Referat Radiologi
Referat Radiologi
ILEUS
OLEH :
`
Aldwin Arifin
G99122001
G99122003
Jatnika Permana
G99122005
PEMBIMBING :
dr. Amelia Tjandra, Sp.Rad. M.Kes
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah gawat abdomen menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di
rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan
utama. Keadan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa
tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan massif di
rongga perut maupun saluran cerna (Djumhana, 2001).
Ileus merupakan salah satu kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering
dijumpai, merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan
apendisitis akut. Ileus sendiri merupakan suatu keadaan dimana pergerakan
kontraksi normal dinding usus terganggu. Gerak peristaltik seperti gerakan
kontraksi bergelombang yang merupakan suatu aktivitas otot polos usus yang
terkoordinasi dengan baik dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan otot
polos usus, system saraf simpatis, system saraf parasimpatis, keseimbangan
elektrolit, dan sebagainya (Mansjoer, 2000).
Ileus dibagi menjadi dua yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Keduanya
mempunyai perbedaan yang cukup berarti tak terkecuali dalam bidang radiologi.
Baik ileus obstruktif maupun ileus paralitik mempunyai gambaran khas yang
berbeda (Samsuhidajat, 2004).
Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif,
maka hal ini sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat
ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai, keterampilan
dokter, dan kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh pada
faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus yang
akhirnya berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga
berpengaruh dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya
(Samsuhidajat, 2004).
Karena itu, makalah mengenai ileus ini diharapkan agar para pembaca dapat
mengerti mengenai ileus baik ileus obstruktif maupun ileus paralitik dan juga
pencernaan
terdiri
dari
mulut,
tenggorokan
(faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan
otot utamanya adalah otot konstriktor yang berkontraksi pada saat makanan
masuk ke faring dan mendorongnya ke esofagus (Sherwood, 2001).
3. Esofagus
4. Gaster
Retroperitoneal
Ileum
c. Vaskularisasi:
mesenterica superior
V. porta
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air
besar (Sherwood, 2001).
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani)
menjaga agar anus tetap tertutup (Sherwood, 2001).
B. ILEUS OBSTRUKTIF
I.
Definisi
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal
tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.Ileus obstruktif disebut
juga ileus mekanik (Samsuhidajat, 2004).
II.
III.
Etiologi
Ileus obstruktif disebabkan oleh berbagai hal:
a. Adhesi
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi umumnya
berasal dari rangsangan peritoneum akibat adanya peritonitis setempat atau
b. Hernia
Kelemahan atau defek pada dinding rongga peritoneum memungkinkan
penonjolan keluar suatu kantong peritoneal (kantong hernia) sehingga
segmen suatu dalaman dapat terjepit (Samsuhidajat, 2004).
c. Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejunum.
Obstruksi bisa terjadi dimana-mana pada bagian usus halus, tetapi
biasanya di ileum terminal, tempat lumen paling sempit. Cacing tersebut
menyebabkan kontraksi lokal dinding usus yang disertai reaksi radang
setempat (Djumhana, 2001).
d. Invaginasi
Umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon
asendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektrum, dapat
mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan
komplikasi perforasi dan peritonitis. Pada bayi dan anak-anak biasanya
spontan dan irreversible, sedangkan pada dewasa jarang terjadi (Mansjoer,
2000).
e. Volvulus
Pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus. Volvulus di usus halus
agak jarang ditemukan. Biasanya volvulus didapatkan di bagian ileum
(Mansjoer, 2000).
f. Kelainan kongenital
Gangguan passase usus dapat berupa stenosis maupun atresia.
g. Radang kronik
h. Tumor
i. Tumpukan sisa makanan
10
C. ILEUS PARALITIK
I. Definisi
Ileus paralitik merupakan suatu keadaan dimana usus gagal atau tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus
paralitik disebut juga ileus adinamik atau non mekanik. Ileus paralitik ini
bukan merupakan suatu penyakit primer usus, melainkan akibat dari berbagai
penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut,
toksin, obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus, dan
ileus obstruktif yang lama (Samsuhidajat, 2004).
II. Etiologi
Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen.
Keadaan ini biasanya hanya berlangsung antara 24-72 jam. Beratnya ileus
paraltik pasca operasi bergantung pada lamanya operasi, seringnya manipulasi
usus dan lamanya usus berkontak dengan dunia luar. Selain itu, bisa juga dari
inflamasi intraperitoneal atau retroperitoneal (apendisitis, diverticulitis, dan
sebagainya), gangguan metabolik (hipokalemia), obat-obatan (antikolinergik,
opioid, dan sebagainya) (Samsuhidajat, 2004).
PATOGENESIS
Proses terjadinya ileus mekanik maupun non mekanik memiliki kemiripan
setelah terjadinya obstruksi, tanpa memandang penyebab obstruksi tersebut
apakah karena penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan yang tampak adalah
bila ileus tersebut disebabkan oleh penyebab non mekanik maka peristaltik usus
dihambat dari permulaan, sedangkan pada ileus karena penyebab mekanik maka
11
12
memungkinkan,
Normal
2. Barium Enema
Barium
enema
adalah
sebuah
pemeriksaan
radiologi
dengan
16
17
18
Ileus Paralitik
Tidak merata
Bertingkat (step-ladder)
c. Penebalan dinding
usus halus
19
Penderita dipuasakan
2. Ileus paralitik
Pengelolaan ileus paralitik adalah dengan konservatif. Tindakannya
berupa dekompresi dengan pipa nasogastrik, menjaga cairan dan elektrolit,
mengobati kausa atau penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat
(Samsuhidajat, 2004).
20
BAB III
PENUTUP
Ileus obstruksi merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyumbatan lumen usus. Pemeriksaan radiologi pada
ileus obstruktif akan tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan dan kolaps usus
di bagian distal sumbatan.
Ileus paralitik merupakan suatu keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu
melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Pemeriksaan radiologi
pada ileus paralititk akan menunjukkan adanya dilatasi usus secara menyeluruh
dari gaster sampai rektum.
Jika ileus obstruktif berlangsung lama maka bisa terjadi ileus paralitik.
Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka
hal ini sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat ditentukan
oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai, keterampilan dokter, dan
kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh pada faktor-faktor
tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus yang akhirnya
berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga berpengaruh
dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Davin Sutton. A textbook of Radiology & Imagng. Fifth edition. Volume 2.
Churcill Livingston.1992.
Dorsey, Steven, Harrington, Eric. Ileus and Small Bowel Obstruction in an
Emergency Department Observation Unit: Are There Outcome
Predictors?. California: Irvine. 2011
Djumhana, Ali. Buku Ajaran Penyakit Dalam, jilid II. Edisi III. Depaertemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UKI. Jakarta 2001
Fred. Amttler Jr. Essential of Radiology: gastrointestinal system. 2nd. Edition.
Departermen of Radiology, New Mexic Federal Regional center. 2005.
Guyton, Hill. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. 1997
Hunter, Iain. Small Bowel Obstruction Complicating Colonoscopy : A Case
Report. Leeds: Journal of Medical Case Report. 2008
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:FKUI. 2000
Samsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi II. Jakarta :
EGC. 2001
22