LP Kista Ovarium
LP Kista Ovarium
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
MATERNITAS
Disusun oleh :
Laras Frestyawangi Wasitin
2014204610111072
Mahasiswa
Laras Frestyawangi Wasitin
201420461011072
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
Lahan
Juli 2015
Pembimbing
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
yang
kuat,
sehingga
bebas
untuk
tumbuh
dan
yang
penting
dan
mempunyai
kemampuan
untuk
2) Korpus uteri
Bagian uteri yang terbesar pada kehamilan, bagian ini
berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uuteri disebut kavum uteri atau rongga
rahim.
3) Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut
ostium uteri innternum. Lapisan-lapisan uterus meliputi
endometrium, myometrium, parametrium.
2. Tuba Fallopi
Tuba fallopi dengan panjang 12 cm merupakan bagian yang
paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama
terjadinya kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopi sangat
vital
dalam
proses
kehamilan,
yaitu
menjadi
saluran
pertumbuhan
hasil
pembuahan
sebelum
mampu
sehingga
mempunyai
dampak
kewanitaan
dalam
pengatur
lipatan
peritoneum
dengan
berbagai
atasnya
mengandung
tuba
fallopi
dan
ikut
serta
B. Definisi
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun
besar kistik maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro,
2007).
Kista ovariun adalah suatu benjolan yang berada di ovarium
yang dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian
bawah dimana pada kehamilan yang disertai kista ovarium solaholah terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar
(Prawirohardjo, 2009).
C. Etiologi
Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh
gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan
ovarium.
Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan
karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat
arang, bahan-bahan tambang.
Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah
sebagai berikut :
1. Riwayat kista terdahulu
D. Patofisiologi
Penyebab kista ovarium belum diketahui secara pasti belum
bisa diketahui, namun ada beberapa faktor presdiposisi yang dapat
menyebabkan kista ovarium yaitu wanita yang menderita kanker
payudara, riwayat kanker kolon, diet tinggi lemak, Merokok,
Minum alcohol. Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista,
yang
merupakan
pembesaran
sederhana.
Konsisten
ovarium
normal. Folikel graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat
timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epitalium ovarium.
Beberapa faktor lain yang berpengaruh adalah infertilitas terutama
penggunaan obat obatan infertilitas untuk menstimulus ovulasi.
Secara umum pertumbuhan jaringan abnormal di ovarium yang
telah
diawali
oleh
adanya
faktor
presdiposisi
diatas
yang
abdomen dan panggul selain itu cairan yang mengandung sel ganas
dapat
masuk
ke
limfe
menuju
pleura
sehingga
akhirnya
E. Manifestasi Klinis
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki
gejala. Tetapi, terkadang kista dapat menyebabkan beberapa
masalah seperti :
1. Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit
2. Nyeri selama berhubungan seksual
3. Masa diperut bagian bawah dan biasanya bagian-bagian organ
tubuh lainnya sudah terkena
4. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
5. Wanita post menoupause : nyeri pada daerah pelvik, disuria,
konstipasi atau diare, obstruksi usus atau asietas.
F. Klasifikasi
Menurut Mansjoer, et al (2000), kista ovarium neoplastik jinak
diantaranya :
1. Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma
ovarii
simpleks
merupakan
kista
yang
jernih
yang
serosa
dan
berwarna
kuning.
menjadi
sangat
besar.
Gambaran
klinis
terdapat
perlekatan
kista
dengan
omentum,
usus-usus
dan
peritonei.
Penatalaksanaan
dengan
di
rongga
peritoneum.
Penatalaksanaan
dengan
keadaan
normol
korpus
luteum
lambat
laun
kebetulan
ditemukan
pada
pemeriksaan
histologik
ini
sering
disebut
juga
sebagai
kista
coklat
dengan
penyakit
endometriosis
yang
daya
tahan
selaput
perut,
sehingga
mudah
endometriosis.
Karena
sifat
penyusupannya
yang
Stein-Leventhal
dan kiranya
penderita
terhadap
gangguan
ovulasi,
oleh
karena
G. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa metode yang dapat membantu menegakkan
diagnosis, yaitu sebagai berikut (Prawirohardjo, 2009) :
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk
menentukan sifat-sifat tumor tersebut.
2. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dan batas tumor
apakah berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kemih.
Apakah tumor kistik atau solid dan dapatkan dibedakan pula
antara ciran dalam ringga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna unruk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, apda kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
gigi dalam tumor.
4. Parasentesis
Pungsi asietes berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan ini dapat mencemarkan kavum
peritonei dengan isi kista dinding kista tertusuk (Prawirohardjo,
2009).
H. Pencegahan
Menurut Chyntia (2010) menyatakan bahwa upaya pencegahan
yang bisa dilakukan adalah untuk mengerahui secara dini penyakit
ini, sehingga pengobatan yang dilakukan memberi hasil yang baik
dengan komplikasi yang minimal. Upaya yang dilakukan adalah
dengan melakukan pemeriksaan secara berkala yang meliputi :
pemeriksaan klinis ginekologi untuk mendeteksi adanya kista atau
pembesaran ovarium lainnya, pemeriksaan ultrasonografi (USG)
bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah,
pemeriksaan petanda tumor (tumor marker), pemeriksaan CTScan/MRI bila diperlukan.
I. Penatalaksanaan
1. Observasi
termasuk
tuba
fallopi,
maka
disebut
salpingo-
oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara
lain tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk
memiliki anak, kondisi ovarium dan jenis kista.
Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut
Yatim, (2005: 23) yaitu:
1) Apabila
pemeriksaan
keganasan,
sonogram
biasanya
tidak
dokter
terlihat
tanda-tanda
melakukan
operasi
proses
dengan
laparoskopi.
2) Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan
dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparotomi, kista bisa diperiksa
mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak.
apakah sudah
yang
diperlukan
agar
tidak
terjadi
hipotermia,
tetesan tergantung pada keadaan dan kebutuhan, biasanya kirakira 20 tetes per menit. Bila kadar hemoglobin darah rendah,
berikan
transfusi
kebutuhan.
c. Diet
darah
atau
pocked-cell
sesuai
dengan
sudah boleh
diberikan 6-10 jam pasca operasi berupa air putih atau air teh
yang jumlahnya dapat dinaikkan pada hari pertama dan kedua
pasca operasi. Setelah infuse dihentikan, berikan makanan bubur
saring, minuman, buah dan susu. Selanjutnya secara bertahap
diperbolehkan makan bubur dan akhirnya makanan biasa.
d. Nyeri
Dalam 24 jam pertama, rasa nyeri masih dirasakan di daerah
operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan obatobatan anti sakit dan penenang seperti suntikan intramuskuler
(IM) pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morpin sebanyak
10-15 mg atau secara perinfus atau obat-obatan lainnya.
e. Mobilisasi
Mobilisasi
segera
sangat
berguna
untuk
membantu
Latihan
pernafasan
dapat
dilakukan
sambil
tidur
g. Pemberian Obat-obatan
1) Antibiotik, kemoterapi dan anti inflamasi
2) Obat-obatan pencegah perut kembung
3) Obat-obatan lainnya
h. Perawatan Rutin
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemeriksaan dan
pengukuran adalah:
4) Tanda-tanda
vital,
meliputi:
tekanan
darah
(TD),
nadi,
K. Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2007), komplikasi yang dapat terjadi
pada kista ovarium diantaranya:
a. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya
tumor
di
dalam
perut
bagian
bawah
bisa
rasa
berat
dalam
perut
serta
dapat
juga
kista membesar,
akan
terjadi
fallopi
atau
ligamentum
rotundum
pada
uterus.
Jika
unilateral
dan
yang tidak
melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini
paling
adneksa dilepaskan
pada
saat
bersetubuh.
Jika
robekan
kista
disertai
ke
uterus
ke
dalam
rongga
peritoneum
dan
DAFTAR PUSTAKA
Benson, R. 2008. Buku Saku Obsteteri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta:
Penerbit EG