INDONESIA
REALITAS KEHIDUPAN ANAK DALAM CERITA ANAK
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
TRIA LESTARI
KELAS : VII.3
GURU PEMBIMBING
NOVI HARTATI, SPd
TING GEGENTING
Dahulu ada seorang anak yatim tinggal dengan ibunya. Mereka hidup
sebagai petani. Tinggal di suatu dusun di tepi hutan. Sunyi dan sepi.
Pada suatu hari sang anak kelaparan. Ia berkata kepada ibunya, Ting,
gegenting, perutku sudah genting kelaparan mau makan.
Ibunya menjawab, "Tunggulah, anakku, sebentar, ibu mau menebas ladang
dulu.
Setelah ibunya selesai menebas ladang, si anak bangun dari tidurnya dan
merengek kembali, Ting, gegenting, perutku sudah genting kelaparan, mau
makan!
Sekali lagi ibunya menjawab, "Tunggu, Nak, ibu mau membakar ladang dulu.
Karena lemah, sang anak tidur lagi. Setelah ibunya selesai membakar
ranting-ranting dan daun-daunan di atas ladang, si anak pun terjaga karena
lapar perutnya.
Ting, gegenting, perutku sudah genting kelaparan, mau makan, tangisnya.
Ibunya menjawab, Tunggu Nak, ibu mau menanam padi dulu.
Si anak pun tertidur lagi. Setelah ibunya selesai menanam padi, si anak pun
terbangun lalu menangis minta makan.
Ting, gegenting, perutku sudah kelaparan, mau makan! lagi-lagi ibunya
menjawab, Tunggu nak, ibu masih mau merumput dulu. Mendengar ini si
anak tertidur kembali. Tidak lama kemudian si anak bangun dan menangis.
Ting, gegenting, perutku sudah genting, kelaparan mau makan!
Tunggu sebentar nak, padi sudah berbuah. Si anak pun kembali tidur.
Ting, gegenting, perutku sudah genting, kelaparan mau makan!
Jawab ibunya, Tunggu nak, padi kita sudah menguning ujungnya.
Si anak pun tertidur kembali. Setelah tidur cukup lama si anak terbangun lagi
dan merengek.
Ting, gegenting, perutku sudah genting, kelaparan mau makan!
Lagi-lagi si ibu menjawab, Tunggu nak, padi kita sudah masak, ibu mau
memotong padi dulu." Mendengar janji ini si anak segera tertidur. Tiba-tiba si
anak bangun kembali dan menangis.
Ting, gegenting, perutku sudah genting, kelaparan mau makan!
Tunggu nak, ibu masih mau mengirik (melepaskan butir-butir padi dari
tangkainya) padi dulu.
Anak pun tertidur kembali. Lewat beberapa waktu si anak pun bangun.
Berikut ini realitas (kenyataan) kehidupan yang tergambar dari ceritaTing Gegenting :
1. Dongeng ini mengajarkan kepada kita agar jangan rewel pada waktu
makan, karena harus diingat, bahwa di dunia ini banyak sekali anakanak yang mati kelaparan karena tidak ada persediaan makanan.
2. Di samping itu dongeng ini juga sangat menarik, karena dapat
membuktikan kepada kita bahwa untuk menghasilkan sepiring nasi
saja tidak mudah, karena harus melewati berbagai tahap yang cukup
memakan waktu dan tenaga. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali
meremehkan nasi, yang setiap hari disajikan kepada kita oleh orang
tua kita.
Suatu hari seekor anjing pergi mencari makanan ke sebuah danau, disana
terkadang terdapat beberapa makanan terkadang pula tidak sama sekali ada
makanan untuk sang anjing. Sang anjing menggunakan penciuman, mata
dan telingannya untuk mencari makanan hingga ketika dia berjalan sang
anjing mencium bau anyir lalu dia mengikuti arah bau itu dan sampailah dia
tepat dimana bau itu berasal namun dia tidak menemukan ikan itu di tanah
maupun dekat air danau. Ketika dia melihat ke atas ternyata seekor bangau
bertengger di sebuah pohon, paruhnya yang besar sedang memegang ikan di
paruhnya. Burung bangau itu bukanlah burung yang sering dilihat oleh sang
anjing.
ke
arah
sang
anjing
dengan
memiringkan
kepalanya
dia
Sang burung bangau ingin sekali disebut-sebut sebagai sang ratu burung dan
kini dia membuka mulutnya dan mengeluarkan suara-suaranya yang cukup
keras. Tidak sadar sang burung telah menjatuhkan ikan besarnya ke dekat
sang anjing.
Sang anjing berhasil mengelabui sang burung, ketika ikan itu jatuh ke tanah
sang anjing menginjak itu sambil berkata Kau memang burung besar dan
cantik, kau memiliki suara meskipun tidak semerdu burung lain tapi
dimanakah otakmu kau menjatuhkan ikan yang cukup besar ini, aku sangat
berterima kasih. Sang anjing menggigit dan pergi dari sang burung sambil
tersenyum manis dan sang burung kini menyesali perbuatannya.
Berikut ini realitas (kenyataan) kehidupan yang tergambar dari ceritaBurung Bangau
dan Seekor Anjing:
Ternyata yang dilihat oleh serigala itu adalah beberapa ekor kelinci yang
sedang makan seketika itu serigala itu langsung berlari mengejar kelincikelinci tersebut dengan cepat. Kelinci-kelinci itu pun melihat bahaya
mengancam, mereka segera berlarian ke arah lubang tempat tinggalnya
dengan cepat bahkan lebih cepat dari larinya serigala. Belum sempat
serigala itu menerkam kelinci-kelinci tersebut mereka telah masuk kedalam
lubang. Putuslah harapan serigala mendapatkan kelinci.
Lalu dia melanjutkan keinginannya untuk minum setelah itu dia kembali
masuk ke hutan lebat itu dia berjalan mulai mencari mangsanya, ditengah
perjalanan dia mendengar suara langkah seperti suara kelinci sebelumnya
tanpa berpikir panjang serigala itu berlari sangat kencang. Ketika sampai
pada suara itu serigala itu langsung menerkan hewan itu tapi hewan itu tidak
seperti apa yang diharapkan oleh serigala hewan itu adalah seekor landak.
Melihat apa yang dialami serigala. landak itu hanya berlari meninggalkan
serigala itu dan Serigala itu hanya merasa kesakitan yang sangat luar biasa
dia berusaha terus untuk melepaskan duri-duri itu dari tubuhnya namun duriduri itu menancap sangat kuat dan sulit untuk dilepaskan.
Hingga akhirnya serigala itu menyerah dan kembali ke kawanannya dengan
penuh duri di beberapa bagian tubuhnya. Setelah serigala itu kembali ke
kawanannya salah satu serigala dari kawanannya bertanya Kenapa mulut,
tenggorokan dan tanganmu tertusuk duri-duri itu berani sekali kau mencoba
memakan landak?. Aku tidak tahu itu adalah seekor landak, yang aku tahu
aku mendengar suara langkah hewan dan tanpa pikir panjang aku berlari dan
menerkamnya, lagi pula landak itu bersembunyi di balik semak-semak dan
pohon hingga aku tidak bisa melihatnnya dengan jelas. Jawab serigala
penuh duri itu.
Hahaha, terkadang bertindak terburu-buru akan mengakibatkan hal buruk
terhadap kita jadi sekarang apa kau masih akan melakukan hal yang sama?
Jika kau mau melakukan hal itu lagi mungkin nanti bukan duri landak yang
kau dapatkan tapi hal yang lebih menyakitkan dari itu. Celoteh serigala
dengan tertawa.
Aku tidak akan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. jawab serigala
itu dengan rasa sakit di beberapa tubunnya.
Berikut ini realitas (kenyataan) kehidupan yang tergambar dari ceritaSerigala dan
Landak:
1. Dongeng ini mengajarkan kepada kita agar jangan suka terburu buru
dan tergesa gesa dalam mengambil keputusan karena akan
membuat hasil keputusan yang tidak maksimal.
2. Di samping itu dongeng ini juga mengajarkan kita untuk berhati hati
dan berfikir sebelum bertindak karena berhati hati dalam bertindak
merupakan ciri orang yang bijaksana dan cerdas
Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri
sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak
mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud
mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat
ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut
langsung melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut
berdoa,Ya Alloh, semoga aku dapat ikan banyak hari ini. Beberapa saat setelah berdoa,
kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya.
Petani tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya sangat besar dan
cantik sekali.
Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut.
Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. Tolong aku jangan dimakan Pak!!
Biarkan aku hidup, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu langsung
dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu
bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang
sangat cantik.
Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu, kata si ikan. Siapakah kamu ini?
Bukankah kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. Aku adalah seorang putri yang dikutuk,
karena melanggar aturan kerajaan, jawab wanita itu. Terimakasih engkau sudah
membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri,
kata wanita itu. Petani itupun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada
satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul
Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh
menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran
semua orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua
jatah makanan dilahapnya tanpa sisa.
Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan
makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak
dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah
itu dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan
haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di
tengah perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut
langsung membangunkannya. Hey, bangun!, teriak petani itu.
Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. Mana
makanan buat ayah?, Tanya petani. Sudah habis kumakan, jawab si anak. Dengan nada
tinggi petani itu langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar
anak ikan!," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.
Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang
lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang
sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan
akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.
Berikut ini realitas (kenyataan) kehidupan yang tergambar dari ceritaDanau Toba :
Berikut ini realitas (kenyataan) kehidupan yang tergambar dari ceritaKatak Sombong
dan Penyu Laut Bijak :