Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara dengan energi dan kekayaan mineral yang

sangat melimpah sehingga untuk pemanfaatan secara optimal perlu dilakukan


eksplorasi. Eksplorasi yang yang dilakukan dapat berupa eksplorasi geofisika
ataupun eksplorasi geokimia.
Metode geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan
penggunaan pengukuran fisik pada atau di atas permukaan bumi. Metode
geofisika sebagai pendeteksi perbedaan tentang sifat fisis di dalam bumi.
Kepadatan, kemagnetan, kekenyalan, dan tahanan jenis adalah kekayaan yang
paling umum digunakan untuk mengukur penelitian yang memungkinkan
perbedaan di dalam bumi untuk ditafsirkan dalam kaitannya dengan struktur
mengenai lapisan tanah, berat jenis batuan, rembesan air dan mutu air. Geofisika
secara luas mempekerjakan untuk pekerjaan eksplorasi berupa seismik, gravitasi,
geomagnet, geolistrik, georadar dan well logging. Metode geolistrik merupakan
salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi
dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi, metode georadar
merupakan salah satu metode geofisika untuk penentuan lokasi atau pemetaan
bawah permukaan yang cukup dangkal, tidak merusak lingkungan dan
memberikan gambaran bawah permukaan yang menerus.

1.2

Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengukur resistivitas suatu

permukaan bumi sehingga dapat memeprediksi apa yang terkandung dibawah


permukaan bumi.
1.3 Tempat
Adapun tempat penelitian atau pengambilan data adalah di lingkungan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Riau.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.

Metode Geolistrik
Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger

pada tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk
mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah
dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai
tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah
Elektroda Arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu.
Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa
menembus lapisan batuan lebih dalam.
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan
tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah
diukur dengan

penggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah

Elektroda Tegangan M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak
elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka
tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan
informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih
besar.
Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh
arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila
digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran
arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2.

Cara Kerja Metode Geolistrik

Umumnya metoda geolistrik yang sering digunakan adalah yang


menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalamsatu garis lurus serta simetris
terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah
elektroda ntegangan (MN) di bagian dalam.
Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta
tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu
(Apparent Resistivity). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang
terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah
permukaan yang dilalui arus listrik.
Bila satu set hasil pengukuran tahanan jenis semu dari jarak AB terpendek
sampai yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan
jarak AB/2 sebagai sumbu-X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y, maka akan
didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut bisa dihitung
dan diduga sifat lapisan batuan di bawah permukaan.

2.2

Pengertian Hambatan
Hambatan adalah penahanan atau perlawanan yang diterima oleh elektron-

elektron yang mengalir pada sebuah penghantar oleh molekul-molekul yang ada
di dalamnya.Setiap penghantar memberikan penahanan aliran arus listrik.
Penahanan tersebut disebabkan oleh:
a. Tiap-tiap atom menahan perpindahan elektron yang terjadi pada perlawanan
terhadap elektron ke arah luarnya.
b. Benturan elektron-elektron dan atom tidak terhitung pada sebuah penghantar.
Benturan seperti yang dimaksud di atas menimbulkan adanya tahanan yang
mengakibatkan panas bertambah pada penghantar. Tahanan diukur dengan
satuan Ohm. Satuan Ohm adalah besarnya tahanan yang mengalirkan 1 ampere
dengan tegangan sebesar 1 volt.

Besar kecilnya tahanan yang ada pada sebuah penghantar ditentukan oleh:
a. Jenis Penghantar Semakin besar hambat jenis, semakin besar tahanan dan
semakin kecil hambat jenis, semakin kecil tahanan.
b. Panjang PenghantarSemakin panjang penghantar / kawat, maka besar
tahanan / perlawanannya.
c. PenampangPenghantarSemakin besar penampang kawat (diameter kawat),
semakin kecil perlawanannya.
d. SuhuPenghantarSemakin kecil suhu (panas) yang muncul, semakin kecil
nilai tahanan. Tetapi semakin panas akan semakin besar tahanan sebuah
penghantar.
2.3.

Hukum Ohm

Hukum Ohm adalah hukum yang mengatakan bahwa apabila arus listrik
mengalir ke dalam sebuah penghantar, intensitas arusnya sama dengan tegangan
yang mendorongnya dibagi dengan tahanan penghantar. Hukum Ohm digunakan
untuk melihat besarnya arus (I), tegangan (V) dan hambatan (R). Rumus: V = I . R
Arus adalah elektron yang mengalir dari satu atom ke atom lainnya
melalui penghantar dan diukur dalam ampere. Satu ampere adalah aliran arus
listrik dari 6,28 x 10 pangkat 28 elektron / detik pada sebuah penghantar. Jadi,
arus adalah jangkauan aliran listrik yang diukur dalam dalam ampere atau
elektron/detik. Arus dapat digolongkan atas dua macam, yaitu arus searah (DC)
dan arus bolak-balik (AC).

2.4.
1.

Jenis-Jenis Metode Geolistrik


Metode Geolistrik Tahanan Jenis ( Resistivity Methode )
Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari

kelompok metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah


permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah
permukaan bumi. Metode resistivitas umumnya digunakan untuk eksplorasi
dangkal, sekitar 300 500 m. Prinsip dalam metode ini yaitu arus listrik
diinjeksikan ke alam bumi melalui dua elektrode arus, sedangkan beda potensial
yang terjadi diukur melalui dua elektrode potensial. Dari hasil pengukuran arus
dan beda potensial listrik dapat diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada
lapisan di bawah titik ukur.

Metode kelistrikan resistivitas dilakukan dengan cara menginjeksikan arus


listrik dengan frekuensi rendah ke permukaan bumi yang kemudian diukur beda
potensial diantara dua buah elektrode potensial. Pada keadaan tertentu,
pengukuran bawah permukaan dengan arus yang tetap akan diperoleh suatu
variasi beda tegangan yang berakibat akan terdapat variasi resistansi yang akan
membawa suatu informasi tentang struktur dan material yang dilewatinya. Prinsip
ini sama halnya dengan menganggap bahwa material bumi memiliki sifat resistif
atau seperti perilaku resistor, dimana material-materialnya memiliki derajat yang
berbeda dalam menghantarkan arus listrik.

2.

Metode Geolistrik Polarisasi Terimbas ( IP/ Induce Polarization Methode )


Pada prinsipnya dilakukan dengan cara memutuskan arus listrik yang di

injeksikan ke dalam permungkaan bumi. Selanjutnya tampak bahwa beda


potensial antara kedua elektroda tidak lansung menunjukan angka nol saat arus
tersebut di putuskan. turun secara perlahan lahan dalam selang waktu tertentu.
Sebaliknya apabila arus dihidupkan maka beda potensial akan kembali pada posisi
semula dalam waktu yang sama.
Gelaja polarisai terimabs dalam batuan termineralisasikan terutama
ditentukan reaksi Elektrokimia pada bidang batas antar mineral2 logam dan
larutan dalam batuan.gejala Ip dapat dilakukan dengan mengalirkan arus
terkontrol melalui bahan yangakan diselidiki.
Pengukuran respon IP dapat dilakukan dengan cara :
a.

Pengukuran domain waktu

Pengukuran polarisasi terimbas dengan domain waktu yaitu dengan cara


mengalirkan pulsa arus listrik bebrbentuk persegi panjang kedalam tanah.
untuk mengukur derajar terpolarisasi suatu bahan pada suatu waktu di
definisikan chargeability.
b.

Pengukuran domain frekunsi


Untuk mempolarisasika suatu bahan dengan arus listrik imbas ke sutau

tingkat tertentu dibutuhkan waktu tertentu tergantung jenis bahannya.Karena


frekunsi berbanding terbalik dengan waktu.maka perbedaan respon tegangan
dengan pemberian arus listrik dengan frekuensi yang berbeda juga
mencerminkan sifat polarisasi suatu bahan tertentu.ini merupakan dasar dalam
pengukuran frekuensi.
c.

Metode Geolistrik Potensial Diri ( SP/ Self Potential Methode )


Metode Self potential (SP) adalah metode pasif, karena pengukurannya

dilakukan tanpa menginjeksikan arus listrik lewat permukaan tanah, perbedaan


potensial alami tanah diukur melalui dua titik dipermukaan tanah.Potensial
yang dapat diukur berkisar antar beberapa millivolt (mV) hingga 1 volt.

Self potensial adalah potensial spontan yang ada di permukaan bumi yang
diakibatkan oleh adanya proses mekanis ataupun oleh proses elektrokimia yang di
kontrol oleh air tanah. Proses mekanis akan menghasilkan potensial elektrokinetik
sedangkan

proses

kimia

akan

menimbulkan

potensial

elektrokimia

(potensial liquid-junction, potensial nernst) dan potensial mineralisasi.

Komponen rekaman data potensial diri yang diperoleh dari lapangan


merupakan gabungan dari tiga komponen dengan panjang gelombang yang
berbeda, yaitu efek topografi (TE) ), SP noise (SPN ) dan SP sisa (SPR). Metode
potensial diri (SP) merupakan salah satu metode geofisika yang prinsip kerjanya
adalah mengukur tegangan statis alam (static naturalvoltage) yang berada di
kelompok titik titik di permukaan tanah.Potensial diri umumnya berhubungan
dengan perlapisan tubuh mineral sulfide (weathering of sulphide mineral body),
perubahan dalam sifat-sifat batuan (kandungan mineral) pada daerah kontak kontak geologi, aktifitas bioelektrik dari material organik, korosi, perbedaan suhu
dan tekanan dalam fluida di bawah permukaan dan fenomena-fenomena alam
lainnya. Prinsip dasar dari metode potensial diri adalah pengukuran tegangan
statis alam (Static Natural Voltage) pada permukaan tanah.Orang yang pertama
kali menggunakan metode ini adalah untuk menentukan daerah yang mengandung
mineral logam.

BAB III METODE PENELITIAN


3.1.

Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran resistansi dan
resistivitas sampel tanah adalah:
1. Kabel 50 m
2. Kawat atau paku
3. Multimeter
4. Aki

Gambar Aki

Gambar Kabel

10

Gambar Multimeter
Gambar Paku

3.2.

Prosedur Kerja
Adapun langkh kerja yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Siapkan alat yang akan digunkana dan pastikan semua bekerja dengan
baik.
2. Untuk tabel pertama kita akan mengukur dengan spasi 1.5 m sejauh 50 m.
3. Tancapkan kawat pada tanah kemudian hubungkan ke amperemeter dan
voltmeter.
4. Hidupkan power supply. Karena kita menggunakan aki maka akan
langsung hidup.
5. Hasil yang tampil pada layar ampermeter dan voltmeter dicatat pada tabel
pertama.
6. Untuk tabel kedua kita menggunakan spasi 4.5 m sejauh 50 m.
7. Sama halnya dengan table pertama, kita tancapkan kawat pada tanah dan
dihubungkanke alat ukur baik amperemeter maupun voltmeter.
8. Catat hasil pengamatan pada tabel dua yang telah disediakan.
9. Tabel tiga kita gunakan spasi 7.5 m sejauh 50 m. dan langkah selanjutnya
sama dengan langkah 3, 4, dan 5.

11

10. Untuk tabel empat kita gunakan spasi 18 m sejauh 50 m. dan langkah
selanjutnya sama dengan langkah 3, 4, dan 5.
11. Setelah semua data terkumpul, masukkan data tersebut kedalam Microsoft
Excel untuk mendapatkan nilai k dan tahanan jenis dari tanah.
12. Setelah didapatkan tahanan jenis tanah, selanjutnya kita akan mengolah
data ke program file RES2DINV.
13. Pada RES2DINV kita akan menggunkan konfigurasi wenner.
14. Setelah hasil data didapatkan dari RES2DINV, data dibahas dan dianalisis.

3.3.

Tempat dan Waktu Penelitian


Adapun tempat penelitian dilakukan di Universitas Riau kampus Bina

Widya Panam km 12,5 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. dan
data diambil pada 20-21 mei 2014.

BAB IV DATA HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Data Hasil dan Pembahasan

4.1.2 Data Hasil


Tabel I
No.
1
2
3

Spasi (m)
1.5
1.5
1.5

I (mA)
9.99
9.99
9.99

V(mV)
265
160
127

K
6.2800
6.2800
6.2800

(m m)
166.5866
100.5806
79.8358

12

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5

9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.99

143
124
111
143
135
153
241
124
145
153
167
167
174
246
236
266
246
277
134
135
351
163
136
135
135
353
264
243
115
135
153
134
134
124
143
153
135
131
131
112

6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800

89.8939
77.9499
69.7778
89.8939
84.8649
96.1802
151.4995
77.9499
91.1512
96.1802
104.9810
104.9810
109.3814
154.6426
148.3564
167.2152
154.6426
174.1301
84.2362
84.8649
220.6486
102.4665
85.4935
84.8649
84.8649
221.9059
165.9580
152.7568
72.2923
84.8649
96.1802
84.2362
84.2362
77.9499
89.8939
96.1802
84.8649
82.3504
82.3504
70.4064

13

44
45
46
47
48
49

1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5

124
132
153
123
124
131

9.99
9.99
9.99
9.99
9.99
9.9900

6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800
6.2800

77.9499
82.9790
96.1802
77.3213
77.9499
82.3504

Tabel II
No.

Spasi (m)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5

I(mA)
23.6
23.6
23.6
23.6
23.6
23.6
23.6
23.6
23.6
23.6
23.6
23.6
23.6
23.6
23.6
23.6

V(mV)

98.0
89.0
67.0
98.0
56.0
75.0
65.0
78.0
64.0
78.0
89.0
95.0
69.0
69.0
69.0
89.0

18.84
18.84
18.84
18.84
18.84
18.84
18.84
18.84
18.84
18.84
18.84
18.84
18.84
18.84
18.84
18.84

(m
m)
78.2339
71.0492
53.4864
78.2339
44.7051
59.8729
51.8898
62.2678
51.0915
62.2678
71.0492
75.8390
55.0831
55.0831
55.0831
71.0492

K
31.4
31.4
31.4
31.4
31.4
31.4

(m m)
45.6965
15.8539
30.3089
57.3537
36.3707
60.6178

Tabel III
No.
1
2
3
4
5
6

Spasi (m)
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5

I(mA)
67.34
67.34
67.34
67.34
67.34
67.34

V(mV)
98
34
65
123
78
130

14

7
8
9
10

7.5
7.5
7.5
7.5

67.34
67.34
67.34
67.34

100
96
67
56

31.4
31.4
31.4
31.4

46.629
44.7639
31.2415
26.1123

K
56.52
56.52
56.52
56.52
56.52

(m m)
6782.4
12151.8
10173.6
20347.2
19216.8

Tabel IV
No.
1
2
3
4
5

Spasi (m)
18
18
18
18
18

I(mA)
0.3
0.2
0.2
0.1
0.1

V(mV)
36
43
36
36
34

Gambar Tabel I

Gambar Tabel II

15

Gambar Tabel III

4..1.2 Pembahasan
Pada gambar I dapat dilihat batuan karbonat mulai dijumpai pada
kedalaman dangkal sekitar 15 meter dari permukaan tanah, yang berjarak 40-50
meter dari pusat bentangan. Batuan karbonat yang sifatnya pambawa air pada
hasil penampang kedua dijumpai pada kedalaman 40 meter. Lapisan batuan
karbonat ini berjarak 150 240 meter dari pusat bentangan. Anomali batuan
karbonat ini mempunyai nilai resistivitas berkisar antara 4495 Ohm meter. Hasil
penampang tersebut dapat diasumsikan bahwa lapisan batuan karbonat ini

16

membentuk anomali batuan yang kedap air yang berbentuk seperti lorong. Hal ini
diduga batuan ini adalah sebagai batuan penudung atau batuan capsrock dari
struktur sungai bawah tanah. Sehingga pendugaan lapisan di bawah ini merupakan
rongga dari luweng yang merupakan jalur darisungai bawah tanah luweng
Dawung.
Pada Gambar II dianalisis, Lapisan batuan lempungan juga mendominasi
permukaan keseluruhan panjangnya lintasan sampai pada kedalaman sekitar 12.7
meter. Lapisan batuan pasiran melapisi di bawahnya lapisan batuan lempungan.
Lapisan batuan pasiran ini dijumpai pada kedalaman mulai sekitar 12.7 meter
dengan ketebalan antara 1 meter. Batuan pasiran dijumpai lagi pada jarak 150
meter sampai 200 meter, mulai terlihat pada kedalaman 53.9-62.3 meter. Di
bawah lapisan batuan pasiran ini diduga merupakan batuan lempungan. Lapisan
batuan dolomit melapisi batuan pasiran di bawahnya sampai kedalaman 62.3
meter. Batuan dolomit ini mulai dijumpai di sepanjang lintasan 3 dengan
ketebalan lapisan antara 13.7 meter. Pada jarak 170-200 meter lapisan batuan
dolomite ini menyuram lapisannya hingga sampai kedalam 62.3 meter.
Pada Gambar III, Lapisan batuan lempungan juga mendominasi
permukaan keseluruhan panjangnya lintasan sampai pada kedalaman sekitar 12.7
meter. Lapisan batuan pasiran melapisi di bawahnya lapisan batuan lempungan.
Lapisan batuan pasiran ini dijumpai pada kedalaman mulai sekitar 12.7 meter
dengan ketebalan antara 1 meter. Batuan pasiran dijumpai lagi pada jarak 150
meter sampai 200 meter, mulai terlihat pada kedalaman 53.9-62.3 meter. Di
bawah lapisan batuan pasiran ini diduga merupakan batuan lempungan. Lapisan

17

batuan dolomit melapisi batuan pasiran di bawahnya sampai kedalaman. Lapisan


batuan karbonat yang ditunjukkan warna ungu pada penampang terdapat 2
anomali batuan karbonat. Anomali pertama dijumpai pada jarak 40 meter sampai
150 meter dari pusat lintasan, dengan kedalaman anomali mulai 18.3 meter
sampai 62.3 meter kebawah. Anomali yang kedua dijumpai pada jarak 210 meter
sampai pangkal lintasan 3 ini. Kedalaman anomaly lapisan batuan karbonat yang
kedua ini mulai 21.8 meter sampai 62.3 meter kebawah. Nilai resistivitasnya
adalah sekitar 1887 Ohm meter. Sehingga dimungkinkan pada perlapisan ini
merupakan anomaly batuan karbonat yang bersifat sebagai pembawa air. Lapisan
ini diindikasikan adanya sistem sungai bawah tanah berupa rongga/lorong sungai
bawah tanah. Pendugaan lain dari anomali ini adalah sebuah water pocket yang
merupakan satuan dari system sungai bawah tanah. Air yang terdapat pada sistem
bawah tanah ini melalui jalur atau rekahan-rekahan kemudian menuju tempat
yang kosong dan kemudian terbentuk kantong-kantong air (water pocket).
Pendugaan adanya kantong air ini lebih besar dari pada yang terdapat pada
lintasan 2, dilihat dari besarnya lapisan penudungnya. Secara keseluruhan hasil
pengolahan data imaging lintasan 1, 2 dan 3 kontur sistem sungai bawah tanah
saling berhubungan.

18

BAB V PENUTUP
5.1

Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data resistivitas imaging, dapat disimpulkan bahwa :

1. Di daerah penelitian tersebut diindikasikan/diduga terdapat sistem sungai


bawah tanah di bawah permukaan tanah.
2. Secara imaging menunjukkan kedalaman anomali lapisan batuan karbonat
mulai 21.8 meter sampai 62.3 meter kebawah. Nilai resistivitasnya adalah sekitar
1887 Ohm meter. Sehingga dimungkinkan pada perlapisan ini merupakan anomali

19

batuan karbonat yang bersifat sebagai pembaw air. Lapisan ini diindikasikan
adanya sistem sungai bawah tanah berupa rongga/ lorong sungai bawah tanah.

DAFTAR PUSTAKA
Lilik Hendrajaya, Idam Arif. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis, Bandung :
Laboratorium Fisika Bumi ITB.
Sehat, Sukman. 2005. Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Perbukitan
Jiwo, Bayat, Klaten Dengan Metode Resistivitas Mapping dan Sounding.
Yogyakarta : Tesis Jurusan Geofisika UGM.
Telford, W.M., Geldart, L.P.,Sheriff, R.E., Keys, D.A.. 1976. Applied Geophisics,
Edisi I,
Cambridge : Cambridge University Press.

20

Anda mungkin juga menyukai