Anda di halaman 1dari 3

Mempelajari Antrian BPJS-K Di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Lanjut dengan Metode


Discret Event Simulation

Tiara Anggi Tarina


2402226373

ISYE8024045 – Seminar 1
Latar Belakang:
Kesehatan adalah hak mendasar setiap manusia dan akses pelayanan kesehatan menjadi hal utama yang
harus disediakan oleh negara. Pemerintah Republik Indonesia memberikan jaminan pelayanan kesehatan
yang dapat diakses seluruh masyarakat dari berbagai lapisan yang dilaksanakan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS-K) pada 1 Januari 2014 sebagai transformasi dari PT.
Askes (Persero) [1]. Dalam sejarahnya Jaminan pemeliharaan kesehatan di Indonseia sudah ada sejak
zaman kolonial Belanda dan setelah kemerdekaan implementasinya dilanjutkan oleh pemerintahan
Indonesia melalui Prof. G. A Siwabessy yang saat itu menjabat sebagai Mentri Kesehatan Republik
Indonesia. Pada awalnya jaminan kesehatan ini hanya diperuntukkan bagi pegawai negeri sipil beserta
anggota keluarganya dengan pelayanan yang kurang memadai, namun sejak bertrasnformasi menjadi
BPJS-K pelayanan kesehatan dan fasilitasnya terus meningkat. Menurut data Bank Dunia pada tahun
2022 jumlah penduduk Indonesia lebih dari 275,5 juta penduduk pada tahun 2022[2], hal ini mendorong
BPJS-K untuk berinovasi, pada tahun 2017 BPJS-K dapat diakses melalui applikasi Mobile JKN untuk
menfasilitasi masyarakat Indonesia yang penyebaran lokasinya sangat luas[3]. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan pengguna BPJS-K untuk memonitor akun BPJS-K masing-masing pribadi yang mencakup
informasi rekam medis, tagihan, ketersediaan fasilitas kesehatan seperti ketersediaan tempat tidur, lokasi
Faskes, informasi jadwal operasi, dan lain-lain [3]. Applikasi Mobile JKN dibuat untuk memudahkan
masyarakat, namun pada praktiknya applikasi ini berdiri sendiri dan tidak terintegrasi dengan fasilitas
kesehatan yang tergabung dalam BPJS-K. BPJS-K menggunakan sistem rujukan, pasien yang tidak dapat
ditangani di FKTP akan dirujuk ke FKTL. FKTL adalah rumah sakit tipe C keatas yang fasilitasnya lebih
lengkap. FKTL menerima rujukan dari berbagai FKTP. Rujukan dilakukan oleh FKTL melalui sistem
yang disediakan oleh BPJS-K, rujukan tersebut langsung ada di dalam sistem BPJS-K FKTL, namun
tidak langsung mendaftarkan pasien ke FKTL.
Permasalahan muncul ketika pasien hendak melakukan pengobatan ke FKTL, pasien harus melakukan
pendaftaran. Beberapa FKTL sudah menerapkan sistem pendaftaran online melalui website atau
whatsapp, namun hal tersebut hanya sebatas mendaftarkan tanggal kedatangan, bukan jadwal pasti
pelayanan kesehatan, karena setiap pasien akan mendapatkan nomor antrian dan kepastian waktu
pelayanan kesehatan setelah mengunjungi FKTL, sehingga hal ini menimbulkan penumpukan di FKTL.
Setiap pasien ingin mendapatkan pelayanan kesehatan sesegera mungkin. Beberapa FKTL memang
memberikan informasi perihal jadwal membuka antrian, namun karena keinginan pasien yang begitu

ISYE8024045 – Seminar 1
besar untuk mendapatkan jadwal pelayanan kesehatan yang lebih cepat, mereka mendatangi FKTL lebih
awal, terkadang sejak subuh. Penumpukan antrian di FKTL bukan hanya merugikan pasien karena harus
kehilangan waktu dan kehilangan potensi untuk memperoleh penghasilan, terutama untuk pekerja paruh
waktu dan harian, tapi juga meningkatkan resiko bagi pasien dan keluarganya untuk terpapar penyakit
karena FKTL adalah tempat penyebaran penyakit. FKTL sendiri juga tidak diuntungkan dengan kondisi
ini, karena penumpukan pasien membuat manajemen harus mengerahkan orang khusus untuk
mengendalikan situasi tersebut, yang sebenarnya tidak perlu dilakukan jika kedatangan pasien dapat
diatur sesuai dengan jadwalnya. Penumpukan pasien juga memberikan tekanan (stress) bagi tenaga
kesehatan [5].
Dari hasil riset literatur yang saya lakukan, tidak banyak literatur yang membahas tentang BPJS-K
terutama antriannya, dan apa yang saya sampaikan dalam tulisan ini adalah hasil riset yang saya lakukan
di lapangan. Riset ini menjadi penting karena kondisi ini memberikan beban berat untuk pasien, terutama
pasien yang kurang mampu. Dengan dilakukannya riset ini diharapkan dapat memberikan kenyamanan
bagi pasien, baik waktu tunggu yang lebih pendek, serta kesempatan bagi pasien dan keluarganya untuk
memperoleh penghasilan. FKTL juga dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja bagi tenaga
kesehatan. Riset ini akan membuat simulasi perbandingan model antrian terjadwal dengan model antrian
menumpuk seperti saat ini [6].
Referensi:

1. Website: www.bpjs-kesehatan.go.id – Sejarap Perjalanan Jaminan Sosial di Indonesia, post 2


Desember 2020.
2. Website: www.data.worldbank.org/country/ID - Population Total (2022).
3. Handayani P. W, Meigasari D. A, Pinem A. A, Hadiyanto A. A}N, Ayuningtyas D.,”Critical Success
Factor For Mobile Health Implementation in Indonesia”, Heliyon 4 e00981,2018 doi:
10.1016/j.heliyon.2018. e00981 10.1016/j.heliyon.2018. e00981.
4. Pratitis N., Haryanti A., Hariyanti N. A. I., Kusumawati E.”Gambaran Stres Tenaga Kesehatan
Pada Masa Pandemi Covid-19”, Jurnal Kajian Psikolog Konseling Vol. 18 No. 1, Juni 2021 pg. 298-
907, doi: https://doi.org/10.24114/konseling.v18i1.27832
5. Alvardo M. M, Cotton T. G, Ntaimo L., Pérez E., Carpentier W. R.,”Modeling and Simulation of
Oncology Clinic Operation in Discret Ecent System Specification”, Sage Journals Volume 94
Issue 2,2017 doi: https://doi.org/10.1177/003754971770824

ISYE8024045 – Seminar 1

Anda mungkin juga menyukai