Anda di halaman 1dari 17

A.

JUDUL
Kondisi Terkini Departemen Tambang Untuk Menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan (SMKP) Berdasarkan PERMEN ESDM No. 38 Tahun 2014
di PT. Semen Padang

B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL


PT. Semen Padang adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam industri
pengolahan semen, dimana untuk bahan baku batu gamping dan silika dihasilkan sendiri
oleh PT. Semen Padang dari penambangan dengan sistem quarry di Bukit Karang Putih.
Dalam proses penambangannya, PT. Semen Padang tentu tidak lepas dari bahaya yang
mengancam disetiap waktu apabila penambangan tidak dilakukan menurut undangundang yang berlaku.
Kecelakaan yang terjadi di unit pertambangan PT. Semen Padang akan
berpengaruh terhadap proses produksi di PT. Semen Padang. Dalam kenyataannya,
proses produksi dan kesehatan serta keselamatan kerja karyawan adalah dua hal yang
tidak bisa dipisahkan. Menurut Rijal Abdullah dalam Androl Subasri (2015: 2) Dalam
suatu ruang kerja, bila seorang karyawan mengalami kecelakaan, maka karyawan lain
disekitarnya akan menghentikan aktivitasnya untuk melihat atau membantu temannya
yang mengalami kecelakaan itu, hal ini akan menyebabkan menurunnya produksi yang
dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, maka sangat perlu mengatur proses manajemen
yang baik agar kesehatan dan keselamatan kerja karyawan terjamin dan proses produksi
bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak perusahaan.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di PT. Semen Padang sering
terjadi kecelakaan kerja setiap tahunnya. Berikut tabel kecelakaan kerja pada tahun 2015
di PT. Semen Padang:

NEARMISS
KETERANGAN

No

Nama

Harta /
Benda

DK-18

11-Jan-15

PBM

12-Jan-15

PBM

EH-04
Atap
bangunan
ABI

22-Jan-15

PAT

GC-02

8-Apr-15

PBM

DK-14

15-Apr-15

PBM

MS-02

17-Apr-15

PABT

DK19

22-Apr-15

PBM

DK17

3-Mei-15

PBM

Tanggal

Unit
Kerja

Area

DK17

4-Mei-15

PBM

10

DM03

7-Mei-15

PBM

11

EK04

15-Mei-15

PBM

12

DK19

20-Mei-15

PBM

13

Mobil air
galon

22-Okt-15

PBM

Deskripsi kejadian
Kaca spion depan kiri
tersenggol unit DK17
Terkena longsoran
silika di front silika pit
limit karang putih
Pecahan hyd
coupling area Raw
Mill Ind 23 meledak
Housing transmisi
pecah
Guard engine
bengkok ke atas krn
menghindari batu
Rem tidak berfungsi
di area pit limit
Amblas di hopper
Mosher 2
Terperosok di jalan
hauling
Steering lose saat
bermuatan pada
turunan jalan ke LSC
3B
Dump Truck DC08
mundur menabrak
Alat Bor DM03
Handrail depan
kanan bengkok
karena kejatuhan
batu saat operasi
DK19 mundur
melindas batu,
suspensi RH depan
keluar, hose T/M
bocor
Mobil Strada mundur
menabrak mobil air
galon

proses

RINGAN

Syafrinal

Rotor disc
LSC-3B

23-Feb15

PAT

Benny
Hadiasman

Lemari
mushola
ABI

25-Jun-15

PAT

Kunci baut
roda

29-Okt-15

PPET

Tumit kaki kanan


robek karena
membantu
mendorong rotor disc
Kepala luka oleh
pinggir pintu lemari
yang terbuka saat
hendak berdiri
Dahi luka oleh
lentingan kunci
pembuka baut roda
truk

Sumber: Departemen Tambang PT. Semen Padang


2

Dari tabel laporan kecelakaan kerja pada PT. Semen Padang dalam penambangan
batu kapur terlihat bahwa kecelakaan kerja masih banyak terjadi. Hal ini mungkin
dikarenakan kondisi kerja tidak aman, tindakan tidak aman, sistem manajemen yang
masih perlu diperbaiki atau mungkin karena sebab lainnya. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian terhadap penyebab kecelakaan kerja tersebut kemudian perlu di
evaluasi apakah sistem manajemen pertambangan pada PT. Semen Padang sudah sesuai
dengan Permen ESDM No. 38 Tahun 2014.
Berdasarkan PERMEN ESDM No. 38 Tahun 2014 yang mengatur tentang
Penerapan Sistem Manajemen dan Keselamatan Pertambangan (SMKP) maka ada
banyak hal yang harus dipatuhi agar terciptanya kondisi kerja yang aman dan nyaman
bagi karyawan. SMKP merupakan sistem manajemen yang menjadi bagian dari sistem
manajemen perusahaan dalam rangka un/tuk mengendalikan resiko keselamatan
pertambangan yang terdiri dari k3 pertambangan dan keselamatan operasi pertambangan
(K3 Pertambangan dan KO Pertambangan).

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan wajib diterapkan oleh semua


perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang meliputi perusahaan
pertambangan dan perusahaan jasa pertambangan. Adapun perusahaan pertambangan
yang wajib menerapkan SMKP adalah pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
Khusus Untuk Pengolahan dan atau pemurnian, KK dan PKP2B.

Dalam pelaksanaan SMKP ini, perusahaan wajib melakukan audit internal minimal
1 (satu) tahun sekali, dan apabila diperlukan maka KAIT dapat meminta untuk dilakukan
audit eksternal dari badan yang telah terakreditasi. Laporan hasil audit internal maupun
eksternal harus dilaporkan ke KAIT palng lambat 14 hari kerja sejak audit selesai.
Elemen-elemen yang terdapat dalam SMKP ada 7 (tujuh) elemen. Adapun elemenelemen tersebut adalah: kebijakan, perencanaan, organisasi dan personel, implementasi,
evaluasi dan tindak lanjut, dokumentasi, dan tinjauan manajemen.
Perusahaan yang tidak melaksanakan SMKP akan dikenakan sanksi. Adapun
sanksi tersebut dapat berupa sanksi peringatan tertulis, penghentian sementara sebagian
atau seluruh kegiatan operasional dan pencabutan izin usaha.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik mengambil topik Kondisi
Terkini

Departemen

Tambang

Untuk

Menerapkan

Sistem

Manajemen

Keselamatan Pertambangan (SMKP) Berdasarkan PERMEN ESDM No. 38 Tahun


2014 di PT. Semen Padang.

C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Kejadian kecelakaan kerja pada PT. Semen Padang cukup sering terjadi
2. Kecelakaan kerja dapat menimbulkan akibat yang merugikan baik bagi pekerja
maupun bagi perusahaan pertambangan
3. Perlunya melakukan evaluasi penerapan Permen ESDM No. 38 Tahun 2014 yang
mengatur tentang Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) di PT.
Semen Padang.

D. Batasan Masalah
Agar pembahasan terhadap masalah yang ada sesuai dengan tujuan penulisan skripsi ini,
maka masalah pokok yang akan dibahas adalah sejauh mana penerapan Permen ESDM
No. 38 Tahun 2014 pada departemen penambangan di PT. Semen Padang.

E. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat resiko kecelakaan kerja pada departemen tambang di PT.
Semen Padang dengan menghitung angka kekerapan kecelakaan dan tingkat
keparahan kecelakaan?

2. Apasajakah faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja di Departemen


Tambang PT. Semen Padang?
3. Bagaimanakah persentase penerapan Permen ESDM No. 38 Tahun 2014 di
Departemen Tambang PT. Semen Padang?

F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui tingkat resiko kecelakaan kerja pada departemen tambang di PT. Semen
Padang dengan menghitung angka kekerapan kecelakaan dan tingkat keparahan
kecelakaan.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja di Departemen
Tambang PT. Semen Padang.
3. Mengetahui persentase penerapan Permen ESDM No. 38 Tahun 2014 di Departemen
Tambang PT. Semen Padang?

G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sumbangan terhadap bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang
Sistem Manajemen Keselamatan Kerja Pertambangan sesuai Permen ESDM No. 38
Tahun 2014.
2. Menambah

wawasan

bagi

Mahasiswa

Teknik

Pertambangan

mengenai

pertambangan.

H. DASAR TEORI
Dunia Tambang saat ini telah memiliki Peraturan mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan (SMKP) sesuai dengan Permen ESDM Nomor 38 Tahun
2014. Sesuai dengan Permen ESDM Nomor 38 tahun 2014 (Permen 38), SMKP
(selanjutnya disebut SMKP Minerba) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko keselamatan pertambangan yang
terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan dan keselamatan operasi
pertambangan. Salah satu pertimbangan terbitnya Permen 38 ini adalah dalam rangka
menjamin pekerja tambang yang selamat dan sehat serta operasional tambang yang
aman, efisien dan produktif dalam pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan. Didalam
peraturan ini dijelaskan mengenai apa itu Keselamatan Pertambangan, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pertambangan (K3 Pertambangan) dan Keselamatan Operasi
Pertambanganan (KO Pertambangan).
Menurut Permen ESDM No. 38: Keselamatan Pertambangan adalah segala
kegiatan yang meliputi pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan dan
keselamatan operasional pertambangan K3 Pertambangan adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi pekerja tambang agar selamat dan sehat melalui upaya
pengelolaan keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja dan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.
Keselamatan Operasional Pertambangan adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi operasional tambang yang aman, efisien dan produktif melalui upaya,
antara lain pengelolaan sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana,
prasarana, instalasi, kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan pertambangan,
kompetensi tenaga teknik, dan evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan.

Penerapan SMKP Minerba bertujuan untuk: Meningkatkan efektifitas Keselamatan


Pertambangan yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi. Adapun secara rinci,
tujuan penerapan SMKP Minerba adalah:
1.

Mencegah kecelakaan tambang, penyakit akibat kerja, dan kejadian berbahaya.

2.

Menciptakan kegiatan operasional tambang yang aman, efisien, dan produktif.

3.

Menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, nyaman, dan efisien untuk
meningkatkan produktivitas
Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya di bidang pertambangan menjadi

aspek penting dalam kegiatan usaha pertambangan karena memiliki risiko tinggi
terjadinya kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja. Namun permasalahan tersebut
dapat

dicegah

dengan

melakukan

penerapan

sistem

manajemen

keselamatan

pertambangan yang efektif dan efisien. Berbagai peraturan telah dibuat, adapun
peraturan tentang K3 tambang yang terbaru adalah Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral No. 38 Tahun 2014 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan

atau

disebut

SMKP

Minerba

yang

mewajibkan

perusahaan

menerapkannya.

Penelitian ini bertujuan mengkaji tingkat keberhasilan penerapan sistem


manajemen keselamatan pertambangan yang telah diterapkan oleh perusahaan. Studi
kasus dilaksanakan di PT. Semen Padang. Metode penelitian meliputi penelitian
lapangan, wawancara, dan pembagian kuesioner kepada pekerja di tiap divisi PT.
Semen Padang serta pelaksanaan audit yang mengacu pada PerMen tentang SMKP
Minerba. Pada penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan meliputi 7
(tujuh) elemen yaitu:
1.

Kebijakan

2.

Perencanaan

3.

Organisasi dan Personel

4.

Implementasi

5.

Evaluasi dan Tindak Lanjut

6.

Dokumentasi

7.

Tinjauan Manajemen

Setiap elemen terdapat subelemen dan sub-subelemen kriteria penilaian. Pada


pembagian kuesioner pada pekerja di tiap divisi diambil pertanyaan dari elemen dan
subelemen pada SMKP Minerba.
Selain elemen-elemen di atas, Permen 38 ini juga telah memberikan tata cara
pelaksanaan audit, dimana formulir audit dapat dilihat pada lampiran. Hal ini sangat
bernilai bagi perusahaan untuk mengetahui Sistem Manajemen yang digunakan apakah
sudah sesuai dengan Permen 38 atau belum.
Korelasi Sistem Manajemen K3 dan SMKP Minerba. Jika diteliti lebih dalam
ternyata Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sistem Manajemen K3)
telah tercakup ke dalam K3 Pertambangan. Hal ini sangat menarik karena seperti yang
ada bahwasanya Sistem Manajemen K3 berdiri sendiri atau telah diatur di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sehingga dapat diartikan bahwasanya SMKP Minerba
merupakan Sistem Manajemen yang telah mengintegrasikan Sistem Manajemen K3
kedalam Sistem Manajemen khususnya di dunia pertambangan.
Permen 38 ini terdiri dari 111 halaman, terdiri dari Isi dan Lampiran I hingga
Lampiran III. Isi SMKP ini terdiri dari 8 (Delapan) Bab dan 24 (Dua Puluh Empat)
Pasal, yang mengatur tentang:
1.

Ketentuan Umum

2.

Penerapan SMKP Mineral dan Babtubara

3.

Elemen SMKP Minerba

4.

Pedoman Penerapan dan Audit SMKP Minerba

5.

Pembinaan dan Pengawasan

6.

Sanksi Administratif

7.

Ketentuan PeralihanKetentuan Penutup

10

Secara umum penerapan SMKP Minerba mengatur tentang kewajiban perusahaan


untuk menerapkan SMKP Minerba di perusahaannya baik itu bagi perusahaan
pertambangan dan perusahaan jasa pertambangan. Dalam menerapkan SMKP Minerba
ini perusahaan pertambangan wajib memiliki Kepala Teknik Tambang (KTT) dan
perusahaan jasa pertambangan wajib memiliki Penanggung Jawab Operasi (PJO).
Sesuai dengan pasal 22, Perusahaan wajib menerapkan SMKP Minerba dalam
jangka waktu paling lambat 1 (satu) tahun sejak berlakunya Permen 38. Permen 38
sendiri ditetapkan di Jakarta oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada tanggal
30 Desember 2014 dan diundangkan pada tanggal yang sama oleh Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia.
Dengan terbitnya SMKP Minerba tentunya akan membuat tata kelola atau sistem
manajemen perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan termasuk jasa
pertambangan dapat menjadi lebih baik lagi.
Elemen SMKP terdiri dari: kebijakan, perencanaan, organisasi dan personel,
implementasi, evaluasi dan tindak lanjut, dokumentasi, dan tinjauan manajemen.
1.

Elemen kebijakan meliputi: penyusunan, isi, penetapan, komunikasi dan tujuan.

2.

Elemen perencanaan meliputi: penelahaan awal, manajemen risiko, identifikasi dan


kepatuhan terhadap perpu, penetapan TSP, dan rencana kerja serta anggaran.

3.

Elemen organisasi dan personel meliputi: penyusunan dan penetapan STO, tugas,
tanggung jawab dan wewenang, penunjukan KTT, PJO, bagian K3 dan KO,
pengawas operasional & teknik, tenaga teknik khusus, komite keselamatan, Tim
ERT, seleksi & penempatan, diklat & kompetensi, penyusunan & penetapan
komunikasi keselamatan, kelola admin, pendokumentasian partisipasi, konsultasi,
motivasi & kesadaran penerapan SMKP.

11

4.

Elemen implementasi meliputi: pengeolaan operasional, lingker, kesja, KO, peledak


& peledakan, sistem perancangan & rekayasa, pembelian, pemantauan &
pengelolaan kontraktor, ERT, P3K dan off the job safety.

5.

Elemen evaluasi & tindaklanjut meliputi: pemantauan & pengukuran kinerja,


inspeksi, evaluasi kepatuhan perpu, penyelidikan insiden, kejadian berbahaya dan
PAK, evaluasi admin, audit internal SMKP dan tindak lanjut kesesuaian.

6.

Elemen dokumentasi meliputi: penyusunan manual SMKP, pengendalian dok,


pengendalian rekaman, penetapan jenis dok & rek.

7.

Elemen tinjauan manajemen meliputi: keputusan & tindakan dalam rangka


meningkatkan efektifitas penerapan SMKP serta kinerja keselamatan pertambangan.

Adapun Pedoman Penerapan dan Audit SMKP Minerba terdiri dari:


1. Wajib audit internal minimal 1x pertahun.
2. KAIT dapat melakukan audit eksternal yang dilakukan oleh lembaga audit
independen yang terakreditasi & telah mendapat persetujuan dari KAIT.
3. Pelaksanaan audit mengacu pada pedoman penilaian penerapan SMKP (lampiran II)
4. Hasil audit disampaikan paling lambat 14 hari.
5. KAIT menetapkan tingkat pencapaian penerapan SMKP Minerba & memberikan
rekomendasi dari hasil audit.
Untuk Pembinaan dan Pengawasan dilakukan oleh inspektur tambang (IT). Dalam
bab vi dijelaskan sanksi yang mungkin akan diterima oleh perusahaan pertambangan
yang tidak menerapkan SMKP Minerba. Adapun sanksi tersebut dapat berupa peringatan
tertulis, penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan/
kegiatan usaha jasa pertambangan dan/atau mencabut IUP, IUPK, IUP operasi produksi,
IUJP atau SKT.
1. Sanksi diberikan oleh Dirjen a.n Menteri & Gubernur

12

2. Diberikan jangka waktu 30 hari kalender.


3. Lebih dari 30 hari akan diberikan sanksi ke-2 yaitu penghentian sementara sebagian
atau seluruh kegiatan pertambangan dengan batas waktu 90 hari kalender.
4. Jika tidak melaksanakan kewajiban sampai dengan berakhirnya batas waktu 90 hari
kalender, maka diberikan sanksi pencabutan izin.
Dalam bab vii dijelaskan tentang ketentuan peralihan dimana dalam Perusahaan
wajib menerapkan SMKP paling lambat 1 tahun sejak berlakunya permen ini. Gubernur
melakukan pembinaan & pengawasan penerapan SMKP Minerba juga memeberikan
sanksi administratif terhadap perusahaan yang izinnya diterbitkan oleh bupati/ walikota
sebelum berlakunya UU No. 23 thn 2014 ttg PemDa sesuai dengan ketentuan dalam
PerMen ini.

I.

METODOLOGI PENELITIAN
1.

Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini, maka
penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Menurut Lufri dalam Androl Subasri
(2015: 45), penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu
gejala, fakta, peristiwa, atau kejadian yang akan atau telah terjadi. Penelitian ini
bertujuan

untuk

mengetahui

sejauh

mana

penerapan

Sistem

Manajemen

Keselamatan Pertambangan (SMKP) berdasarkan Permen ESDM No. 38 Tahun


2014 untuk mengurangi kecelakaan kerja pada karyawan. Selain itu penelitian ini
juga dilakukan untuk mengetahui kondisi-kondisi dilapangan dan sejauh mana
manajemen berperan dalam meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.

13

2.

Variabel Penelitian
Menurut Sugiono dalam Vikri Helmi (2015: 61), Variabel penelitian
merupakan suatu atribut atau sifat dari atau nilai dari orang, objek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah karyawan PT. Semen Padang
pada Departemen Tambang dalam menerapkan SMKP untuk mengurangi terjadinya
kecelakaan kerja.

3.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah pengamatan secara
langsung kelapangan dikaitkan dengan Permen ESDM No. 38 Tahun 2014 untuk
kemudian dibandingkan sejauh mana peraturan-peraturan yang ada didalamnya
diterapkan di Departemen Tambang PT. Semen Padang. Adapun urutan pekerjaan
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Studi literatur
Studi literatur yang dilakukan adalah pembelajaran terhadap data-data dari
perusahaan, perpustakaan dan laporan penelitian terlebih dahulu yang menunjang
atau berkaitan dengan topik penelitian.
b. Pengambilan data primer
Data primer yaitu data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan,
dan pengukuran langsung dilapangan. Pengamatan dan pengukuran dilakukan
dengan cara:
1) Pengamatan langsung dilapangan

14

2) Melakukan wawancara dengan karyawan Departemen Tambang di PT.


Semen Padang
c. Pengambilan data sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan berdasarkan literature dari
berbagai referensi seperti:
1) Laporan kejadian kecelakaan kerja
2) Laporan tahunan PT. Semen Padang
d. Keakuratan akuisisi data
Akuisisi data ini bertujuan untuk:
1) Mengumpulkan dan mengelompokkan data untuk memudahkan analisis
nantinya.
2) Mengolah nilai karakteristik data-data yang mewakili subjek pengamatan

4.

Teknik Analisis Data


Teknik yang dilakukan dalam analisa data yaitu dengan menggabungkan
antara teori dengan data-data lapangan, baik itu data primer maupun data sekunder.
Sehingga dari keduanya didapat penyelesaian masalah. Dari hasil pengumpulan data
dari hasil survey di lokasi penambangan didapat data yang disusun secara sistematis
dan bisa digunakan sebagai bahan analisis.

J.

TEMPAT PENELITIAN
Tempat penelitian tugas akhir adalah di PT. Semen Padang, Kelurahan Indarung,
Kecamatan Lubuk Kilangan , Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.

15

K. WAKTU PELAKSANAAN
Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2016 sampai 3 Juni 2016.

Tabel 4. Jadwal Kegiatan Penelitian


Minggu keNo

Kegiatan
1

Orientasi Lapangan

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Penyusunan Laporan dan Presentasi

16

L. DIAGRAM ALIR PENELITIAN

MULAI

STUDI LITERATUR

ORIENTASI LAPANGAN

PENGUMPULAN DATA

DATA SKUNDER

DATA PRIMER
1.
2.

1.
2.

Pengamatan
Wawancara

Kebijakan manajemen K3
Data kecelakaan kerja
Departemen Tambang

Analisis Data

PEMBAHASAN

Kesimpulan dan Saran

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian

17

Anda mungkin juga menyukai