Anda di halaman 1dari 4

PENANGANAN

SESAK NAFAS PADA SERANGAN ASMA ANAK


No. Dokumen
63/RSIA/SPO/XI/2012
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian

Tujuan
Kebijakan

No. Revisi
00

Halaman
1/3

Ditetapkan,
Direktur RSIA Aisyiyah Klaten
Tanggal Ditetapkan
24 November 2012
Dr. H. Muhammad Maimun
Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik
timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari (nokturnal),
musiman, setelah aktivitas fisik, serta mempunyai riwayat asma atau atopi
lain dalam keluarga atau penderita sendiri.
Serangan asma adalah episode perburukan yang progresif dari gejala-gejala
batuk, sesak napas, mengi, rasa dada tertekan atau berbagai kombinasi dari
gejala tersebut.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menangani sesak nafas pada
penderita asma, sehingga serangan tidak bertambah berat
1. Pasien dengan sesak nafas harus mendapatkan penanganan segera.
2. Dokter dan Perawat harus mampu memberikan pertolongan pada pasien
sesak nafas dengan cepat dan benar, sehingga segera teratasi.
3. Diagnosis asma berdasarkan anamnesis dan gejala klinis. Anamnesis
didapatkan adanya mengi dan atau batuk dengan karakteristik :
Timbul episodic
Biasanya malam / dini hari
Musiman
Timbul setelah aktifitas fisik.
Bersifat reversible
Gejala klinis :
Takhipnea / bradipnea
Ekspirasi memanjang
Retraksi
Wheeze
Hiperinflasi dinding dada

PENANGANAN
SESAK NAFAS PADA SERANGAN ASMA ANAK
No. Dokumen
63/RSIA/SPO/XI/2012
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi
00

Halaman
2/3

Ditetapkan,
Direktur RSIA Aisyiyah Klaten
Tanggal Ditetapkan
24 November 2012
Dr. H. Muhammad Maimun
4. Penilaian derajat serangan asma sbb :
Parameter
klinis, fungsi
paru, lab

Ringan

Sedang

Berat

Ancaman henti
nafas

Sesak timbul pada


saat

Berjalan.
Bayi :
menangis
kuat

Berbicara.
Bayi : tangis
pendek dan
lemah,
kesulitan mami

Istirahat.
Bayi ; tidak
mau ma - mi

Bicara

kalimat

Penggal
kalimat

Kata-kata

Posisi

Bs berbaring

Lebih suka
duduk

Duduk
bertopang
tangan

Kesadaran

Mungkin
iritable

Biasanya
irritable

Biasanya
irritable

Bingung dan
mengantuk

Sianosis

Tidak ada

Tidak ada

ada

Nyata/jelas

Mengi (wheezing)

Sedang,
pada akhir
ekspirasi

Nyaring,
sepanjang
ekspirasi

Ada, sangat
nyaring,
terdengar
tanpa
stetoskop

Sulit / tidak
terdengar

Sesak nafas

minimal

Sedang

berat

Otot bantu nafas

Biasanya
tidak

Biasanya ya

ya

Gerakan
paradok

Retraksi

Dangkal.
Retraksi
intercostal

Sedang,
ditambah
retraksi
suprasternal

Dalam,
ditambah
nafas cuping
hidung

Dangkal/hilang

Laju nafas

meningkat

Meningkat

meningkat

menurun

Laju nadi

normal

Takhikardi

takhikardi

bradikardi

Pulsus paradoksus

Tidak ada

Ada

Ada

Tidak ( otot
nafas lelah )

PEF/FEV1 :
prabronkodilator,
pascabronkodilator

>60%
>80%

40
- 60% 60 80%

<40%
<60%

SaO2

>95%

91-95%

<=90%

PaO2

normal

>60 mmHg

<60mmHg

PaCO2

<45mmHg

<45 mmHg

>45mmHg

Prosedur

1. Pasien diposisikan setengah duduk.


2. Oksigenasi dengan nasal canul 2 - 4 ltr / mnt.
3. Nebulasi dengan Ventolin ( Salbutamol ) dengan dosis pemberian yaitu
0,05 - 0,1 mg / kgBB / 1 nebule + 2cc NaCl 0,9%.
4. Pasien dinebulasi selama 10 15 menit, apabila kondisi pasien belum
membaik bisa diberikan 2x dengan selang waktu 20 menit.
5. Apabila belum membaik, diberikan nebul flexotid (kortosteroid) dosis
0,01mg/kgBB/x dengan selang waktu 20 menit.
6. Apabila pasien IGD, setelah nebulasi gejala hilang atau ringan, pasien
boleh rawat jalan, tetapi kalau gejala tidak hilang atau memburuk, pasien
dirawat inapkan, sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

PENANGANAN
SESAK NAFAS PADA SERANGAN ASMA ANAK
No. Dokumen
63/RSIA/SPO/XI/2012

No. Revisi
00

Halaman
3/3

Ditetapkan,
Direktur RSIA Aisyiyah Klaten

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Tanggal Ditetapkan
24 November 2012
Dr. H. Muhammad Maimun
7. Pada asma berat diberikan :
a. Apabila belum mendapatkan aminophilin sebelumnya, diberikan
aminophilin intravena dengan dosis 0,7 0,9 mg/kb/jam atau 5 - 6
mg/kgbb dilarutkan dalam Dextrose atau garam fisiologis sebanyak 20
ml diberikan dalam 8 jam.
b. Jika pasien telah mendapatkan aminophilin ( kurang dari 8 jam ) dosis
diberikan separuhnya.
c. Selanjutnya diberikan Aminophilin dosis rumatan 0,5 1
mg/kgbb/jam.
d. Obat steroid inj ( kalmethason inj ) dengan dosis 1 mg/kgbb/hr dalam
3x pemberian.
e. Rongten thoraks.
8. Apabila ada komplikasi yang perlu perawatan intensif atau ada tanda-tanda
ancaman gagal nafas pasien dirawat di PICU/NICU.

Unit Terkait

1.
2.
3.
4.

Poli / IGD
Bangsal perawatan
Dokter / perawat jaga
Dokter spesialis anak

Anda mungkin juga menyukai