Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


PT. Semen Padang adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam
industri pengolahan semen, dimana untuk bahan baku batu gamping dan
silika dihasilkan sendiri oleh PT. Semen Padang dari penambangan dengan
sistem tambang terbuka atau dikenal dengan sistem slide hill quarry di Bukit
Karang Putih, Kelurahan Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota
Padang. Sistem slide hill quarry merupakan suatu sistem penambangan
terbuka untuk mengambil cebakan bahan galian yang terdapat di lereng bukit.
Adapun proses penambangan dengan sistem ini terdiri dari land clearing, top
soil removal, overburden removal, drilling, blasting, loading hauling, dan
crushing.
Dalam rentetan proses penambangan ini akan selalu ada bahaya yang
mengancam, karena salah satu karakteristik dari industri pertambangan itu
sendiri adalah suatu usaha yang padat modal dan memiliki resiko yang tinggi.
Kecelakaan kerja yang terjadi di unit pertambangan PT. Semen Padang
akan berpengaruh terhadap proses produksi di PT. Semen Padang. Dalam
kenyataannya, proses produksi dan kesehatan serta keselamatan kerja
karyawan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Menurut Rijal Abdullah
dalam Androl Subasri (2015: 1) Dalam suatu ruang kerja, bila seorang
karyawan mengalami kecelakaan, maka karyawan lain disekitarnya akan
menghentikan aktivitasnya untuk melihat atau membantu temannya yang

mengalami kecelakaan itu, hal ini akan menyebabkan menurunnya produksi


yang dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, maka sangat perlu mengatur
serta memperbaiki proses manajemen yang ada agar kesehatan dan
keselamatan kerja karyawan terjamin dan proses produksi bisa berjalan sesuai
dengan yang diharapkan oleh pihak perusahaan.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di PT. Semen Padang
didapatkan hasil bahwa masih banyak terjadi kecelakaaan kerja sepanjang
tahun 2015. Berikut tabel kecelakaan kerja pada tahun 2015 di PT. Semen
Padang:
Tabel 1. Daftar Kecelakaan Kerja Departemen Tambang PT. Semen Padang Tahun 2015
NEARMISS
Tanggal

Unit
Kerja

Area

DK-18

11-Jan15

PBM

EH-04

12-Jan15

PBM

Atap
bangunan
ABI

22-Jan15

PAT

GC-02

8-Apr-15

PBM

DK-14

15-Apr15

PBM

6
7

MS-02
DK19

17-Apr15
22-Apr-

PABT
PBM

1
1

No

Nama

Harta /
Benda

Deskripsi
kejadian
Kaca spion
depan kiri
tersenggol
unit DK-17
Terkena
longsoran
silika di front
silika pit
limit karang
putih
Pecahan hyd
coupling
area Raw
Mill Ind 23
meledak
Housing
transmisi
pecah
Guard
engine
bengkok ke
atas krn
menghindari
batu
Rem tidak
berfungsi di
area pit limit
Amblas di

KETERANGAN

15

DK17

3-Mei15

PBM

PBM

DK17

4-Mei15

10

DM03

7-Mei15

PBM

11

EK04

15-Mei15

PBM

12

DK19

20-Mei15

PBM

13

Mobil air
galon

22-Okt15

PBM

hopper
Mosher 2
Terperosok
di jalan
hauling
Steering lose
saat
bermuatan
pada turunan
jalan ke LSC
3B
Dump Truck
DC08
mundur
menabrak
Alat Bor
DM03
Handrail
depan kanan
bengkok
karena
kejatuhan
batu saat
operasi
DK19
mundur
melindas
batu,
suspensi RH
depan keluar,
hose T/M
bocor
Mobil Strada
mundur
menabrak
mobil air
galon

KECELAKAAN KERJA RINGAN

Syafrinal

Rotor disc
LSC-3B

23-Feb15

PAT

Benny
Hadiasman

Lemari
mushola
ABI

25-Jun15

PAT

Kunci
baut roda

29-Okt15

PPET

Tumit kaki
kanan robek
karena
membantu
mendorong
rotor disc
Kepala luka
oleh pinggir
pintu lemari
yang terbuka
saat hendak
berdiri
Dahi
luka
oleh
lentingan

Proses

kunci
pembuka
baut
roda
truk

Sumber: Departemen Tambang PT. Semen Padang


Berdasarkan data dari tabel laporan kecelakaan kerja pada departemen
tambang di PT. Semen Padang di atas, dapat kita lihat bahwa kecelakaan
kerja masih banyak terjadi sepanjang tahun 2015. Adapun penyebab dari
kecelakaan kerja ini adalah kondisi kerja tidak aman, tindakan tidak aman,
dan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan yang belum terlaksana
dengan baik.
Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja karyawan yang
sudah ditetapkan belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena
kurangnya kesadaran karyawan untuk mematuhi aturan-aturan yang ada.
Kasus ini terjadi karena belum adanya sanksi yang tegas bagi setiap karyawan
yang melanggar aturan dan belum memakai alat pelindung diri sebagaimana
mestinya sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Oleh karena pentingnya peninjauan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di sektor pertambangan, pemerintah mengeluarkan peraturan baru
tentang Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara
(SMKP Minerba) yaitu Permen ESDM No. 38 Tahun 2014. Perilaku tidak
selamat dan tidak sehat dalam bekerja dapat dicegah dengan terus
memperbaiki sistem manajemen dalam suatu perusahaan pertambangan.
Berdasarkan Permen ESDM No. 38 Tahun 2014 yang mengatur tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan

Batubara (SMKP Minerba) maka ada banyak hal yang harus dipatuhi agar
terciptanya kondisi kerja yang aman dan nyaman bagi karyawan. SMKP
Minerba merupakan sistem manajemen yang menjadi bagian dari sistem
manajemen

perusahaan

dalam

rangka

untuk

mengendalikan

resiko

keselamatan pertambangan yang terdiri dari K3 pertambangan dan


keselamatan

operasi

pertambangan

(K3

Pertambangan

dan

KO

Pertambangan).
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan wajib diterapkan oleh
semua perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang meliputi
perusahaan pertambangan dan perusahaan jasa pertambangan. Dalam
pelaksanaan SMKP ini, perusahaan wajib melakukan audit internal minimal 1
(satu) tahun sekali, dan apabila diperlukan maka KAIT (Kepala Inspektur
Tambang) dapat meminta untuk dilakukan audit eksternal dari badan yang
telah terakreditasi. Laporan hasil audit internal maupun eksternal harus
dilaporkan ke KAIT paling lambat 14 hari kerja sejak audit selesai.
Perusahaan yang tidak melaksanakan SMKP akan dikenakan sanksi.
Adapun sanksi tersebut dapat berupa sanksi peringatan tertulis, penghentian
sementara sebagian atau seluruh kegiatan operasional dan pencabutan izin
usaha.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik mengambil
topik Kondisi Terkini Departemen Tambang Untuk Menerapkan
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara

(SMKP Minerba) Berdasarkan PERMEN ESDM No. 38 Tahun 2014 di


PT. Semen Padang.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Terciptanya kondisi kerja tidak aman dan tindakan tidak aman dalam
suatu unit kerja akan memicu terjadinya kecelakaan kerja.
2. Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja karyawan yang ada
belum dapat berjalan dengan baik karena kurangnya kesadaran karyawan
untuk mematuhi aturan-aturan yang ada.
3. Masih banyak karyawan yang bekerja tanpa menggunakan alat pelindung
diri (APD) lengkap sesuai dengan standard operating procedure (SOP)
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
4. Belum dilakukannya evaluasi penerapan (audit internal) oleh PT. Semen
Padang sebagai salah satu perusahaan pertambangan sebagaimana diatur
oleh Permen ESDM No. 38 Tahun 2014 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara (SMKP Minerba) akan
memicu datangnya sanksi yang tegas dari pihak pemerintah.

C. Batasan Masalah
Agar pembahasan terhadap masalah yang ada sesuai dengan tujuan
penulisan skripsi ini, maka masalah pokok yang akan dibahas adalah sejauh
mana penerapan Permen ESDM No. 38 Tahun 2014 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara (SMKP
Minerba) pada departemen penambangan di PT. Semen Padang.

D. Rumusan Masalah
Dari uraian identifikasi masalah, maka penulis dapat merumuskan
masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat resiko kecelakaan kerja pada departemen tambang
di PT. Semen Padang dengan menghitung angka kekerapan kecelakaan
dan tingkat keparahan kecelakaan?
2. Apasajakah faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada
departemen tambang di PT. Semen Padang?
3. Sejauh manakah persentase penerapan Permen ESDM No. 38 Tahun 2014
tentang Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan
Batubara (SMKP Minerba) pada departemen tambang di PT. Semen
Padang dalam rangka menurunkan angka kecelakaan kerja?

E. Tujuan Penelitian
Untuk menjawab rumusan masalah, maka penulis menguraikan tujuan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat resiko kecelakaan kerja pada departemen tambang di
PT. Semen Padang dengan menghitung angka kekerapan kecelakaan dan
tingkat keparahan kecelakaan.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada
departemen tambang di PT. Semen Padang.
3. Mengetahui persentase penerapan Permen ESDM No. 38 Tahun 2014
tentang Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan
Batubara (SMKP Minerba) pada departemen tambang di PT. Semen
Padang.

F. Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian ini, manfaat yang ingin penulis dapatkan
adalah:
1. Skripsi ini mampu menjadi tulisan yang berguna bagi perusahaan untuk
lebih meningkatkan sistem manajemen keselamatan pertambangan
kedepannya.
2. Skripsi ini bisa dijadikan sebagai bahan pendukung untuk penelitianpenelitian selanjutnya.
3. Sebagai sarana dalam menambah wawasan dan pengalaman khusus dalam
mengungkapkan,

mengkaji,

dan

menganalisis

serta

menjawab

permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program Keselamatan dan


Kesehatan Kerja di bidang pertambangan.
4. Menambah wawasan bagi Mahasiswa Teknik Pertambangan mengenai
Peraturan Menteri ESDM No. 38 Tahun 2014 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara (SMKP Minerba).

Anda mungkin juga menyukai