PENDAHULUAN
A.
2. Kapasitas pabrik
Total kapasitas produksi PT Semen Padang adalah 5.240.000 ton/tahun
dengan rincian sebagai berikut:Pabrik indarung II = 660.000 ton / tahun
(Proses Kering)
1) Pabrik indarung III = 660.000 ton / tahun (Proses Kering)
2) Pabrik indarung IV = 1.620.000 ton / tahun (Proses Kering)
3) Pabrik indarung V = 2.300.000 ton / tahun (Proses Kering)
Pabrik indarung I dinonaktifkan sejak bulan oktober 1999, dengan
pertimbangan efisiensi dan polusi, karena pabrik yang didirikan pada
tanggal 18 maret 1910 ini dengan proses basah.
3. Bahan mentah
Bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan semen adalah batu kapur,
batu silika, tanah liat dan pasir besi. Dari total kebutuhan bahan mentah,
batu kapur yang depositnya terdapat di bukit karang putih ( 2 km dari
pabrik) digunakan sebanyak 81 %. Batu silika yang depositnya berasala
dari bukit ngalau ( 1,5 km dari pabrik) digunakan sebanyak 9 % dan
tanah liat diperoleh disekitar Kecamatan Kuranji, Kota Padang digunakan
sejumlah 9%. Sedangkan kebutuhan pasir besi 1 % didatangkan dari
Cilacap. Pada penggilingan akhir ditambahkan gypsum 3-5 % yang
didatangkan dari Thailand. Gypsum alam dan gypsum sintetis dari PT
Petro Kimia Gresik.
4. Proses produksi
Secara garis besar prsoes produksi semen melalui 5 tahapan, yaitu :
a. Penambangan dan penyimpanan bahan mentah.
b. Penggilingan dan pencampuran bahan mentah.
c. Homogenisasi hasil penggilingan bahan mentah.
d. Pembakaran.
e. Penggilingan akhir hasil pembakaran.
Dalam Proses kering, penggilingan bahan di Raw Mill udara panas dialirkan
dari tanur putar (Kiln) sehingga dihasilkan Raw Mix dengan kandungan air <1%
Setelah menjalani proses homogenisasi, Raw Mix dibakar di Tanur putar (kiln)
dengan bahan bakar batu bara. Hasil pembakaran adalah berupa butiran hitam
yang disebut terak/klinker.
Proses selanjutnya adalah penggilingan akhir klinker di tromol semen
(Cement Mill) dengan menambahkan sejumlah gypsum dengan perbandingan
tertentu. Hasil dari penggilingan akhir ini adalah semen yang siap untuk kepasaran
(dalam kemasan kantong/curah)
5. Profil produk
Komisaris
2. Dewan Direksi
Dewan Direksi terdiri dari Direktur Utama yang di bantu oleh 4
(empat) orang Direktur yaitu: Direktur Pemasaran, Direktur Produksi,
Direktur Litbang dan Direktur Keuangan. Direktur Utama merupakan
orang yang paling bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas dan
jalannya perusahaan. Dalam melaksanakan aktivitasnya, Direktur Utama
dibantu oleh direktur-direktur yang membawahi beberapa departemen serta
dibantu oleh lembaga setingkat departemen, Satuan Pengawasan Interen
serta Sekretaris Perusahaan. Berikut Struktur Organisasi Dewan Direksi:
Direktur Utama
: Ir. Munadi Arifin, SE, MM, AK
Direktur Keuangan
: Drs. Epriliyono Budi, MM, AK
Direktur Pemasaran
: Ir. Benny Wendry, MM
Direktur Produksi
: Ir. Toto Sudibyo, MM
Direktur Litbang dan Operasi : Ir. Agus Boing Nurbiantoro, MM
Adapun departemen yang dibawahi oleh masing-masing Direktur
tersebut adalah:
a. Direktur Keuangan
1. Departemen Perbendaharaan
2. Departemen Akuntansi dan Pengendalian Keuangan
3. Departemen Sumber Daya Manusia
4. Departemen Sistem Informasi
b. Direktur Pemasaran
1. Departemen Penjualan
2. Departemen Perencanaan dan Pengembangan Pemasaran
3. Departemen Distribusi dan Transportasi
c. Direktur Produksi
1. Departemen Tambang
2. Departemen Produksi II/III
3. Departemen Produksi IV
4. Departemen Produksi V
5. Departemen Perencanaan Teknik Pabrik.
d. Direktur Litbang dan Operasi
1. Departemen Penelitian dan Pengembangan
2. Departemen Rancang Bangun dan Rekayasa
3. Departemen Jaminan Kualitas dan Perwakilan Manajemen
4. Departemen Perbekalan
2) Cadangan
Area Eksisting
: 70 juta ton (Bukit Karang Putih)
Area Pengembangan : 600 juta ton (terkira)
b. Penambangan Silika
Luas Area: 107 ha
Cadangan : 7 juta ton (Bukit Ngalau) dan 10 juta ton Bukit Karang
Putih.
c. Penambangan Clay
Luas Area : 88.91 ha di Bukit Atas
Cadangan : 4.5 juta ton
Warna : Putih susu / bening abu abu terang, sampai abu abu gelap.
Kekerasan : 3 5 Skala mohs
Belahan : Bentuk Sempurna
Pecahan : Kaca bentuk earthly
Sifat Dalam : Keras, liat hingga brittle
Density: 2,5 ton/ BSC : 1,6 ton/ LCM
Kandungan unsure kimia
CaO : 52 %
SiO : 7 %
FeO: 0,7%
MgO:0,44 %
H2O : 44%
h. Ketahanan : Keras dan Kompak
i. Isipan: lempung tufaan yang berasosiasi dengan rijang, dan kalsit
j. Test Kompresor
Hard Limestone : 570,4 810 kg/cm2
Test abrasive: 0,084 0,115 mm / mnt
Gelombang Seismik : 2,2 4,7 km/s
Tahanan jenis : 480 2000 ohm meter
6. Struktur Geologi
Struktur bidang perlapisan batuan banyak dijumpai pada batu gamping dan
batuan kersikan dimana pada umumnya bidang perlapisan mempunyai arah dan
mempunyai arah kemiringan yang relatif sama, sehingga dapat disimpulkan
bahwa kedua batuan tersebut terjadi dalam periode waktu yang hampir bersamaan
dan dalam lingkungan pengendapan yang sama. Struktur sesar dan kekar terdapat
didaerah ini, umumnya struktur sesar tidak dapat diamati dengan bai, sedangkan
kekar dapat terlihat dengan jelas dan pada umumnya memiliki kemiringan tegak
atau lebih dari 800 serta bersifat terbuka dan lebar antara 1 5 cm. struktur lipatan
berupa antiklin ataupun sinklin dapat dijumpai di bukit karang putih terutama
dijumpai pada kelompok bahan batuan berumur relative tua antara lain pada batu
gamping dan batuan kersikan silica.
7. Morfologi dan Litologi
Terjal sekitar 65% - 70% dan mempunyai panggung kearah selatan dengan
puncak yang melandai dan bergelombang pada umumnya ditempati oleh batuan
gamping atau marmer dan terobosan terobosan batuan beku. Lokasi
penambangan yang berada dikelurahan indarung dan batu gadang yang secara
fisiogtrafis termasuk dalam sistem penghubung bukit barisan van bemmelen, lang
yang memanjang dari barat laut ke tenggara disepanjang pula sumatera dan
ditempati oleh Pra tesier sampai kuarter. Satuan morfologi yang membentuk
daerah penambangan bervariasi dari perbukitan landai bergelombang sampai terjal
dengan pola umum aliran sungai denritik pada bagian selatan dan timur serta pola
aliran sungai angular pada bagian utara dan barat. Secara umum tahapan stadium
dewasa di bagian utara dan stadium muda bagian selatan.
Pada umumnya daerah indarung dan sekitarnya berdiri dari daratan rendah,
daerah perbukitan rendah dan daerah perbukitan tinggi. Daratan rendah keadaan
morfologinya pada umumnya hampir rata dengan variasi sedikit, merupakan
perbukitan yang landai dengan ketinggian antara 130 250 meter diatas
permukaan laut. Daerah ini terletak dibagian timur laut bukit karang putih,
berbatuan alluvial berupa pasir sungai, lempung agak keras dan lempung hasil
endapan sungai idas dan sungai sako berupa pasir, lanau, kerikil, dan bongkahan
bongkahan batuan vulkanik. Daerah perbukitan tinggi terdiri dari puncak
puncak yang menonjol berupa karang berwarna putih dengan ketinggian sekitar
450 meter diatas permukaan laut, berwarna putih dan batuannya terdiri batu
gamping dan andesit yang membentuk bidang bidang terjal dan banyak
ditumbuhi perpohonan ( pohon jati, pinus, dan lain lain), disertai control patahan
bearah laut tenggara tampak cukup jelas.
8. Topografi
Dari Kota Padang ke arah timur keadaan topografi mulai naik sampai ke kaki
Pegunungan Bukit Barisan. Indarung terletak di kaki pegunungan ini yang
membujur dari arah utara ke selatan Pulau Sumatra. Bukit Karang Putih
merupakan kuari batugamping yang mempunyai ketinggian 549 m dari
permukaan air laut. Keadaan topografi daerah Indarung dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Dataran Rendah
Topografi daerah ini sedikit bergelombang atau relatif datar dengan
ketinggian antara 130 250 m di atas permukaan air laut dan terdapat
di bagian timur laut Bukit karang Putih. Batuannya terdiri dari Alluvial
berupa pasir dan lempung dari Sungai Batang Idas, bongkah-bongkah
batuan vulkanik, batugamping, batu kersikan dan batu sabak. Daerah ini
merupakan tanah pesawahan, tegalan dan padang.
b. Daerah Perbukitan Rendah
Daerah ini mempunyai ketinggian 250 450 m dari permukan air laut
dan terletak pada ujung barat daya, selatan, timur dan tenggara daerah
penambangan. Daerah ini merupakan padang ilalang dan hutan
sekunder yang bersifat musiman.
c. Daerah Perbukitan Tinggi
Daerah ini berupa bukit-bukit terjal yang terdiri dari Bukit Karang
Putih dengan ketinggian 550 m, Bukit Gadang dengan ketinggian 586
m dan Bukit Batu Tajarang dengan ketingian 750 m di atas permukaan
air laut. Batuan pembentuk daerah ini adalah batugamping dan andesit
yang membentuk dinding terjal serta ditumbuhi hutan belantara.
BAB II
PEMBUATAN EMULSI
Pada kegiatan biasanya, PT Semen Padang menggunakan EMULSI
sebagai bahan peledakan. Namun diakibatkan oleh berbagai faktor yakni faktor
cuaca, keekonomisan biaya, pertimbangan getaran hasil peledakan, dan
pertimbangan produksi PT Semen Padang mengubah bahan peledak menjadi
emulsi yang merupakan turunan dari ANFO itu sendiri. Bahan yang digunakan
pun tidak terlalu berbeda dengan yang digunakan sebelumnya, namun secara
proses berbeda. Secara umum, proses pembuatan emulsi dibagi menjadi 3 tahap
yakni :
A. Pembuatan Oksol
Oksol merupakan campuran antara ammonium nitrat dengan air panas yang
dicampurkan dalam suatu tangki. Secara teknis, ammonium nitrat dari gudang
dimasukkan kedalam tangki menggunakan foxclip. Tangki yang dimaksud berupa
tabung berdiameter 2 meter dan tinggi 4 meter. Bagian dalam tabung tersebut
terdapat baling baling yang berfungsi sebagai mixer antara ammonium nitrat
dengan air panas. Air panas bersumber dari sistem penampungan air bersih yang
dipanaskan menggunakan Hot Water Generator atau pemanas air dalam suatu
instalasi. Teknisnya, air yang disedot menggunakan suatu pompa akan diarahkan
menuju Hot Water Generator dan kemudian air ditampung beberapa saat. Air yang
Kadar Ph 5 5,5
Indikasi ini diukur menggunakan pH meter
Density 1,35 1,75
Indikasi ini diukur menggunakan hidrometer
Titik kristalisasi 63 65 C
Teknis pengujiannya yakni dengan mengambil 400 ml sampel oksol ke
dalam labu ukur dan diaduk. Suhu kemudian diukur dengan thermometer
analog. Indikasi kristalisasi dihitung saat mulai tampak kristal halus di
dalam tabung. Jika oksol mengkristal pada suhu di atas 65 C, maka
indikasinya adalah oksol kelebihan Ammonium Nitrat dan perlu
B. Pembuatan Emultion
Oksol yang telah memenuhi kriteria selanjutnya akan diolah menjadi
dabex . Secara teknis, solar dan emulsi pire harus diaduk atau mixing terlebih
dahulu dengan kadar tertentu menggunakan Ribbon Blander. Pengaturan Ribbon
Blender yaitu dengan kecepatan rendah (low speed) selama 2 menit. Setelah
pencampuran tersebut, dimasukkan oksol yang telah dibuat ke dalam Ribbon
Blender dengan kadar tertentu. Setel Ribbon Blender dengan kecepatan tinggi
(high speed) selama 2 menit. Hasil dari pencampuran ini adaalah Emulsi. Setelah
dicampurkan, ambil sampel pencampuran dan uji di laboratorium. Parameter yang
diharapkan adalah sebagai berikut :
a) Kekentalan (Viskositas)
Pengukuran parameter ini menggunakan viskometer dengan hasil yang
diharapkan adalah 14000- 20000
b) Kapasitansi
Nilai yang diharapkan adalah sebesar < 200
c) Density
Pengukurannya adalah dengan menimbang emulsi yang telah diolah
dibandingkan dengan volume sampel yang diambil. Angka yang
diharapkan adalah 1,29 1,32
Setelah emulsi memenuhi kriteria berdasarkan parameter yang dimaksud,
emulsi akan langsung ditransfer ke Storage Emultion atau tempat penyimpanan
emulsi berupa tabung yang memanjang secara horizontal. Kemudian emulsi
tersebut akan dipindahkan ke dalam Wadah Pencampuran Gesing yakni emulsi
BAB III
KEGIATAN PEMBORAN
A. Persiapan Pemboran
1. Jenis dan Spesifikasi Alat Bor
PT Semen Padang memiliki 5 buah alat bor dengan 3 alat bor (DM 01, DM
02 dan DM 05) hasil rental dan 2 buah alat bor (DM 03 dan DM 04) milik
perusahaan. Alat bor (Drilling Machine, DM) yang digunakan merk
Sandvik tipe D25KS rotary crushing dengan spesifikasi sebagai berikut:
Key Spesifications
Powered
Hole Range
Drilling Depth
Single pass capacity
Feed
Pulldown
Bit load
Rotary Head Speed
0 96 r/min (standard)
Major Components
Engines
Compressors
Diesel
127 172 mm (5 6.75 in)
Standard 27 m, optional 63 m
8.7 m
124 kN
143 kN
Torque 8203 Nm
Caterpillar or Cummins 336 470
kW (450 630 HP)@ 1,800 r/min
25.5 32.8 m3/min@690 2413
kPa (100 350 psi)
= 5.5 inch
=5m
= 5.5 m
=6m
Pada peledakan ini, pola pemboran yang digunakan adalah zig-zag atau
selang-seling. Pola pemboran selang-seling atau lebih dikenal pola pemboran
staggered pattern memberi kebebasan pada saat pemboran berlangsung. Pola ini
pada umumnya dikombinasikan dengan delay row by row.
C. Hasil Pemboran
Geometri hasil pemboran PT Semen Padang pada 19 November 2015 adalah
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Diameter (D)
Burden (B)
Spasi antar lubang ledak (S)
Kedalaman lubang ledak (H)
= 5.5 inch
=5m
= 5.5 m
=6m
BAB IV
KEGIATAN PELEDAKAN
A. Persiapan Peledakan
Peralatan peledakan adalah suatu komponen peledakan yang bisa dipakai
lebih dari satu kali peledakan. Macammacam peralatan peledakan ini antara
lain :
1. Peralatan Peledakan
a. Emulsi Mixer
EMULSI Mixer merupakan alat yang digunakan untuk mengaduk
ammonium nitrat dengan solar untuk dijadikan EMULSI dengan
persentase AN = 94,5% dan FO = 5,5 % . Alat ini kurang homogen
karena hanya melewati sekali proses pengadukan . Untuk melihat
homogen tidaknya campuran AN dan FO , Cukup diraba dengan tangan
untuk orang yang berpengalaman . Alat ini berada di gudang dekat
kantor juru ledak.
b. Blasting Machine.
d. Lead wire.
Kabel utama yang menghubungkan sumber tenaga lisrik (blasting
machine) dengan leg wire detonator listrik.
e. Cangkul.
Cangkul berfungsi untuk memasukkan material stemming ke dalam
lubang ledak.
2. Perlengkapan Peledakan
Perlengkapan peledakan adalah komponen peledakan yang hanya dapat
dipakai satu kali peledakan. Peralatan peledakan itu antara lain :
a.
Detonator nonel
Merupakan pemicu peledakan. Detonator nonel yang digunakan PT
Semen Padang ber-delay 17 ms.
b. Kabel Nonel
Merupakan kabel yang menghantarkan gelombang kejut dan memicu
ledakan pada detonator. PT Semen Padang menggunakan tiga macam
kabel nonel dengan panjang masing-masingnya 5 m, berdasarkan waktu
delay dan warnanya, kabel nonel tersebut dapat yaitu dibedakan
c.
menjadi:
Kabel Nonel warna kuning delay 17 ms
Kabel Nonel warna hijau delay 42 ms
Kabel Nonel warna putih delay 100 ms
Kabel penghubung (connecting wire )
Proses pengecekkan oleh juru ledak berapa jumlah lubang ledak yang
diselesaikan oleh operator bor. Karena ada kalanya Adalah kabel yang
menghubungkan antra rangkaian detonator listrik dengan kabel utama
dan antara leg wire detonator yang satu dengan leg wire detonator
yang lainnya. PT.Semen padang mengguankan kawat penghubung
berwarna biru dengan tipe 22 AWG .
Kemudian dilakukan lubang ledak tidak terselesaikan oleh operator bor
yang desebabkan adanya hambatan alam kegiatan pemboran.
Pengecekkan lubang ledak untuk memastikan apakah lubang tersebut
aman dari genangan air. Biasanya dilakukan apabila sebelumnya
dilapangan hujan. Jika terdapat genangan air ditanggulangi denga cara
di pompa.
3. Bahan Peledak.
Bahan peledak utama yang dipakai untuk mengisi lubang ledak adalah
Emulsi. Emulsi sebagai blasting agent yang merpakan turunan dari ANFO
yang telah dijelaskan pada BAB II.
4. Geometri Peledakan
sebagai berikut:
Digunakan diameter lubang ledak 5,5 inch = 11,43 cm
Diambil tinggi lubang 1 m, maka volumenya = 1/4D2 x 1 = 1/4(0,1143
6. Rangkaian Peledakan
7. Pola Peledakan
Pola Peledakan yang dilakukan PT Semen Padang adalah pola selangseling menggunakan delay detonator.arah peledakn kedepan dan menyebar
muka jenjang.
Dengan mengubah pola dengan penempatan delay dan jumlah
detonator pada pola peledakan tersebut maka dapat mengurang tingkat
getaran dan memperbaiki fragmentasi hasil peledakan. Sehingga akan
memberikan free face yang cukup pada lubang tembak yang akan meledak
kemudian.
B. Pelaksanaan Peledakan
1.
sesuai
dengan
dokumen
IK/TBG/743
tentang
IK
2.
Prosedur Peledakan
C. Hasil Peledakan
Parameter Hasil Peledakan
Fragmentasi
Gagal Ledak (Misfire)
Ledakan Udara (Air Blast)
Ground Vibration (Getaran)
Batu Terbang (Fly Rock)
Value
Sangat baik, < 60 cm
Tidak ada
Minimum
Minimum
Minimum
BAB V
PERHITUNGAN PELEDAKAN
A. Geometri Peledakan
Geometri peledakan dihitung menurut Konya sebagai berikut:
Diketahui:
Densitas Emulsi (e): 1,18 gr/cc
Densitas batu gamping (r): 2,387 gr/cc
1 feet: 0,3048 m
Fragmentasi direncanakan baik, H/B = 3
Tinggi Jenjang (H) = 9 m 29,5275
Penyelesaian:
a. Besar Burden (B)
H
H
=3 B=
B
3
B=29.5275 ft /3=9,8425 ft 2.99 m
e
r
9,8425 ft =3.15 x De
De=
1,18 gr /cc
2.387 gr /cc
9,8425 ft
=4,444 inch 11.27291 cm
3 1,18 gr /cc
3.15
2.387 gr /cc
12 m+7 (5,5 m)
=6,3125 m
8
J =0,3 B
J =0,3 ( 5 ) =1,5 m
f. Kedalaman Lubang Ledak (L)
L=H + J
L=9 m+1.5 m
L=10,5 m
g. Panjang Isian Utama (PC)
PC=L T
PC=10,5 m 3,5 m
PC=7 m
= 247,5 BCM
1
gr
d= (11,27291 cm)2 x 0.85 x 0.1=8,4793 kg /m
4
cc
WBP = 38 x 7 m x 8,4793 kg/m = 2255,4938 kg
Powder Factor (PF)
W BP
PF=
B xS x H xn
PF=(2255,4938 kg)/(9405 BCM )=0.2398 kg /m3
B. Analisis Perhitungan
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
Parameter Geometri
Peledakan
Burden (B)
Spacing (S)
Tinggi Jenjang (H)
Tinggi Lubang Ledak (L)
Diameter Lubang Ledak (D)
Stemming (T)
Subdrilling (J)
Powder Factor (PF)
Weight Handak (WBP)
Primary Charging (PC)
Data
Hasil
Lapangan
5m
5.5 m
9m
12m
5,5 inch
1,5 m
1,5 m
0.618 kg/m3
3898.287 kg
4.96 m
Perhitungan
2,99 m
6,3125 m
9m
10,5 m
4,444 inch
3,5 m
1,5 m
0,2398 kg/m3
2255,4938 kg
7m
Terlihat dalam Tabel 2., bahwa geometri peledakan di lapangan dan hasil
perhitungan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil perhitungan
memberikan hasil yang lebih kecil untuk semua parameter geometri jika
dibandingkan data di lapangan, hal ini dimungkinkan karena masing-masing
lokasi peledakan memiliki karakteristik unik dibandingkan lokasi lain. Oleh sebab
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Batugamping Bukit Karang Putih ditemukan oleh Ir. Carl Cristopher Lau
dan Ir. Kominjberg pada tahun 1906, orang yang sama kemudian
mendirikan pabrik semen NV NIPCM pada tahun 1910.
2. Secara ringkas, struktur organisasi PT Semen Padang terdiri atas dewan
komisaris dan dewan direksi yang membawahi beberapa departemen.
3. Kuari batugamping (Bukit Karang Putih) terletak di Kelurahan Batu
Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan, 2 km dari Pabrik Semen Padang ke
arah selatan Indarung.
4. Luas total area penambangan batugamping PT Semen Padang adalah 618
ha dengan deposit 670 ton.
5. PT Semen Padang memiliki 5 buah alat bor dengan 3 alat bor (DM 01, DM
02 dan DM 05) hasil rental dan 2 buah alat bor (DM 03 dan DM 04) milik
perusahaan. Alat bor (Drilling Machine, DM) yang digunakan merk
Sandvik tipe D25KS rotary crushing.
6. Pada pemboran 19 November 2015 dihasilkan pola zig-zag dengan burden
5 m, spasi 5.5 m, kedalaman 12 m dan diameter lubang 5,5 inch.
7. Pada peledakan 19 November 2015, PT Semen Padang menggunakan in
hole delay 17 ms serta tiga macam surface delay.Antara row 3 dan row 2
masing-masing lubang ledak dihubungkan dengan kabel nonel ber-delay
100 ms (kabel nonel hijau), antara row 2 dan 1 dihubungkan dengan kabel
nonel ber-delay 42 ms (kabel nonel putih), sedangkan antar lubang pada
baris 1 dihubungkan dengan kabel nonel ber-delay 17 ms (kabel nonel
kuning).
8. Hasil peledakan pada tanggal 19 November 2015 sangat baik jika dilihat
dari hasil fragmentasinya yang kurang dari 60 cm, minim air blast, minim
ground vibration dan minim fly rock.
9. Hasil perhitungan memberikan hasil yang lebih kecil untuk semua
parameter geometri jika dibandingkan data di lapangan, hal ini
dimungkinkan
karena
masing-masing
lokasi
peledakan
memiliki
Daftar Pustaka
Anonim. Teknik Peledakan. Teknik Pertambangan Universitas Negeri
Padang
Jhon Rudolf Sihombing. 2011. Kajian Teknis Rancangan Peledakan
Berdasarkan Pengukuran Getaran yang Ditimbulkan di Kuari Bukit Karang
Putih PT Semen Padang Sumatera Barat. Skripsi. Institut Teknologi Medan
Mining 09. 2012. Quarry, (http://mining09uncen.blogspot.com/, diakses
pada 07 Juni 2014)
Tim PT Semen Padang. 2014.Penyempurnaan Struktur Organisasi dan
Manning Table. PT Semen Padang
Tim PT Semen Padang. 2014. Proses Produksi TBG Mei 2014. PT Semen
Padang
Tim PT Semen Padang. SOP Penyiapan Bahan Peledak dan Peledakan.
PT Semen Padang