Anda di halaman 1dari 30

Kura-kura yang Tidak Pernah

Berpura-pura (Hari Ke-79)


06:36 @Opini

Kura-kura yang Tidak Pernah Berpura-pura

"Hai kura-kura kenapa kamu nampak sinis dan seakan membenci saya?"
tanya seekor belalang yang lagi bertengger di selembar daun. "Apakah saya
telah melakukan kesalahan dan mengganggu kehidupanmu sehingga kamu
begitu sinis dan membenci saya?”

Kura-kura menjawab: “Kamu belalang bisa melompat ke sana ke mari,


sedangkan saya harus membawa cangkang yang begitu berat, selalu
merangkak di tanah dan tidak bisa lompat ke sana kemari, jadi saya merasa
sangat sedih terhadap kehidupan saya dan sinis melhat kehidupanmu.”

Belalang menjawab: “Setiap kehidupan memiliki kesenangan dan penderitaan


masing-masing, kamu hanya melihat satu sisi pada diri saya, kamu hanya
melihat kegembiraan saya yang bisa lompat ke sana kemari, tetapi kamu tidak
pernah melihat sisi kehidupan saya yang lain, kamu tidak pernah berfikir
bahwa penderitaan hidup juga kami alami.”

Tidak lama berselang, di tengah berbincang mereka, tiba-tiba seekor elang


terbang ke arah mereka. Maka kura-kura dengan cepat memasukan badannya
ke dalam cangkang sehingga selamat dari sambaran sang elang, sedangkan
belalang dimangsa oleh elang.

Kura-kura dengan keterbatasannya yang tidak bisa melompot ke sana kemari,


tetapi memiliki kelebihan dan tetap dapat menikmati hidup dalam situasi yang
genting.

Nikmatilah dan benar-benar nikmatilah kehidupanmu yang ada sekarang ini.


Tidak perlu terlalu banyak membandingkan diri kita dengan orang lain.
Perasaan iri hati, sinis, dan benci kita terhadap orang lain justru akan
membawa kita lebih banyak penderitaan.

Hiduplah seperti kura-kura yang tidak pernah berpura-pura. Jadilah diri sendiri,
maka anda akan menemukan kebahagiaan hidup yang hakiki. Semoga!
KISAH PUPY DAN PEPY BAGIAN 1
13 Oct @Cerita Anak

#Tantangan Gurusiana Hari ke-146

Aku seekor Kucing kecil. Namaku Pupy. Pupy mempunyai satu saudara
kembar. Namanya Pepy.

Teman-teman tentu bertanya: “Apa beda Pupy dan Pepy?” Bedanya Pupy
berjenis kelamin jantan, bulunya belang putih dan hitam. Kalau Pepy berjenis
kelamin betina, bulunya belang putih dan kuning. Kami Kucing yang imut dan
lucu.

Suatu hari Pupy pergi bemain bersama Pepy. Kami bermain di pekarangan
rumah bagian belakang. Kami sudah bosan bermain di dalam rumah. Lagi
pula Mak kami pergi dari pagi tak pernah kembali. Kami sudah capek
menunggu Mak pulang. Kami sudah lapar. Kami keluar rumah secara diam-
diam.

Di belakang rumah ada kebun. Di sana banyak tanaman sayur-sayuran dan


buah-buahan. Di sana banyak juga bermain Kupu-kupu cantik dan Capung.

“Pupy..., lihat, binatang apa itu? Cantik sekali warnanya? Ini kah yang
namanya Kupu-kupu?” ucap Pepy sambil terus berlari.

“Pepy.., tunggu aku!” ucap Pupy menyusul Pepy yang sedang mengejar Kupu-
kupu yang cantik.

“Huuup..! Meoong..! Aku dapat satu! Ucap Pepy gembira. Kupu-kupu itu
meronta-ronta dalam gigitan Pepy. Salah satu sayapnya terlepas.

“Meoooong, mauuu Pepy..! Bagi Pupy, dong..?” ucap Pupy merayu Pepy.
“Meooong.., uuuhh! Gak mauu.., sana Pupy! Kamu tangkap sendiri. Masih
banyak!” ucap Pepy sambil membawa hasil buruannya. Dia menyuruk ke balik
semak-semak. Pupy kecewa dengan sikap Pepy yang tiba-tiba menjadi pelit.

“Meooong.. ah, dasar Pepy pelit. Aku juga bisa menangkap sendiri!” ucap
Pupy kesal.

Pupy terus berlari mengejar Kupu-kupu yang lucu. Warna-warni sayapnya


begitu memesona Pupy. Pupy terus berlari, dan berlari sampai akhirnya:

“Buuk.., byuuur..!” terdengar bunyi suar benda jatuh ke dalam selokan. Sesaat
kemudian terdengar keciprak-ciprak air. Rupanya Pupy terjatuh saat mengejar
Kupu-kupu.

Pupy terjatuh masuk selokan. Badannya kotor dan basah. Pupy menjerit minta
tolong. Pupy memanggil Pepy. Tapi tidak ada sahutan. Pupy memanggil
Maknya, tetapi Maknya tak mendengar suara Pupy.

Pupy terus mengeong minta tolong. Pupy berusaha untuk naik keluar dari
selokan, tetapi tidak juga berhasil. Pupy terus menggapai untuk naik.
Napasnya sudah tersengal-sengal. Gerak kaki dan tangannya semakin lemah.
Pupy semakin sedih karena tidak bisa naik.

Pupy menjerit pilu. Suara tangisnya menghiba, menyayat hati siapa yang
mendengarnya. Tubuhnya semakin menggigil kedinginan. Suaranya mulai
parau. Hari sudah diambang senja. Langit gelap diselimuti awan hitam.
Gelegar kilat dan petir silih berganti. Pupy semakin ketakutan.

(BERSAMBUNG)

TIKUS DAN ULAR SAWAH BAGIAN 1


08 Oct @Cerita Anak

#Tantangan Gurusiana Hari ke-141


Di sebuah desa nan permai. Penduduknya setiap hari turun ke sawah dan ke
ladang. Mereka bercocok tanam dengan gembira. Berharap pada Sang Khalik
agar diberi hasil panen yang melimpah lagi berkah.

Sawah-sawah penduduk pedesaan tumbuh subur. Sepuas mata memandang,


padi tumbuh seperti hamparan permadani nan indah. Kehidupan di sawah
dihiasi musik alam. Semilir angin yang berhembus, seperti bisikan nan merdu
di telinga para petani. Bisikan yang menghilagkan lelah, menyapu kering
keringat yang bercucuran.

Kicauan Burung-burung Pipit, menyambut musim panen akan tiba. Mereka


terbang bergerombol seperti tarian menyambut hari bahagia. Gemericik air di
parit-parit kecil di antara petak-petak sawah, mengalun merdu.di dalam parit-
parit itu ikan-ikan kecil berenang dengan lincah. Mencandai alam nan damai.
Suasana yang menyejukkan hati. Indah dan sempurnanya ciptaan Tuhan.

Setiap hari petani bekerja dengan penuh semangat. Melihat padi nan subur,
dalam hatinya selalu bersyukur. Senandung doa selalu dipanjatkan, agar hasil
sesuai dengan harapan. Di sawah itu terjalin cerita rantai makanan antara
makhluk Tuhan.

“Ciiiitt.., ciiiitt.., ciiiitt! Wahai teman-teman. Sebentar lagi padi-padi ini akan
masak. Kita tidak akan pernah kelaparan lagi,” ucap salah seekor Pipit yang
melompat dari batang padi yang satu ke batang padi yang lain. Dia bernyanyi
riang gembira.

“Ceriiciiiiit.., ciiitt.., ciiit! Benar sekali, kawan. hari yang menggembirakan!” ucap
Pipit yang lain saling bersahutan.

Obrolan Pipit akhirnya buyar, karena petani mengusir ereka dari sawah itu.
Pipit lalu terbang bernyanyi. Mereka pergi ke sawah yang lain. Sampai
akhirnya menjelang petang, temboloknya kenyang dan mereka kembali ke
sarang dengan gembira.

Dibalik rerimbunan padi ada Ular sawah yang sedang mencari makan. Ular
Sawah senang berburu Kodok dan Tikus sawah. Hari masih pagi, ketika ular
keluar dari sarangnya. Tetes embun masih melekat di ujung dedaunan rumput
liar dan daun padi.
“Saatnya berburu,” ucap Ular Sawah sambil menjulur-julurkan lidahnya.
Badannya yang panjang meliuk-liuk melata di atas tanah yang masih lembab.
Indera penciumannya memang tajam.

“Semoga aku dapat santapan lezat pagi ini! Mumpung sinar matahari belum
terik,” pikir ular.

Ular terus melata sampai ke tengah sawah. Tanah yang masih basah dan
lembab tiada dipedulikannya. Ular Sawah hendak berburu tikus.

“Nampaknya usaha ku akan membuahkan hasil,” ucap Ular pada diri sendiri.
Dia mencium ada Tikus di sekitar itu. Tak lama kemudian:

“Mau lari ke mana kau, Tikus. Aku akan menangkapmu. Aku akan
memakanmu!” ucap ular terus berlari semakin kencang. Lidahnya yang
bercabang terus menjulur keluar. Badannya yang panjang berlari dengan
gerakan zig-zag dengan cepat sekali.

Sementara Tikus yang dikejarnya berlari ketakutan. Napasnya yang pendek-


pendek seakan mau terasa putus. Sambil terus berlari kencang, dia terus
berusaha menyelamatkan diri, agar tidak tertangkap oleh Ular Sawah.

Sampai akhirnya Tikus terdesak dan tidak bisa mengelak lagi. mulut Ular
Sawah sudah menganga, siap menelan Tikus hidup-hidup. Kaki Tikus
gemetaran seakan tak kuata lagi berdiri. Jantungnya seakan berhenti
berdetak. Badan Tikus menggigil dalam ketakutan yang luar biasa. Nasib naas
akan menimpa dirinya dalam waktu sekejab.

“Haaaap! Dapat kau Tikus! Aku memang sudah lapar sekali!” ucap Ular Sawah
sambil menggigit badan Tikus. Dia bermaksud hendak membawa Tikus ke
sarangnya.

“Ciiiiitt.., ciiiiitt.., ciiiitt! Aammmpuun, Ular. Jangan bunuh aku!” ucap Tikus
dengan menghiba.

“Sssssst. Diam lah Tikus. Jangan menceracau juga. Aku sudah dua hari belum
makan!” ucap Ular Sawah sambil mendesis gembira.

“Tolong lah Ular. Mohon lepaskan aku! Kasihi lah aku! Aku punya 6 ekor anak-
anak yang masih bayi merah!” ucap Tikus sambil meronta-ronta dari gigitan
Ular Sawah.
“Mohon wahai Ular Sawah yang bijak. Beri aku kesempatan untuk menyusui
anak-anakku. Mereka pasti kelaparan. Mereka menunggu aku pulang!” ucap
Tikus menghiba. Jeritannya melengking pilu tiada berdaya, diantara desis Ular
Sawah yang lapar.

BERSAMBUNG

TIKUS DAN ULAR SAWAH BAGIAN 2


09 Oct @Cerita Anak

#Tantangan Gurusiana Hari ke-142

Ular sejenak berhenti berlari. Bergetar juga hatinya mendengar ratapan Tikus.
Terbayang olehnya anak Tikus yang masih merah menanti induknya pulang.

“Pasti mereka sudah kelaparan, seperti aku,” ucap Ular Sawah dalam hatinya.
Ular Sawah lalu melepaskan Tikus dari cengkraman giginya yang tajam.

“Pergilah pada anakmu, wahai Tikus. Menjauhlah dari pandangan mataku,


sebelum aku berubah pikiran!” ucap Ular Sawah sungguh-sungguh.

Tikus masih dalam keadaan lemas dan gemetar terlepas dari mulut Ular
Sawah.

“Terma kasih, wahai Ular yang budiman. Aku tidak akan melupakan budi
baikmu!” ucap Tikus. Lalu dia berlari menemui anaknya dalam lubang
sarangnya. Kepulangannya disambut anak-anaknya dengan cicit-cicit suara
senang. Semua anaknya menyusu dengan nikmat.

“Biarlah ku simpan ceritaku, sampai mereka dewasa dan bisa mencari makan
sendiri,” ucap Tikus dalam hati sambil mengenang tragedi yang hampir
merenggut nyawanya. Masih terbayang rintihannya minta belas kasihan Ular
Sawah. Entah bagaimana caranya dia kelak membalas budi pada binatang
melata itu.

Setelah melepaskan Tikus dari cengkeramannya, Ular Sawah pergi berburu


Kodok sawah. Kodok sawah banyak berkeliaran di dalam sawah. Ada juga
yang berkeliaran di pematang sawah. Tidak terlalu sulit bagi Ular Sawah untuk
menangkap mereka.
“Walau dagingnya tidak seenak Tikus, tidak mengapalah,” bisik ular pada diri
sendiri. Tidak berapa lama, Ular Sawah berhasil menangkap Kodok sawah.
Sekali ngap, langsung tertelan. Apalagi Kodok badannya yang kecil dan licin,
dengan mudah bisa ditelan Ular Sawah. Sudah berapa ekor Kodok yang
masuk perutnya, Ular Sawah pun tak ingat lagi.

Begitulah perburuan Ular Sawah setiap hari. Setelah kenyang dia akan pergi
ke sarangnya dan tidur nyenyak sepanjang hari. Dia tidak akan peduli dengan
segala kejadian di sekitarnya.

Beberapa bulan setelah pertemuan maut antara Tikus dan Ular Sawah itu,
mereka bertemu kembali. Ular sawah melihat Tikus melintasi sawah dengan 6
ekor anaknya. Mereka lari ketakutan melihat Ular Sawah.

“Menjauhlah wahai anak-anakku dari sergapan Ular Sawah, agar kalian tidak
menjadi santapan lezatnya!” ucap ibu Tikus kepada anak-anaknya. Anak-anak
Tikus pun berlari mencari lubang persembunyian. Mereka berpencar dalam
suasana ketakutan.

Ular Sawah mendengar percakapan ibu Tikus dengan anak-anaknya. Dia


cukup memahami kasih ibu kepada anak-anaknya. Berbeda sekali dengan
bangsa ular, yang meninggalkan anaknya berusaha mencari kehidupan sendiri
setelah menetas dari telurnya.

Tikus tinggal sendiri di hadapan Ular Sawah. Dia menyapa Ular Sawah. Ular
Sawah mendesis membalasnya. Walau ada rasa takut, tetapi dia beranikan
diri menyapa, karena Si Ular Sawah pernah melepaskannya dari perjuangan
maut di mulut Ular itu sendiri.

“Ssssiisssst..! Apa kabarmu Tikus?” sapa Ular Sawah.

“Kabar baik, Ular Sawah!” jawab Tikus dalam ketakutan.

“Tak Usah takut. Aku tidak akan mengganggumu, asal jangan bermain di
sawah ini. Aku menguasai daerah sekitar sawah ini. Bawa anak-anakmu
bermain jauh-jauh. Jangan ke sini. Carilah makanan di tempat lain. Ingat,
kalau ada anak keturunannmu yang berkeliaran saat siang hari di sawah, aku
akan menangkap mereka!” ucap Ular Sawah.

“Baiklah Ular Sawah. Akan ku sampaikan pada anak-anakku!” sambung Tikus


lagi.
Tak lama berselang, hinggaplah seekor Elang yang besar di atas pelepah
daun sagu. Sagu itu tumbuh di sudut persawahan. Mata liar Elang mencari
mangsa. Tikus dan Ular adalah buruan yang lezat bagi Elang.

Tikus mengetahui kehadiran Elang, dan memberitahukan kepada Ular Sawah


tentang musuh yang sedang mengintai mereka. Ular Sawah diminta
bersembunyi dalam lubang bekas sarang Tikus. Ular Sawah berterima kasih,
karena sudah diperingatkan oleh Tikus. Tikus pun merasa senang, sudah bisa
membalas budi kepada Ular Sawah.

Maka sejak saat itu, Tikus selalu berusaha menjaga jarak dengan Ular Sawah,
agar tidak melanggar kesepakatan kedua belah pihak.

Itulah sebabnya Tikus lebih senang mencari makan di tengah malam, agar
tidak bertemu dengan Ular Sawah yang berburu di siang hari. Lubang-lubang
bekas sarang Tikus merupakan tempat percembunyian Ular Sawah. Walau
bukan merupakan sahabat, tetapi mereka tetap berusaha saling menghargai,
dengan mengindari pertemuan dan menjaga disiplin waktu mencari makan.

Pesan Moral:

1. Jangan menindas kaum yang lemah dan tiada berdaya. Karena doa
mereka yang teraniaya selalu didengar Allah.

2. Sekecil apa pun pertolongan dari orang lain, jangan lupa mengucapkan
terima kasih.

3. Jangan biarkan dirimu terjebak masalah dan jangan menyerah, tapi


berusahalah selalu menyelesaikan masalahmu dengan segala upaya terbaik.

4. Hindarilah permusuhan dan persengketaan, dan patuhi setiap kesepakatan


yang telah dibuat bersama.

5. Setiap kebaikan yang telah ditanam, akan menuai hasil kebaikan pada
suatu hari kelak.

SAMSINAR
HARIMAU DAN KUCING HUTAN
BAGIAN 1
28 Sep @Cerita Anak

#Tantangan Gurusiana Hari ke-132

Di sebuah hutan yang lebat. Ditumbuhi pohon-pohon besar dan rindang. Di


sana-sini banyak ditumbuhi semak belukar. Di hutan itu hidup pula beraneka
macam binatang.

Salah satu dari binatang itu adalah Harimau. Dia adalah binatang hutan yang
paling ditakuti kebanyakan penghuni hutan.semua itu karena Harimau sangat
suka memakan daging binatang yang lebih kecil. Kancil, Kijang, Babi Hutan,
dan pelanduk adalah binatang kesukaan Harimau.

Suatu hari setelah pulang berburu di hutan Harimau meraung dan mengamuk.
Binatang-binatang lain pada lari ketakutan. Tidak ketinggalan bangsa burung,
monyet dan kera. Semuanya lari menjauh. Mereka takut menjadi sasaran
amukan Harimau.

“Aaauuuummm.., ggrrreekkk! Aauuuummm.., ggrreekk..! Siapa yang sudah


mencuri anak-anakku? Siapa yang telah memangsa anakku?” ucap Harimau
sangat marah. Hatinya amat panas. Kepalanya seperti mau pecah, karena
amarah yang tidak tertahankan. Gigi dan taringnya menyeringai. Membuat
semua binatang lari terbirit-birit ketakutan.

Matanya liar menatap penuh selidik. Pohon-pohon kecil banyak yang tumbang
diseruduk dan diterjangnya. Harimau itu berlari ke sana ke mari mencari
anaknya. Sudah letih dia mencari. Sudah penat dia berteriak. Tapi kedua
anaknya seperti hilang ditelan bumi. Tiada jejak kaki ataupun darah bekas
anaknya diterkam binatang buas yang lain. Harimau itu hampir putus asa.

Rupanya Harimau kehilangan anak kesayangannya yang ditinggalnya pergi


mencari makanan. Harimau itu sudah putus asa. Harapannya hampa. Kini
tinggal napasnya tersengal-sengal seakan mau lepas dari raganya. Dia
hempaskan badannya di tanah. Sesekali dia meraung juga memanggil
anaknya. Air matanya sudah tidak dapat dibendung lagi.
Anak kancil hasil buruannya dibiarkannya tergeletak begitu saja. Lalat-lalat
yang lapar datang mengerubungi. Selera makannya tiba-tiba hilang sama
sekali. Bayangan anaknya akan berebut makan dengan gembira sirna sudah.
Semakin perih rasa hatinya ketika tiada lagi peluk manja anaknya saat
menyusu. Pilu sungguh.

Hari mulai beranjak malam. Lingkungan sekitar tempat tinggal harimau terasa
sunyi. Hanya burung-burung terdengar candanya kembali pulang ke sarang.
Sementara Kera dan Orang Hutan pergi jauh mencari tempat tidur yang
nyaman dari raungan Harimau malang tersebut.

Beberapa hari Harimau itu meraung dan menangisi nasib anaknya. Badannya
sudah kurus, matanya sudah cekung akibat terus menangis. suaranya pun
tinggal desau saja lagi karena parau.

Setelah dua minggu, Harimau itu berusaha bangkit kembali. Dia berusaha
melupakan hatinya yang sedih dan perih. Dia hendak mencari makan pengisi
perutnya yang lapar.

Di tengah hutan Harimau bertemu Kucing Hutan yang mirip anaknya.


Darahnya terkesirap. Terasa bertemu dengan anaknya terkasih.

“Selamat siang Bu Harimau,” ucap Kucing Hutan dengan malu-malu dan


ketakutan. Kakinya terasa bergetar, takut kalau dirinya akan dijadikan
santapan oleh Harimau.

“Iya.., selamat siang Kucing Hutan yang cantik,” ucap Harimau memuji dan
menghilangkan kekakuan antara dia dan Kucing Hutan.

Mendengar Harimau memujinya, hilang sedikit rasa gentar dalam diri Kucing
Hutan.

“Mau berburu, Bu Harimau?” tanya Kucing Hutan lagi menghilangkan


kegentaran hatinya.

“ Iya.., benar sekali. Aku mau mencari makan setelah hampir dua minggu
berpuasa,” ucap Harimau lagi.

“Apaaa..! Bu Harimau berpuasa?” tanya Kucing Hutan sangat heran. Mata


kecilnya yang tajam nampak terbelalak. Tingkah Kucing Hutan itu
membuatnya semakin lucu di mata Harimau.
“Ayo kita pergi berburu. Kamu belum dapat makanan, kan?” tanya Harimau.

“Ayok lah, Bu Harimau. Sebelum hari beranjak petang!” ucap Kucing Hutan
lagi. Lalu Harimau dan Kucing Hutan asyik berburu sampai ke tengah Hutan.
Harimau dapat menangkap seekor anak Babi Hutan. Sedangkan Kucing Hutan
dapat menangkap seekor Ayam Hutan. Setelah perut mereka kenyang,
akhirnya Harimau dan Kucing Hutan pulang ke tempat tinggal masing-masing.

Saat dalam perjalanan pulang, Harimau menceritakan musibah yang baru saja
menimpa dirinya. Dia sangat sedih. Kucing Hutan ikut sedih dan terharu
mendengar kisahnya. Harimau mengajak Kucing Hutan tinggal bersamanya.
Supaya dia ada teman ngobrol dan bercanda, agar bisa mengusir kesepian
hatinya.

(BERSAMBUNG)

HARIMAU DAN KUCING HUTAN


BAGIAN 2
14:47 @Cerita Anak

#Tantangan Gurusiana Hari ke-133

Kucing Hutan mau ikut dengan Harimau, dengan jaminan Harimau akan
melindungi dan menyayanginya seperti anak kandungnya. Harimau mengasihi
Kucing Hutan sebagai pengganti anaknya.

Setelah tinggal bersama Harimau, kehidupan Kucing Hutan berubah.


Sekarang dia lebih sehat gemuk. Karena setiap hari dapat makanan yang
berlimpah dari Harimau.

Harimau memang rajin berburu. Bahkan kadang kala Kucing Hutan hanya di
suruh tinggal di sarang, tak perlu ikut berburu ke hutan. Kucing Hutan hanya
tinggal menunggu Harimau pulang. Kucing Hutan tidur saja sepanjang hari.

“Cing.., hari ini Ibu Harimau saja yang pergi berburu, ya? Kamu santai aja
disarang. Nanti Ibu bawakan makanan yang lezat?” ucap Harimau pada
Kucing Hutan.
“Lhoo.., kok begitu, Bu?” tanya Kucing Hutan dengan heran. Keningnya
berkerut dan mulutnya manyun. Dia merasa tidak enak.

“Udah.., tidak usah protes. Tak usah banyak tanya. Kamu duduk manis
menunggu Ibu di sarang, ya?” bujuk Harimau sambil mengusap kepala Kucing
Hutan dengan sayang.

Kucing Hutan terpaksa menurut saja. Toh, kalau pun protes tetap tak ada
gunanya. Akhirnya Harimau berburu sendirian di hutan. Sementara Kucing
Hutan seharian hanya tidur bermalasan dalam sarang.

Tapi pergi berburu ke hutan juga menyenangkan bagi Kucing Hutan. Biasanya
setiap pergi berburu, ia selalu diboncengi Harimau di atas punggungnya. Tapi
sekarang Harimau sering menyuruh Kucing Hutan bermain di rumah saja. Dia
merasa sangat heran.

Hampir menjelang petang Harimau pulang membawa seekor anak Babi hutan.
Kucing Hutan hanya makan sedikit saja., karena perutnya memang kecil. Sisa
makanan ditutup dengan dedaunan dan ranting untuk persediaan besok.

Harimau sudah mulai hamil lagi. makin hari perutnya semakin bunting. Dia
sering bercerita pada Kucing Hutan tentang harapannya pada anak-anaknya
yang tak lama lagi akan lahir.

Walau hati Kucing Hutan merasa agak cemburu, akan kehilangan kasih
sayang dari Ibu angkatnya Harimau, tetapi sekali pun tak pernah
diperlihatkannya. Dia selalu berlaku baik. Sampai suatu hari :

“Ibu.., aku mohon maaf. Jika yang ku ucapkan ini kurang berkenan!” ucap
Kucing Hutan dalam kebimbangan hati.

“Iya.., kenapa. Kamu mau apa? Kok sepertinya ada hal yang penting, begitu?”
tanya Harimau heran. Keningnya agak berkerut. Matanya mengamati Kucing
Hutan penuh selidik..

“Mulai besok aku izin meninggalkan Ibu, ya? akau ingin mencari keluarga dan
teman-teman yang sudah lama aku lupakan. Mungkin mereka mengira aku
sudah mati!” ucap Kucing Hutan sedih. Tanpa disadarinya, air matanya
menetes perlahan. Sudah berusaha menguatkan hati, ternyata pertahanannya
runtuh juga.
Mendengar permohonan Kucing Hutan itu, Harimau amat terkejut. Dipeluknya
Kucing Hutan dengan sayang, sambil diusap-usapnya punggung Jucing
Hutan. Dia cukup memahami maksud dari Kucing Hutan

Mlam itu sengaja di keloninya Kucing Hutan, karena besok Subuh mereka
akan berpisah.

Beberapa bulan setelah kepergian Kucing Hutan, Harimau akhirnya


melahirkan dua bayi yang mungil dan lucu. Terobati juga hatinya. Harimau
tidak mau meninggalkan anaknya jauh-jauh. Bila berburu, hanya dekat sekitar
tempat tinggalnya saja.ada-ada saja rezekinya yang datang. Kadang kala ada
Ayam Hutan. Lain hari ada Kelinci, dan sebagainya.

Sampailah suatu hari, ketika anak-anaknya sudah cerdik dan pintar berlari.
Dibawanyalah keduanya pergi berburu ke hutan. Sampai di hutan mereka
mendengar suara :

“Meeoooonngg.. meeeooonngg..! Aaauuuu, aduuuh sakitnya! Tolong..,


siapakah yang bisa menolongku?” terdengar bunyi suara yang sangat
mengiba-iba. Begitulah suara Kucing Hutan yang selalu berdoa ada yang
datang menolongnya.

Harimau mempertajam pendengarannya. Seperti suara Kucing Hutan yang tak


asing lagi ditelinganya. Harimau mencari sumber suara. Tak lama nampaklah
seekor Kucing Hutan yang kena perangkap pemburu. Kakinya terlilit tali yang
sangat kuat.

Harimau tidak bertanya lagi. langsung saja dikeratnya tali itu dengan giginya.
Lama juga, akhirnya tali tersebut bisa putus. Kucing Hutan itu terbebas dari
maut. Kucing Hutan berterima kasih pada Harimau. Dicium dan dipeluknya Ibu
Harimau yang pernah mengasihinya. Anak Harimau heran melihat kelakuan
ibunya. Tetapi setelah dijelaskan akhirnya keduanya pun ikut menyalami
Kucing Hutan.Pertemuan yang sangat mengharukan.

Pesan Moral :

1. Kehilangan sesuatu yang sangat kita sayangi pasti menyedihkan, tetapi


janganlah terlalu lama larut dalam kesedihan.

2. Berlakulah sopan di mana saja agar banyak orang menyayangi dan


mengasihimu.
3. Harta yang paling berharga itu adalah keluarga, maka sayangilah
keluargamu.

4. Tetaplah menjalin silaturrahim dengan kerabat, dan sahabat, karena kasih


sayang lebih berharga dari pada harta benda.

Lubuk Alung, 29-09-2020

BELALANG SEMBAH DAN


BELALANG DAUN
26 Sep @Cerita Anak

#Tantangan Gurusiana Hari ke-130

Sebuah taman bunga ditumbuhi aneka macam bunga. Warnanya juga


bermaca-macam Taman bunga itu tertata rapi. Setip hari dirawat dengan baik.
Taman bunga itu terletak di tengah kota.

Setiap hari banyak Kumbang, Capung dan Kupu-kupu bermain di sana.


Mereka mencari makan di taman yang indah itu. Kedatangan Capung,
Kumbang dan Kupu-kupu membuat suasana di taman bunga itu semakin
indah. Pemandangan yang sungguh menyenangkan hati.

Di taman itu tinggallah Belalang Sembah dan Belalang Daun. Mereka hidup
bertetangga. Di antara daun-daun bunga yang hijau dan tangkai bunga. Di
situlah mereka tinggal.

Belalang Daun dan Belalang Sembah mempunyai kebiasaan yang bebeda.


Belalang Sembah periang, sedangkan Belalang Daun pendiam.
Suatu hari Belalang Sembah memperlihatkan kepandaiannya kepada Belalang
Daun. Saat itu matahari bersinar terang. Embun-embun yang melekat di
dedaunan sudah menguap ke angkasa. Burung-burung di sekitar taman itu
bernyanyi dengan riang.

“Hallooo.., Belalang Daun. Apakah kamu sudah bangun?” tanya Belalang


Sembah. Belalang Daun dengan malu-malu keluar dari balik daun bunga.

Belalang Daun mengeliat. Lalu dia bersenam sebentar. Ditariknya kaki


mungilnya ke belakang, sehingga badannya terasa lebih segar.

“Ada apa, Belalang sembah memanggil aku?” tanya Belalang Daun sambil
mengusap-usap matanya.

“Coba kamu lihat. Aku dapat kepandaian baru. Ini hasil kreasi aku sendiri, lho.
Aku sudah pandai menari!” ucap Belalang Sembah dengan penuh semamgt.

Lalu kemudian Belalang Sembah menari dengan gemulai. Kakinya yang


mungil menari dengan lincah. Kedua tangannya mengikuti gerak langkah kaki
dengan serasi. Pinggangnya yang ramping pun mengikuti gerakan tarinya
yang esotik. Sungguh indah.

“Wah.., hebat sekali kamu Belalang sembah. Tarianmu sungguh sangat


menghibur!” ucap Belalang daun sambil bertepuk tangan. Dia takjub melihat
tarian yang baru saj dipertontonkan Belalang Sembah.

“Makanya, kamu harus belajar juga Belalang daun. Kamu harus berusaha
sendiri, agar pintar menari seperti aku!” ucap belalang Sembah dengan
sombongnya.

Dalam hati dia berkata: “ Mana bisa Belalang Daun menari seperti aku.
Pinggangnya saja gede. Pemalas lagi!”

Sejak saat itu Belalang sembah sering mempamerkan kepandaiannya menari


kepada semua binatang yang tinggal di taman itu. Kepada Kupu-kupu,
Capung dan Kumbang. Ulat-ulat daun pun sering mengintip Belalang sembah
menari dari balik dedaun bunga yang hijau segar.

Di hari lain Belalang sembah mempamerkan tubuhnya yang langsing.

“Haiii, Belalang daun. Coba kamu perhatikan aku!” ucapnya pada Belalang
daun.
“Kenapa kamu?” tanya belalang Daun kurang paham.

“Coba kamu perhatikan tubuhku!” kata Belalang Sembah sambil berputar ke


kiri dan ke kanan.

“Aku bertambah langsing, bukan?” ucapnya sambil bertanya.

“Oooh.., benar. Kamu semakin langsing. Kamu sekarang makin ramping!”


ucap Belalang Daun dengan jujur.

“Makin cantik, kan?” tanyanya lagi.

“Iya.., makin cantik!” jawab Belalang Daun mulai muak.

Belalang Sembah senang sekali dipuji. Kepalanya digoyang-goyangkan


pertanda suka.

“Makanya.., kamu jangan kebanyakan tidur dan makan Belalang Daun. Coba
tiru aku. Setiap hari senam teratur dan makannya diatur. Agar badan sehat
dan tetap cantik!” ucapnya semakin sombong.

Belalang Daun hanya menganggukkan kepala tanda setuju. Tapi dia tidak mau
berdebat dengan Belalang Sembah. Dia permisi, lalu pergi menjauh dari
Belalang Sembah. Dia mencari makan ke daun bunga yang lain.

(BERSAMBUNG)

MENYELAMATKAN ANAK GAJAH


25 Sep @Cerita Anak

#Tantangan Gurusiana Hari ke-129


Seekor Tupai memperhatikan tingkah laku Singa sejak dari tadi dari atas
pohon. Hatinya gelisah membayangkan hal buruk yang bakal menimpa anak
Gajah yang malang itu. Dia bersuara dan berteriak-teriak dari atas pohon.

“Shhuuupprr... shuuupprr..! Wahai anak Gajah, berhati-hatilah. Ada seekor


Singa sedang mengintaimu!” ucap Tupai.

Tapi anak Gajah tidak memeperhatikan nasehat Tupai. Tupai terus melompat
dari dahan ke dahan mengikuti anak Gajah dan Kupu-kupu. Hatinya semakin
cemas.

“Shuuupprr.. shuuuppprr..! Hai Gajah kecil. Sesungguhnya bahaya


mengintaimu di atas sana!” ucap Tupai lagi

Tapi anak Gajah asyiik bercengkarama dengan Kupu-kupu. Dia tidak


menghiraukan teriakan Tupai. Melihat anak Gajah naik ke atas tebing sungai,
dan nasehatnya tidak juga digubris, Tupai melompat dan jatuh tepat di
punggung anak Gajah.

Anak Gajah kaget, karena tiba-tiba ada hewan kecil di atas punggungnya.
Anak Gajah menghentikan langkahnya, lalu menoleh. Rupanya Tupai yang
sudah berada di atas punggungnya.

“Maaf Gajah kecil. Aku sudah lancang menaiki punggungmu!” ucap Tupai.

“Oh.. tak apa-apa Tupai. Ada apa gerangan?” tanya anak Gajah.

Lalu Tupai menjelaskan tentang bahaya yang sedang mengintai anak Gajah.
Anak Gajah berterima kasih kepada Tupai sudah berusaha menolongnya.
Tupai menunjukkan sebuah tempat yang aman untuk bersembunyi. Di lereng
tebing yang terlindung oleh bebatuan cadas dan belukar. Di sanalah anak
Gajah, Tupai dan Kupu-kupu berlindung.

Tiba-tiba langit mendung. Awan hitam pekat menyelimuti langit. Angin mulai
bertiup kencang disertai petir yang menggelegar. Angin ribut semakin kencang
disertai badai yang dahsyat. Pohon-pohon meliuk-liuk seperti mau tumbang.
Ranting-ranting dan dedaunan berguguran.

Tak lama kemudian terdengar suara :

“Kkrraaakk.. krraaakk.. buuumm..!” Rupanya sebatang pohon besar tumbang.


Suaranya sangat menakutkan. Anak Gajah meringkuk ketakutan dalam dingin.
Dia teringat induknya. Menyesal dia telah mengabaikan nasehat induknya
agar tidak bermain jauh-jauh. Gajah kecil berdoa, agar badai segera reda. Dia
hendak kembali pulang.

Tidak lama kemudian angin reda. Hujan pun telah berhenti. Anak Gajah naik
ke atas tebing diikuti Tupai dan Kupu-kupu. Anak Gajah berjalan dengan hati-
hati karena jalannya licin setelah diguyur hujan.

Sesampai di atas tebing mereka sangat terkejut melihat seekor Singa merintih
terjepit oleh pohon yang tumbang tadi. Singa itu berusaha melepaskan dirinya
dari himpitan kayu. Tapi usahanya sia-sia.

Gajah kecil sangat iba melihat nasib Singa yang malang itu. Dia ingin
menolong Singa yang sudah tak berdaya itu. Dia membayangkan, bagaimana
sedih hatinya sekiranya yang tertimpa pohon itu induk atau ayahnya sendiri.

“Aauuuuu... aauuuu! Aduuhh sakiiitt! Tolong aku wahai anak Gajah! Tolong
akuuu!” ucap Singa menghiba-hiba.

Anak Gajah tertegun. Gajah kecil itu berpikir, apa yang harus dilakukannya.
Kalau dia tolong, apakah nanti Singa tidak akan mencelakakan dirinya?
Hatinya diliputi rasa bimbang.

“Ayo Gajah kecil. Mengapa kamu masih berdiri di sini melihat Singa yang jahat
itu?” tanya Tupai menggagetkan anak Gajah dari kemelut pikirannya.

“Sebentar, sahabatku. Mohon bersabar dulu ya?” ucap anak Gajah.

Lalu anak Gajah itu mematahkan satu persatu dahan kayu yang tumbang.
Sungguh aksi yang sangat heroik. Tanpa memikirkan keselamatan dirinya
sendiri, Gajah kecil itu berupaya dengan susah payah menyingkirkan dahan-
dahan kayu. Gajah kecil berhasil menyelamatkan Singa. Tetapi Singa itu tidak
bisa berdiri. Kakinya sakit, dua buah gigi depannya rontok. Singa berterima
kasih kepada Gajah kecil, telah menyelamatkannya dari kematian.

Gajah kecil pulang mencari induknya denga bantuan petunjuk Tupai.


Sementara itu Kupu-kupu dengan setia selalu ikut menemani Gajah. Dari jauh
dia sudah berteriak memanggil:

“Ngrreeeerrh.., Ayaaahh.. Maaaakkk..! Aku pulaaang!” teriak anak Gajah


berulang-ulang. Setelah sekian lama berlari dan berteriak memanggil
induknya, akhirnya terdengar sahutan dari jauh. Makin lama terdengar makin
dekat suara induk Gajah itu.

Menjelang matahari terbenam akhirnya Gajah kecil itu berhasil menemukan


kedua orang tuanya. Hatinya amat senang. Tak lupa Gajah kecil meminta
maaf pada kedua orang tuanya. Gajah kecil itu dicium-cium dan dibelai oleh
induknya. Lega hati Sang induk. Akhirnya anak kesayangannya bisa kembali
dengan selamat.

Induk dan ayah Gajah kecil mengucapkan terima kasih kepada Kupu-kupu dan
Tupai. Kupu-kupu dan Tupai merasa sangat terharu menyaksikan bersatunya
kembali keluarga gajah tersebut. Sejak saat itu anak Gajah selalu dilindungi
induknya dengan hati-hati. Anak Gajah pun berjanji tidak akan bermain jauh-
jauh lagi dari kedua orang tuanya.

Pesan Moral :

1. Patuhi selalu nasehat orang tua demi keselamatan dirimu.

2. Jangan bermain jauh dari pengawasan orang tua.

3. Jangan terlalu memperturutkan hati yang gembira secara berlebihan,


karena itu kebiasaan syetan dan buruk akibatnya.

4. Ikhlas lah selalu dalam menolong, sekalipun orang yang kamu tolong
pernah berbuat jahat kepadamu.

5. Biasakan meminta maaf bila bersalah, dan berterima kasih bila sudah
ditolong seseorang.

Beruang dan Lebah Madu


07:42 @Cerita Anak

#Tantangan Gurusiana hari ke-144


~~~

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seekor Beruang yang mempunyai banyak
makanan. Ia tidur selama beberapa hari. Setelah itu ia melihat tempat
makanannya. Ternyata makanannya telah habis. Lalu ia pergi untuk mencari
makanan. Kemudian ia melihat batang rambutan yang sedang berbuah.

Seketika dengan cepat datang Monyet mengambil buah rambutan. Beruang


sangat marah. “Ahh Monyet nakal, selalu begitu,” kata Beruang. Beruang lalu
pergi ke sungai mencari makanan. Ia berharap dalam sungai ada ikan untuk
disantap jadi makanan. Ternyata betul banyak ikan dalam sungai.

Beruang berusaha menangkap ikan-ikan itu. Namun, dengan susah payah ia


belum juga mampu menangkap satupun ikan. Ia sangat lelah dan marah,
karena tidak mendapatkan ikan.

Dengan tak disangka Beruang melihat sarang Lebah. Dan ia mendekati


sarang Lebah tersebut. Rasa bahagia terpancar di wajah Beruang yang
sedang lelah. Lalu ia mengambil madu di sarang Lebah. Tiba-tiba Kancil
memanggil Beruang. “Hei Beruang, apa yang kamu ambil,” kata Kancil.
Beruang kaget dan mengatakan. “Apakah itu kamu Kancil?”. Kancil
mengatakan pada Beruang agar tidak mengganggu sarang Lebah.

Beruang penasaran, lalu bertanya kepada Kancil kenapa sarang lebah tidak
boleh diambil. Kancil mengatakan bahwa Lebah sedang marah. Karena angin
malam membuat sarang Lebah jatuh. Bila diganggu lebah akan menyengat
Beruang.

“Tapi aku lapar Kancil, madu itu makanan aku,”kata Beruang. Beruang
mencium bau madu yang manis. Jadi tetap akan mengambil madu Lebah.
Tidak masalah apapun yang terjadi.

Kancil berusaha melarang Beruang untuk mengambil madu. “ Jangan


Beruang, nanti Lebah marah,” teriak Kancil. Beruang tidak menghiraukan
teriakan Kancil. Ia mengatakan tidak akan takut, karena ingin sekali
mendapatkan madu.

“Terserah kau saja Beruang,”kata Kancil. Kancil pergi meninggalkan Beruang.


Tiba-tiba datang para Lebah menyerang Beruang. Lalu menyengat Beruang
dengan ganasnya. Beruang menyerit kesakitan. Dia marah kepada Lebah.
“Tak ada guna kau Lebah, aku mau ambil madu di sarang itu jangan kau
halangi,”kata Beruang.

Kemudian Lebah sangat marah. Jenderal Lebah menyuruh pasukannya


menyerang si Beruang. Salah satu prajurit Lebah mengatakan kita harus
mundur jenderal. Jika tidak pohon-pohon tumbang ini akan mengenai sarang
kita. “Semua mundur,” kata Jenderal Lebah. Sementara Beruang beranggapan
Lebah takut. Tetapi tiba-tiba Beruang merasakan sakit di punggungnya.

Merasa sakit di punggungnya membuat Beruang marah dan langsung


mencakar sarang Lebah. Sarang Lebah jatuh ke sungai. Beruang bahagia.
Ratu Lebah yang melihat sarang lebah jatuh ke sungai sangat marah. Dia
menyuruh pasukannya menyerang Beruang.

Beruang lari dan minta minta tolong kepada Kancil. Kancil berkata. “Jika kamu
diberi nasehat kau tak mau mendengar sekarang telah terlambat,”kata Kancil.
Beruang memohon kepada kancil dan mengatakan tolonglah Kancil, kau kan
pandai bantu aku.

Kancil menyuruh Beruang terjun ke dalam sungai. Beruang terjun ke sungai


dan Kancil bersembunyi dalam semak. Beruang merasa sedih karena
seharian tidak mendapatkan makanan. Ia berjanji akan mendengarkan
nasehat Kancil.

Beruang dan Gajah


06:44 @Cerita Anak

#Tantangan Gurusiana hari ke-143

~~~

Pada zaman duhulu kala, para binatang di rimba Pulau Kalimantan dipimpin
oleh seekor Beruang besar dan kuat. Binatang itu adil dan bijaksana. Para
penghuni hutan Pulau Kalimantan hidup dengan tenang dan damai. Mereka
patuh pada pemimpinnya.

Sementara di Pulau Sumatera, binatang-binatang yang hidup di pulau itu


dipimpin oleh seekor Gajah. Gajah ingin memperluas daerah kekuasaannya.
Pada suatu hari dipanggilnya seekor Kelinci. “Ada apa yang Mulia memanggil
hamba ?” Tanya Kelinci. Sini dulu aku katakan. “Aku akan memberimu tugas,
kata Gajah.

“Tugas apakah yang Mulia ?. Temui raja rimba pulau itu. Katakan padanya
agar tunduk dan patuh pada kekuasaanku. Ini surat dariku untuknya,” Gajah
memberi perintah pada Kelinci.

Maka berangkatlah Kelinci ke Pulau Kalimantan. Setiba di sana


disampaikannya apa kata Gajah pada para penghuni rimba pulau itu.

Setelah itu Kelinci kembali ke Pulau Sumatera. Mendengar berita itu para
binatang-binatang di rimba Pulau Kalimantan seketika menjadi resah.

Beruang sunggguh sedih. “Apa yang harus aku lakukan demi wargaku ?”
gumamnya, bingung sekali. “Jika aku mengikuti keinginan Gajah untuk tunduk
padanya, binatang-binatang di rimba ini pasti akan menderita.

Jika kulawan, rasanya tak akan menang. Menurut cerita binatang di rimba ini
yang pernah melihatnya, Gajah adalah binatang yang berbadan sangat besar.
Taringnya panjang. Belalainya kuat dan mampu menumbangkan pohon-pohon
besar. “Oh apa yang harus aku lakukan ?” kata Beruang.

Tiba-tiba datang seekor Landak. Landak itu besar dan tua. “ Ada apa kau
datang ke mari, hei Landak ?” tanya Beruang tak bersemangat. “Hamba ingin
menyampaikan usul,” kata Landak. “Katakanlah wahai Landak, sahabatku, “
kata Beruang.

Yang Mulia,” ucap Landak,” demi kehidupan kita yang tenang dan damai,
hamba mengusulkan yang Mulia mengirim burung ke Pulau Sumatera. Burung
itu membawa pernyataan bahwa yang Mulia tidak mau tunduk pada raja rimba
pulau itu. Burung itu harus pula membawa bulu-bulu Landak untuk
dipersembahkan pada raja itu. Suruh burung itu mengatakan bahwa bulu-bulu
itu adalah bulu-bulu raja para binatang di rimba Pulau Kalimantan. Begitulah
usul hamba.”
Beruang menyetujui usul itu. Segera dikirimnya burung ke Pulau Sumatera. Si
Burung menyampaikan kata Beruang pada Gajah dan memberikan bulu-bulu
landak padanya. Ia mengatakan bulu-bulu itu adalah bulu-bulu raja para
binatang di rimba Pulau Kalimantan.

Gajah terkejut sekali mendengar itu. Ia merasa ngeri. “Bulunya saja sudah
begini besar dan kuat. Apalagi pemiliknya ? Beruang, si Raja rimba Pulau
Kalimantan, pastilah kuat sekali dan besar.”

Gajah akhirnya membatalkan niatnya untuk menaklukkan rimba di Pulau


Kalimantan. Binatang-binatang di pulau itu bersuka cita.

LANDAK DAN KELINCI BAGIAN 2


23 Sep @Cerita Anak

#Tantangan Gurusiana Hari ke-127

Kedua ekor Landak itu berpelukan dalam suasana takut. Lubang kelam di
bawah tanah itu semakin kelam saja terasa oleh kedua Landak itu. Keduanya
memejamkan mata mengusir bayangan buruk yang bakal menimpa, bila
lubang persembunyian mereka diketahui Anjing pemburu. Dalam hati
keduanya terus berdoa, agar selamat dari bencana tertangkap dan dikoyak-
koyak oleh Anjing atau bisa jadi dimasukkan ke dalam karung, seperti yang
telah terjadi pada saudara-saudara mereka.

Tiba-tiba gonggongan Anjing semakin dekat. Hati kedua Landak itu semakin
cemas. Jantungnya seakan mau berhenti berdenyut. Takut sekali. Getar kaki-
kaki mungilnya seakan tidak mampu lagi menupang badan kedua Landak itu
untuk berdiri. Lalu terdengar.bunyi desau yang keras diatas bambu. Seperti
ada binatang yang besar melompat. Anjing-anjing itu berlari.

“Haiii..Anjing. Mengapa lariii?” teriak Pemburu itu sangat keras..


Kedengarannya dia sangat kesal.

“Guuuguuuk.., guuuguuk, Haaauuuu...!” teriak Anjing-anjing pemburu itu saling


bersahutan. Helaan napasnya terdengar berat, Anjing-anjing itu terus berlari
sambil menyalak tak henti-hentinya. Lampu senter menyoroti rah suara benda
yang bergerak dan melompat dalam gelap itu. Rupanya seekor musang.

“Hooiii.. musang. Musang... ooii!” teriak mereka.

“Huuuss.., kejar!” ucap beberapa orang pemburu kepada Anjingnya. Anjing-


anjing itu semakin bersemangat berlari dan terus menggonggong. Suara itu
makin lama makin jauh.

Tiba-tiba suara pemburu dan Anjing-anjing itu menghilang. Mereka berlarian


mengejar Musang tersebut. Tak lama kemudian sayup-sayup terdengar
sebuah tembakan memecah kesunyian malam. Musang itu telah ditembak
dengan senapang.

Musang itu mati terbunuh lalu dimakan oleh Anjing. Anjing-anjing pemburu itu
makan berebutan. Suaranya antara geram dan menikmati lezatnya daging
Musang, terdengar oleh Kelinci dari dalam sarangnya di bawah akar pohon
laban besar. Di bawah tanah, dalam lubang yang tersembunyi. Di situlah
Kelinci tinggal bersama keluarganya.

Esok harinya Landak menceritakan bencana yang hampir menimpanya


kepada temannya Kelinci.

“Hai Kelinci, apa kabarmu hari ini? Sudah selesai mencari makan?” tanya
Landak.

“Ooh, kabar baik tentunya, Landak. Kalian baru hendak mencari makan?
Tanya Kelinci balik bertanya.

“Tepat sekali, sobat. Kami mau mencari makan. Tapi maukah kalian
mendengar cerita kami?” tanya Landak malu-malu sambil berputar-putar
memperlihatkan tingkahnya yang lucu.

“Ooo.., tentu saja. Kami akan mendengarkannya dengan senang hati!” jawab
Kelinci. Hidungnya bergerak-gerak dan Kelinci melompat-lompat dengan
girang. Lalu Kelinci diam dengan telinga tegak siap mendengar cerita
sahabatnya.

“Ayo mulai ceritanya, Landak!” ucap Kelinci dengan antusias.

“Tadi malam kami sangat ketakutan!” ucap Landak sambil berpelukan. Mata
kedua Landak nampak sedih.
“Kenapa kalian takut? Ada apa?” tanya Kelinci heran. Telinganya digerak-
gerakkan, dan matanya menatap dengan liar.

“Tadi malam ada pemburu dan anjing-anjingnya yang galak. Mereka mencari
kami pakai lampu senter. Anjing-anjing itu sudah mengendus-endus sampai
pintu lubang sarang kami!” ucap Landak dengan gemetar. Dia menarik napas
yang dalam-dalam. Jantung Landak seperti berpacu memompa darah.
Berdegup dengan kencang.

“Terus, kalian bagaimana bisa selamat?” tanya Kelinci. Kelinci membayangkan


betapa menakutkan bila sempat diterkam Anjing. Mendengar suara
gonggongan Anjing saja sudah membuat badan Kelinci gemetaran.

“Untunglah saat genting itu ada seekor Musang yang melompat di atas
rumpun bambu. Perhatian pemburu dan Anjingnya beralih kepada Musang.
Akhirnya kami tertidur dalam suasana ketakutan.”

“Syukurlah kawan. kalian sudah selamat. Memang tadi malam kami


mendengar suara ribut itu. Kalau begitu tempat tinggal kalian sudah tak aman
lagi. Sekarang cepatlah cari makanan. Nanti malam kalian sebaiknya pindah
ke dekat sarang kami. Buatlah sarang di lubang bawah akar kayu besar itu,”
ucap Kelinci.

“Terima kasih kawan. Baiklah, kami akan pergi mencari makan!” ucap Landak
sambil pamit kepada sahabatnya. Keduanya berlari-lari kecil. Suara
gemericing dari duri-duri di punggungnya terdengar merdu. Akhirnya Landak
menghilang dari pandangan Kelinci.

Kelinci pulang ke sarangnya dengan melompat-lompat sambil membawa


makanan di tangannya. Makanan itu disimpannya didalam sarangnya sebagai
persediaan. Kedua Kelinci itu duduk santai di depan lubangnya menunggu
Landak pulang.

Tidak lama setelah hari gelap, kedua Landak telah tiba dekat sarang Kelinci.
Lalu keduanya membuat sarang dengan arah yang berlawanan dengan
sarang Kelinci. Jadi sarang Kelinci dan sarang Landak lubang pintu masuknya
saling berhadapan. Ada semak-semak dan belukar yang menutupi pintu
sarang mereka. Tempat yang nyaman.

Sejak saat itu Landak dan Kelinci hidup berdampingan dan bertetangga
dengan damai. Mereka selalu berdoa agar Anjing-anjing pemburu tidak
mengetahui tempat sarang mereka yang tersembunyi tersebut. Landak dan
Kelinci akhirnya hidup dengan tenteram.

Pesan Moral:

1. Hiduplah dengan hemat dan suka menabung, agar berguna disaat susah
atau genting.

2. Jangan memandang remeh kebiasaan orang lain, mungkin ada segi


positifnya yang patut diteladani.

3. Mintalah pertolongan kepada Allah dengan sungguh, karena hanya Dia


tempat sebaik-baik minta pertolongan.

4. Hiduplah bertetangga dengan damai dan saling menolong, niscaya akan


engkau dapatkan banyak kemudahan.

Lubuk Alung, 23-09-2020

Kesombongan Awal Kehancuran

#TantanganGurusiana

Hari ke-95

Sayap lebar berhias warna-warni indah mencolok mengepak anggun di atas


indahnya bunga yang sedang bermekaran. Kehadiran kupu-kupu cantik itu
seakan menjadi penyempurna lukisan Ilahi di pagi hari. Keelokan kupu-kupu
satu ini memang tak tertandingi. Beauty begitu mereka menyebutnya, kupu-
kupu rupawan yang sangat menawan. Sayang semua keindahan diri yang ia
miliki membuat Beauty, melambung tinggi hingga kesombongan menguasai.

“Kamu cantik sekali!” puji Catty

“Semua juga sudah tahu. Aku sudah bosan mendengar basa-basi itu.” jawab
Beauty penuh arogansi.

“Ayo kita berkumpul dengan yang lain!” ajak Beena


“Aku bosan dengan kalian, tidak ada yang bisa menarik hatiku.” Beauty
berucap sambil berkacak pinggang.

Bosan mendengar ucapan kesombongan Beauty, Beena dan Catty bergegas


meninggalkannya. Beena dan Catty memilih untuk bercengkrama dengan
serangga lainnya.

“Beauty, semakin sombong saja!” jangkrik mulai membicarakan Beauty.

“Bagaimana kalau kita kerjai dia?” usul kepik

“Jangan berbuat sesuatu yang akan kalian sesali!” Catty memperingatkan.

“Bagaimanapun Beauty teman kita.” Tambah Beena mencoba mencegah niat


buruk teman-temannya.

Kepik dan Jangkrik berdiam diri tidak membalas ucapan Catty dan Beena.
Namun di belakang Beena maupun Catty, si Kepik dan Jangkrik tetap ingin
memberi pelajaran kepada Beauty.

“Hi, Beauty!” sapa jangkrik ramah.

“Hmm..!” jawab Beauty dingin.

“Sombong sekali kamu ini! Asal kamu tahu ada serangga lain yang lebih cantik
dari pada kamu di tempat ini!” Kepik mulai memanasi.

“Kalau bohong, jangan keterlaluan! Siapapun tahu akulah yang tercantik di


sini! Jangan bicara omong kosong!”

“Gracia, si belalang anggrek. Dia seindah anggrek penampiannnya benar-


benar menarik, para serangga selalu mengerumuninya. Satu hal lagi yang
membuatnya jauh lebih baik dari kamu adalah keramahannya!” puji jangkrik
bagi Gracia.

“Dimana aku bisa menemui Gracia?” potong Beauty penasaran dan jengkel.

Rencana jangkrik dan kepik untuk memanas-manasi Beauty berhasil. Mereka


menunjukan tempat belalang anggrek kepada Beauty.

“Mengapa terburu-buru?” tanya Catty saat berpapasan dengan Beauty.


“Apa kau tahu Gracia, si belalang anggek? Apakah dia cantik?” tanya Beauty.

“Secantik anggrek.” jawab Catty pendek.

“Jangan mendekatinya dia berbahaya.” Beena memberi informasi.

“Kecantikan memang membahayakan bagi mereka yang tidak memilikinya!”


Beauty menyombongkan diri.

“Maksudmu apa?” tanya Beena tak mengerti

“Kau bilang Gracia berbahaya, bukankah itu hanya ungkapan


kecemburuanmu? Kau merasa iri karena kecantikannya?” Beauty
menjelaskan.

“Jangan bilang kami belum memperingatkanmu, jika hal buruk terjadi.” Catty
sedikit terpancing emosi.

“Sudahlah!” Beauty mendengus.

Beauty bertekad menemukan Gracia, dia ingin memastikan apakah benar


informasi yang menyebutkan bahwa ada yang menandingi kecantikannya.

“Cantik, mau kemana?” sapa capung.

“Bukan urusanmu, cungkring!” ucap Beauty menimpali.

“Wah, cantik-cantik sombong! Beda sekali dengan Gracia.”

Mendengar ucapan Capung membuat emosi Beauty tak terbendung.

“Dimana Gracia!”

“Kalian ingin membentuk duo?” tanya capung asal

“Iya tentu saja, kalau dia benar secantik yang kau ucapkan. Maka hanya
akulah yang layak menjadi temannya. Si cantik berkumpul dengan si cantik,
cungkring jelek sepertimu pantasnya berteman dengan si jelek jangkrik,
kumbang, dan lainnnya.”

“Wah, kesombonganmu benar-benar tak tertolong! Gracia yang ramah tidak


mungkin menerimamu sebagai teman!” ucap Capung, lalu berlalu pergi.
Setelah beberapa saat terbang, sampailah Beauty di tempat Gracia. Dia
mengintip sekali lagi, dia tidak menemukan seekor seranggapun di sana, dia
hanya menemukan setangkai anggrek yang sangat cantik.

“Hello!” teriak Beauty

“Hi!” jawab sekuntum anggrek ramah.

“Tidak mungkin! Apakah kau, Gracia?” Beauty ternganga tak percaya.


Mahkluk cantik yang sebelumnya ia kira sebagai sekuntum anggrek ternyata
adalah belalang.

“Iya aku, Gracia.” jawab Gracia ramah.

Ternyata jangkrik dan kepik tidak berbohong, Gracia sangat cantik dan juga
ramah.

“Kamu begitu cantik mengapa kau mau berteman dengan serangga-serangga


jelek? Seharusnya kau menjadi temanku, kita sama-sama cantik.” rayu Beaty.

“Aku berteman dengan siapa saja.” sanggah Gracia, “Aku akan sangat
bahagia jika bisa berteman denganmu.” tambah Gracia

“Sepertinya akan menyenangkan jika kita berteman. Kita sepadan sebagai


seorang teman, kita sama-sama dianugrahi fisik yang sempurna.” terima
Beauty.

“Wow,... jadi kita berteman?” tanya Gracia sekali lagi.

“Tentu saja, tapi setelah aku menjadi temanmu kau harus menjauhi serangga-
serangga jelek itu!” Beauty mengajukan syarat.

“Tidak masalah, bisakah kita berjabat tangan sebagai simbol pertemanan?”


tanya Gracia

Mendengar syarat pertemanannya diterima membuat Beauty bahagia. Dia


segera mendekat dan menjabat tangan Gracia.

“Tanganmu sangat lembut, duduklah di dekatku teman!” perintah


Gracia,”Biarkan aku mengagumi kecantikanmu!” puji Gracia.
Mendapat pujian bertubi-tubi dari Gracia, membuat Beauty melambung tinggi.
Ketika mereka sudah begitu dekat, tiba-tiba Gracia menusukan tangan dan
kaki tajamnya. Mencengkram erat tubuh Beauty, lalu tanpa ampun
menjadikannya mangsa. Hancurlah kesombongan Beauty di tangan serigala
berbulu domba, Gracia.

Anda mungkin juga menyukai