Pendahuluan
Keberadaan
kritis.
Menteri
52/KptsII/2001
penyelenggaraan
Aliran
Sungai
Dalam
Kehutanan
tentang
lahan
Keputusan
Nomor
pedoman
pengelolaan
Daerah
nyata
Lahan
kritis
salah
satunya
dengan
akibat
sebarannya
yang
berfungsi
semakin
terjadi
yaitu
sebagai
berkurang
serapan
akan
diperoleh
dapat
lahan,
jauh
ErMapper,
menggunakan
tumpangsusun
Perubahan
lahan
Peraturan
Pengelolaan
Perhutanan
Kritis.
menyebabkan
yang
air
sehingga
degradasi
fungsi
kawasan
dengan
menggunakan
ArcGIS
dan
metode
software
Envi
serta
skoring
dan
(overlay).
Direktur
Skoring
Jenderal
Bina
DaerahSungai
Sosial
Parameter
dan
Nomor
tersebut
meliputi
bahaya
erosi,
produktivitas,
dan
manajemen.
Rumusan Masalah
pengolahan data.
peta.
Data Penelitian
Kabupaten Blora?
Tujuan
Kabupaten Blora
a. Laptop
BPS 2010
Pelaksanaan Penelitian
karena
Pengolahan Citra
perekaman
beberapa
faktor
pada
saat
untuk
memfokuskan
daerah
yang
dan
pembobotan
tiap
lahan kritis :
P.4/V-
b) Kelerengan
Peta
kelerengan
dengan
diberi
sesuai
transformasi NDVI.
kelas
skor
lerengnya
selanjutnya
dilakukan
pada tabel 2.
Dimana :
KL : kelas interval
Xt :nilai tertinggi
c) Erosi
Xr : nilai terendah
K:jumlah kelas yang diinginkanlah kelas
yang diinginkan
skor
Selanjutnya
diberi
sesuai
hasil
klasifikasi
dengan
kelas
ke
bentuk
raster
penskoran
dan
d) Manajemen
Data manajemen merupakan data
atribut
maka
dengan
peta
perlu
dispasialkan
kawasan
hutan.
kelerengan,
pada tabel 5.
erosi,
erosi,
dan
manajemen
dan
manajemen
Selanjutnya
diklasifikasikan
pengolahannya
halnya
dengan
sama
reklasifikasi.
Kritis
hasil
penyusunan
data
tingkat
lahan
dikonversi
ke
kritis
format
tiap
kawasan
vektor
lalu
Gambar 3.Peta Bahaya Erosi hasil overlay peta kemiringan lereng,jenis tanah, dan curah
hujan
Pada
kawasan
budidaya
pertanian.
berurutan
potensial
Selanjutnya
kritis
seluas
kritis
seluas
5.184,45
Ha
Kabupaten
Blora
tidak
Berdasarkan
hubungan
kelas
Kesimpulan
Kecamatan
Randublatung
seluas
21.670,75 Ha.
lahan
dengan
kriteria
lahan
tidak
kritis
seluas
2)
kriteria
lahan
seluas21.670,75 Ha.
sangat
kritis.
Lahan
dengan
tidak
kritis
paling
banyak
kritis
hutan produksi.
di
Kabupaten
Blora
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Huzaini, Aidy. 2011. Tingkat Kekritisan Lahan di kecamatan Gunung Pati Kota
Semarang. Semarang : Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota UNDIP.
Kabupaten Blora Dalam Angka 2013. BPS Jawa Tengah.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 52/KptsII/2001 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutani
Sosial Nomor : P.4/V-SET/2013 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
Data Spasial Lahan Kritis
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.32/MENHUT-II/2009
Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan Dan
Daerah Aliran Sungai (RtkRHLDAS)
Prawira, Angga Yuda. 2005. Analisis Spasial Lahan Kritis di Kota Bandung Utara
Menggunakan Open Source Grass. Bandung : Departemen Teknik
Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB
Setiawan, Heri. 2013. Identifikasi Daerah Prioritas Rehabilitasi Lahan Kritis
Kawasan Hutan dengan Penginderaan Jauh dan SIG di Kabupaten Pati.
Semarang: Program Studi Teknik Geodesi UNDIP.
Statistik Kehutanan Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
dan Perhutani Sosial 2010. Kementrian Kehutanan.
Yudhistira, Boy. 2011. Identifikasi Daerah Prioritas Rehabilitasi Lahan Kritis Kawasan
Hutan Dengan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus : Kabupaten
Semarang). Semarang : Program Studi Teknik Geodesi UNDIP.