Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN KISTA OVARIUM


DI RUANG TULIP 1 RST dr. SOEPRAOEN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN
MATERNITAS

Disusun oleh :
Laras Frestyawangi Wasitin
2014204610111072

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULAN & ASUHAN KEPERAWATAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS


2015

Mahasiswa
Laras Frestyawangi Wasitin
201420461011072

Mengetahui,
Pembimbing Institusi
Lahan

Juli 2015

Pembimbing

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Genetalia Interna Wanita


Genetalia interna adalah alat reproduksi yang berada didalam
dan tidak dapat dilihat kecuali dengan cara pembedahan. Organ
genetalia terdiri dari :
1. Rahim (uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr.
Terletak dipanggul kecil diantara rectum dan di depannya
terletak kandung kemih. Hanya bagian bawahnya disangga oleh
ligament

yang

kuat,

sehingga

bebas

untuk

tumbuh

dan

berkembang saat kehamilan. Ruangan rahim berbentuk segitiga,


dengan bagian besarnya di atas. Rahim juga merupakan jalan
lahir

yang

penting

dan

mempunyai

kemampuan

untuk

mendorong jalan lahir.


Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak pada pangkal saluran telur.
Pada pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat
memperkirakan usia kehamilan.

2) Korpus uteri
Bagian uteri yang terbesar pada kehamilan, bagian ini
berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uuteri disebut kavum uteri atau rongga
rahim.
3) Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut
ostium uteri innternum. Lapisan-lapisan uterus meliputi
endometrium, myometrium, parametrium.

2. Tuba Fallopi
Tuba fallopi dengan panjang 12 cm merupakan bagian yang
paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama
terjadinya kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopi sangat
vital

dalam

proses

kehamilan,

yaitu

menjadi

saluran

spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum,


tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi saluran dan
tempat

pertumbuhan

hasil

pembuahan

sebelum

mampu

menanmkan diri pada lapisan dalam rahim.


3. Indung Telur (Ovarium)
Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul,
dan digantung ke rahim oleh ligamentum ovari proprium dan ke
dinding panggul oleh ligamentum infundibulopelvicum. Indung
telur merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama,

sehingga

mempunyai

dampak

kewanitaan

dalam

pengatur

proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur (ovum)


setiap bulan silih berganti kanan dan kiri.
4. Parametrium (Penyangga Rahim)
Merupakan

lipatan

peritoneum

dengan

berbagai

penebalan, yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul,


lipatan

atasnya

mengandung

tuba

fallopi

dan

ikut

serta

menyangga indung telur. Bagian ini sensitif terhadap infeksi


sehingga mengganggu fungsinya.
Hampir keseluruhan alat reprodukksi wanita berada di
rongga panggul. Setiap individu wanita mempunyai bentuk dan
ukuran rongga panggul (pelvis) yang berbeda satu sama lain.
Bentuk dan ukuran ini mempengaruhi kemudahan suatu proses
persalinan (Tambayong, 2002).

B. Definisi
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun
besar kistik maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro,
2007).
Kista ovariun adalah suatu benjolan yang berada di ovarium
yang dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian
bawah dimana pada kehamilan yang disertai kista ovarium solaholah terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar
(Prawirohardjo, 2009).

Kista merupakkan penyakit yang super halus, rumit dan unik,


sebab keberadaannya mirip dengan kehamilan, di mana semua
wanita mempunyai resiko akan hadirnya penyakit ini. Setiap wanita
mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri yang ukuran normalnya
sebesar biji kenari. Setiap indung telur tersebut berisi ribuan telur
yang masih muda atau folikel yang setiap bulannya akan membesar
dan satu diantaranya membesar sangat cepat sehingga menjadi
telur yang matang. Pada peristiwa ovulasi telur yang matang keluar
dari indung telurr dan bergerak kerahim melalui saluran telur.
Apabila sel telur yang matang ini dibuahi, folikel akan mengecil dan
menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang
sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun, jika terjadi
gangguan pada proses siklus ini, maka kista pun akan terjadi
(Chyntia, 2010).

C. Etiologi
Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh
gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan
ovarium.
Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan
karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat
arang, bahan-bahan tambang.
Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah
sebagai berikut :
1. Riwayat kista terdahulu

2. Siklus haid tidak teratur


3. Perut buncit
4. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
5. Sulit hamil
6. Penderita hipotiroid (penurunan produksi tiroid)

D. Patofisiologi
Penyebab kista ovarium belum diketahui secara pasti belum
bisa diketahui, namun ada beberapa faktor presdiposisi yang dapat
menyebabkan kista ovarium yaitu wanita yang menderita kanker
payudara, riwayat kanker kolon, diet tinggi lemak, Merokok,
Minum alcohol. Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista,
yang

merupakan

pembesaran

sederhana.

Konsisten

ovarium

normal. Folikel graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat
timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epitalium ovarium.
Beberapa faktor lain yang berpengaruh adalah infertilitas terutama
penggunaan obat obatan infertilitas untuk menstimulus ovulasi.
Secara umum pertumbuhan jaringan abnormal di ovarium yang
telah

diawali

oleh

adanya

faktor

presdiposisi

diatas

yang

menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormonal. Pada gejala


dini tanda dan gejala yang mungkin muncul adalah rasa berat pada
panggul, sering berkemih, keadaan tidak nyaman di abdomen,
distress gastrointertisial, nyeri pada abdomen pada tahap lanjut,
selain itu gejala di perut yang samar samar yang dapat dilihat
bermetatase dengan invasi langsung ke organ terdekat pada

abdomen dan panggul selain itu cairan yang mengandung sel ganas
dapat

masuk

ke

limfe

menuju

pleura

sehingga

akhirnya

menyebabkan efusi pleura.

E. Manifestasi Klinis
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki
gejala. Tetapi, terkadang kista dapat menyebabkan beberapa
masalah seperti :
1. Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit
2. Nyeri selama berhubungan seksual
3. Masa diperut bagian bawah dan biasanya bagian-bagian organ
tubuh lainnya sudah terkena
4. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
5. Wanita post menoupause : nyeri pada daerah pelvik, disuria,
konstipasi atau diare, obstruksi usus atau asietas.

F. Klasifikasi
Menurut Mansjoer, et al (2000), kista ovarium neoplastik jinak
diantaranya :
1. Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma

ovarii

simpleks

merupakan

kista

yang

permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali


bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi
cairan

jernih

yang

serosa

dan

berwarna

kuning.

Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dengan reseksi


ovarium.
2. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat
tumbuh

menjadi

sangat

besar.

Gambaran

klinis

terdapat

perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga


timbul

perlekatan

kista

dengan

omentum,

usus-usus

dan

peritoneum parietale. Selain itu, bisa terjadi ileus karena


perleketan dan produksi musin yang terus bertambah akibat
pseudomiksoma

peritonei.

Penatalaksanaan

dengan

pengangkatan kista in tito tanpa pungsi terlebih dulu dengan


atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung bersarnya kista.
3. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista
umumnya unilokular, tapi jika multilokular perlu dicurigai
adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak
sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal
juga dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama
dengan kistadennoma ovarii musinosum.
4. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur
ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari
pada mesoderm dan entoderm. Bentuk cairan kista ini seperti
mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi juga
ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang atau sisa-sisa kulit.

Dinding kista keabu-abuan dan agak tippid, konsistensi sebagian


kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat menjadi ganas,
seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari ssel
telur melalui proses parthenogenesis. Gambaran klinis adalah
nyeri mendadak di perut bagian bawah karena torsi tangkai
kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista
keluar

di

rongga

peritoneum.

Penatalaksanaan

dengan

pengangkatan kista dermoid bersama seluruh ovarium.


Menurut Prawirohardjo (2009), kista nonneoplastik terdiri dari :
1. Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari
beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh
estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan
membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan
besarnya biasanya dengan diameter 1-1,5 cm.
2. Kista korpus luteum
Dalam

keadaan

normol

korpus

luteum

lambat

laun

mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus


luteum mempertahankan diri, perdarahan yang sering terjadi di
dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang
berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus
luteum lebih jarang dari pada kista folikel.
3. Kista lutein

Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel


teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan
tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya
kista ini ialah akibat pengaruh hormon korigonadotropin yang
berlebihan dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma,
ovarium mengecil spontan.
4. Kista inklusi germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian
kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Kista
ini lebih banyak terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan
besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya
secara

kebetulan

ditemukan

pada

pemeriksaan

histologik

ovarium yang diangkat waktu operassi. Kista terletak dibawah


permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel
kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus.
5. Kista endometriosis
Kista

ini

sering

disebut

juga

sebagai

kista

coklat

endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini


berhubungan

dengan

penyakit

endometriosis

yang

menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal


dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya
bisa karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan
yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk kedalam
selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut
melemahkan

daya

tahan

selaput

perut,

sehingga

mudah

terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena berkaitan


dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah
akan tumpah dari rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang
memercik ke rongga perut. Kondisi ini merangsang sel-sel rusak
yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal
dengan

endometriosis.

Karena

sifat

penyusupannya

yang

perlahan, endometriosis sering disebut kanker jinak. Kista yang


terbentuk dari jaringan endometriosis

(jaringan mirip dengan

selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di


ovarium dan berkembang menjadi kista.
6. Kista stein-leventhal
Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik,
dan permukaannya licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini
terkenal dengan nama sindrom

Stein-Leventhal

dan kiranya

disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya


pada

penderita

terhadap

gangguan

ovulasi,

oleh

karena

endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia


endometrii sering ditemukan.

G. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa metode yang dapat membantu menegakkan
diagnosis, yaitu sebagai berikut (Prawirohardjo, 2009) :
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk
menentukan sifat-sifat tumor tersebut.

2. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dan batas tumor
apakah berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kemih.
Apakah tumor kistik atau solid dan dapatkan dibedakan pula
antara ciran dalam ringga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna unruk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, apda kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
gigi dalam tumor.
4. Parasentesis
Pungsi asietes berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan ini dapat mencemarkan kavum
peritonei dengan isi kista dinding kista tertusuk (Prawirohardjo,
2009).
H. Pencegahan
Menurut Chyntia (2010) menyatakan bahwa upaya pencegahan
yang bisa dilakukan adalah untuk mengerahui secara dini penyakit
ini, sehingga pengobatan yang dilakukan memberi hasil yang baik
dengan komplikasi yang minimal. Upaya yang dilakukan adalah
dengan melakukan pemeriksaan secara berkala yang meliputi :
pemeriksaan klinis ginekologi untuk mendeteksi adanya kista atau
pembesaran ovarium lainnya, pemeriksaan ultrasonografi (USG)
bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah,
pemeriksaan petanda tumor (tumor marker), pemeriksaan CTScan/MRI bila diperlukan.
I. Penatalaksanaan
1. Observasi

Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor


(dipantau) selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan
menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid.
Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho,
2010).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut seperti torsi, maka
tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak
ada gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terelbih
dahulu dengan seksama. Bila pembedahan mengangkat seluruh
ovarium

termasuk

tuba

fallopi,

maka

disebut

salpingo-

oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara
lain tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk
memiliki anak, kondisi ovarium dan jenis kista.
Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut
Yatim, (2005: 23) yaitu:
1) Apabila

kistanya kecil (misalnya,

pemeriksaan
keganasan,

sonogram
biasanya

tidak
dokter

sebesar permen) dan pada

terlihat

tanda-tanda

melakukan

operasi

proses
dengan

laparoskopi.
2) Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan
dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparotomi, kista bisa diperiksa
mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak.

apakah sudah

J. Perawatan Post Operasi


Menurut Johnson (2008), perawatan post operasi yang perlu
dilakukan antara lain:
a. Perawatan luka insisi/post operasi
Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain:
1) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama
pasca operasi.
2) Luka harus dikaji setelah operasi sampai hari pasca operasi
sampai klien diperbolehkan pulang.
3) Luka mengeluarkan cairan atau tembus, pembalut harus
segera diganti.
4) Pembalutan dilakukan dengan teknik aseptik.
b. Pemberian cairan
Pada 24 jam pertama klien harus puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit

yang

diperlukan

agar

tidak

terjadi

hipotermia,

dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ lainnya.


Cairan yang dibutuhkan biasanya dekstrose 5-10%, garam
fisiologis,

dan ranger laktat

(RL) secara bergantian. Jumlah

tetesan tergantung pada keadaan dan kebutuhan, biasanya kirakira 20 tetes per menit. Bila kadar hemoglobin darah rendah,
berikan

transfusi

kebutuhan.
c. Diet

darah

atau

pocked-cell

sesuai

dengan

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah klien


flatus, lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan per
oral, sebenarnya pemberian sedikit minuman

sudah boleh

diberikan 6-10 jam pasca operasi berupa air putih atau air teh
yang jumlahnya dapat dinaikkan pada hari pertama dan kedua
pasca operasi. Setelah infuse dihentikan, berikan makanan bubur
saring, minuman, buah dan susu. Selanjutnya secara bertahap
diperbolehkan makan bubur dan akhirnya makanan biasa.
d. Nyeri
Dalam 24 jam pertama, rasa nyeri masih dirasakan di daerah
operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan obatobatan anti sakit dan penenang seperti suntikan intramuskuler
(IM) pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morpin sebanyak
10-15 mg atau secara perinfus atau obat-obatan lainnya.
e. Mobilisasi
Mobilisasi

segera

sangat

berguna

untuk

membantu

jalannya penyembuhan klien. Miring ke kanan dan ke kiri sudah


dapat dimulai 6-10 jam pertama pasca operasi setelah klien
sadar.

Latihan

pernafasan

dapat

dilakukan

sambil

tidur

terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari kedua pasien


dapat latihan duduk selama 5 menit dan tarik nafas dalam-dalam.
Kemudian posisi tidur diubah menjadi setengah duduk atau semi
fowler.
Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari klien
dianjurkan belajar duduk sehari, belajar berjalan dan kemudian

berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca


operasi.
f. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan
tidak nyaman pada klien. Karena itu dianjurkan pemasangan
kateter tetap (balon kateter) yang terpasang 24-48 jam atau lebih
lama

tergantung jenis operasi. Dengan cara ini urine dapat

ditampung dan diukur dalam kantong plastik secara periodik.


Bila tidak dipasang kateter tetap dianjurkan untuk melakukan
pemasangan kateter rutin kira-kira 12 jam pasca operasi, kecuali
bila klien dapat berkemih sendiri.

g. Pemberian Obat-obatan
1) Antibiotik, kemoterapi dan anti inflamasi
2) Obat-obatan pencegah perut kembung
3) Obat-obatan lainnya
h. Perawatan Rutin
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pemeriksaan dan

pengukuran adalah:
4) Tanda-tanda

vital,

meliputi:

tekanan

darah

(TD),

pernafasan, dan suhu.


5) Jumlah cairan yang masuk dan yang keluar.
6) Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi dan kasus.

nadi,

K. Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2007), komplikasi yang dapat terjadi
pada kista ovarium diantaranya:
a. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya

tumor

di

dalam

perut

bagian

bawah

bisa

menyebabkan pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat


disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya
dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung kemih dan dapat
menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista yang lebih besar
tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya
menimbulkan

rasa

berat

dalam

perut

serta

dapat

juga

mengakibatkan edema pada tungkai.


b. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
c. Akibat komplikasi kista ovarium
1) Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan

kista membesar,

pembesaran luka dan hanya

menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika


perdarahan

terjadi dalam jumah yang banyak

akan

terjadi

distensi yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.


2) Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai
dengan diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba

fallopi

atau

ligamentum

rotundum

pada

uterus.

Jika

dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark,


peritonitis

dan kematian. Torsi biasanya

unilateral

dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa

dan

yang tidak

melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini
paling

sering muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya

meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah,


mual dan muntah. Dapat terjadi demam dan leukositosis.
Laparoskopi adalah terapi pilihan,

adneksa dilepaskan

(detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap


kista dibuang dan dievaluasi secara histologis.
3) Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
4) Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih
sering

pada

saat

bersetubuh.

Jika

robekan

kista

disertai

hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas


berlangsung

ke

uterus

ke

dalam

rongga

peritoneum

dan

menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda


abdomen akut.
5) Perubahan keganasan
Setelah tumor

diangkat perlu dilakukan pemeriksaan

mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan


keganasannya. Adanya asites dalam

hal ini mencurigakan.

Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopause


sehingga besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker
(maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvik
menjadi penting.

Pathways Kista Ovarium

DAFTAR PUSTAKA
Benson, R. 2008. Buku Saku Obsteteri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta:
Penerbit EG

Chyntia, E. 2010. Pahami Kista Anda Akan Terbebaskan. Yogyakarta:


Maximus
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing
Diagnosis: Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell
Mansjoer, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G. 2009. Memahami Kesehatan Reroduksi Wanita Edisi 2.
Jakarta: Penerbit EGC
Owen, E. 2005. Panduan Kesehatan Bagi Wanita. Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya
Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. 2009. Ilmu
Kandungan Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Anda mungkin juga menyukai