Tugas Konservasi Waduk Bab 4
Tugas Konservasi Waduk Bab 4
waktu,
dibangun di kawasan waduk, baik daerah pasang-surut maupun daerah sabuk hijau/green
belt (Hasil kunjungan lapangan, Juli 2006). Disamping itu terjadi masalah lingkungan di
kawasan ini antara lain: kekurangan air bersih bagi masyarakat sekitar waduk, sanitasi,
penyaluran air buangan limbah ke waduk dan permasalahan konservasi yang menyangkut
konservasi hutan, tanah, dan air.
4. 3.Pemecahan Masalah
Mengacu pada permasalahan diatas, dalam studi ini yang dibahas adalah analisis
tata guna lahan kawasan waduk kedungombo menggunakan citra satelit landsat tahun 1998
dan 2002 Diharapkan dengan kegiatan ini didapatkan data mengenai tata guna lahan pada
daerah sekitar Waduk Kadung Ombo, selanjutnya digunakan untuk menentukan system
pemetaan kawasan yang berbasis konservasi.
Maksud studi ini adalah untuk menanggulangi permasalahan kawasan Kedung Ombo
dengan penyusunan penatagunaan lahan sekitar waduk, yang dapat dijadikan arahan yang
jelas dan tepat bagi pemanfaatan ruang agar perkembangannya dapat dikelola dengan baik,
sehingga kerusakan lingkungan dapat dihindari dan kelestarian sumber air dapat dijaga.
Sedangkan tujuannya adalah menata kembali tata guna tanah / lahan sesuai dengan
kemampuan lahan dan peruntukannya, sekaligus untuk memberikan kepastian pemanfaatan
ruang yang sesuai dengan peran dan fungsi waduk, dengan memperhatikan karakteristik
masyarakat dan lingkungan. Penataan
kembali
ini
harus
Tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan selaras dengan RUTR masing-masing kabupaten
yaitu Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan maupun RTRW
Provinsi Jawa Tengah.
4.3. 1.
pekerjaan
ini
di
Kabupaten Boyolali, Grobogan, dan Sragen yang meliputi daerah genangan dan
lokasi sekitar genangan sepanjang 500 m diluar muka air tertinggi yang diperkirakan
terjadi yaitu pada elevasi +95.00 dpl. Bahan dan alat penelitian yang dibutuhkan,
antara lain:
a. Peta Topografi wilayah Waduk Kedungombo skala 1:50.000, sumber peta:
Proyek Jratun Seluna.
b. Peta Rupa Bumi Skala 1:25.000 Waduk Kedungombo, sumber peta: Badan
Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional-Bakosurtanal, edisi 1 Tahun 2000.
c. Data Citra Satelit Landsat 5 dan TM 7, sumber citra: Lembaga Penerbangan dan
Antariksa (LAPAN).
d. Software ER Mapper dan AutoCAD Map.
4.3. 2.
citra
1998 dengan batas yang sama sehingga diperoleh 2 buah citra yang mencakup
daerah dan batas yang sama persis.
f. Pembuatan training sites (Region of Interest/ROI) masing-masing untuk citra
LANDSAT tahun 2002 dan 1998. Pada pembuatan training sites ditentukan ada
5 kelas sesuai kenampakan
tegalan/semak belukar,
obyek
dominan
spasial
yang
genangan WKO.
g. Melakukan
spesifikasi
untuk
lahan
i. Melakukan tumpang susun (overlay) peta terklasifikasi tahun 2002 dan tahun
1998 untuk dilakukan analisis secara statistika adanya perubahan lahan. Serta
melakukan overlay peta terklasifikasi
tahun
2002
tahun
1998
dengan hasil digitasi Greenbelt Waduk Kedungombo untuk analisis secara visual
adanya perubahan penggunaan lahan di daerah Greenbelt Waduk Kedungombo
Kedung
sawah, hutan, tegalan dan belukar juga pemukiman. Dari data kawasan green belt
Waduk Kedung Ombo didapatkan lahan kritis seluas 20 Ha di lokasi sabuk hijau
yang sangat kritis, 70 Ha di areal Desa Kedungmulyo dan Wonoharjo, 10 Ha di
lokasi bendungan dan 50 Ha di lokasi sabuk hijau. Pada Tabel 3 diperlihatkan
penggunaan lahan pada tingkat desa di kawasan Kedung Ombo.Kawasan yang masih
berupa hutan
adalah
Ngargosari (21,37 ha). Hutan jati terdapat terutama di Desa Wonoharjo dengan
luas 402,05 ha, sebagian di Desa Nglaji (82,48 ha) dan Desa Rambat (32,15
ha). Lahan lain yang diidentifikasi sebagai lahan kosong atau belukar hampir
tersebar di semua Desa kecuali Desa Ngandul, Bagor, Gilirejo dan Genengsari.
Persawahan sangat dominan tersebar di seluruh desa di kawasan waduk Kedung
Ombo dengan terluas di Desa Gilirejo (973,81 ha) diikuti Desa Nglaji (238,27 ha).
Lahan tegalan tidak terlalu dominan tetapi cukup tersebar di semua desa. Pemukiman
terdapat
disemua
desa kecuali
Desa
Rambat
dan
4.3. 6.
i.
j.
k.
l.
air;
Penghijauan
dan
pemadatan tanaman tegakan;
Penanaman bibit Holtikultura (buah dan sayur organik);
Pembangunan pasar hewan;
Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Dari
data
kawasan
green
bagi kelestarian waduk, oleh karena itu harus dipertimbangkan penanaman sabuk
hijau dengan tanaman keras namun juga dikombinasikan dengan tanaman pangan
dan rumput yang sering disebut agroforestry. Dengan demikian penanaman sabuk
hijau akan berfungsi sebagai pelestarian waduk sekaligus peningkatan sosial
ekonomi bagi masyarakat sekeliling waduk dapat tercapai.
Tabel 1. Indikasi Kondisi Budidaya Pertanian dan Tata Guna Tanah Sekitar Kawasan
Waduk Kedung Ombo
Tabel 3. Penggunaan Lahan Tingkat Desa (500 m Batas Genangan) di Kawasan Kedung
Ombo
Gambar 3. Peta Tata Guna Lahan Kawasan Waduk Kedungombo dan Peta
Perencanaan Pengembangan Kawasan Waduk Kedungombo