Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

ILEUS

OLEH :
`

Aldwin Arifin

G99122001

Gilda Ditya Asmara

G99122003

Jatnika Permana

G99122005

PEMBIMBING :
dr. Amelia Tjandra, Sp.Rad. M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SMF RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2014
1

BAB I
PENDAHULUAN
Istilah gawat abdomen menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di
rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan
utama. Keadan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa
tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan massif di
rongga perut maupun saluran cerna (Djumhana, 2001).
Ileus merupakan salah satu kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering
dijumpai, merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan
apendisitis akut. Ileus sendiri merupakan suatu keadaan dimana pergerakan
kontraksi normal dinding usus terganggu. Gerak peristaltik seperti gerakan
kontraksi bergelombang yang merupakan suatu aktivitas otot polos usus yang
terkoordinasi dengan baik dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan otot
polos usus, system saraf simpatis, system saraf parasimpatis, keseimbangan
elektrolit, dan sebagainya (Mansjoer, 2000).
Ileus dibagi menjadi dua yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Keduanya
mempunyai perbedaan yang cukup berarti tak terkecuali dalam bidang radiologi.
Baik ileus obstruktif maupun ileus paralitik mempunyai gambaran khas yang
berbeda (Samsuhidajat, 2004).
Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif,
maka hal ini sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat
ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai, keterampilan
dokter, dan kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh pada
faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus yang
akhirnya berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga
berpengaruh dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya
(Samsuhidajat, 2004).
Karena itu, makalah mengenai ileus ini diharapkan agar para pembaca dapat
mengerti mengenai ileus baik ileus obstruktif maupun ileus paralitik dan juga

perbedaan masing-masing, tak terkecuali mengenai gambaran radiologis khas


pada masing-masing ileus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI TRAKTUS DIGESTIVUS
Sistem pencernaan (digestive) merupakan sistem organ dalam manusia
yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi
dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut
dari tubuh (Guyton, 1997).
Saluran

pencernaan

terdiri

dari

mulut,

tenggorokan

(faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan

juga meliputi organ-organ yang

terletak diluar saluran

pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu (Sherwood, 2001).


1. Mulut

Gambar 1. Anatomi Cavum Oris (sumber : www. fidanoski.ca)

Merupakan sebuah rongga yang dibatasi pipi,bibir,palatum,lidah pada


bagian dasar dan bersambung dengan faring pada bagian posterior.Pada mulut
terdapat gigi,lidah dan kelenjar saliva (Guyton, 1997).
Pada saat makanan masuk kedalam cavum oris, bibir mempunyai fungsi
spesifik yaitu sebagai pembantu untuk memperoleh , mengarahkan serta
menampung makanan. Di dalam cavum oris, makanan mengalami 2 perlakuan
yaitu (Sherwood, 2001):
a. Pencernaan secara mekanik (mengunyah)
Pencernaan yang dilakukan secara mekanis dengan bantuan gigi untuk
memecah makanan menjadi partikel partikel kecil. Pencernaan secara mekanik
bertujuan agar enzim enzim pencernaan dapat bekerja secara efektif.
b. Pengunyahan kimia
Dengan bantuan enzim dari glandula / kelenjar pencernaan. Dimana
kelenjar pencernaan menghasilkan enzim amilase yang berfungsi untuk
mengubah karbohidrat menjadi amilum.
2. Faring

Gambar 2. Anatomi Faring (www.netterimages.com)


Faring berbentuk kerucut terdiri dari muskulo membranosa dan
tersambung dengan esofagus dan trakhea,terbagi menjadi pars nasalis,pars
oralis dan pars laringeal,tersusun atas lapisan mukosa,fibrosa dan otot,dimana
4

otot utamanya adalah otot konstriktor yang berkontraksi pada saat makanan
masuk ke faring dan mendorongnya ke esofagus (Sherwood, 2001).
3. Esofagus

Gambar 3. Anatomi Esofagus (sumber : www.patient.co.uk)


Merupakan tabung berotot dengan panjang 20-25 cm. Dimulai dari faring,
thoraks, menembus diafragma, dan masuk kedalam abdomen bersambung
dengan lambung,terletak di belakang trakhea di depan vertebra. Esofagus
terdiri atas 4 lapisan yaitu : jaringan ikat yang longgar, 2 lapis otot sirkuler dan
longitudinal, lapisan sub mukosa,dan mukosa. Pada esofagus terjadi gerakan
peristaltik, sehingga bolus makana masuk ke lambung dikarenakan juga oleh
adanya gaya gravitasi (Guyton, 1997).

4. Gaster

Gambar 4. Anatomi Gaster (sumber: www.fidanoski.ca)


Merupakan saluran pencernaan setelah oesophagus berfungsi untuk
mencerna bolus secara mekanik menggunakan gerak peristaltik gaster dan
kimiawi (mengeluarkan enzim pencernaan seperti lipase, peptin, HCl).
Makanan yang telah dicerna berjalan menuju duodenum dinamakan kimus.
Tingkat keenceren kimus tergantung pada jumlah zat yang dimakan, air dan
sekresi lambung. Di dalam lambung memiliki fungsi motorik sebagai tempat
penyimpanan makanan, pencampuran makanan, dan pengosongan kimus di
lambung (Guyton, 1997).

5. Usus Halus ( Intestinum Tenue )

Gambar 5. Anatomi Intestinum (sumber: salerno.uni-muenster.de)


Didalam usus halus terjadi pencernaan mekanik dengan gerak peristaltik
dinding usus serta perncernaan dengan mengeluarkan enzim dari pankreas dan
hepar. Di usus halus juga terjadi absorbs nutrisi dan zat-zat yang berguna
untuk tubuh. Sebagai nutrisi yang diserap disalurkan ke hati untuk diolah
(Sherwood, 2001).
a. Duodenum:

Bentuk U, panjang 24cm

Retroperitoneal

Papilla duodeni major muara ductus choledochus dan ductus


pancreaticus

b. Jejunum dan Ileum

Pada mukosa terdapat lipatan yang disebut villi berfungsi untuk


memperluas permukaan pencernaan 6-7 m.

Jejenum : kosong, ber dinding tebal, lebih vaskuler, sebagian besar di


regio umbilicalis

Ileum

: dinding lebih tipis, vascularisasi sedikit. Terletak pada

regio.hypogastrica hingga pelvis


7

c. Vaskularisasi:

mesenterica superior

V. porta

6. Colon dan Anus

Gambar 6. Anatomi Colon dan Rectum (sumber : www.cancercare.ns.ca)


Colon berfungsi dalam mengabsorbsi air , mineral dan vitamin &
membuang feces. Panjangnya 1,5 m. memiliki bagian khas yaitu taenia coli,
haustrae, appendices epiploica. Colon dibagi menjadi 4 bagian yaitu colon
ascendens, colon tranversum, colon decendens, dan colon sigmoideum
(Guyton, 1997).
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong
karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.
Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa
menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami

kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air
besar (Sherwood, 2001).
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani)
menjaga agar anus tetap tertutup (Sherwood, 2001).
B. ILEUS OBSTRUKTIF
I.

Definisi
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi

karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal
tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.Ileus obstruktif disebut
juga ileus mekanik (Samsuhidajat, 2004).
II.

Klasifikasi (Samsuhidajat, 2004)


Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstruktif dibedakan atas:

Letak tinggi: duodenum sampai jejunum

Letak rendah: kolon sigmoid rectum

Obstruksi letak tinggi dan letak rendah di batasi oleh iliocecal


junction
Berdasarkan stadiumnya, ileus obstruktif dibedakan atas:

III.

Parsial: menyumbat sebagian lumen

Simple/komplit: menyumbat seluruh lumen

Strangulasi: simple dengan jepitan vasa

Etiologi
Ileus obstruktif disebabkan oleh berbagai hal:

a. Adhesi
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi umumnya
berasal dari rangsangan peritoneum akibat adanya peritonitis setempat atau

umum. Adhesi dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal


maupun multiple, mungkin setempat maupun luas (Samsuhidajat, 2004).

b. Hernia
Kelemahan atau defek pada dinding rongga peritoneum memungkinkan
penonjolan keluar suatu kantong peritoneal (kantong hernia) sehingga
segmen suatu dalaman dapat terjepit (Samsuhidajat, 2004).
c. Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejunum.
Obstruksi bisa terjadi dimana-mana pada bagian usus halus, tetapi
biasanya di ileum terminal, tempat lumen paling sempit. Cacing tersebut
menyebabkan kontraksi lokal dinding usus yang disertai reaksi radang
setempat (Djumhana, 2001).
d. Invaginasi
Umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon
asendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektrum, dapat
mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan
komplikasi perforasi dan peritonitis. Pada bayi dan anak-anak biasanya
spontan dan irreversible, sedangkan pada dewasa jarang terjadi (Mansjoer,
2000).
e. Volvulus
Pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus. Volvulus di usus halus
agak jarang ditemukan. Biasanya volvulus didapatkan di bagian ileum
(Mansjoer, 2000).
f. Kelainan kongenital
Gangguan passase usus dapat berupa stenosis maupun atresia.
g. Radang kronik
h. Tumor
i. Tumpukan sisa makanan
10

C. ILEUS PARALITIK
I. Definisi
Ileus paralitik merupakan suatu keadaan dimana usus gagal atau tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus
paralitik disebut juga ileus adinamik atau non mekanik. Ileus paralitik ini
bukan merupakan suatu penyakit primer usus, melainkan akibat dari berbagai
penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut,
toksin, obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus, dan
ileus obstruktif yang lama (Samsuhidajat, 2004).
II. Etiologi
Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen.
Keadaan ini biasanya hanya berlangsung antara 24-72 jam. Beratnya ileus
paraltik pasca operasi bergantung pada lamanya operasi, seringnya manipulasi
usus dan lamanya usus berkontak dengan dunia luar. Selain itu, bisa juga dari
inflamasi intraperitoneal atau retroperitoneal (apendisitis, diverticulitis, dan
sebagainya), gangguan metabolik (hipokalemia), obat-obatan (antikolinergik,
opioid, dan sebagainya) (Samsuhidajat, 2004).
PATOGENESIS
Proses terjadinya ileus mekanik maupun non mekanik memiliki kemiripan
setelah terjadinya obstruksi, tanpa memandang penyebab obstruksi tersebut
apakah karena penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan yang tampak adalah
bila ileus tersebut disebabkan oleh penyebab non mekanik maka peristaltik usus
dihambat dari permulaan, sedangkan pada ileus karena penyebab mekanik maka
11

peristaltik mula-mula kuat kemudian bertambah pelan sampai akhirnya hilang


(Samsuhidajat, 2004).
Semua etiologi ileus menyebabkan usus di bagian distal kolaps, sementara
bagian proksimal berdilatasi. Usus yang tersumbat awalnya berperistaltik lebih
keras sebagai usaha alamiah dan akhirnya pasase usus jadi melemah dan hilang.
Usus yang berdilatasi menampung cairan dan gas yang merupakan hasil
akumulasi cairan dan gas yang menyebabkan distensi usus. Distensi usus tidak
hanya pada daerah sumbatan tapi dapat menjalar ke daerah proksimal. Distensi
yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah
berkurang (iskemik) dan dapat terjadi perforasi (Masnjoer, 2000).
Usaha usus untuk berperistaltik disaat adanya sumbatan menghasilkan nyeri
kolik abdomen dan penumpukan kuman dalam usus merangsang muntah. Pada
obstruksi usus dengan stranguasi, terdapat penjepitan yang menyebabkan
gangguan peredaran darah sehingga terjadi iskemia, nekrosis kemudian gangren.
Gangren ini kemudian menyebabkan tanda toksis yang terjadi pada sepsis yaitu
takikardia, syok septik dengan leukositosis ((Masnjoer, 2000).
Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus
karena pada obstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi
strangulasi. Kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif
fungsi kolon sebagai alat penyerap sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan
cairan dan elektrolit berjalan lambat pada obstruksi kolon distal (Djumhana,
2001).
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan
atau ruptur sedangkan dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding
caecum merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur
bila terlalu tegang. Bila terjadi ruptur maka akan timbul perforasi yang
memperberat keadaan pasien (Djumhana, 2001).
GAMBARAN KLINIS

12

Gambaran klinik obstruksi ileus sangat mudah dikenal tidak tergantung


kepada penyebab obstruksinya. Hanya pada keadaan strangulasi, nyeri biasanya
lebih hebat dan menetap (Mansjoer, 2000).
Obstruksi ileus ditandai dengan gambaran klinik, berupa nyeri abdomen yang
bersifat kolik, muntah-muntah dan obstipasi, distensi intestinalis, dan tidak adanya
flatus. Rasa nyeri perut dirasakan seperti menusuk-nusuk atau rasa mulas yang
hebat, umumnya nyeri tidak menjalar. Pada saat datang serangan, biasanya disertai
perasaan perut yang melilit (Mansjoer, 2000).
Bila obstruksi tinggi, muntah hebat bersifat proyektil dengan cairan muntah
yang berwarna kehijauan. Pada obstruksi rendah, muntah biasanya timbul sesudah
distensi usus yang jelas sekali, muntah tidak proyektil dan berbau feculent,
warna cairan muntah kecoklatan (Mansjoer, 2000).
Gambaran klinis ileus paralitik pada umumnya sama dengan ileus obstruktif
terdapat juga perbedaannya:
Ileus paralitik
Ileus obstruktif
Nyeri
Kontinu
Kolik
Darm contour
+
+
Darm steifung
+
Bunyi bising usus
Menghilang
Meningkat
Rectal toucher
Terowongan
Kolaps
Tabel 1. Perbedaan Ileus Paralitik dan Ileus obstruktif secara Klinis
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1. Foto Polos Abdomen
Ileus merupakan penyakit abdomen akut yang dapat muncul secara
mendadak yang memerlukan tindakan sesegera mungkin. Maka dari itu
pemeriksaan abdomen harus dilakukan secara segera tanpa perlu persiapan.
Pada kasus abdomen akut diperlukan pemeriksaan 3 posisi, yaitu :
1. Posisi terlentang (supine): sinar dari arah vertical, dengan proyeksi anteroposterior (AP)
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri (erect), bila

memungkinkan,

dengan sinar horizontal proyeksi AP


13

3. Tiduran miring ke kiri ( left lateral decubitus ), dengan arah horizontal,


proyeksi AP.
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat
mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu dipersiapkan ukuran
kaset dan film ukuran 35x 45 cm (Hunter, 2008).
Hal hal yang dapat dinilai pada foto foto di atas ialah:
1. Posisi terlentang (supine)
-

Dinding abdomen, yang penting yaitu: lemak preperitoneal kanan


dan kiri baik atau menghilang.

Garis psoas kanan dan kiri: baik, menghilang atau adanya


pelembungan (bulging).

Batu yang radioopak, kalsifikasi atau benda asing yang radioopak.

Kontur ginjal kanan dan kiri.

Gambaran udara usus :

Normal

Pelebaran lambung, usus halus, kolon

Penyebaran dari usus usus yang melebar

Keadaan dinding usus

Jarak antara dua dinding usus yang berdampingan

2. Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak ( Erect)


-

Gambaran udara bebas di bawah diafragma

3. Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)


-

Hampir sama seperti posisi duduk, hanya udara bebas letaknya


antara hati dengan dinding abdomen

2. Barium Enema
Barium

enema

adalah

sebuah

pemeriksaan

radiologi

dengan

menggunakan kontras positif. Kontras positif yang biasanya digunakan


dalam pemeriksaan radiologi alat cerna adalah barium sulfat (BaSO4).
Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih, berat dan tidak mudah larut
dalam air. Garam tersebut diaduk dengan air dalam perbandingan tertentu
14

sehingga menjadi suspensi. Suspensi tersebut diminum oleh pasien pada


pemeriksaan esophagus, lambung dan usus halus atau dimasukkan lewat
kliasma pada pemeriksaan kolon (lazim disebut enema).
Sinar rontgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga
menimbulkan bayangan dalam foto rontgen. Setelah pasien meminum
suspensi barium dan air, dengan fluroskopi diikuti kontrasnya sampai
masuk ke dalam lambung, kemudian dibuat foto foto dalam posisi yang
di perlukan. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema mempunyai
suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian
Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak
rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen.
3. CT-Scan Abdomen

Gambar 7. CT-Scan Abdomen pada Ileus Obstruktif


(sumber : www.medscape.com)
CT ( Computed Tomograhy) merupakan metode body imaging dimana
sinar X yang sangat tipis mengitari pasien. Detektor kecil akan mengatur
15

jumlah sinar x yang diteruskan kepada pasien untuk menyinari targetnya.


Komputer akan segera menganalisa data dan mengumpulkan dalam bentuk
potongan cross sectional. Foto ini juga dapat disimpan, diperbesar maupun
di cetak dalam bentuk film. Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis
dan foto polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. CTScan akan
mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding
usus, mesenterikus, dan peritoneum. CTScan harus dilakukan dengan
memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini
dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi (Hunter, 2008).
RADIOLOGI ILEUS
Untuk radiologi ileus perlu diperhatikan beberapa hal :
1. Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di
proksimal daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri
ikan (Herring Bone Appearance). Gambaran ini didapat dari pengumpulan gas
dalam lumen usus yang melebar.
2. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis didapatkan adanya
air fluid level dan step ladder appearance.
3. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus.
Dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level
pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedangkan jika panjang-panjang
kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran yang diperoleh adalah adanya
udara bebas infra diafragma dan air fluid level (Sutton, 1992).
Pada foto polos abdomen, 60-70% dapat dilihat adanya pelebaran usus dan
hanya 40% dapat ditemukan adanya air fluid level. Walaupun pemeriksaan
radiologi hanya sebagai pelengkap saja, pemeriksaan sering diperlukan pada
obstruksi ileus yang sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya
pada masa pra-bedah.

16

Gambar 8. Ileus obstruktif letak tinggi (sumber : stritch.luc.edu)


Pada foto abdomen 3 posisi ileus obstruktif letak tinggi tampak dilatasi usus di
proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di iliocecal junction) dan kolaps usus
dibagian distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi
memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus
yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra (dari ikan), dan
muskulus yang sirkular menyerupai kostanya. Tampak gambaran air fluid level
yang pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga disebut juga step ladder
appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang mengalami
distensi (Dorsey, 2011).

17

Gambar 9. Ileus obstruktif letak rendah (www.radiopaedia.org)


Pada ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan
(sumbatan di kolon) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan. Penebalan dinding
usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone
appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel
membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan
gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen.
Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti
tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam
usus halus yang terdistensi dan air fluid level yang panjang-panjang di kolon
(Fred, 2005).

18

Gambar 10.Ileus Paralitik (www.radiopaedia.org)


Pada ileus paralitik terdapat dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster
sampai rektum. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi
memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus
yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang
sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi
tampak pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek
yang berbentuk seperti tangga atau disebut juga step ladder appearance di usus
halus dan air fluid level yang panjang-panjang di kolon (Fred, 2005).
Ileus Obstruktif

Ileus Paralitik

a. Distribusi udara usus

Tidak merata

Di seluruh bagian usus

b. Air fluid level

Bertingkat (step-ladder)

Sejajar dan panjang panjang

c. Penebalan dinding
usus halus

Hearing bone appereance

Hearing bone appereance

Foto polos abdomen

19

Tabel 2. Perbedaan Ileus Obstruktif dan Ileus Paralitik secara radiologis


TERAPI
1. Ileus obstruksi
Pengelolaan ileus obstruktif adalah sebagai berikut:

Pemasangan sonde lambung

Penderita dipuasakan

Perbaikan kadar elektrolit

Tindakan bedah diperlukan bila terjadi:


Strangulasi
Obstruksi totalis
Hernia inkarserata
Tidak ada perbaikan pada pengobatan konservatif (Samsuhidajat,
2004).

2. Ileus paralitik
Pengelolaan ileus paralitik adalah dengan konservatif. Tindakannya
berupa dekompresi dengan pipa nasogastrik, menjaga cairan dan elektrolit,
mengobati kausa atau penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat
(Samsuhidajat, 2004).

20

BAB III
PENUTUP
Ileus obstruksi merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyumbatan lumen usus. Pemeriksaan radiologi pada
ileus obstruktif akan tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan dan kolaps usus
di bagian distal sumbatan.
Ileus paralitik merupakan suatu keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu
melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Pemeriksaan radiologi
pada ileus paralititk akan menunjukkan adanya dilatasi usus secara menyeluruh
dari gaster sampai rektum.
Jika ileus obstruktif berlangsung lama maka bisa terjadi ileus paralitik.
Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka
hal ini sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat ditentukan
oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai, keterampilan dokter, dan
kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh pada faktor-faktor
tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus yang akhirnya
berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga berpengaruh
dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya.

21

DAFTAR PUSTAKA
Davin Sutton. A textbook of Radiology & Imagng. Fifth edition. Volume 2.
Churcill Livingston.1992.
Dorsey, Steven, Harrington, Eric. Ileus and Small Bowel Obstruction in an
Emergency Department Observation Unit: Are There Outcome
Predictors?. California: Irvine. 2011
Djumhana, Ali. Buku Ajaran Penyakit Dalam, jilid II. Edisi III. Depaertemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UKI. Jakarta 2001
Fred. Amttler Jr. Essential of Radiology: gastrointestinal system. 2nd. Edition.
Departermen of Radiology, New Mexic Federal Regional center. 2005.
Guyton, Hill. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. 1997
Hunter, Iain. Small Bowel Obstruction Complicating Colonoscopy : A Case
Report. Leeds: Journal of Medical Case Report. 2008
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:FKUI. 2000
Samsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi II. Jakarta :
EGC. 2001

22

Anda mungkin juga menyukai