Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Identitas Sekolah

Nama Sekolah

: SMA Negeri 13 Medan

Alamat Sekolah

: Jalan Brigjend Zein Hamid km 7 Titikuning

Uang Sekolah

: Rp.100.000,-/bulan

Konsep E-learning

1.2.

: Power Point

Uraian Aktivitas Observasi

Jadwal observasi

: Kamis, 23 Mei 2013-06-06

Waktu observasi

: 11.00 WIB 12.15 WIB

Objek Observasi

: Seluruh siswa kelas X.7 SMA Negeri 13 Medan

Hari pelaksanaan

: KamisWaktu pelaksanaan

1.3.

: 23 Mei 2013

Latar Belakang

Di era modern ini, orang di seluruh penjuru dunia dituntut untuk memahami dan
mengaplikasikan teknologi dalam kehidupannya, tidak terkecuali siswa. Atas dasar
inilah pembelajaran E-learning mulai diterapkan dalam sekolah-sekolah di
Indonesia. E-learning merupakan elektronik learning atau pembelajaran elektronik.
Secara ringkas, E-learning berarti belajar dengan menggunakan media elektronik.
Metode pembelajaran E-learning tergolong masih sangat muda di Indonesia.
Dengan menggunakan metode E-learning ini, siswa di seluruh bagian Indonesia
diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan teknologi agar tidak tertinggal
oleh zaman yang semakin berkembang.

1.4.
1.

Tujuan Observasi
Untuk mengetahui proses E-learning di sekolah.

2.
Untuk mengetahui teori belajar, motivasi, orientasi belajar, dan manajemen
kelas yang digunakan dalam proses E-learning.
3.

Untuk mengetahui sejauh mana E-learning berperan dalam pembelajaran.

BAB II
LANDASAN TEORI
E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet,
intranet, atau media jaringan computer lain (Hartley, 2001).
Salah satu yang memudahkan proses E-learning adalah adanya koneksi internet.
Internet adalah inti dari komunikasi melalui komputer. Sistem internet berisi ribuan
jaringan komputer yang terhubung di seluruh dunia, menyediakan informasi yang
tak terhingga yang dapat diakses oleh murid (Santrok, 2011).
Dalam proses pembelajaran ada beberapa aspek yang terlibak, diantaranya teori
belajar ynag digunakan, motivasi siswa, orientasi belajar, serta manejemen kelas.
Ada dua pendekatan dalam teori belajar yaitu, pendekatan behaviorisme dan
pendekatan asosiatif. Pendekatan behaviorisme adalah pandangan bahwa perilku
harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diobservasi. Sedangkan
pendekatan asosiatif adalah pembelajaran meliputi dua kejadian yang saling terkait.
Ada empat perspektif dalam menjelaskan motivasi, yaitu :
1.
Perspektif behavioral yang menekan bahwa kunci dari motivasi siswa adalah
imbalan dan hukuman.
2.
Perspektif humanistik menekankan pada kapasitas siswa untuk
mengembangkan kepribadian dan kebebasan untuk memilih nasib mereka.
3.
Perspektif kognitif menekankan bahwa pemikiran siswa akan memandu
motivasi mereka.
4.

Perspektif sosial menekankan motivasi siswa dipengaruhi oleh motif afiliasi.

Orientasi belajar terbagi dua, yaitu Student Center Learning yaitu pembelajaran
yang menjadikan siswa sebagai pusat dari pembelajaran dan Teacher Center
Learning yang menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran.
Manejemen kelas merupakan suatu usaha untuk mengelola kelas dengan baik
sehingga memaksimalkan kesmpatan pembelajaran siswa.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1.

3.1.1.

Laporan Observasi

Teori Belajar

Teori belajar yang digunakan di SMA Negeri 13 Medan adalah teori belajar operant
conditioning. Penerapan teori operant conditioning terletak saat pengumpulan tugas
makalah sejarah dimana guru memberikan feedback terhadap makalah, baik
berupa reinforcement positif maupun negatif. Ketika terdapat kesalahan pada
makalah guru memberikan penjelasan dan ketika makalahnya bagus, guru memuji
kelompok.

3.1.2.

Motivasi

Berdasarkan hasil pengamatan, motivasi siswa kelas X.7 di SMA Negeri 13 Medan
yang paling dominan adalah motivasi berdasarkan persepektif humanistik yaitu
menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian dan
kebebasan untuk memilih sendiri nasib mereka.
Hal ini terlihat dari kondisi belajar. Siswa bebas memilih apakah mereka ingin
mendengarkan penjelasan guru atau tidak. Dalam hal ini, guru juga tidak menuntut
bahwa siswa harus mendengarkannya dengan seksama. Guru tidak memberikan
hukuman bagi siswa yang tidak mendengarkan. Dari kondisi inilah, terlihat bahwa
motivasi siswa adalah humanistik yang bebas menentukan nasibnya.
Motivasi yang juga terlihat namun tidak dominan adalah motivasi berdasarkan
persepktif behavioral. Siswa memang bebas memilih apakah mereka ingin
mendengarkan guru atau tidak, dan guru pun tidak menuntut siswa untuk
mendengarkannya. Namun ketika ada pertanyaan dari guru, siswa yang berhasil
menjawab akan mendapat nilai yang baik.

3.1.3.

Orientasi Belajar

Orientasi belajar yang digunakan adalah perpaduan antara Student-Centered


Learning (SCL) dan Teacher-Centered Learning (TCL). Namun yang lebih dominan
adalah TCL.
Orientasi SCL terlihat dengan adanya diskusi dalam membahas suatu topik tertentu.

Orientasi TCL terlihat ketika guru menerangkan di depan dengan gaya presentasi
dan siswa memperhatikan guru. Selain itu guru juga memberikan tugas yang sudah
diarahkan cara pengerjaannya. Hal ini terlihat pada hari observasi, dimana siswa
mengumpulkan tugas makalah dari hari sebelumnya. Guru menilai makalah
tersebut dan mengatakan bahwa siswa seharusnya melakukan hal ini dan itu dalam
makalahnya. Hal ini menunjukkan adanya intruksi langsung oleh guru yang dicirikan
oleh arahan dan kontrol guru dan ekspektasi guru atas kemajuan siswanya.

3.1.4.
a.

Manajemen Kelas
Lingkungan Fisik Kelas

Ruang-ruang kelas di SMA Negeri 13 Medan cukup luas sehingga ruangan tidak
terlalu padat meskipun siswa banyak. Fasilitas seperti lemari kecil tempat
penyimpanan buku juga terdapat di dalam kelas. Seperti sekolah negeri pada
umumnya di Indonesia, setiap dua orang siswa berada di meja yang sama. Kelas
menggunakan white board dan mempunyai sebuah proyektor yang tergantung di
langit-langit atap kelas.
Hal yang disayangkan adalah kondisi kelas yang kurang pencahayaan dan pengap.
Kelas yang terletak di antara dua bangunan kelas lainnya membuat kelas X.7 ini
menjadi gelap. Sedangkan kondisi pengap disebabkan karena udara yang panas
dan tidak adanya pendingin ruangan, seperti AC atau kipas angin dalam ruangan
kelas.
Pada kondisi umum, gaya penataan kelas adalah gaya auditorium dimana semua
siswa duduk menghadap guru. Gaya auditorium ini menmbatasi kontak antar siswa
tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Ketika diskusi berlangsung gaya
penataan kelas yang digunakan adalah gaya klaster dimana beberapa siswa duduk
dalam kelompok kecil.
b.

Gaya Pengajaran

Gaya pengajaran yang digunakan oleh Guru Sejarah ketika observasi dilakukan
adalah gabungan antara gaya permisif dan otoritatif. Guru tidak memberikan
banyak dukungan untuk pengelolaan perilaku namun guru melibatkan murid dalam
kerja sama dan menjelaskan aturan untuk dipahami dalam pengerjaan tugas. Hal ini
terlihat ketika pengumpulan makalah, beberapa siswa memang berperan aktif
dalam bertanya namun siswa lainnya tidak peduli dan sesuka hati untuk keluar
masuk kelas. Dalam hal ini, guru tidak menegur siswa yang keluar masuk kelas
sehingga tidak ada dukungan untuk pengembangan perilaku siswa.

3.2.

Evaluasi

E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan


tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet,
intranet, atau media jaringan computer lain (Hartley, 2001).
Konsep E-learning yang digunakan oleh SMA Negeri 13 adalah power point. Motivasi
siswa kelas X.7 merupakan motivasi humanistik baik bagi siswa yang benar-benar
ingin belajar namun sulit bagi siswa yang harus didorong untuk belajar. Siswa yang
harus didorong ini membutuhkan motivasi behavioral untuk memunculkan motivasi
humanistik. Perpaduan antara motivasi humanistik dan behavioral yang diterapkan
sekolah sudah cukup bagus, namun tidak dapat disamaratakan bagi seluruh siswa
karena adanya perbedaan karakteristik di atas. Sebagai siswa Sekolah Menengah
Atas yang berada pada masa remaja yang sedang mencari jati diri diperlukan
bimbingan oleh guru untuk memunculkan motivasi instrinsik siswa.
Orientasi belajar yang digunakan bagus karena menggabungkan SCL dan TCL. SCL
akan membantu siswa aktif dalam proses belajar mengajar dan TCL akan
membantu siswa dalam menentukan perilaku yang sesuai karena dalam proses TCL
guru merupakan pengarah. Jadi dengan adanya penggabungan SCL dan TCL ini
diharapkan siswa dapat menjadi orang yang aktif terarah.
Pengaturan manejemen kelas sudah cukup baik namun belum maksimal. Untuk
uang sekolah yang terbilang cukup besar, sekolah seharusnya dapat memberikan
fasilitas yang lebih baik demi kenyamanan siswa sehingga proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan lancar.
Dari semua uraian evaluasi di atas, SMA Negeri 13 Medan sudah cukup baik dalam
menggunakan metode E-learning namun semua aspek yang diamati di atas masih
harus dimaksimalkan.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Rangkuman Kelompok
E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet,
intranet, atau media jaringan computer lain (Hartley, 2001).
Proses E-learning di SMA Negeri 13 adalah pembelajaran dengan menggunakan
power point. Dalam setiap proses pembelajaran ada banyak aspek yang dapat
dilihat, aspek ini juga dapat diamati saat proses E-learning berlangsung. Aspek-

aspek tersebut antara lain adalah motivasi, teori belajar, orientasi belajar, dan
manejemen kelas.
Motivasi yang dimiliki oleh siswa kelas X.7 SMA Negeri 13 Medan adalah motivasi
humanistik yang digabungkan dengan sedikit motivasi behavioral. Motivasi ini
dipadukan dengan teori belajar behavioral yaitu operant conditioning. Konsep
manajemen kelas yang digunakan adalah gaya ruangan klaster dan auditorium.
Gaya ruangan ini sesuai dengan orientasi belajar yang digunakan, yaitu perpaduan
antara SCL dan TCL.
4.2 Rangkuman pribadi
pada dasarnya sudah banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang
menggunakan system E-learning. System E-learning ini merupakan system belajar
yang mengguanakan perangkat-perangkat elektronik dan aplikasi-aplikasi seperti
power point yang dapat memudahkan setiap murid untuk lebih memahami
pelajaran yang diberikan guru dan juga guru pun tidah sulit lagi untuk menjelaskan
kepada murid-nya. Salah satu sekolah yang sudah menggunakan E-learning adalah
SMA Negeri 13 Medan yang menggunakan power point untuk memudahkan dalam
proses belajar-mengajar. Pada observasi ini ada beberapa aspek yang dapat di lihat
yaitu motivasi siswa, teori belajar, manajemen kelas, dan orientasi belajar.
Motivasi yang dimiliki murid-murid di SMA Negeri 13 medan pada kelas X.7
adalah motivasi humanistik yang digabungkan dengan motivasi behavioral. Konsep
manajemen yang digunakan adalah gaya ruangan klaster dan auditorium. Ruangan
gaya ini sangat cocok untuk orientasi belajar SCL dan TCL dimana murid
memerhatikan guru yang belajar didepan kelas.
4.3 Testimoni
Observasi sekolah ini diawali dengan menentukan sekolah yang akan kami
observasi dan kami beserta kelompok dari kelas ganjil memilih SMA Negri 13 yang
akan kami observasi. Pada tanggal 23 mei 2013 kami mendatangi sekolah tersebut,
dan kepala sekolah mengijikan kami masuk ke kelas X.7 yang pada saat itu sedang
berlangsung belajar-mengajar pelajaran sejarah. Proses observasi berjalan lebih dari
60 menit. Pada saat kami meng-observasi kelas tersebut kami merasa bahwa kelas
itu kurang tertib karena ada beberapa anak yang berjalan-jalan dan duduk bukan
pada kursinya. Kelasnya juga panas dan pengap. Walau begitu proses belajarmengajar belangsung dengan lancar apalagi di bantu dengan sistem pembelajaran
E-learning yang semakin memudahkan guru dan murid dalam proses belajarmengajar.

Daftar Pustaka
Hartley, Darin E. 2001. Selling e-Learning, American Society for Training and
Development, New York. [online], (http://www.medukasi.web.id/2012/11/pengertian-e-learning.html, diakses tanggal 6 Juni 2013)
Santrock, John W. 2011. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Jakarta : Kencana

Anda mungkin juga menyukai