Oleh:
Kelompok 7 dan 9
Cindy Sandra (1406552881)
Citra Noviasari (1406569882)
Ghina Marsya .N (1406608025)
Meidina Sekar .N (1406553045)
Merisa Aulia (1406531731)
Rana Najeges (1406553026)
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Biologi Molekuler yang berjudul Lipid Analysis
by Thin-Layer Chromatography. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk menyelesaikan
tugas UTS di semester empat ini, yaitu mata kuliah Biologi Molekuler.
Selesainya penyusunan makalah Lipid Analysis by Thin-Layer Chromatography ini
tidak terlepas berkat bantuan dari berbagai pihak, terutama kepada Bu Rita selaku dosen mata
kuliah Biologi Molekuler. Oleh karena itu melalui kesempatan yang sangat berharga ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalasnya dengan yang lebih baik.
Akhir kata tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang sempurna, begitupun
dengan karya tulis ini. Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
Pendahuluan .....................................................................................................................3
Struktur Lipid.................................................................................................................... 5
Metode Analisis Lipid........11
Ekstraksi Lipid dari Sampel Biologis....20
II.
Daftar Pustaka.33
I. Pendahuluan
Ketersediaan pringan pre-coated TLC secara komersial yang terus meningkat telah secara
signifikan meningkatkan ketercapaian kemampuan memproduksi dari pemisahan yang dahulu
sangat terbatas pada saat piringan TLC konvensional masih digunakan. Selain itu,
ketersediaan banyak materi absorben yang berbeda termasuk high performance silica, fase
tergabung dan lapisan fleksibilitas dari HPLTC untuk banyak pemisahan pada lipid.
1.
TLC mudah dan sederhana. Jika pelat TLC tersedia secara komersial, bahkan
pengguna
tinggi.
2.
Peralatan yang dibutuhkan untuk TLC cukup murah, sehingga mudah ditemukan di
laboratorium.
3.
TLC sudah terjamin di banyak industri, terutama farmasi. Keuntungan dalam bidang
itu adalah TLC dapat dengan mudah digunakan untuk menentukan analit yang berbeda
secara kuantitatif (setidaknya bila ada standar yang terpercaya).
4.
TLC tidak menyediakan efek memori sehingga dalam setiap kasus selalu digunakan
fase diam yang baru. Ini adalah keuntungan yang signifikan dibandingkan dengan LC,
dimana kontribusi yang tersisa dari analisis sebelumnya tidak dapat pernah benarbenar dihapus.
5.
TLC membutuhkan jumlah pelarut yang jauh lebih kecil dari pada HPLC. Sehingga
TLC lebih murah dan ramah lingkungan.
6.
Banyak sampel yang berbeda dapat secara bersamaan ditempatkan ke piring TLC
tunggal, sehingga dalam prakteknya TLC seringkali lebih cepat daripada LC
(meskipun baru-baru ini tersedia multiplexing LC yang memungkinkan analisis
beberapa sampel secara paralel).
7.
8.
TLC juga dapat digunakan untuk analisis sampel mencurigakan (belum pasti ada
lipidnya) yang mudah merusak sistem HPLC. Hal ini terutama penting dalam kimia
makanan dimana campuran yang tidak diketahui harus dianalisis.
4
Di bidang lipid, TLC digunakan untuk pemisahan rutin, identifikasi lipid individu dan
penentuan kuantitatif. Dengan munculnya teknik "automated multiple development" (AMD),
semua langkah mulai dari aplikasi sampai pencampuran pelarut, pengembangan dan
pengeringan bisa otomatis. Terutama, gradien elusi yang dapat direproduksi menjadi tersedia.
Penggunaan gradien (yaitu campuran dari pelarut yang berbeda dan / atau konsentrasi garam
yang berbeda yang berubah tergantung waktu) adalah sangat umum di HPLC tapi tidak terlalu
umum di TLC. Meskipun yang otomatis jelas mahal, itu adalah prasyarat untuk penggunaan
HPTLC yang lebih luas dalam farmasi, kosmetik dan yang paling penting, industri minyak
dan lemak.
Asam Lemak
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida
atau lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam
karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang dengan rumus umum:
O = R - C - OH
Dimana R adalah rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh dan
terdiri atas 4 sampai 24 buah atom karbon.Rantai karbon yang jenuh ialah rantai
karbon yang tidak mengandung ikatan rangkap, sedangkan yang mengandung
ikatan rangkap disebut rantai karbon tidak jenuh.
Asam lemak tidak jenuh dapat mengandung satu ikatan rangkap atau
lebih.Asam oleat mengandung satu ikatan rangkap. Ikatan rangkap ini
memungkinkan terjadinya isomer sis trans.
Asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam alam adalah isomer.Asam
linoleat mempunyai dua ikatan rangkat, sedangkan asam linolenat mempunyai
tiga ikatan rangkap.
2.
Lemak
Yang dimaksud dengan lemak disini ialah suatu ester asam lemak dengan
gliserol.Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon.
Jadi setiap atom karbon mempunyai gugus OH.Satu molekul glilserol dapat
mengikat satu, dua atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester.
3.
Lilin
Yang dimaksud dengan lilin (wax) disini ialah ester asam lemak dengan
monohidroksi alkohol yang mempunyai rantai karbon panjang, antara 14 sampai
34 atom karbon. Sebagai contoh alkohol panjang adalah setialkohol dan
mirisalkohol.
Lilin dapat diperoleh antara lain dari lebah madu dan dari ikan paus atau
lumba lumba. Lilin lebah dikeluarkan oleh lebah madu untuk membentuk
sarang tempat menyimpan madu. Lilin lebah adalah campuran beberapa senyawa,
terutama mirispalmitat.
Lilin yang terdapat pada bagian kepala, ikan paus atau lumba lumba
disebut spermaseti. Spermaseti ini digunakan sebagai lilin untuk keperluan
penerangan.
Lilin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut lemak. Lilin yang
terdapat pada tumbuhan berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap air,
misalnya yang terdapat pada daun dan buah.
4.
Fosfolipid
Fosfolipid atau fosfatidat ialah suatu gliserida yang mengandung fosfor
dalam bentuk ester asam fosfat. Karenanya fosfolipid ialah suatu fosfogliserida.
Senyawa senyawa dalam golongan fosfogliserida ini dapat dipandang sebagai
derivat asam fosfatidat, yang diikat oleh asam fosfatidat ini antara lain kolin,
etanolamina, serin dan inositol. Senyawa yang termasuk fosfolipid ini ialah
fosfatidikolin, fosfatidetanolamina, fosfatidilserin dan fosfatidilinositol.
5.
Spingolipid
Senyawa yang termasuk golongan ini dapat dipandang derivat sfingosin
atau mempunyai struktur yang mirip, misalnya dihidrosfingosin.
Seramida adalah derivat sfingosin yang mengandung asam lemak. Gugus ini
terikat pada gugus amino. Sfingomielin adalah kelompok senyawa yang
merupakan satu satunya sfingolipid yang mengandung sfingomielin terutama
terdapat dalam jaringan syaraf.
8
6.
Terpen
Dalam alam banyak terdapat senyawa yang molekulnya dianggap terdiri
atas beberapa molekul isoprena (2- metilbutadiena) atau mempunyai hubungan
struktural dengan isoprena. Senyawa senyawa tersebut dikelompokkan dalam
golongan terpen.
7.
Steroid
Sejumlah besar senyawa lipid yang mempunyai struktur yang sama dan
dapat dianggap sebagai derivat perhidrosiklopentanofenantrena, yang terdiri dari
atas 3 cincin sikloheksana terpadu seperti bentuk fenantrena (cincin A, B, dan C)
dan sebuah cincin siklopentana yang tergabung pada ujung cincin sikloheksana
tersebut (cincin D). Senyawa senyawa tersebut termasuk dalam suatu kelompok
steroid.
Beberapa senyawa penting yang termasuk golongan steroid akan dibahas
berikut ini :
a.
Kolestrol
Kolestrol adalah salah satu sterol yang penting dan terdapat banyak
dialam.Kolestrol terdapat pada hampir semua sel hewan dan semua
manusia.Tubuh manusia kolestrol terdapat dalam darah. Empedu, kelenjar
adrenal bagian luar (adrenal cortex) dan jaringan syaraf.
b.
7 Dehidrokolestrol
Senyawa ini terdapat dibawah kulit dan hanya berbeda sedikit dari
kolestrol, yaitu terdapat ikatan rangkap C = C. Dengan sinar ultra violet 7
Dehidrokolestrol dapat diubah menjadi vitamin D yang sangat berguna
bagi tubuh.Kekurangan vitamin D dapat mengakibatkan kerapuhan pada
tulang.
c.
Ergosterol
Sterol
ini
mempunyai
struktur
inti
sama
dengan
7-
d.
e.
Hormon Kelamin
Ada dua jenis hormon kelamin yaitu hormone kelamin laki laki
dan hormon kelamin perempuan. Testosteron dan androsteron adalah
hormon kelamin laki laki. Tertosteron diperoleh dari ekstrak testes dalam
bentuk kristal, sedangkan androsteron didapati pada urine dan mungkin
merupakan hasil perubahan kimia atau metabolisme testosteron. Hormon
kelamin perempuan ada dua jenis yaitu estrogen dan progesteron. Estrol,
estradiol dan estriol adalah hormon yang termasuk estrogen. Pregnandiol
adalah hasil metabolisme progesteron.
8.
Lipid Kompleks
Yang termasuk dengan lipid kompleks ialah lipid yang terdapat
dalam alam bergabung dengan senyawa lain, misalnya dengan protein atau
dengan karbohidrat. Gabungan antara lipid dengan protein disebut
lipoprotein. Lipoprotein pada umumnya ialah trigliserida, fosfolipid atau
kolestrol. Lipoprotein ini biasanya juga digolongkan dalam protein
10
gabungan.
Lipopolisakarida
ialah
gabungan
antara
lipid
dengan
Keunggulan : Metode TLC dapat dilakukan dengan harga yang sangat murah dan dalam
waktu yang singkat. Variasi dari fase gerak memungkinkan terjadinya pemisahan bahkan
untuk senyawa kompleks. Perbedaan warna akan dengan mudah terlihat.
Kelemahan : Oksidasi (dari lipid tidak jenuh) hanya akan terjadi jika piringan TLC
disimpan terlebih dahulu karena sebagian besar permukaan lipid terpapar oleh oksigen
dari atmosfer.
Keterangan : Biasa digunakan sebagai metode awal ketika menganalisis campuran lipid
yang kompleks.
Cara Kerja KLT :
a.
Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil
dengan diameter partikel antara 10-30 m. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase
diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT
dalam hal efisiensi dan resolusinya.
Penjerap yang paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa, sementara
mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi dan partisi (Gandjar & Rohman,
2007).
11
b.
Fase Gerak
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-
coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah
campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah
diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah
beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :
1.
Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
merupakan
2.
Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak
Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel,
polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga
menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil
eter ke dalam pelarut non polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf
secara signifikan (Gandjar & Rohman, 2007).
c.
Penotolan Sampel
Untuk memperoleh roprodusibilitas, volume sampel yang ditotolkan paling
sedikit 0,5 l. Jika volume sampel yang ditotolkan lebih besar dari 2-10 l, maka
penotolan harus dilakukan secara bertahap dengan dilakukan pengeringan antar totolan
(Gandjar & Rohman, 2007).
d.
Pengembangan
Bila sampel telah ditotolkan maka tahap selanjutnya adalah mengembangkan
sampel dalam bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhi dengan uap fase
gerak. Tepi bagian bawah lempeng tipis yang telah ditotoli sampel dicelupkan kedalam
fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak dalam bejana harus dibawah lempeng
yang telah berisi totolan sampel.
12
Bejana kromatografi harus tertutup rapat dan sedapat mungkin volume fase gerak
sedikit mungkin, akan tetapi harus mampu mengelusi lempeng sampai ketinggian
lempeng yang telah ditentukan. Untuk melakukan penjenuhan fase gerak, biasanya bejana
dilapisi dengan kertas saring. Jika fase gerak telah mencapai ujung dari kertas saring,
maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh (Gandjar & Rohman, 2007).
e.
Deteksi Bercak
Deteksi bercak pada KLT dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara kimia
yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui
cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan
untuk menampakkan bercak adalah dengan cara pencacahan radioaktif dan fluorosensi
sinar ultraviolet. Fluorosensi sinar ultraviolet terutama untuk senyawa yang dapat
berfluorosensi, membuat bercak akan terlihat jelas (Gandjar & Rohman, 2007).
Deteksi senyawa dilakukan dengan menggunakan detektor UV di bawah sinar UV 254
nm, indikator pada plat KLT akan memancarkan warna hijau dan pada UV 366 nm akan
memancarkan warna ungu. Komponen yang menyerap cahaya pada 254 atau 366 nm
akan tampak sebagai bercak gelap pada plat yang bercahaya (Gibbons, 2006). Metode
deteksi lain adalah dengan menggunakan pereaksi semprot.
2. High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Pemisahan pada fase diam pada keadaan tekanan tinggi oleh elusi dengan pelarut
yang berbeda.
Kelebihan : Pemisahan yang dapat terjadi berkualitas tinggi. Dapat diaplikasikan pada
skala preparat. Jika disertakan dengan MS akan lebih stabil dengan baik.
Kekurangan : Lebih mahal dan memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan TLC.
Sulit dalam mendeteksi asam lemak jenuh (sedikitnya penyerapan UV). Penurunan post
kolom masih diragukan.
Keterangan : Metode rutin yang dilakukan pada banyak laboratorium untuk mengisolasi
lipid. Namun mencari kesesuaian komposisi fase gerak agak sulit.
13
Cara Kerja :
Pada
prinsipnya
sama
yaitu
pemisahan
analit-analit
berdasarkan kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom (sebagai fasa diam) dan larutan
tertentu sebagai fasa geraknya. Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi
lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak.
Campuran analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya dan kecepatannya untuk sampai
kedektetor (waktu retensinya) akan berbeda, hal ini akan teramati pada spectrum yang
puncak-puncaknya terpisah. Ukuran skala polaritas : golongan fluorocarbon < golongan
hidrokarbon < senyawa terhalogenasi < golongan eter < golongan ester < golongan keton
< golongan alcohol < golongan asam.
a.
Pompa
Pompa pendeteksian tetap dapat dibedakan menjadi pompa torak dan pompa
semprit. Pompa torak menghasilakan aliran yang berdenyut jadi memerlukan peredam
denyut atau peredam elektronik untuk menghasilkan garis alas detector yang stabil jika
detector peka terhadap aliran. Pompa semprit menghasilkan aliran yang tak terbatas.
b.
Injector
Cuplikan harus dimasukan kedalam pangkal kolom (kepala kolom), diusahakan
agar sedikit mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom. Ada dua ragam utama aliran
henti dan pelarut mengalir. Ada 3 macam system injector, yaitu:
Stop flow : aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, system
tertutup dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam
cairan kecil dan resolusi tidak dipengaruhi.
Septum : septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan pada
kromatografi gas. Injector ini dapat digunakan pada kinerja sampa 60 70 atmosfir. Tapi
septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut kromatografi cair. Partikel kecil dari
septum yang terkoyak (akibat jarum injector) dapat menyebabkan penyumbatan.
Loop vaive : tipe injector ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume
lebih besar dari 10 dan dilakukan dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor
yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksikan secara manual). Pada posisi load,
14
sampel diisikan ke dalam loop pada kinerja atmosfir, bila valve difungsikan, maka sampel
akan masuk dalam kolom.
c.
Kolom
Kolom merupakan jantung kromatograf. Keberhasilan atau kegagalan analisis
bergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom dapat dibagi menjadi
kolom analitik dan kolom preparative.
d.
Detector
Detector diperlukan untuk mengindera adanya komponen cuplikan di dalam eluen
kolom dan mengatur jumlahnya. Detector yang baik sangat peka, tidak banyak berderau,
rentang tanggapan liniernya lebar dan menggapai semua jenis senyawa.
Jenis-jenis detector :
UV/Vis
Konduktifitas decetor
Elektroimia detector
PDA
ELSD
MS dectetor
e.
Fase gerak
Harganya wajar
15
3. Gas Chromatography
Pemisahan senyawa-senyawa mudah menguap dalam gas pembawa. Proses
deteksi biasanya ditunjukan oleh spektrometri masa.
Kelebihan : Sangat stabil dalam analisis asam lemak. Perlatan otomatis sudah tersedia
secara komersial.
Kekurangan : Hanya senyawa udah menguap yang dapat di analisis. Sehingga turunan
dari analit dibutuhkan.
Keterangan : Teknik yang paling banyak digunakan untuk pengujian dan pengukuran
komposisi asil dari lemak. Namun banyak tergantikan oleh ionisasi teknik MS.
Cara Kerja GC :
GC : pemisahan campuran berdasarkan sifat volatilitas masing2 komponen penyusun
campuran. Interaksi antara komponen sampel dengan fase gerak dan fase diam pada alat
GC.
Asam lemak dibuat volatile dengan metode metilasi asam lemak, terbentuk
senyawa metil ester yang volatile.
Senyawa metil ester asam lemak diinjeksikan dalam kolom GC, terpisah
berdasarkan volatilitas nya.
Komponen yang keluar dari kolom akan dideteksi dengan alat detektor ionisasi
nyala api (Flame Ionization Detector/FID).
16
Hasil deteksi dibandingkan dengan standar asam lemak yang telah diketahui jenis
dan konsentrasinya
Waktu retensi (relatife retention time / RRT) masing2 asam lemak tergantung
pada panjang rantau dan jumlah ikatan rangkap.
17
Keunggulan :
Kedua teknik sangat sensitive dan dapat menganalisis analit secara langsung. Perlakuan
biasanya sangat sederhana.
Keterangan : Metode ini sangat berkembang dengan pesat. Sejauh ini, metode ESI yang
paling sering digunakan untuk menganalisis lipid, namun aplikasi dari metode MALDI
justru bertambah. Dapat mendeteksi jaringan biologis.
Cara Kerja :
Electrospray ionization (ESI) merupakan teknik yang digunakan dalam mass spectrometri
untuk menghasilkan ion. Khususnya untuk menghasilkan ion dari makromolekul karena
ada kecenderungan molekul tersebut menjadi fragment saat diionisasi. Pengembangan
electrospray ionization untuk analisa makromolekul biologi merupakan sebuah kerja
keras jadi John Bennet Fenn pada tahun 2002 dan memperoleh sebuah Nobel dibidang
Kimia. Satu dari instrumen asli yang digunakan oleh Dr. Fenn saat ini di pajang di
Chemical Heritage Foundation in Philadelphia, Pennsylvania.
Mass spectrometry yang menggunakan teknologi ESI disebut dengan electrospray
ionization mass spectrometry (ESI-MS) atau juga dengan sebutan electrospray mass
spectrometry (ES-MS).
MALDI (Matrix-assisted laser desorption/ionization) adalah teknik soft ionization yang
digunakan pada spektometri masa yang melibatkan analisis biomolekul (seperti DNA,
Protein, peptide, dan gula) dan molekul organic yang besar (seperti polimer, dendrimer,
dll).
18
5.
H/13C NMR
Perbedaan masa jenis electron menyebabkan perbedaan perubahan kiawi dari nucleus
dari senyawa yang diberikan.
Keunggulan :
Secara umum, semua jenis lipid dapat terdeksi. Percobaan-percobaan lain yang
memiliki hubungan dengan metode ini dapat dicantumkan untuk menemukan informasi
yang lebih lengkap, contohya untuk mengklasifikasikan isomer.
Kekurangan :
Diperlukan spectra yang kompleks ketika menganalisis campuran. Sensitivitas
sangan terbatas (13 C) dan membutuhkan larutan yang terdeturasi. Peralatan yang mahal
dibutuhkan.
Keterangan :
NMR dapat dengan mudah digunakan pada keadaan dalam makhluk hidup (NMR
Managing).
Cara Kerja 1H/13C NMR :
Metode spektroskopi jenis ini didasarkan pada penyerapan energi oleh partikel
yang sedang berputar di dalam medan magnet yang kuat. Pada umumnya metode ini
berguna sekali untuk mengidentifikasi struktur senyawa / rumus bangun molekul
senyawa organik. Jumlah dan tempat proton dalam molekul senyawa organik
menentukan bentuk spektrum yang dihasilkan.Energi yang dipakai dalam pengukuran
dengan metode ini berada pada daerah gelombang radio 75-0,5 m atau pada frekuensi 4600 MHz, yang bergantung pada jenis inti yang diukurnya, NMR bermacam-macam
ragamnya, misalnya NMR 1H, 13C, 19F
19
20
Pelarut
Keterangan
CHCl3/CH3OH (2:1,v/v)
Lipid
hewan,
Jumlah
Metode Folch
penting
bakteri
menghindari hilangnya
dari
air
sangat
untuk
lipid
CHCl3/CH3OH
(1:1,
Terjadi
Dyer
cairan tubuh
seperti TAG
Memberikan pemulihan
lisolipid
polar
baik
Heksana/2-propanol (3:2,
Dibandingkan
v/v)
CHCl3,
molekul
isopropanol
kecil)
ekstrak
di
kehilangan
yang
pelarut
tingkat
non polar
rendah saja
untuk
dengan
heksana
karena
cocok
sangat
untuk
dan
adalah
yang
toksisitasnya
Kloroform/isopropanol
Sangat
Diindikasikan
(7:11, v/v)
Kloroform/metanol/12N
Penambahan
HCl
PS dan fosfoinositide
meningkatkan
hasil
ekstraksi
Tetapi
lipid
untuk
asam.
metode
ini
menyebabkan hidrolisis
sempurna
dari
plasmalogen
Tabel 1. Tabel metode untuk mengekstrak lipid dari sampel biologis
21
Metode Folch
Jaringan dihomogenisasi dengan kloroform / metanol (2/1) untuk volume akhir 20
jaringan basah, khususnya jaringan ikan beku, dengan mengggunakan volume pelarut
yang minimum. Air dalam jaringan merupakan komponen penting dalam sistem ekstraksi
dan hanya kloroform dan metanol secukupnya saja yang ditambahkan ke dalam sistem
fase tunggal untuk homogenasi. Setelah disaring, residu dire-homogenasikan dengan
kloroform untuk memastikan bahwa lipid telah terekstrak secara sempurna dan lapisan
organik ditambahkan ke dalam larutan garam yang membentuk campuran. Lapisan
kloroform akan mengandung lipid.
air. Kompleks lipid-protein atau lipid-karbohidrat mungkin tidak larut dalam pelarut
nonpolar. Dengan adanya alkohol senyawa kompleks ini terurai, sehingga lipid dapat
terekstraksi.
22
Heksana / 2-propanol
Mencampur lipid dengan heksana dan 2 propanol dengan perbandingan volume
3:2
Kloroform / isopropanol
Mencampur lipid dengan kloroform dan isopropanol dengan perbandingan volume 7:11
Mencampur lipid dengan kloroform, methanol, dan 12N HCl dengan perbandingan
volume 2:4:0.1
23
Pada kromatografi lapis tipis, eluent adalah fase gerak yang berperan penting pada proses
elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi antara
adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab
itu pemisahan komponen secara
Fase Diam
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika gel
atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang
keras. Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi
lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam
sinar ultra violet. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium
oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH.
24
Fase Gerak
Dalam kromatografi, eluent adalah fase gerak yang berperan penting pada proses
elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi antara
adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen.
Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran
pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis
adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini dikenal sebagai deret
eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut
yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika).
Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung pada:
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, Hal ini bergantung pada bagaimana
besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
26
27
Reagent
Manipulation
Spots
UV
Brown
UV
Fluorescence
UV
Fluorescence
Iodine
Vapor
0.001%
0.01%
Rhodamine CG in
acetone
Fluorescein in
EtOH
2,7,-
0.01%
dichlorofluorescein
in EtOH water
Water
Translucent
background
White
28
20% ammonium bisulfat dalam air, juga biasa dipakai sebagai reagent pembakar
lemak, uap hasil pembakaran dengan ammonium bisulfat juga lebih tidak korosif jika
dibandingkan dengan asam sulfat. Walaupun proses pembakaran memiliki kekurangan
yang besar, karena dapat merusak lipid seluruhnya, metode ini sangat sensitive.
Metode ini dapat mendeteksi lipid hingga 1g. Sterols memberikan warna merah
keunguan sebelum menjadi hitam, dan ini merupakan petunjuk yang berguna.
29
Reagent
Manipulation
Spots
Brown
50%
H2SO4 in MeOH
110oC
black
Cupric Acetate in
3%
8% H3PO4
Cupric Acetate in
8%
8% H3PO4
Molybdophosphoric
5%
acid in EtOH
0.04%
0.03%
Bromothymol blue
in 0.1 NaOH
Coomasie brilliant
blue R in 20% NaOH
180oC
Black
160oC
Black
120oC
Blue
Bluegreen
Blue
30
Reaksi Orcinol
Piring disemprotkan dengan larutan orcinol dan dipanaskan pada 100oC dalam
oven selama 10-15 menit.
31
Titik yang mengandung gula terlihat pink-violet pada latar belakang putih. Batas
deteksinya sekitar 0.5 nmol dari total gula per titik, sehingga, sesedikit 0.5-1 mg
glikolipd dapat dideteksi
2.
Glikolipid terlihat pink pada latar belakang putih tetapi warnanya memudar
dengan cepat. Batas deteksi sekitar 100 pmol gula pada titik (0.1 mg lipid)
3.
Reaksi Hydroxytetralone
Melarutkan 10 mg reagen dalam asam sulfat 80%. Menjaga larutan pada 4oC.
Piring disemprotkan dengan larutan reagen dan dipanaskan pada 120oC selama
10 menit. Intensitas fulorescent glikolipid pada piring ditentukan pada eksitasi
panjang gelombang 470 nm dengan optical cut-off filter (500 nm). Glikolipid
berwarna kuning dan phospholipid berwarna biru. Responnya linear dengan
batas konsentrasi 10 100 pmol dan batas deteksi sekitar 3 pmol glikolipid.
32
Daftar Pustaka
Campbell, P.N., A.D. Smith. 1982. Biochemistry Illustrated. Wilture Enterprises. Hong Kong.
Houston,
M.E.
1995.
Biochemistry
Primer
For
Exercise
Science.
Human
Kinetics.Champaign.USA.
New York.
Ngili Yohanis.2009. Biokimia : Struktur dan Fungsi Biomolekul. Graha Ilmu. Yogyakarta.
33