Anda di halaman 1dari 18

STUDI LAPANG KERUSAKAN HAMA DAN MUSUH ALAMI

URET PADA TANAMAN TEBU DI PABRIK GULA


PESANTREN BARU PTPN X KEDIRI

ARIFFATCHUR FAUZI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ABSTRAK
ARIFFATCHUR FAUZI. Studi Lapang Kerusakan Hama dan Musuh Alami Uret
pada Tanaman Tebu di Pabrik Gula Pesantren Baru PTPN X Kediri. Dibimbing
oleh TEGUH SANTOSO.
Tebu adalah salah satu komoditas perkebunan penting yang ditanam untuk
bahan baku utama gula. Hingga saat ini, gula merupakan salah satu komoditas
strategis dalam perekonomian Indonesia karena disamping sebagai salah satu
kebutuhan pokok masyarakat juga sebagai sumber kalori yang relatif murah.
Namun, tebu juga rentan terserang hama yang dapat mengakibatkan produksinya
menurun. Di Indonesia terdapat lebih dari 100 jenis hewan yang mengganggu atau
merusak tanaman tebu, tetapi hanya beberapa diantaranya yang merupakan hama,
seperti larva penggerek,tikus, kutu kutu daun dan uret (Wiriatmodjo 1970). Dari
beberapa hama tersebut yang tergolong sebagai hama penting meliputi penggerek
batang dan penggerek pucuk (Notojoewono 1970). Penelitian ini bertujuan untuk
mengamati hama-hama penting tanaman tebu di Balai Penelitian Pabrik Gula
Pesantren Baru PT. Perkebunan Nusantara X, Kediri, Jawa Timur. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi tentang hama- hama penting pada pertanaman
tebu di sehingga dapat ditemukan cara pengendalian yang sesuai.
Penelitian
dilaksanakan di Balai Penelitian Pabrik Gula Pesantren Baru PT. Perkebunan
Nusantara X, Kediri, Jawa Timur dari bulan Juli 2014 sampai September 2014.
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kertas untuk mencatat
data,dan alkohol 70 % sedangkan alat yang dipergunakan adalah handcounter,
pisau, tali, kamera digital.
Kata kunci: tebu, hama, Kediri.

ABSTRACT
ARIFFATCHUR FAUZI. Field Study The Damage and Natural Enemies of
White Grubs on Sugarcane at Pesantren Baru Sugar Factory PTPN X Kediri.
Under Supervised TEGUH SANTOSO.
Sugarcane is one of the important farm commodities grown for the main
raw material of sugar. Until now, sugar is one of the strategic commodities in the
Indonesian economy as well as one of the basic needs of society as well as a
relatively source of calories. However, sugarcane is also susceptible to pests
which can lead to decreased production. There are more than 100 animals that can
disturb the sugarcane but only some of them are pests such as stem bohrer, rat,
aphis, and white grub. Some of that pest are important pest like sprout borer and
stem borer. The aim of this research are to see important pests in sugarcane farm
on Djengkol Pabrik Gula Pesantren Baru PT. Perkebunan Nusantara X, Kediri,
Jawa Timur.This research hopefully can give the information about the important

pests in sugarcane so that will be found the appropriate pest control. This research
will be done in Balai Penelitian Pabrik Gula Pesantren Baru PT. Perkebunan
Nusantara X, Kediri, Jawa Timur from July 2014 until August 2014. The
materials that will be used in this research are paper for making notes and alcohol
70%. The tools that will be used in this research are handcounter, knife, string and
digital camera.
Keywords: sugarcane, pest, Kediri.

STUDI LAPANG KERUSAKAN HAMA DAN MUSUH


ALAMI URET PADA TANAMAN TEBU DI PABRIK
GULA PESANTREN BARU PTPN X KEDIRI

ARIFFATCHUR FAUZI

Proposal Penelitian
sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian
pada
Program Studi Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Penelitian : Studi Lapang Kerusakan Hama dan Musuh Alami Uret pada
Tanaman Tebu di Pabrik Gula Pesantren Baru PTPN X Kediri.
Nama Mahasiswa : Ariffatchur Fauzi
NRP
: A34100062

Disetujui Oleh

Dr. Ir. Teguh Santoso, DEA.


Dosen Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si.


Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal disetujui :

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penulis panjatkan atas
rahmat dan karunia yang telah diberikan. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasullullah SAW, sebagai tauladan yang membawa umat
manusia menuju zaman terang benerang dan beradab.
Proposal penelitian yang berjudul Studi Lapang Kerusakan Hama dan
Musuh Alami Uret pada Tanaman Tebu di Pabrik Gula Pesantren Baru PTPN X
Kediri dapat diselesaikan oleh penulis sebagai syarat memulai penelitian untuk
tugas akhir. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Teguh Santoso,
DEA. yang telah membimbing dan mendukung dalam pelaksanaan penelitian.
Dalam penulisan ini banyak kendala yang dihadapi, namun berkat bantuan
dari banyak pihak proposal ini dapat diselesaikan meskipun terdapat banyak
kekurangan. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik bagi pembaca untuk
memperbaiki sehingga pada penulisan selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Bogor, September 2014


Ariffatchur Fauzi

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Tebu
Hama Uret pada Tanaman Tebu
Biologi Uret
Pengendalian Hama Uret pada Tanaman Tebu
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Pengambilan Contoh Uret
Penyiapan Wadah dan Pemeliharaan Uret
Pengamatan dan Perhitungan Persentase Parasitisasi
Identifikasi Musuh Alami
Data Pendukung
DAFTAR PUSTAKA

1
1
3
3
3
4
5
6
6
6
7
7
7
7
8
8
9

PENDAHULUAN

Latar belakang
Tebu adalah salah satu komoditas perkebunan penting untuk bahan baku
utama gula. Hingga saat ini, gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam
perekonomian Indonesia karena disamping sebagai salah satu kebutuhan pokok
masyarakat juga sebagai sumber kalori yang relatif murah. Tebu mengandung
senyawa octacosanol memiliki khasiat menurunkan kadar kolestrol dalam darah,
menghambat penumpukan plak pada dinding pembuluh serta memberikan
perlindungan terhadap oksidasi protein darah, selain itu mengkomsumsi air tebu
secara teratur dapat menjaga metabolisme tubuh kita dari kekurangan cairan
karena banyak kegiatan yang sudah dilakukan sehingga dapat terhindar dari
stroke. Banyaknya kandungan karbohidrat dapat menambah kekuatan jantung,
mata, ginjal dan otak.
Berdasarkan penghitungan dari data hasil Susenas, konsumsi gula oleh
rumah tangga cenderung mengalami peningkatan. Penurunan konsumsi terjadi
pada tahun 1998 sebagai akibat dari tingginya peningkatan harga gula di pasar
domestik. Namun periode berikutnya konsumsi gula kembali mengalami
peningkatan. Sementara itu dari sisi penawaran, meskipun produksi gula nasional
pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 diproyeksikan akan terus meningkat
rata-rata sebesar 2,96% per tahun, namun produksi gula dalam negeri diperkirakan
baru mampu memenuhi tingkat konsumsi gula rumah tangga, tetapi belum mampu
memenuhi kebutuhan industri. Pada tahun 2010 diperkirakan produksi gula
sebesar 3,08 juta ton dan 2012 sebesar 3,1 juta ton. Kebutuhan gula oleh rumah
tangga pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 2,1 juta ton dan tahun 2012 sebesar
2,3 juta ton. Dengan demikian permintaan oleh rumah tangga masih bisa dipenuhi
dari produksi dalam negeri.
Petani yang membudidayakan tanaman tebu ini sering mengalami kegagalan
panen akibat gangguan hama dan penyakit yang belum dapat diatasi dengan
efektif. Pertanaman tebu di Indonesia seringkali diganggu oleh berbagai macam
hama seperti hama uret, kutu bulu putih, kutu perisai, belalang, rayap, tikus
sawah, ulat penggerek pucuk dan batang yang sepanjang tahun berada di dalam
pertanaman tebu. Salah satu hama yang menyebabkan kerugian ekonomi pada
tanaman tebu adalah uret. Kerusakan pada tebu yang terserang uret menunjukkan
gejala seperti kekeringan pada serangan yang berat tanaman mudah roboh dan
mudah dicabut karena akar dimakan uret. Batas ambang kerugian ekonomis
(economic threshold) uret jenis Lepidiota stigma F. terjadi apabila jumlah
populasi sudah mencapai 4 - 5 ekor per rumpun tebu (Wirioatmodjo 1970). Jenisjenis uret yang menyerang tebu di Indonesia antara lain; Lepidiota
stigma F, Euchlora viridis F., Holotrichia helleri, Leucopholis rorida, Psilopholis
sp. dan Pachnessa nicobarica spp. (Soehartawan 1990; Djoenadi S 1993).
Berdasarkan hasil pengamatan Pusat Penelitian Gula PTPN X, di wilayah
PTPN X didominasi oleh jenis Lepidiota stigma F. dan Euchlora viridis F.
Kerugian produksi gula akibat serangan Lepidiota stigma pada masa yang akan
datang diharapkan dapat ditekan. Hasil uji pendahuluan yang telah dilakukan
terhadap contoh tanaman yang terserang hama yaitu dengan pengambilan contoh

10
tanah pada tanaman tebu yang rebah Lepidiota stigma (coleoptera) dan Euchlora
viridis adalah salah satu hama yang penting pada pertanaman tebu di Jawa timur.
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan mempelajari tingkat kerusakan dan musuh alami
hama uret yang terdapat pada pertanaman tebu di wilayah kebun HGU(hak guna
usaha) Djengkol milik PG Pesantren Baru PTPN X kecamatan Plosoklaten,
Kediri, Jawa timur.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Tebu
Tebu adalah tanaman yang masuk dalam golongan tanaman C4 yang berarti
sangat efisien dengan pemanfaatan sumberdaya alam berupa matahari meskipun
ada waktu-waktu tertentu yang memerlukan sedikit ternaungi. Tebuadalah
tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya
dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman Tanaman tebu (Saccharum
officinarum L) adalah satu anggota familia rumput-rumputan (Graminae) yang
merupakan tanaman asli tropika basah, namun masih dapat tumbuh baik dan
berkembang di daerah subtropika, pada berbagai jenis tanah dari daratan rendah
hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan laut (dpl). Umur tanaman sejak
ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun.
Tanaman tebu tumbuh di daerah tropika dan subtropika sampai batas garis
isoterm 200C yaitu antara 190 LU 35 LS. Kondisi tanah yang baik bagi tanaman
tebu adalah yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah, selain itu akar
tanaman tebu sangat sensitif terhadap kekurangan udara dalam tanah sehingga
pengairan dan drainase harus sangat diperhatikan. Drainase yang baik dengan
kedalaman sekitar 1 meter memberikan peluang akar tanaman menyerap air dan
unsur hara pada lapisan yang lebih dalam sehingga pertumbuhan tanaman pada
musim kemarau tidak terganggu. Drainase yang baik dan dalam juga dapat
manyalurkan kelebihan air dimusim penghujan sehingga tidak terjadi genangan
air yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman karena berkurangnya oksigen
dalam tanah (Indrawanto et al. 2010). Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh
terdapatnya bulu-bulu dan duri sekitar pelepah dan helai daun. Banyaknya bulu
dan duri beragam tergantung varietas. Jika disentuh akan menyebabkan rasa gatal.
Kondisi ini kadang menjadi salah satu penyebab kurang berminatnya petani
berbudidaya tebu jika masih ada alternatif tanaman lain. Tinggi tanaman
bervariasi tergantung daya dukung lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter
dengandiameter batang antara 2-4 cm (Dinas Perkebunan 2004). Dilihat dari jenis
tanah, tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah seperti tanah
alluvial,grumosol, latosol dan regusol dengan ketinggian antara 0 1400 m diatas
permukaan laut. Akan tetapi lahan yangpaling sesuai adalah kurang dari 500 m
diatas permukaan laut. Sedangkan pada ketinggian > 1200 m diatas permukaan
laut pertumbuhan tanaman relatif lambat.Kemiringan lahan sebaiknya kurang dari
8%, meskipun padakemiringan sampai 10% dapat juga digunakan untuk areal
yang dilokalisir. Kondisi lahan terbaik untuk tebu adalah berlereng panjang, rata
dan melandai sampai 2% apabilatanahnya ringan dan sampai 5 % apabila
tanahnya lebih berat. Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang
memiliki pH 6 7,5, akan tetapi masih toleran pada pH tidak lebih tinggi dari 8,5
atau tidak lebih rendah dari 4,5.Pada pH yang tinggi ketersediaan unsur hara
menjadi terbatas. Sedangkan pada pH kurang dari 5 akan menyebabkan keracunan
Fe dan Al pada tanaman, oleh karena itu perlu dilakukan pemberian kapur
(CaCo3) agar unsur Fe dan Al dapat dikurangi.Bahan racun utama lainnya dalam
tanah adalah klor(Cl), kadar Cl dalam tanah sekitar 0,06 0,1 % telah bersifat
racun bagi akar tanaman. Pada tanah ditepi pantai karenarembesan air laut, kadar
Cl nya cukup tinggi sehingga bersifat racun. Tanaman tebu dapat tumbuh dengan

4
baik didaerah dengan curah hujan berkisar antara 1.000 1.300 mm per tahun
dengan sekurang-kurangnya 3 bulan kering.Distribusi curah hujan yang ideal
untuk pertanaman tebu adalah pada periode pertumbuhan vegetatif diperlukan
curah hujan yang tinggi (200 mm per bulan) selama 5-6 bulan. Periode
selanjutnya selama 2 bulan dengan curah hujan 125 mm dan 4 5 bulan dengan
curah hujan kurang dari 75 mm/bulan yang merupakan periode kering. Periode ini
merupakan periode pertumbuhan generative dan pemasakan tebu. Pengaruh suhu
pada pertumbuhan dan pembentukan sukrosa pada tebu cukup tinggi. Suhu ideal
bagi tanaman tebu berkisar antara 240C340C dengan perbedaan suhu antara
siang dan malam tidak lebih dari 10 C.Pembentukan sukrosa terjadi pada siang
hari dan akan berjalan lebih optimal pada suhu 30 C. Sukrosa yang terbentuk akan
ditimbun/disimpan pada batang dimulai dari ruas paling bawah pada malam hari.
Proses penyimpanan sukrosa ini paling efektif dan optimal padasuhu 15 C.
Tanaman tebu membutuhkan penyinaran 12-14 jam setiap harinya. Proses
asimilasi akan terjadi secara optimal, apabila daun tanaman memperoleh radiasi
penyinaran matahari secara penuh sehingga cuaca yang berawan pada siang hari
akan mempengaruhi intensitas penyinaran dan berakibat pada menurunnya proses
fotosintesa sehingga pertumbuhan terhambat. Kecepatan angin sangat berperan
dalam mengatur keseimbangan kelembaban udara dan kadar CO2 disekitar tajuk
yang mempengaruhi proses fotosintesa. Angin dengan kecepatan kurang dari 10
km/jam disiang hari berdampak positif bagi pertumbuhan tebu, sedangkan angin
dengan kecepatan melebihi 10 km/jam akan mengganggu pertumbuhan tanaman
tebu bahkan tanaman tebu dapat patah dan roboh. Pemilihan varietas harus
memperhatikan sifat-sifat varietas unggul yaitu, memliki potensi produksi gula
yangtinggi melalui bobot tebu dan rendemen yang tinggi, memiliki produktivitas
yang stabil dan mantap, memiliki ketahanan yang tinggi untuk keprasan dan
kekeringan, serta tahan terhadap hama dan penyakit. Varietas tebu berdasarkan
masa kemasakannya dapat dibedakan menjadi tiga,yaitu Varietas Genjah (masak
awal) yang mencapai masak optimal+ 8-10 bulan, Varietas Sedang (masak
tengahan) yang mencapai masak optimal pada umur + 10-12 bulan , dan Varietas
dalam (masak lambat) yang mencapai masak optimal pada umur lebih dari 12
bulan.
Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra. Untuk
pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras
(mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut
disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal.
Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90%
dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air. Tanaman tebu merupakan tanaman
perkebunan yang penting di beberapa negara tropis dan sub tropis. Tanaman ini
dapat terserang penyakit yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus,
fitoplasma dan nematoda (Sugarcane pathology 2004). Pertanaman tebu di
Indonesia seringkali diganggu oleh berbagai macam hama seperti hama uret, kutu
bulu putih, kutu perisai, belalang, rayap, tikus sawah, ulat penggerek pucuk dan
batang yang sepanjang tahun berada di dalam pertanaman tebu.
Hama Uret Pada Tanaman Tebu
Uret pada pertanaman tebu pada umumnya adalah larva dari famili
Melolonthidae, Scarabeidae dan Rutelidae, ordo Coleoptera yang cenderung

5
menyerang di lahan kering dengan tipe tanah ringan berpasir. Uret Lepidiota
stigma ditandai dengan cara pergerakan dan bentuk lubang pelepasan / celah anal
seperti huruf V. Larva memiliki kepala yang kuat. Badannya gemuk dan bagian
belakang biasanya membengkok. Pertumbuhan tungkai tidak sempurna. Tungkai
lebih banyak digunakan untuk menggali daripada untuk berjalan. Serangan hama
uret yang cukup parah terjadi setiap tahun di wilayah pertanaman tebu PG
Pesantren Baru dan PG Ngadiredjo. Jenis uret yang merugikan pertanaman tebu
selain Lepidiota stigma F antara lain Euchlera viridis, Leucopholis rorida F.,
Psipholis sp., Pachnessa nicobaria.
Kerusakan pada tebu yang terserang uret menunjukkan gejala seperti
kekeringan pada serangan yang berat tanaman mudah roboh dan mudah dicabut
karena akar dimakan uret. Besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan
uret terhadap pertanaman tebu dipengaruhi berbagai faktor seperti jumlah uret per
rumpun, stadium dan kategori tanaman saat terserang, kesuburan tanah dan
varietas tebu.Serangan berat pada tebu muda dapat menyebabkan harus dilakukan
tanam ulang, pada tebu yang lebih besar, bobot tebu dan rendemen turun drastis
sampai puso sedangkan pada tebu menjelang tebang selain hasil hablur juga
menyebabkan pertumbuhan jelek pada tanaman keprasan berikutnya. Kerusakan
akar terutama disebabkan oleh uret instar 3 yang merupakan stadia paling rakus,
makin besar populasi uret instar 3 per rumpun akan semakin besar kerusakan yang
ditimbulkannya. Di Pelaihari pernah dijumpai 24 uret instar 3 pada suatu rumpun
tanaman pertama yang baru dikepras. Tiga sampai empat uret Lepidiota stigma
instar 3 per rumpun cukup untuk menimbulkan kerusakan ekonomis.
Biologi Uret
Lepidiota stigma F.
Siklus hidup uret L. stigma dimulai dari telur , larva, pupa dan imago.Uret
jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 12 bulan untuk menyelesaikan satu
siklus masa hidupnya. Telur berwarna putih bening berangsur angsur menjadi
putih gelap, berbentuk oval dan panjang telur kurang lebih 2 mm sedang lebarnya
kurang lebih 1 mm.Telur diletakkan dalam tanagpada kedalaman tertentu dengan
kelembaban yang sesuai. Tanah yang jenuh air atau terendam tidak sesuai untuk
perkembangan telur karena dapat membunuh larva yangsudah menetas.Stadia
telur dijumpai di lapang pada bulan november-desember. Umumnya betina
meletakkan telur pada satu waktu meskipun kadang meletakkan telur kembali lain
waktu.satu betina dapat menghasilkan telur 20-40 butir yang menetas setelah 1415 hari. Larva atau yang biasa dikenal dengan nama uret/embuk, berwarna putih
kekuningan dan menjadi kekuningan saat mendekati masa pre-pupa. Larva muda
yang baru menetas makan perakaran atau bahan organik.Larva berkembang dalam
4 instar,keberadaan 3-4 individu larva instar 3 dalam 1 rumpun tebu dapat
menghabiskan akar di rumpun tersebut.Stadium larva dapat dijumpai di lapang
pada bulan desember himgga mei juni.Terkadang ditemukan larva instar akhir
pada bulan juli.Daur hidup larva kurang lebih 7-8 bulan. Larva merupakan
pemakan segala macam akar tanaman (polyphagus).Selain tebu, uret dapat
menyerang akar tanaman pepaya, singkong, jagung, sorgum, sengon dan lain-lain.
Pupa adalah fase dimana uret masuk lebih dalam ke dalam tanah umtuk mencari
kelembaban yang sesuai dan relatif aman dari musuh alaminya. Pupa terlindung
dalam kokon yang terbuat dari tanah dan rumput-rumputan. Pupa sering

6
ditemukan pada kedalaman 15-40 cm. Stadia pupa banyak dijumpai di lahan pada
bulan agustus-oktober. Lama stadia pupa 20-30 hari. Imago atau biasa dikenal
sebagai kumbang memiliki tubuh panjang sekitar 25-35mm dan lebar 1520mm(jantan biasanya lebih kecil). Sayap depan(elitra) warna abu coklat.Stadia
imago berkisar antara 50-60 hari.
Euchlora viridis
Uret E. Viridis berkisar 7-8 bulan untuk satu siklus hidup(lebih pendek dari
L. Stigma).Telur berwarna putih bening berbentuk oval , larva berukuran 2,5 3,5
cm (lebih kecil dari L. Stigma) berwarna putih kekuningan pada saat akan menjadi
pupa.Stadia larva membutuhkan waktu sekitar 5 bulan, larva makan bahan
organik atau akar tanaman hidup.Larva bergerak menggunakan tungkainya(tidak
seperti L. Stigma yang hanya menggunakan tungkai untuk menggali, bukan untuk
perpindahan lokasi).Imago berwarna hijau mengkilat dengan panjang 20-25 mm
dan makan dedaunan dari berbagai macam tanaman seperti Albizia, Akaasia, dan
tanaman lainnya.
Pengendalian Hama Uret Pada Tanaman Tebu
Pencegahan serangan uret dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman tebu
dengan padi sawah (untuk daerah yang memungkinkan dapat dilakukan), menjaga
kebersihan kebun dari sampah dan kotoran, pembongkaran/ sanitasi sisa-sisa
tunggul akar tanaman tebu. Khusus hal ini sangat penting bagi pencegahan
perluasan serangan hama. Apabila sudah terlanjur terserang uret dapat
dikendalikan dengan sanitasi/mekanis bersamaan pengolahan tanah (potong akar)
dengan pembersihan sisa-sisa bagian tanaman sekaligus dilakukan pengumpulan
larva uret dan kumbang/imago secara manual,penangkapan pada siang hari
dilakukan pada tempat-tempat dimana imago bersembunyi diantaranya pada
pohon jambu monyet, johar, cemara, waru, kamboja, nyamplung dan tanaman
perdu di sekitar tanaman tebu, mengumpulkan larva, pupa dan kumbang/imago
kemudian dimatikan (dibakar). Perangkap kumbang/ imago juga berguna untuk
pengendalian hama ini,penangkapan kumbang/imago (ampal) dengan alat
perangkap yang dilakukan sore hari sekitar jam 17.0018.00, pada masa
penerbangan yang bersamaan dengan permulaan musim hujan,cara biologis yaitu
Nematoda Entomopatogen (NEP). Strategi terakhir dalam pengendalian adalah
pengendalian kimia (bila diperlukan). Penekanan utama dan terbaik adalah
pengendalian secara biologis, yang mempunyai beberapa keuntungan antara lain
mempunyai pengaruh lebih lama, lebih efektif dan efisien terhadap sasaran, tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan dan lebih mudah dilaksanakan pada areal
yang luas.Sasaran utama pengendalian hama adalah menurunkan tingkat
kehilangan hasil panen dengan metode secaraekonomis menguntungkan dan tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan (Samoedi 1993).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan penelitian dimulai dari bulan juli 2014 sampai bulan Agustus 2014
. Pengamatan tanaman terinfestasi hama uret dilaksanakan di 7 lahan perkebunan
tebu HGU PG Pesantren Baru,kecamatan Plosoklaten wilayah Kediri. Penelitian
perkembangan uret dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Metode Penelitian
Pengambilan Contoh Uret
Lokasi pengambilan contoh uret dilakukan di tujuh lahan PTPN X
PERSERO(HGU) kecamatan Plosoklaten, Kediri, Jawa timur yang memiliki umur
tanaman yang sama dan memiliki varietas berbeda. Pola pengambilan sampel
yang digunakan dalam penentuan titik pengambilan sampel adalah pola
diagonal,untuk lahan yang memiliki luas diatas 4 ha dibuat subplot atau di dalam
titik sampel dibagi menjadi wilayah yang akan diambil sampelnya. Lahan titik
sampel digali dengan ukuran 1,5x1,5 m dengan kedalaman 1,5 2m, setiap titik
plot maupun subplot diambil dan dihitung populasi uret. Uret tersebut kemudian
dipelihara untuk pengamatan lebih lanjut.
Penyiapan Wadah dan Pemeliharaan Uret
Tempat yang digunakan untuk pemeliharaan uret adalah gelas plastik yang
diisi dengan tanah (pasir lebih banyak karena merupakan habitat yang lebih
disukai uret). Kelompok uret yang didapatkan dari lapang diletakan di dalam gelas
tersebut kemudian disimpan di rak yang terhindar dari sinar matahari secara
langsung yang dapat menganggu aktivitas hama. Larva yang diberi pakan berupa
akar muda tanaman tebu. Larva diamati setiap hari tersebut apabila yang keluar
adalah musuh alami baik parasitoid ataupun predator, musuh alami tersebut
dipindahkan ke dalam cawan petri berukuran 6 cm untuk memudahkan
penghitungan jumlah musuh alami yang keluar. Untuk keperluan identifikasi lebih
lanjut, parasitoid atau predator disimpan dalam ethanol 70%.
Pengamatan dan Penghitungan Persentase Parasitisasi
Uret yang telah dikoleksi diamati untuk dihitung jumlahnya kemudian
dilakukan pengamatan setiap hari sampai menjadi pupa ataupun muncul musuh
alami (parasitoid, predator, dan patogen). Persentase parasitisme dan parasitisisasi
telur dihitung dengan menggunakan rumus (Purnomo 2006) :
Persentase Parasitisme =

x 100%

Untuk menghitung persentase parasitisasi dihitung dengan menggunakan


rumus:
Persentase Parasitisasi =

x 100%

8
Identifikasi Musuh Alami
Musuh alami yang telah dihitung dan disimpan dalam cawan petri (d=6 cm)
kemudian dipindahkan ke dalam tabung koleksi serangga berisi ethanol
70%.Musuh alami yang telah diamati dengan menggunakan mikroskop dan
diidentifikasi dengan kunci identifikasi.
Data pendukung
Data pendukung diperoleh dari penanggung jawab lahan pada saat
pengamatan di lapang(sinder). Data yang diperoleh yaitu mengenai usia tanaman,
varietas tanaman, status serangan di lahan yang bersangkutan, data produksi 10
tahun terakhir serta pengendalian yang dilakukan. Hasil wawancara tersebut
digunakan untuk membantu .kelancaran penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Samoedi D. 1993. Hama Hama Penting Pertanaman Tebu di Indonesia.
Pasuruan (ID): Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia.
Wirioatmodjo B. 1970. Hama Tebu. Himpunan Diktat Kursus Tanaman. Pasuruan
(ID): BP3G.
Rao GP, Saumtally S, Rott P, editor. 2004. Sugarcane Pathology Vol III:
Bacterial and nematode diseases. New York (US): Science Publisher.
Purnomo. 2006. Parasitisasi dan kapasitas reproduksi Cotesia flavipes Cameron
(Hymenoptera: Braconidae) pada inang dan instar yang berbeda di
laboratorium. Jurnal HPT Tropika. 6(2):87-91.
Australian Government. 2004. The Biology and Ecology of Sugarcane
(Saccharum spp. hybrids) in Australia. Adelaide (AU): Department of
Health and Ageing Office the Gene Technology Regulator.
Barnes AC. 1953. Agriculture Of Sugarcane. London (GB): Leonard Hill Limited.
Rahmad D. 2012. Karakteristik morfologi pertumbuhan beberapa varietas tebu.
Jurnal ilmiah budidaya dan pengelolaan tanaman perkebunan [Internet]
[diunduh
2013
Des
10];
1(2):126-131.
Tersedia
pada:
http//www.agroplantaeonline.com.
Indrawanto Chandra et al. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Jakarta (ID):
ESKA Media.
Mardiyani P. 2013. Budidaya Tebu [Internet] [diunduh 2013 Des 10]. Tersedia
pada : http://ditjenbun.deptan.go.id.
Naidu Pulikesh. 2009. IPM in Sugarcane Module B.XII [Internet] [diunduh 2013
Des 10]. Tersedia pada : http://www.devex.com
Pramono D. 2005. Seri Pengelolaan Hama Tebu Secara Terpadu. Malang (ID):
Dionta.
Pramuhadi Gatot. 2009. Kajian efektivitas dan efisiensi pengolahan tanah pada
budidaya tebu lahan kering. Di dalam: Abdullah, editor. Seminar Nasional
dan Gelar Teknologi PERTETA Peran Teknik Pertanian dalam
Pengembangan Agroindustri Berbasis Bahan Baku Lokal. 2009 Agustus 89; Mataram, Indonesia. Mataram (ID): [penerbit tidak diketahui]. hlm 1-12.
Sudarsono H. 2011. Kajian beberapa karakterisitik biologi penggerek batang Tebu
berkilat Chilo auricilius dan parasitoudnya (Thrichogamma chilonis).
Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat UNILA
[Internet] [2014 Jan 12]; Lampung (ID): Universitas Negeri Lampung. hlm
1-39.
Sulistyaningsih et al. 1994. Studi anatomi daun Saccharum spp. sebagai induk
dalam pemuliaan tebu. Hayati [Internet] [diunduh 2013 Des 10];1(2):32-36.
Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/29625.
Suprihatin. 2005. Pengujian pemurnian nira tebu menggunakam membran
ultrafiltrasi dengan sistem alih silang (crossflow). Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. [Internet] [2014 Januari 16];12(2):93-99. Tersedia pada:
http://journal.ipb.ac.id.
The Association of Sugarcane Technologists of India. 2011. Earthing up and
nitrogen levels in sugarcane ratoon under subtropical Indian Condition.

10
Indian Journal Sugarcane Technology [Internet] [diunduh 2013 Des 10]
;1(2):126-131. Tersedia pada: http://www.iisr.nic.in.

Anda mungkin juga menyukai