Anda di halaman 1dari 2

Puskesmas Bubakan, Kartu Antri Pintar

Cerdaskan Pasien Dengan Inovasi Cerdas


netonlinenews | 1 July 2015 | Kesehatan, Pacitan | No Comments

C
Persoalan antrian kerapkali menjadi hal yang sering dikeluhkan pengguna layanan. Lamanya
waktu tunggu, bagi seorang pasien menjadi kegelisahan tambahan. Itu salah satu yang muncul
dalam survey keluhan Puskesmas Bubakan, Kabupaten Pacitan, sebagaimana yang disampaikan
Riyan, SKM, salah seorang petugas Puskesmas Bubakan Pacitan, di acara Lokakarya
Keberlanjutan Inovasi Peningkatan Pelayanan Publik Program KINERJA di Provinsi Jawa
Timur, kemarin, Selasa (30/6) di JW Marriot Hotel Surabaya.
Stan Kesehatan yang diisi dengan pameran kegiatan dan hasil capaian bidang kesehatan selama
Program KINERJA USAID berlangsung sejak 2011 hingga berakhir saat ini, diisi oleh
Organisasi Mitra Pelaksana LPA Tulungagung, YAPIKMA, dan dari Puskesmas Bubakan
Pacitan. Salah satu inovasi baru yang banyak menarik peserta adalah capaian Puskesmas
Bubakan, dengan Ngantri Pintar.
Apa sebenarnya Kartu Antri Pintar itu sendiri?
Riyan menjelaskan sebenarnya Kartu Antri Pintar merupakan respon dari keluhan masyarakat
terhadap antrian menunggu layanan yang terasa lama. Biasanya, pasien akan mengambil kartu
nomor antri, dan kemudian berdiam diri selama waktu tertentu menunggu panggilan menerima
layanan. Bagaimana caranya mereka tidak merasa lama menunggu. Bagaimana menunggu itu
bagi mereka juga bermanfaat, Riyan memberikan kunci terhadap keluaran baru yang menjadi
inovasi dan solusi keluhan pasien.
Coba sekarang ibu ambil nomor antrian yang kami sediakan, katanya kepada kami. Namun
pasti peserta tidak melihat adanya kartu antrian sebagaimana lazimnya, kertas atau karton yang

hanya berukuran tak lebih dari 8 x 8 cm. Yang tersedia adalah brosur-brosur saja. Ternyata setiap
brosur yang tersedia tercantum nomor yang berbeda-beda, berurutan. Inilah yang disebut Kartu
Antri Pintar.
Misalnya pasien mengambil nomor 5, berarti brosur yang ada angka 5. Sambil menunggu
panggilan, pasien bisa membaca informasi kesehatan dalam brosur itu. Seperti yang kita baca di
sini, kartu antrian nomor 5 memuat informasi tentang penyakit osteoporosis. Dan setiap nomor
itu berisi satu jenis informasi kesehatan yang kita tuliskan dengan bahasa sederhana dan
dilengkapi gambar-gambar untuk memudahkan pemahaman, tutur Riyan. Dengan demikian,
pasien tidak diam selama menunggu, dikondisikan untuk suka membaca informasi, dan
menerima manfaat dari informasi kesehatan itu.
Inovasi ini sangat sederhana. Setiap Kartu Antri Pintar, yang lebih mirip brosur ini, cukup
dicetak dengan printer pada kertas HVS A4. Kartu ini harus dikembalikan pasien saat dipanggil
untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Namun jika pasien ingin membawa pulang informasi
kesehatan tersebut, Puskesmas juga menyediakan brosur-brosur yang bisa dibawa pulang, yaitu
yang tanpa tertulis nomor antrian.
Saya ingin meniru kartu antriannya Pacitan tadi. Itu yang paling nyata dan mudah untuk
direalisasikan sepulang dari sini, papar dokter Dwi Heru Wiyono, Kepala Puskesmas Kalidawir,
Tulungagung. Modalnya hanya kertas dan printer biasa, tambahnya.
Benar, kartu antrian itu paling mungkin untuk kita terapkan. Biayanya juga tidak besar, timpal
Suhartatik, Kasi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung. Jika setiap Puskesmas
menyediakan 100 nomor antrian, berarti ada 100 informasi kesehatan yang disediakan. Informasi
kesehatan itu bisa meliputi kesehatan ibu dan anak, penyakit menular, HIV-AIDS, gizi, dan
kesehatan lingkungan. Saat ditanya apakah memungkinkan Kartu Antri Pintar disediakan Dinas
Kesehatan, Suhartatik menyampaikan kemungkinan itu ada. Misal, disediakan untuk 100 nomor
antrian untuk masing-masing Puskesmas yang ada di Tulungagung. Secara tidak langsung dapat
digunakan sebagai kegiatan promosi kesehatan (promkes).
Riyan menambahkan, inovasi sederhana ini sangat tepat sebagai solusi persoalan antrian.
Terobosan ini dapat diterapkan di semua unit layanan publik yang menuntut penerima layanan
untuk antri untuk mendapatkan layanan, misalnya di catatan sipil, rumah sakit, bank, kantor pos,
dan lain sebagainya.
Selain Antri Pintar, inovasi lainnya dari Puskesmas Bubakan adalah hamil pintar. Bukan
pintar hamil, lo bu, kata Tiya, tim Kesehatan dari Pacitan. Untuk keberlanjutan program
kesehatan yang sudah menunjukkan perubahan layanan yang lebih baik ini, Indartato, Bupati
Pacitan yang hadir dalam acara ini, menyampaikan untuk rencana keberlanjutan dengan
melakukan koordinasi dengan DPRD untuk replikasi di Puskesmas lainnya. Indartato saat
talkshow juga mengingatkan agar pengaduan dan tindakan mengingatkan tidak ditanggapi
dengan sakit hati. (Sumber : tulungagung.go.id)

Anda mungkin juga menyukai