Anda di halaman 1dari 8

Membahas ulah para pedagang yang curang, para pedagang yang mendaur ulang

makanan kadarluasa menjadi makanan yang bisa dimakan. Diantaranya ada tukang mie ayam,
semua bahannya dari bahan-bahan kadarluasa, bahan baku mie dari mie kering yang kadarluasa
(diantaranya bahkan ada yang udah jamuran dan ada ulat), dibasuh dengan air panas lalu dibuat
mie ayam. Bahan baku ayam yang digunakan adalah ayam yang sudah menjadi bangkai, dengan
membayangkan hal tersebut kita sebagai konsumen menjadi harus sangat berhati-hati, karena
menyangkut kesehatan tubuh kita. Kata manipulasi dalam (KBBI) berarti berbuat curang untuk
memperkaya diri dengan jalan korupsi. Kedua kata timbangan yang berarti tolak ukur dalam
keadaan yang sama / setimpal. Ketiga kata pedagang yang berarti menjual dan membeli, kadang
sekaligus sebagai penjual dan pembeli.
Makna secara keseluruhan berarti : perbuatan curang dalam melakukan timbangan dalam
hal (jual-beli) yang dilakukan oleh pedagang.
Alasan saya mengangkat judul kecil ini, karena saya adalah salah satu korban perbuatan
curang pedagang yang dilakukan di pasar dalam situasi jaul beli yang sah, saya katakan sah
karena sesuai dengan rukun jual beli; ada yang menjual (pedagang) yang membeli [saya], serah
terima, dan ada barangnya. Dan dalam hal ini saya dirugikan, karena setelah saya timbang hasil
pembelian saya berupa buah duku 1 Kg dengan harga Rp. 5.000 dirumah, tidak sama dengan
timbangan yang ada dipasar, saya timbang ulang ternyata buah 1 Kg tadi, tidak mencapai
timbangan yang sesuai, karena ternyata hanya 600 gram.
A. Hukum Jual Beli
Jual beli merupakan usaha yang baik untuk mencari rizki, Allah telah mengajarkan
dengan Firman-Nya
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (Al-Baqarah 275)

Arti jual beli menurut bahasa artinya : memberikan sesuatu karena ada pemberian
(imbalan yang tertentu). Menurut istilah artinya : pemberian harta karena menerima harta
dengan penyerahan dan penerimaan (Ijab-Qabul) dengan cara yang sesuai (baik), dan
diterima kedua pihak.

Dalam jual beli yang sah kita harus memenuhi rukun sebagai berikut sesuai dengan
pengertian jual beli sendiri :
Orang yang menjual
Orang yang membeli
Serah terima (Ijab-Qabul)
Ada barangnya.
Jual beli dengan memenuhi rukun jual beli diatas memang dianggap sah, tapi bagaimana
dengan jual beli yang merugikan konsumennya dikarenakan pedagang (penjual) telah
melakukan kecurangan terhadap barang yang dijualnya.
B. Hukum Manipulasi Timbangan Oleh Pedagang
Orang yang memanipulasi timbangan (mencuri timbangan) akan mendapatkan balasan
yang setimpal diakhirat kelak, Allah telah memberitahukan dalam Firman-Nya dalam surah
Al Muthaffifiin 1-3
Dari ayat diatas, jelaslah bahwa mencuri timbangan itu perbuatan orang-orang yang
curang, yang tidak dibenarkan dan amat merugikan, orang-orang yang meminta dipenuhi
takaran saat ia membeli. dan mengurangi saat ia menjual benar-benar termasuk perbuatan
seseorang yang jahat yang harus ditindak, Oleh karena itu Allah SWT mengancam pada
hamba-Nya yang berbuat demikian dengan kecelakaan yang besar, yang dalam tafsir Jalalain,
Kata Wailun kecelakaan yang besar diartikan Azab atau merupakan nama sebuah lembah
didalam neraka jahannam.
Sabda Nabi SAW, yang berkaitan dengan hal diatas yang berbunyi sebagai berikut :

( )
Artinya : Nabi melarang jual beli dengan tipuan. (HR. Muslim).

Menurut saya, hadist diatas memperkuat ayat 1-3 dari surat Al-Muthafifin, dimana Nabi
jelas-jelas melarang jual beli dengan tipuan, dan dalam hal ini Manipulasi timbangan oleh
pedagang yang berarti pedagang telah berbuat curang, menipu pembeli. Akan saya
contohkan dalam sebuah kasus yang saya alami sendiri sebagai berikut :
Saat saya pulang dari kuliah, saya mampir ditukang buah dipasar tradisional yang
menjual buah duku dengan harga Rp. 5000/Kg, saya membeli buah duku 1 Kg dan
membawanya pulang kerumah tanpa menguranginya. Dirumah saya penasaran dengan
timbangan buah duku yang saya beli karena terlalu ringan, lalu saya mengambil timbangan
kue Umi saya dan menimbang buah duku saya. Ternyata berat timbangannya hanya 600gram.
Padahal saya membeli 1KG. Dan ini membuat kerugian terhadap saya, yang kalau dihitung :
5000 x 10 = 500 rupiah dan yang ada pada saya 600gram x 500
100 100gram 100gram
= Rp. 3.000 harga yang seharusnya,
Kalau dilihat dari hasil hitungan saya berarti hanya 600gram duku adalah Rp. 3000,- dan
berarti saya rugi sebesar Rp. 2000,- hampir setengahnya. Karena kerugian ini saya tidak
pernah membeli buah duku dipasar tradisional tersebut, dan saya lebih memilih membeli
buah apapun disupermarket (pasar modern) yang jelas timbangannya, dibanding dipasarpasar yang telah dimanipulasi timbangannya.
Dari kasus yang saya alami, betapa penipuan itu membuat kerugian terhadap konsumen,
dan ketidakpercayaan lagi terhadap tukang buah dipasar tradisional tersebut. Bukankah hal
tersebut membuat kerugian juga pada pedagang, karena lama-kelamaan konsumen akan sadar
bahwa timbangan dipasar itu telah dimanipulasi dan beralih ke supermarket (pasar modern)
yang lebih jelas timbangannya.
Dalam hal ini, Ancaman Allah berupa kecelakaan yang besar yang dalam tafsir Jalalain
ialah sebuah nama neraka jahannam, maka saya akan memberikan pengertian kecelakaan
yang besar dalam surat Al-Muthafifin tersebut ialah ketidakpercayaan konsumen terhadap
pemanipulasi timbangan dipasar tradisional yang membuat konsumen beralih kepasar

modern (supermarket), yang akhirnya akan menyebabkab kehancuran sistem Ekonomi yang
dibuat oleh pedagang buah di pasar tradisional, dan keuntungan bagi pedagang buah di pasar
modern (supermarket),dan dari semua kerugian yang ada, saya tarik pengertian bahwa
hukum melakukan manipulasi timbangan adalah haram karena banyak sekali merugikan
orang terutama konsumen (masyarakat).
C. ETIKA PERDAGANGAN ISLAM
Islam memang menghalalkan usaha perdagangan,perniagaan dan atau jual beli.Namun
tentu saja untuk orang yang menjalankan usaha perdagangan secara islam,dituntut
menggunakan tata cara khusus, ada aturan mainnya yang mengatur bagaimana seharusnya
seorang Muslim berusaha di bidang perdagangan agar mendapat berkah dan ridha Allah SWT
di dunia dan akhirat.
Aturan main perdagangan Islam, menjelaskan berbagai etika yang harus dilakukan oleh
para pedagang Muslim dalam melaksanakan jual beli. Dan diharapkan dengan menggunakan
dan mematuhi etika perdagangan Islam tersebut, suatu usaha perdagangan dan seorang
Muslim akan maju dan berkembang pesat lantaran selalu mendapat berkah Allah SWT di
dunia dan di akhirat. Etika perdagangan Islam menjamin, baik pedagang maupun pembeli,
masing-masing akan saling mendapat keuntungan
Adapun etika perdagangan Islam tersebut antara lain:
1. Shidiq ( Jujur )
Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli. Jujur dalam
arti luas. Tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ngada fakta, tidak berkhianat,
serta tidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya. Mengapa harus jujur? Karena
berbagai tindakan tidak jujur selain merupakan perbuatan yang jelas-jelas dosa, jika biasa
dilakukan dalam berdagang-juga akan mewarnai dan berpengaruh negatif kepada
kehidupan pribadi dan keluarga pedagang itu sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, sikap dan
tindakan yang seperti itu akan mewarnai dan mempengaruhi kehidupan bermasyarakat.

Dalam Al Quran,keharusan bersikap jujur dalam berdagang,berniaga dan jual-beli,


sudah diterangkan dengan sangat jelas dan tegas yang antara lain kejujuran tersebut di
beberapa ayat- dihubungkan dengan pelaksanaan timbangan, sebagaimana firman Allah
SWT :Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.(Q.S Al Anam(6):152)
Firman Allah SWT: Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orangorang yang merugikan,dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.Dan janganlah
kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi
ini dengan membuat kerusakan. (Q.S AsySyuaraa(26):181-183); Dan sempurnakanlah
takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang
lebih utama ( bagimu ) dan lebih baik akibatnya. (Q.S Al-Israa(17):35); Dan
tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.(Q.S
Ar Rahmaan(55):9).
Di samping itu, tindakan penyimpangan dan atau kecurangan menimbang menakar
dan mengukur dalam dunia perdagangan, merupakan suatu perbuatan yang sangat keji
dan culas.
2. Amanah (Tanggung jawab)
Setiap pedagang harus bertanggung jawab atas usaha dan pekerjaan dan atau jabatan
sebagai pedagang yang telah dipilihnya tersebut. Tanggung jawab di sini artinya, mau dan
mampu menjaga amanah (kepercayaan) Dengan demikian, kewajiban dan tanggung
jawab para pedagang antara lain:menyediakan barang dan atau jasa kebutuhan
masyarakat dengan harga yang wajar, jumlah yang cukup serta kegunaan dan manfaat
yang memadai. Dan oleh sebab itu, tindakan yang sangat dilarang oleh Islam sehubungan
dengan adanya tugas, kewajiban dan tanggung jawab dan para pedagang tersebut adalah
menimbun barang dagangan. Masyarakat yang memang secara otomatis terbeban di
pundaknya.
3. Tidak Menipu
Dalam suatu hadist dinyatakan, seburuk-buruknya tempat adalah pasar. Hal ini
lantaran pasar atau tempat di mana orang jual beli itu dianggap sebagai sebuah tempat

yang di dalamnya penuh dengan penipuan, sumpah palsu, janji palsu, keserakahan,
perselisihan dan keburukan tingkah polah manusia lainnya.
Rasulullah SAW selalu memperingati kepada para pedagang untuk tidak mengobral
janji atau berpromosi secara berlebihan yang cenderung mengada-ngada, semata-mata
agar barang dagangannya laris terjual, lantaran jika seorang pedagang berani bersumpah
palsu, akibat yang akan menimpa dirinya hanyalah kerugian.
4. Menepati Janji
Seorang pedagang juga dituntut untuk selalu menepati janjinya, baik kepada para
pembeli maupun diantara sesama pedagang. Janji yang harus ditepati oleh para pedagang
kepada para pembeli misalnya : tepat waktu pengiriman menyerahkan barang yang
kualitasnya, kwantitasnya, warna, ukuran dan atau spesifikasinya sesuai dengan
perjanjian semula, memberi layanan purna jual, garansi dan lain sebagainya. Sedangkan
janji yang harus ditepati kepada sesama para pedagang misalnya : pembayaran dengan
jumlah dan waktu yang tepat.
5. Murah Hati
Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW menganjurkan agar para pedagang selalu
bermurah hati dalam melaksanakan jual beli. Murah hati dalam pengertian : ramah tamah,
sopan santun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggung jawab.
Sabda Rasulullah SAW : Allah berbelas kasih kepada orang yang murah hati ketika
ia menjual, bila membeli dan atau ketika menuntut hak. (HR. Bukhari); Allah
memberkahi penjualan yang mudah, pembelian yang mudah, pembayaran yang mudah
dan penagihan yang mudah. (HR. Aththahawi)

D. Manipulasi timbangan dalam hukum negara


Manipulasi

adalah

sebuah

proses

rekayasa

dengan

melakukan

penambahan,

penyembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap bagian atau keseluruhan sebuah

realitas, kenyataan, fakta-fakta ataupun sejarah yang dilakukan berdasarkan sistim


perancangan sebuah tata sistem nilai, manipulasi adalah bagian penting dari tindakan
penanaman gagasan, sikap, sistem berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu.
Dalam ilmu hukum pidana secara eksplisit tersirat dalam ketentuan Kitab UndangUndang Hukum Pidana (KUHP), dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (1): Tiada suatu perbuatan
yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang
telah ada, sebelum perbuatan dilakukan (Moelyatno, cetakan kedua puluh, April 2001). Di
dalam Rancangan Undang-Undang RI tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (2005),
dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (1) sebagai berikut; Tiada seorang pun dapat dipidana atau
dikenakan tindakan,kecuali perbuatan yang dilakukan telah ditetapkan sebagai tindak pidana
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat perbuatan itu dilakukan.
Dan dalam hal ini manipulasi timbangan adalah tindakan pencurian, juga penipuan yang
kalau kita mengutip buku KPK yang berisi Pasal 362 KUHP adalah perbuatan yang melawan
hukum mengambil barang sebagian atau seluruhnya milik orang lain dengan maksud
memiliki. Barang/hak yang berhasil dimiliki bisa diartikan sebagai keuntungan pelaku. Dan
mendapatkan hukuman. Di dalam Ketentuan umum mengenai perumusan pengertian
pencurian terdapat dalam pasal tersebut.
Barang siapa mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain
dengan maksud untuk memiliki barang tersebut dengan melawan hukum, dipidana karena
pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya 5 tahun.
E. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai manipulasi timbangan oleh pedagang dalam ekonomi jual
beli, dimana jual beli itu sangatlah baik dilakukan jika dilakukan dengan benar dan baik,
sedangkan masalah moral pedagang yakni melakukan pencurian/penipuan timbangan itu
amatlah merugikan baik untuk pembeli maupun penjual, karena pemanipulasi ini dapat
masuk penjara karena perbuatan yang dilakukan mereka. Lebih parah lagi, dalam
pembahasan yang saya contohkan. Jika benar-benar banyak pembeli pasar tradisional beralih
kepasar modern (supermarket), bukankah kerugian juga berdampak pada sistem ekonomi

pasar tradisional yang hancur perlahan-lahan. Oleh karena itu sebagai penjual haruslah
mempunyai jiwa-jiwa sehat yang terdapat dalam etika perdagangan Islam yakni :
Shidiq (jujur)
Amanah (tanggung jawab)
Tidak menipu
Menepati janji
Murah hati
Jika kelima etika tersebut dipegang (ditanamkan oleh pedagang kedalam hati dan
otaknya) maka tidak akan ada lagi kerugian serta penipuan dalam jual beli.
F. Saran
Untuk pembeli : pintar-pintarlah bernegosiasi dalam membeli, tidak banyak menuntut,
serta teliti.
Untuk penjual : kejujuranlah yang paling harus ditanamkan dalam hati dan otak.
Dan untuk pembaca : mudah-mudahan makalah ini berguna untuk kita semua.

Anda mungkin juga menyukai