil pemriksaan maka dapat disimpulkan bahwa sampel
pleura Tn. X adalah transudat. Apabila hasil pemeriksaan yang diperoleh
tidak sesuai dengan kriteria Light maka harus dilihat dari riwayat penyakit
pasien dan harus dianalisis berdasarkan parameter lain yang bisa
mendukung dalam penyimpulan suatu jenis cairan.
B. Saran
Bagi Analis yang melakukan pemeriksaan transudat eksudat
disarankan agar lebih teliti dalam menyimpulkan hasil, apabila hasil
meragukan dapat dilihat riwayat pasien, kemudian komunikasi dengan
dokter yang menangani pasien Tn. X karena jika salah menyimpulkan
hasil mengakibatkan kesalahan pada tahapan berikutnya.

20

DAFTAR PUSTAKA
Djojodibroto, R.D. 2007. Respirologi (Respirator Medicine). Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Gandasoebrata, R. 2008. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Ginting, G.M.J. 2015. Pemeriksaan Protein, Kolesterol Dan Laktat Dehidrogenase
Cairan Pleura Sebagai Parameter D\dalam Membedakan Efusi Pleura
Transudat dan Eksudat. Thesis Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara Medan
Khairani, R., E, Syahruddin dan L. G. Partakusuma. 2012. Karakterisktik Efusi
Pleura di Rumah Sakit Persahabatan. J Respir Indo Vol. 32(3): 155-160
Rahaju, M. 2003. Uji Diagnostik Pemeriksaan LDH Dalam Cairan Tubuh Untuk
Penentuan Klasifikasi Transudat dan eksudat Dibandingkan Dengan
Klasifikasi Konvensional. Thesis Universitas Dipenegoro Semarang.
Semarang

Anda mungkin juga menyukai