Anda di halaman 1dari 27

HASIL OBSERVASI DAN ANALISA

POTENSI BAHAYA FAKTOR KIMIA, TOKSIKOLOGI INDUSTRI,


SANITASI, DAN PENGELOLAAN LIMBAH
PT. MEGA ANDALAN KALASAN
SEBAGAI TUGAS AKHIR PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA BAGI
DOKTER PERUSAHAAN

DISUSUN OLEH :
dr. Gunterus Evans
dr. Peter Wijaya
dr. Renie Indriani
dr. Naomi Hutabarat
dr. Yoki Chandra
dr. Kathryn Suryono
dr. David Sitohang
dr. Julius Marbun Sayoga
dr. Binsar Napitupulu
dr. Tessa Wiguna Salim
dr. Sherley
dr. Griselda Nathania
dr. Christian Adrianto Sugiono
dr. Andhika Ayu Perwitasari
dr. Ivanlibrian Rubens Husandy
YOGYAKARTA 11 16 SEPTEMBER 201
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang tepat pada waktunya yang berjudul HASIL
OBSERVASI DAN ANALISA POTENSI BAHAYA FAKTOR KIMIA, TOKSIKOLOGI
INDUSTRI, SANITASI, DAN PENGELOLAAN LIMBAH PT. MEGA ANDALAN
KALASAN
Makalah ini merupakan tugas akhir untuk pelatihan HIPERKES dan
Keselamatan Kerja bagi dokter perusahaan yang berlangsung selama 5 hari,
makalah ini berisikan tentang hasil observasi dan analisa kami saat
bekunjung ke PT. Mega Andalan Kalasan berdasarkan peraturan dan standar
yang berlaku di Indonesia. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang penerapan ilmu hygiene perusahaan,
kesehatan dan keselamatan kerja dalam pekerjaan kita sehari-hari.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Yogyakarta, 16 September 2011

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....
..2
DAFTAR ISI ....
...3
BAB I PENDAHULUAN ...
....4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
.7
BAB III HASIL OBSERVASI DAN ANALISA ..
..17
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...
..22

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Menghadapi era globalisasi, ketenaga-kerjaan semakin diharapkan


konstribusinya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang

akan

tercermin

dengan

meningkatnya

profesionalisme,

kemandirian, etos kerja dan produktivitas kerja. Untuk mendukung


itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat,
selamat, nyaman dan menjamin peningkatan produktivitas kerja.
Keselamatan

dan

Kesehatan

Kerja

(K3)

adalah

kepentingan

pengusaha, pekerja dan pemerintah di seluruh dunia. Menurut


perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal
karena

masalah akibat

kerja.

Dari

jumlah ini,

354.000

orang

mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270


juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta
yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan
untuk

bahaya-bahaya

akibat

kerja

ini

amat

besar.

ILO

memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaankecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja setiap tahun lebih
dari US$1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik
Bruto (GDP).
Pada dasawarsa 1990-an, Indonesia, melewati suatu periode yang
ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat hingga tahun
4

1997, walaupun periode sesudah itu didera oleh krisis keuangan.


Selama tahap pertumbuhan tersebut, ternyata jumlah kecelakaan
kerja cenderung mengalami kenaikan. Tetapi selama resesi, jumlah
biaya yang dialokasikan untuk keselamatan dan kesehatan kerja
justru

termasuk

salah

satu

yang

mengalami

pemangkasan.

Sehubungan dengan hal ini, ILO berpendapat bahwa apapun keadaan


yang menimpa suatu negara, keselamatan dan kesehatan pekerja
adalah hak asasi manusia yang mendasar, yang bagaimanapun juga
tetap

harus

dilindungi,

baik

sewaktu

negara

tersebut

sedangmengalami pertumbuhan ekonomi maupun ketika sedang


dilanda resesi.3 Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negaranegara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara
industri. Kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di
bidang

pertanian,

perikanan,

perkayuan,

pertambangan

dan

konstruksi. Tingkat buta huruf yang tinggi dan pelatihan yang kurang
memadai

mengenai

mengakibatkan

metode-metode

tingginya

angka

kematian

keselamatan
yang

terjadi

kerja
karena

kebakaran dan pemakaian zat-zat berbahaya yang mengakibatkan


penderitaan dan penyakit yang tak terungkap termasuk kanker,
penyakit jantung dan stroke.
Praktek-praktek ergonomis yang kurang memadai mengakibatkan
gangguan

pada

otot,

yang

mempengaruhi

kualitas

hidup

dan

produktivitas pekerja. Selain itu, masalah-masalah sosial kejiwaan


ditempat kerja seperti stres ada hubungannya dengan masalahmasalah

kesehatan

yang

serius,

termasuk

penyakit-penyakit

jantung, stroke, kanker yang ditimbulkan oleh masalah hormon, dan


sejumlah masalah kesehatan mental.
Pada tahun 2002, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa
Wea menyebutkan bahwa kecelakaan kerja menyebabkan hilangnya
71 juta jam orang kerja, yang seharusnya dapat secara produktif
5

digunakan untuk bekerja apabila pekerja-pekerja yang bersangkutan


tidak mengalami kecelakaan dan kerugian laba sebesar 340 milyar
rupiah. Bulan Januari 2003 menyebutkan bahwa kecelakaan di
tempat kerja yang tercatat di Indonesia telah meningkat dari 98,902
kasus pada tahun 2000 menjadi 104,774 kasus pada tahun 2001.
Dan 11 selama paruh pertama tahun 2002 saja, telah tercatat
57,972 kecelakaan kerja.Meskipun tingginya angka kecelakaan kerja
ini cukup memprihatinkan, hal ini menyiratkan adanya perbaikan
yang nyata dalam pelaporan dan penyebaran informasi tentang
kecelakaan kerja
kepada masyarakat.
Untuk itu pemerintah telah mengaturnya dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor: Per05./MEN/1996 tentang berbagai aspek
Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang perlu mendapatkan perhatian,
perlindungan tenaga kerja mendapatkan prioritas yang cukup tinggi
dalam

suatu

industri,

khususnya

industri

yang

rawan

cedera,

pencemaran dan penyakit akibat kerja.


Tenaga kerja sebagai pelaku pembangunan terutama di sektor industri
mempunyai

peranan

pembangunan

dan

nasional,

kedudukan
maka

yang

sudah

sangat

penting

seharusnya

dalam

mendapatkan

perlindungan yang memadai sesuai dengan standar- standar yang berlaku


agar mereka dapat bekerja dengan tenang dan nyaman sehingga akan
dapat meningkaatkan produktifitas pekerja.
Pelaksanaan perlindungan terhadap pekerja memerlukan kerja sama
antara pengusaha, tenaga kerja, dan pemerintah yang ditunjang oleh
peraturan

perundang-

undangan

dalam

bidang

kesehatan

dan

keselamatan kerja (K3)


Hal ini ditunjang oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 04/Men/
1987

tentang

pembentukan

Panitia

Penyelenggara

Kesehatan

dan

Keselamatan

Kerja

(P2K3)

dan

pengangkatan

ahli

Kesehatan

dan

Keselamatan Kerja.
Dalam pekerjaan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan
dan keselamatan tenaga kerja, diantaranya faktor biologis, fisika dan
kimia, penulis akan memfokuskan kepada faktor kimia

dan sanitasi

lingkungan kerja yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja


1.2

Waktu dan Tempat Observasi

Observasi dilakukan di Perusahaan manufaktur dengan uraian sebagai


berikut :
Nama Perusahaan

: PT. Mega Andalan Kalasan

Alamat Perusahaan : Jl. Tanjung Tirto 34, Tirtomartani Km 13 Yogyakarta


Jumlah Tenaga Kerja : 400 Tenaga Kerja
Produk yang Dihasilkan

: Perlengkapan dan Peralatan Rumah Sakit

Waktu Observasi

: 16 September 2011
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Potensi Bahaya Faktor Kimia dan Toksikologi Industri


II. 1.1 Faktor Kimia
Dalam industri, bahan kimia yang banyak digunakan, diolah dan
diproduksi di lingkungan kerja, ditemukan berbagai jenis bahan kimia
baik sebagai bahan baku maupun sebagai hasil jaddi, pengenalan
berbagai jenis, sifat, dan bahaya bahan kimia dalam industry diperlukan
untuk mengatasi resiko kecelakaan kerja yang akan sangat merugikan
pengusaha maupun pekerja

II.1.2 Pengenalan bahan kimia


Terdapat ribuan jenis bahan kimia yang digunakan, diolah dan dihasilkan
dalam industry, sehingga diperlukan upaya :

Survey, untung mengenal dan mengidentifikasi berbagai bahan kimia


yang terdapat di industry supaya dapat direncanakan evaluasi dan
assesmen selanjutnya

Mengenal proses produksi

Mempelajari Material Safety Data Sheet dari tiap bahan kimia yang
digunakan dalam proses produksi

Sifat dan tingkat bahaya dari bahan kimia ditentukan oleh :

Sifak fisik bahan kimia

Sifat kimia dari bahan kimia

Sifat fisiologis dari bahan kimia

Jalan masuk bahan kimia ke tubuh


Bahan kimia dapat memasuki tubuh melalui 3 tempat :
Saluran pernafasan , cara ini merupakan cara yang tercepat, zat kimia
yang terhirup akan masuk ke paru- paru kemudian masuk ke aliran
darah dengan cepat. Zat ( debu bahan kimia ) yang terhirup dapat
mengendap ataupun masuk ke aliran darah, kedua hal ini dapat
menyebabkan gangguan kesehatan seperti

bronkhitiss, pneumonia,

emphysema.
Kulit merupakan tempat masuk bagi bahan cair atau aerosol yang
mengendap di permukaan kulit. Bahan yang larut dalam air akan
8

diserap lebih cepat. Bahan-bahan pelarut juga diserap dengan baik


oleh kulit. Bahan kimia dapat meyebabkan kerusakan pada kulit
berupa abrasi, korosi, atau luka bakar. Factor kimia ditempat kerja
merupakan penyumbang terbesar penyebab penyakit kulit akibat kerja
(occupational dermatosis).
Saluran Pencernaan; bahan kimia masuk ke dalam saluran pencernaan
melalui 2 cara yaitu:
1. Partikel yang masuk melalui saluran pernafasan ditelan berupa
ludah atau dahak.
2. kontaminan pada tangan.
Kontaminasi yang masuk melalui saluran pencernaan akan dicerna
terlebih dahulu sebelum masuk aliran darah. Organ yang penting
untuk menetralisir racun adalah hati.
o Lama pajanan, menurut lamanya pajanan, dapat dibedakan
pajanan akut, subkronis, dan kronis. Efek pemajanan dapat
berupa efek yang ringan sampai yang berat tergantung dari
tingkat toksisitas bahan. Maka untuk membantu mengenali
faktor

resiko

ini

dikeluarkanlah

suatu

standar.

American

Conference of Governmental Industrial Hygienist ( ACGIH)


dikembangkanlah suatu konsep Threshold Limit Value (TLV) atau
Nilai Ambang Batas ( NAB) yang menunjukkan suatu kadar bahan
di udara lingkungan kerja bahwa tenaga kerja masih dapat
bekerja tanpa terganggu kesehatannya.
o Faktor tenaga kerja
II.1.3 INTERAKSI BAHAN KIMIA
Antara zat kimia satu dan zat kimia lainnya dapa tmenimbulkan interaksi
satu sama lain, efek yang terjadi dapat dibedakan dalam:
9

Efek aditif yaitu pengaruh yang saling memperkuat akibat kombinasi


dari dua zat kimia atau lebih. Pengaruh racun yang terjadi merupakan
penjumlahan dan efek masing-masing zat kimia.

Efek sinergi yaitu suatu keadaan bahwa pengaruh gabungan dari dua
zat kimia atau lebih jauh lebih besar daripada jumlah masing-masing
efek bahan kimia.

Efek antagonis yaitu apabila gabungan dua zat kimia atua lebih
efeknya jauh lebih kecil daripada jumlah efek masing-masing.

II.1.4 PENGARUH TERHADAP KESEHATAN


Pemajanan terhadap bahan kimia mengakibatkan terjadinya perubahan
biologic atau fungsi tubuh yang manifestasinya berupa keluhan, gejala,
dan tanda gangguan kesehatan. Kerusakan jaringan atau sel tubuh
terutama terjadi pada organ target yakni bagian yang terserang zat kimia,
tergantung organ target bahan

kimia dapat berupa neurotoksik,

hepatotoksik, nefrotoksik, sistemik, dsb.


Berdasarkan gejala yang ditimbulkannya, bahan kimia dapat bersifat
asfiksian, iritan, alergi. Selanjutnya ditinjau dari lama atau waktu
timbulnya gejala, efek bahan kimia bias terjadi akut dan kronis.
Tanda atau gejala terjadi akibat keracunan bahan kimia bisa bervariasi
dari tanda dan gejala spesifik sampai non spesifik misalnya lemas, pusing,
mual, muntah, gemetar, nafsu makan berkurang. Gejala yang spesifik
misalnya kelumpuhan, gangguan penglihatan, diare yang menetap,
pendarahan, dll.
Berikut contoh bahan kimia dan pengaruhnya terhadap kesehatan :

ASFIKSIAN (bahan yang menimbulkan anoksia kekurangan oksigen)


yaitu bahan yang dapat mengurangi oksigen atau meningkatkan

10

karbon dioksida dalam darah atau jaringan. Berdasarkan mekanisme


terjadinya, anoksia dibagi 3 :
Anoksia

anoksik,

pernafasan
pengenceran

dan

yaitu

kekurangan

darah,

oksigen

oksigen

disebabkan

dalam

atmosfir.

dalam

udara

penggantian

atau

Zat-zat

yang

dapat

menimbulkan anoksia anoksik adalah etana, helium, hydrogen


sulfide, nitrogen oksida.
Anoksia anemik : kekurangan oksigen yang dapat diangkut oleh
hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh gas CO, aniline, toluidine, yang mempunyai
daya ikat (afinitas) terhadap Hb lebih kuat, sehingga Hb tidak
mampu lagi mengikat oksigen.
Anoksia histotoksik : disebabkan kerusakan pada sel, sehingga
tidak mampu mengambil oksigen dan darah; misalnya akubat
asam sianida, nitrit.

IRRITANT (perangsang) : bahan yang menimbulkan peradangan dari


selaput lender atau kulit pada tempat kontak, factor konsentrasi
mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan waktu pemaparan.
Contoh zat irritant :
Asam asetat
Kalsium
oksida

Klorobenzen
a
Etil alcohol

Arsen

Aseton

Formaldehid

Asam fosfat

Stiren
Fosfor kuning
Xylene
Trikioroetilen
Ammonia
11

Hydrogen
klorida
Asam nitrat
Klor

Etilen oksida
Fosgen
Berilium
Asam kromat

Sulfur
dioksida
Seng klorida
Ozon

ZAT KIMIA NEUROTOKSIK : bahan yang dapat meracuni saraf. Contoh :


Asetaldehida

Karbon tetraklorida

Tetrakloroetana

Benzene

Etilen oksida

Timah hitam

Karbon

Xylene

Akrilaiffid

Styrene

Arsen

Kloroform

Merkuri

Etil alkohol

Merkaptan

disulfide
Toluene
Trikloroetana
Aseton

ZAT KIMIA HEPATOTOKSIK : bahan yang dapat meracuni hati. Contoh :


Karbon
tetraklorida
Dimetil
nitrosamine
Etil alkohol

Trinitro
toluene

Trikloroetilen
a

Antimon

Aflatoksin

Tetrakloroetil

Vinilklorida

ena

Amen

12

Fosfor kuning
Selenium

Toluene

Notribenzena

diamin

ZAT KIMIA NEFROTOKSIK : bahan kimia yang dapat meracuni ginjal.


Contoh :
Arsen
Aniline
Organoklorin
Cadmium
Toluene
Kloroform
Karbon tetraklorida
Etilen glikol
Fosfor kuning
Methanol
Timah hitam
Fenol
Merkuri

13

ZAT KIMIA HEMATOTOKSIK : bahan kimia yang dapat meracuni darah.


Contoh :
Aniline

Timah hitam

Toluidin

Nitrogen

Dihidro
toluene
Nitrobenzene

trifluorida
Para
nitroanilin

Nitroklorobe
nzena
Propil nitrat
Trinitro
toluene

14


II.1.5 USAHA-USAHA PENCEGAHAN
Usaha-usaha oencegahan timbulnya penyakit akibat kerja karena
factor kimia di lingkungan kerja, secara prinsip ditujukan kepada :
A. Upaya yang ditujukan pada tempat kerja, berupa usaha pengendalian
yang bersifat teknis (engineering control), seperti :
I.

Eliminasi

bahan

berbahaya,

yaitu

menghilangkan

bahan

berbahaya dari lingkungan kerja, hal ini dapat dilakukan dengan


cara :
a.

Tidak menggunakan lagi bahan berbahaya tersebut.

b.

Menggunakan

proses

yang

mengolah

bahan

berbahaya dalam system tertutup.


II.

Substitusi bahan berbahaya, yaitu mengganti bahan berbahaya


dengan bahan yang tidak atau kurang berbahaya.

III.

Ventilasi yang cukup, yang bertujuan mengencerkan atau


mengeluarkan bahan-bahan berbahaya dari lingkungan kerja.
System ventilasi dibagi 2 :

IV.

a.

Ventilasi umum

b.

Ventilasi local

Hygiene dan sanitasi tempat kerja

Hasil dari upaya pengendalian teknis ini dapat dipantau

dengan pengujian lingkungan kerja. Hasil pengujian lingkungan


kerja dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (TLV) yang
berlaku untuk bahan kimia tersebut. Semua upaya teknis

hendaknya sedemikian rupa sehingga konsentrasi bahan kimia di


lingkungan kerja lebih rendah dari NAB.
B. Upaya yang ditujukan pada tenaga kerja, seperti :
I.

Pendidikan dan latihan tentang bahaya factor kimia yang ada di


lingkungan kerja, cara pencegahan dan penanggulangannya.

II.

Alat pelindung diri : baju kerja, sarung tangan, sepatu, masker,


respiratoar, kaca mata.

III.

IV.

Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja :


a.

Pemeriksaan awal

b.

Pemeriksaan berkala

c.

Pemeriksaan khusus

Sanitasi perorangan

Bagi tenaga kerja yang terpapar dengan bahan-bahan kimia tertentu,


sebaiknya

emeriksaan

kesehatan

dilengkapi

dengan

pemeriksaan

laboratorium khusus, untuk mendeteksi tingkat pemaparan; upaya ini


disebut pemantauan biologis.
Pemantauan (monitoring) biologis adalah pengujian untuk mengukur
kadar kontaminan yang telah diserap oleh tubuh. Pemantauan biologis
dapat dilakukan dengan 2 cara :
a. Analisa

kuantitatif

langsung

dari

kontaminan

atau

asil

metabolitnya dalam cairan tubuh (darah, urine, dahak, dll),


jaringan atau udara pernafasan. Sebagai contoh :

Urine : aniline, arsenic, cadmium, timah hitam, merkuri,


nitro benzene.
Darah : karboksi haemoglobin untuk mengukur tingkat
keracunan CO kolinesterase untuk mengukur tingkat
keracunan pestisida,
Dahak : bahan bahan abses
Udara

pernafasan

mengukur

kadar

pelarut

seperti

metilen klorida, karbon tetraklorida, triklor etana, vinil


klorida, tetraklor etilena, Freon, dll.
b. Secara tidak langsung, dengan pengukuran efek dan bahan
terhadap tubuh, dengan mengukur fungsi organ atau jaringan
target, misalnya dengan mengukur fungsi paru-paru, fungsi
hati, dll
II.2 Sanitasi dan Pengendalian Limbah Industri
II.2.1 Sanitasi Industri
Sanitasi

adalah

usaha

masyarakat

yang

menitikberatkan

pada

pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi


derajat kesehatan manusia. Sanitasi industry adalah usaha kesehatan
masyarakat lingkungan dalam batas-batas tertentu termasuk cara-cara
pencegahan

penyakit

menular

atau

lain-lain

gangguan

terhadap

kesehatan tenaga kerja yang tidak dapat dipisahkan dalam proses


industri. Unsur pokok sanitasi industry meliputi beberapa hal antara lain
unsur hygiene, estetika, ekonomi. Beberapa hal yang harus terpenuhi
dalam sanitasi industry antara lain meliputi :
1. Pengadaan air bersih
2. Pengadaan air minum
3. Penampungan air buangan

4. Pembuangan sampah
5. Penyediaan makanan dan minuman
6. Bangunan / gedung
7. Pengawasan/ pembasmian serangga dan binatang mengerat
8. Penyediaan fasilitas kebersihan
9. Ketata rumah tanggaan
10.
Pengawasan terhadap pencemaran
II.2.2 Pengendalian Limbah Industri
1. Pengelolaan Limbah Cair
Berdasarkan
Peraturan

Pemerintah

No

82

tahun

2001pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air


sehingga tercapao kualitas yang diinginkan sesuai peruntukannya
untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya.
Pengelolaan air buangan dibagi menjadi 3 metode :
a. Pengelolaan secara fisika
b. Pengelolaan secara kimia
c. Pengelolaan secara biologi
2. Pengendalian Pencemaran Udara
Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah no.41 tahun
1999 tentang pencemaran pengendalian pencemaran udara adlah
msuknya atau dimasukannya zat, energy, dan / atau komponen lain
ke dalam udara ambient oleh kegitan manusi, sehingga mutu udara
ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara
ambient tidak dapat memenuhi fungsinya.
3. Pengendalian Pencemaran Tanah
Pengendalian bahan berbahaya sering dilakikan secara tidak
benar sehingga sering membahyakan lingkungan. Pembuangan
bahan

berbahaya

yang

benar

dan

aman

adlah

kita

harus

mengetahui sifat bahan yang hendak dibuang. Limbah padat


umumya dibuang dengan jalan ditanam dalam tanah, apabila tidk
dapat dilakukan karena sifat racunnya maka harus ditanam dalam
tanah dengan dimasukkan terlebih dahulu ke dalam drum khusus
yang tidak akan hancur oleh air tanah

BAB III
HASIL OBSERVASI DAN ANALISA
III.1 Potensi Bahaya Faktor Kimia dan Toksikologi Industri
III.1.1 Proses Produksi Injection Processing

Bahan baku : Biji Plastik PP,PE, Nylon, ARS

Bahan Tambahan : Pigmen Pewarna

Peralatan yang digunakan : Mixer bijih plastik, Injektor


III.1.2 Limbah

Cair : Air--- IPAL---Dibuang

Padat :
plastik yang kemudian diolah kembali menjadi bijih plastik,
kemudian diolah kembali menjadi produk plastik dengan kualitas
yang lebih rendah
Plastik yang sudah tidak dapat diolah akan dijual
III.1.3 Potensi Bahaya

III.2 Sanitasi

III.2.1 Kebersihan dan Kerapian

III.2.2 MCK

* Kategori bersih :
Tidak boleh berbau
Tidak ada kotoran terlihat
Tidak ada lalat, nyamuk, dan serangga
Harus ada air bersih
Mudah dibersihkan
Dibersihkan 2 3 kali sehari
Pintu harus dapat ditutup dengan mudah

III.2.3 Site Plant

Gedung kuat buatannya, tidak mudah terbakar, tidak ada yang mau
rubuh tangga aman, tidak licin dan cukup luas

Lantai, dinding, loteng dan atap berada dalam keadaan terpelihara dan
bersih

Dinding dan loteng dikapur setiap 5 tahun sekali

Dinding yang dicat dibersihkan tiap 1 tahun sekali

Lantai dibersihkan dalam waktu tertentu

Dinding tidak basah dan lembab

Lantai terbuat dari bahan keras , tahan air, dan bahan kimia

III.2.4 Pencahayaan

III.2.5 Penyediaan Air Bersih

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Potensi bahaya factor kimia dan toksikologi serta sanitasi dan
pembuangan limbah akan selalu menjadi topic yang hangat
untuk dibahas karena masih banyak praktek yang kurang benar
dalam

menanggulangi

masalah

tersebut

yang

dapat

menyebabkan kecelakaan kerja dan kerusakan alam lingkungan.

Dalam observasi kami di PT. PT. Mega Andalan Kalasan kami


menemukan hasil observasi yang cukup baik, baik dalam
identifikasi factor bahaya kimia, sanitasi, dan penganggulangan
limbah, namun masih ada beberapa kekurangan yang tidak
signifikan yang kami temukan, dimana sebagian besar adalah
masalah kebersihan, yang kami amati disebabkan oleh pekerja
sendiri, juga tempat pembuangan limbah cair yang cukup
mengganggu udara ambien sekitar tempat bekerja. Menurut
kami, hal tersebut masih dapat diintervensi yaitu dengan
bimbingan langsung dimana diupayakan agar pekerja sadar akan
sanitasi

lingkungan

dan

penanggulangan

limbah,

untuk

perbaikan secara fisik menurut kami tidak begitu signifikan.


Dimana kami simpulkan bahwa sanitasi dan penanggulangan
limbah PT. Mega Andalan Kalasan cukup baik dan sesuai standar
yang diatur dalam peraturan mentri perburuhan.

Anda mungkin juga menyukai