KLT
KLT
Kelompok 9:
Solikhah
Amanda Puji
Ahmad Fajrudin
Menjelaskan
dasar-dasar
pemisahan
dalam
kromatografi
kertas
dan
B. Landasan Teori
Kromatografi adalah
komponen sampel diantara dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam dapat
berupa padatan, seperti kertas, alumina atau adsorben lain. Fase gerak dapat berupa
cairan (eluen atau pelarut) atau gas pembawa yang inert. Kromatografi merupakan
suatu proses pemisahan yang didasarkan pada perbedaan distribusi dari penyusun
cuplikan antara dua fasa. Satu fasa tetap tinggal pada system dan dinamakan fasa
diam. Fasa lainnya dinamakan fasa gerak, memperkolasi melalui celah-celah fasa
diam. Gerakan fasa gerak menyebabkan perbedaan migrasi dari penyusunan cuplikan
(Jamaludin, 2007).
Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas (KKt) merupakan
metode cair yang paling sederhana. Kedua cara ini serupa dalam hal fase diamnya
berupa lapisan tipis dan fase geraknya mengalir karena kerja kapiler. Perbedaannya
dalam sifat dan fungsi fase diam. Pada kromatografi kertas, fase diam berupa zat cair,
biasanya air, tersuspensi pada serat dari selembar kertas saring bermutu tinggi, jadi
membentuk kromatografi cair-cair. Pada KLT, fase cair berupa lapisan tipis (tebal
0,1-2 mm) yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan
penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat pula terbuat dari pelat
polimer atau logam (Schwarting et al, 1991)
Pada KKt dan KLT urut-urutan kerjanya serupa, tetapi hal itu akan diuraikan
dengan memakai sistem KLT. Campuran yang akan dipisahkan dilarutkan dalam
pelarut yang sesuai, lebih menguntungkan jika dipakai pelarut pengembang atau
pelarut yang kepolarannya sama dengan pengembang dan ditotolkan berupa bercak
pada lapisan dekat salah satu ujung (Schwarting et al, 1991).
Kromatografi kertas dapat dilakukan dengan cara yang sama tetapi kertas
harus digantungkan pada kaitan dalam bejana karena kertas tidak mempunyai
penyangga. Jika fase gerak dan fase diam telah dipilih dengan tepat, bercak cuplikan
awal akan dipisahkan menjadi bercak sederet bercak, masing-masing bercak
diharapkan komponen tunggal dari campuran (Schwarting et al, 1991).
Prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran, di mana adsorbsi
didasarkan pada panjang komponen dalam campuran yang diadsorbsi pada
permukaan fase diam. dan kepolaran komponen berpengaruh karena komponen akan
larut dan terbawa oleh pelarut jika memiliki kepolaran yang sama serta kecepatan
migrasi pada fase diam dan fase gerak (Yazid, 2005).
Pada dasarnya Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ) sangat mirip dengan
kromatografi kertas, terutama pada cara melakukannya. Perbedaannya terlihat pada
media pemisahannya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben yang halus yang
tersangga pada papan kaca, aluminium atau plastik sebagai pengganti kertas.
Dasar pemisahan pada KLT adalah perbedaan kecepatan migrasi di antara fasa diam
yang berupa padatan dan fasa gerak yang merulakan campuran solven ( eluen ) yang
juga dikenal dengan istilah pelarut pengembang campur. Jenis eluen yang digunakan
tergantung jenis sampel yang akan dipisahkan. Eluen yang menyebabkan seluruh
noda yang ditotolkan pada pelat naik sampai batas atas pelat tanpa mengalami
pemisahan, dikatakan terlalu polar. Sebaliknya, apabila noda yang ditotolkan sama
sekali tidak bergerak, berarti eluen tersebut kurang polar. Sampel yang biasanya
berupa campuran senyawa organik diteteskan di dekat salah satu sisi lempengan
dalam bentuk larutan dengan jumlah kecil, biasanya beberapa mikroliter berisi
sejumlah mikrogram senyawa. Cara termudah untuk memilih jenis eluen yang tepat
adalah dengan menggunakan metode cincin terkonsentrasi. Hasil pengamatan akan
nampak sebagai noda-noda berwarna pada kertas dengan jarak yang berbeda-beda
dari garis awal. Perembesan eluen dihentikan setelah eluan hampir mencapai ujung
kertas. Pada tahap ident8ifikasi atau penampakan noda, jika noda sudah berwarna
dapat langsung diperiksa dan ditentukan garga Rf-nya (Khopkar, 2008).
Alat :
1) Bejana pengembang
2) Gelas kimia
3) Pipa kapiler
4) Erlenmeyer tertutup
5) Pipet tetes
6) Lempeng silika
7) Kertas kromatogarfi (Whatman) no 1
Bahan :
1) Zn(NO3)2
2) Ca(NO3)2
3) Mn(NO3)2
4) Pb(NO3)2
5) Cd(NO3)2
6) HCl pa
7) HNO3 pa
8) Aceton
9) Khloroform
10) Ekstrak kunyit
11) Etanol
12) Asam formiat
D. Cara Kerja
Kromatogafri Kertas
membuat larutan pengembang
aseton : air : HCl pa
22 : 1,5 : 2
mengocok sampai jenuh (15 menit)
mengukur jarak
pengembangan tiap sample
E. Data Pengamatan
Kromatografi Kertas
Sampel
Jarak Pengembangan
Rf
Mn
11
6,1
0,554545
Ni
11
5,4
0,490909
Co
11
5,9
0,536364
Sampel
11
6,2
0.563636
Jarak
Nama
Rf
Pengembangan
Fajar
10
0,9
3,1
5,3
Amanda
10
0,8
5,3
7,1
Sole
10
0,9
3,2
5,4
7,1
0,867
3,1
5,33
7,067
Rata-rata
F. Analisis Data
Kromatografi Kertas
Rf Mn =
Rf Ni =
Rf Co =
Rf Sampel =
Sampel yang diuji mengandung Mn karena Rf mirip
Jarak sampel 2 =
Rf 2 =
Jarak sampel 3 =
Rf 3 =
Jarak sampel 4 =
0,0867
0,31
0,533
0,7067
0,409167
Rf 4 =
Rf rata-rata =
G. Pembahasan
Kromatografi kertas merupakan analisis kromatografi dengan kertas sebagai
penyerap selektif dapat sebagai sobekan kertas yang bergantung dalam larutan contoh
atau sebagai lingkaran yang pada pusatnya ditempatkan larutan yang akan dianalisis.
Pada percobaan ini, diidentifikasi ion logam Mn, Ni dan Co dari campurannya
menggunakan metode kromatografi kertas. Kromatografi kertas terbagi dalam 3 tahap
yaitu tahap penotolan, pengembangan dan identifikasi. Di mana fase diamnya adalah
air yang terikat pada kertas (selulosa) dan fase geraknya adalah larutan pengembang
dari campuran aseton, air dan HCl pada perbandingan 122 : 1,5 :2.
Pada tahap penotolan, kertas saring yang digunakan adalah kertas saring
whatman karena mempunyai pori - pori yang besar sehingga noda dapat merembes
dengan cepat dan teratur. Garis awal pada kertas dengan menggunakan pensil karena
pensil terbuat dari grafit yang tidak larut dalam eluen sedangkan jika tinta pulpen
maka tinta pulpen akan larut yang dapat mengganggu penampakan noda. Penotolan
sampel larutan standar logam diusahakan tidak terlalu banyak karena akan
mempengaruhi besar spot. Spot yang terlalu besar tidak baik untuk penampakan noda
karena nodanya dapat melebar kesamping atau ke bawah.
Pada tahap pengembangan, kertas yang berisi totolan dimasukkan ke dalam
larutan pengembang. Totolan cuplikan diusahakan tidak terendam dalam eluen karena
akan melarut dalam pelarut dan menjadi rusak sehingga tidak dapat diidentifikasi lagi.
Kertas tidak boleh menyentuh dinding wadah karena dapat mempengaruhi
perambatan noda.
Selanjutnya wadah ditutup dengan tujuan untuk menjenuhkan udara di
dalamnya menggunakan uap pelarut karena dengan penjenuhan tersebut dapat
menghentikan penguapan pelarut. Komponen cuplikan akan terbawa oleh rembesan
cuplikan dan kertas dikeluarkan dari wadah setelah pelarut hampir mencapai puncak
lembaran kertas.
Masing-masing cuplikan akan menghasilkan warna tertentu dan bila noda tidak
nampak maka dikenai uap NH3. Noda yang terbentuk dideteksi dengan
; Co2+ adalah
Harga Rf suatu kromatogram dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pelarut, suhu dan
fase diamnya.
H. Simpulan
mengandung Mn2+.
Kromatografi lapis tipis menggunakan alumina oksida sengai fase diam dan
pemisahan berdasarkan perbedaan adsorpsi di bawah gerakan eluen.
I. Daftar pustaka
Jamaludin. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Bandung : Lab.Kimia FMIPA
Universitas Padjajaran
Khopkar, SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Schwarting et al. 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung : ITB
Tim Dosen Kimia. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Semarang :
Lab. Kimia FMIPA UNNES
Yazid, Enstien. 2005. Kimia Fisik untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi
Solikhah
4311411034