Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

REFERAT
Februari 2016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

ABORTUS

OLEH :
Fardimayanti Abidin
(10542 0079 09)

PEMBIMBING :
dr. H. Umar Malinta, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR
Assalamua`alaikum, Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dankarunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun
tugas referat yang berjudul Abortus. Penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna
baikisi maupun penyajiaannya sehingga diharapkan saran dan kritik yang membangun
dari berbagaipihak agar dikesempatan yang akan datang penulis dapat membuat yang
lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada
dr. H. Umar Malinta, Sp.OG sebagai pembimbing dalam penyusunanreferat ini.
Semoga bermanfaat bagi kita sekalian.
Wassalamu`alaikum, Wr. Wb

DAFTAR ISI

SAMPUL .......................................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................

2.1. Definisi ................................................................................

2.2. Etiologi........ .........................................................................

2.3. Patofisiologi .........................................................................

2.4. Gambaran Klinik ..................................................................

12

2.5. Diagnosis ..............................................................................

13

2.6. Diagnosis Banding ................................................................

15

2.7. Penatalaksanaan ....................................................................

15

2.8. Pemantauan Pasca Abortus ...................................................

17

2.9. Komplikasi ............................................................................

18

2.10. Prognosis .............................................................................

19

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

20

BAB I
PENDAHULUAN

Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak persepsi dan
bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut
pandang hukum dan agama.Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
memberi dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
kematian ibu yang utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.(9,10)
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman, 70
ribu perempuan meninggal

akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu

disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi tidak aman) dintaranya
bahkan terjadi di negara berkembang. (9,10)
Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43
kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000).Angka tersebut memberikan gambaran bahwa
masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000).Suatu hal yang dapat kita
tengarai, kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negara-negara dimana
aborsi dilarang keras oleh undang-undang. (9,10)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang sepenuhnya
dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1,3,4,5

Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan menurut
gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan yaitu abortus yang
terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa menggunakan tindakan apa-apa
sedangkan abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obatobatan maupun dengan alat-alat.6
Abortus provokatus dibagikan lagi menjadi abortus medisinalis atau abortus
therapeutica dan abortus kriminalis.Pada abortus medisinalis, abortus yang terjadi adalah
karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Abortus kriminalis adalah abortus
yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga
tradisional.6
Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:
a) Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion) dimana
terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan.5
b) Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang mengancam
dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum uteri.5
c) Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi
yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.5
d) Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar
(desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong.5

e) Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya
masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.5
f) Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus tiga kali
berturut-turut atau lebih.5
g) Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai infeksi
genital.5
h) Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium.5
2.2 Etiologi
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :
Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar abortus
spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio.3Data ini berdasarkan pada 50%
kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik yang berupa
aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian nondisjuction meiosis atau poliploidi dari
fertilas abnormal dan separuh dari abortus kerana kelainan sitogenetik pada trimester
pertama berupa trisomi autosom.3
Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi ovum
normal oleh 2 sperma (dispermi).3Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya usia.
Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab terbanyak abortus spontan diikuti
dengan sindroma Turner (20-25%) dan Sindroma Down atau trisomi 21 yang
sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir.3 Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain

seperti fertilisasi abnormal iaitu dalam bentuk tetraploidi dan triploid dapat dihubungkan
dengan abortus absolut.3
Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab kelainan
sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh ibu
memandangkan kelainan struktur kromoson pada pria berdampak pada rendahnya
konsentrasi sperma, infertelitas dan faktor lainnya yang bisa mengurangi peluang
kehamilan.3
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses impantasi
dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg berakibat pada kombinasi gen
yang abnormal dan gangguan fungsi uterus.3 Gangguan genetik seperti Sindroma Marfan,
Sindroma Ehlers-Danlos, hemosistenuri dan pseusoxantoma elasticum merupakan
gangguan jaringan ikat yang bisa berakibat abortus. 3 Kelainan hematologik seperti pada
penderita sickle cell anemia, disfibronogemi, defisiensi faktor XIII mengakibatkan
abortus dengan mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.3
Faktor anatomi
Defek anatomi diketahui dapat menjadi penyebab komplikasi obstetrik
terutamanya abortus. Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan anomali uterus
pada 27% pasien.3 Penyebab terbanyak abortus kerana kelainan anatomik uterus adalah
septum uterus akibat daripada kelainan duktus Mulleri (40-80%), dan uterus bicornis atau
uterus unicornis (10-30%).3 Mioma uteri juga bisa mengakibatkan abortus berulang dan
infertilitas akibat dari gangguan passage dan kontraktilitas uterus. 3 Sindroma Asherman
bisa mengakibatkan abortus dengan mengganggu tempat impalntasi serta pasokan darah
pada permukaan endometrium.3 Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan
aliran darah endometrium dapat juga berpengaruh.3 Selain itu, kelainan yang didapat
misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan endometriosis mengakibatkan
komplikasi anomali pada uterus dan dapat mengakibatkan abortus.6

Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah terbukti dapat
meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan. 1 Pada kelainan ini, dilatasi
serviks yang silent dapat terjadi antara minggu gestasi 16-28 minggu. 1 Wanita dengan
serviks inkompeten selalu memiliki dilatasi serviks yang signifikan yaitu 2cm atau lebih
dengan memperlihatkan gejala yang minimal.1 Apabila dilatasi mencapai 4 cm atau
lebih, maka kontraksi uterus yang aktif dan pecahnya membran amnion akan terjadi dan
mengakibatkan ekspulsi konsepsi dalam rahim.1 faktor-faktor

yang mengakibatkan

serviks inkompeten adalah kehamilan berulang, operasi serviks sebelumnya, riwayat


cedera serviks, pajanan pada dietilstilbestrol, dan abnormalitas anatomi pada serviks.1
Sebelum kehamilan atau pada kehamilan trimester pertama, tidak ada metoda
yang bisa digunakan untuk mengetahui bila serviks akan inkompeten namun, setelah 1416 minggu, USG baru dapat digunakan untuk menilai anatomi segmen uterus bahagian
bawah dan serviks untuk melihat pendataran dan pemendekan abnormal serviks yang
sesuai dengan inkompeten serviks.1
Faktor endokrin
Ovulasi, implantasi dan kehamilan dini sangat bergantung pada koordinasi sistem
pengaturan hormonal martenal yang baik. Perhatian langsung pada sistem humoral secara
keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi terutamanya kadar
progesteron sangat penting dalam mengantisipasi abortus.3
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada trimester
yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan malformasi janin. IDDM
dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk abortus.3
Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi resptivitas endometrium terhadap
implantasi embrio.Kadar progenteron yang rendah diketahui dapat mengakibatkan
abortus terutamanya pada kehamilan 7 minggu di mana trofoblast harus menghasilkan
cukup steroid untuk menunjang kehamilan. Pengangkatan korpus luteum pada usia 7

minggu akan berakibat abortus dan jika diberikan progesteron pada pada pasien ini, maka
kehamilan dapat diselamatkan.3
Penelitian pada perempuan yang mengalami abortus berulang, didapatkan 17%
kejadian defek luteal iaitu kurangnya progesteron pada fase luteal. Namum pada saat ini,
masih blum ada metode yang bisa terpercaya untuk mendiagnosa kelainan ini.3
Faktor humoral terhadap imunitas desidua juga berperan pada kelangsungan
kehamilan. Perubahan endometrium menjadi desidua mengubah semua sel pada mukosa
uterus.3 Perubahan morfologi dan fungsional ini mendukung proses implantasi, proses
migrasi trofoblas, dan mencegah invasi yang berlebihan pada jaringan ibu. 3 Di sini
interaksi antara trofoblas ekstravillus dan infiltrasi leukosit pada mukosa uterus berperan
penting di mana sebahagian besar leukosit adalah large granular cell, dan makrofag
dengan sedikit sel T dan sel B.3 Sel NK dijumpai dalam jumlah yang banyak terutama
pada endometrium yang terpapar progesteron.3 Perannya adalah pada trimester 1 adalah
akan terjadi peningkatan sel NK untuk membunuh sel target dengan sedikit atau tiada
ekspresi HLA.3 Trofoblast ekstravillous tidak bisa dihancurkan oleh sel NK kerana
sifatnya yang cepat menghasilkan HLA1 sehingga terjadinya invasi optimal untuk
plasentasi yang optimal oleh trofoblas extravillous.3 Maka, gangguan pada sistem ini
akan berpengaruh pada kelangsungan kehamilan.
Selain itu, hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, dan sindrom polikistik ovarium dapat
merupakan faktor kontribusi pada keguguran dengan menggangu balans humoral yang
penting pada kelangsungan kehamilan.6

Faktor infeksi
Ada pelbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan infeksi dengan kejadian
abortus. Antaranya adalah adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, dan sitokin

yang berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta.3 Infeksi janin yang bisa
berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga janin sulit untuk bertahan hidup.3
Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian
janin.3 Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia bawah yang bisa
mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram positif dan gram negatif
juga bisa mengakibatkan abortus.3 Infeki virus pada kehamilan awal dapat mengakibatkan
perubahan genetik dan anatomik embrio misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV,
HSV, koksakie virus, dan varisella zoster.3
Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian abortus
-

Bakteria: listeria monositogenes, klamidia trakomatis, ureaplasma urealitikum,


mikoplasma hominis, bakterial vaginosis.3

Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.3

Parasit: toksoplasma gondii, plasmodium falsifarum.3

Spirokaeta: treponema pallidum.3

Faktor imunologi
Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus. Antaranya adalah
SLE dan Antiphospholipid Antibodies (aPA).3 ApA adalah antibodi spesifik yang
ditemukan pada ibu yang menderita SLE.3 Peluang terjadinya pengakhiran kehamilan
pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%. 3 Menurut penelitian, sebagian besar abortus
berhubungan dengan adanya aPA yang merupakan antibodi yang akan berikatan dengan
sisi negatif dari phosfolipid.3 Selain SLE, antiphosfolipid syndrome (APS) dapat
ditemukan pada preemklamsia, IUGR, dan prematuritas.3 Dari international consensus
workshop pada tahun 1998, klasifikasi APS adalah:3

10

trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau kapiler
yang dibuktikan dengan gambaran Doppler, dan histopatologi)3

komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak jelas, tanpa
kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih kematian janin di mana
gambaran sonografi normal/ satu atau lebih persalinan prematur dengan gambaran
janin normal dan berhubungan dengan preeklamsia berat,atau insufisiensi plasenta
yang berat)3

kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau tinggi
pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau sama dengan 6
minggu)3

antobodi fosfolipid (pemanjangan koagulasi fospholipid, aPTT, PT, dan CT,


kegagalan untuk memperbaikinya dengan pertambahan dengan plasma platlet
normal dan adanya perbaikan nilai tes dengan pertambahan fosfolipid)3

aPA ditemukan 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari 33%
pada perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus berulang, ditemukan infark
plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan oklusi vaskular.3
Faktor Trauma
Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan terjadinya abortus yang yang
diakibatkan karena adanya

perdarahan, gangguan sirkulasi maternoplasental, dan

infeksi.1 Namun secara statistik, hanya sedikit insiden abortus yang disebabkan karena
trauma .1
Faktor Nutrisi dan lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin adalah akibat dari paparan obat, bahan
kimia atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus. 6 faktor-faktor yang
terbukti berhubungan dengan peningkatan insiden abortus adalah merokok, alkohol dan
kafein.

11

Merokok telah dipastikan dapat

meningkatkan risiko abortus euploid. 1 Pada

wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko abortus adalah 2 kali lipat dari
risiko pada wanita yang tidak merokok. 1 Rokok mengandung ratusan unsur toksik antara
lain nikotin yang mempunyai sifat vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi
uteroplasenta.6 Karbon monoksida juga menurukan pasokan oksigen ibu dan janin dan
dapat mamacu neurotoksin.6 Meminum alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan dapat
meningkatkan risiko abortus spontan dan anomali fetus. 1 Kadar abortus meningkat 2 kali
lipat pada wanita yang mengkonsumsi alkohol 2 kali seminggu dan 3 kali lipat pada
konsumsi tiap-tiap hari dibandingkan dengan wanita yang tidak minum.1
Mengkonsumsi kafein sekurangnya 5 gelas kopi perhari atau 500mg caffiene satu
hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang meminum lebih dari
ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap jumlah tambahan gelas kopi. 1 Pada
penelitian lain, wanita hamil yang mempunyai level paraxantine (metabolit kafine), risiko
abortus spontan adalah 2 kali lipat daripada kontrol.1
Faktor kontrasepsi berencana
Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan jeli
kontrasepsi tidak berhubungan dengan risiko abortus.1 Namun, jika pada kontrasepsi
yang menggunakan IUD, intrauterine device gagal untuk mencegah kehamilan, risiko
aborsi khususnya aborsi septik akan meningkat dengan signifikan.1
2.3 Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti dengan
nekrosis jaringan disekitar perdarahan.1 Jika terjadi lebih

awal, maka ovum akan

tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi karena
dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi dibuka, biasanya
ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus sama sekali dan hal ini
disebut blighted ovum.1

12

Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika fetus yang
tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps, abdomen dipenuhi
dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ internal. 1 Kulit akan
tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat minimal. 1 Bisa juga apabila
cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan mengalami desikasi, yang akan
membentuk fetus compressus.1 Kadang-kadang, fetus boleh juga menjadi sangat kering
dan dikompres sehingga menyerupai kertas yang disebut fetus papyraceous.1
Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena
vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14
minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi
akan tertinggal.6 Perdarahan yang banyak terjadi karena hilangnya kontraksi yang
dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi miometrium.6
2.4 Gambaran klinis
Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-mules. 1,2,3,4
Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon yang telah
dipakai, dan biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan keluarnya fetus atau
jaringan.6 Ini penting untuk melihat progress abortus.6 Pada abortus yang sudah lama
terjadi atau pada abortus provokatus sering terjadi infeksi yang dilihat dari demam, nadi
cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan,dan luekositosis. 6
Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru saja terjadi didapati serviks terbuka,
kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri,
serta uterus berukuran kecil dari seharusnya.6 Pada pemeriksaan USG, ditemukan kantung
gestasional yang tidak utuh lagi dan tiada tanda-tanda kehidupan dari janin.6
2.5 Diagnosis
Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan :
Anamnesis
13

3 gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian bawah
terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung,bokong dan
perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi. 7 Gejala ini terutamanya
khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di dalam rahim.7 Selain itu,
ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20 minggu dari HPHT. 6
Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan
yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak
atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram bawah perut biasanya di daerah atas simpisis.6
Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi
yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat infeksi traktus
genitalis harus diperhatikan.6 Riwayat kepergian ke tempat endemik malaria dan
pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas dapat menambah curiga
abortus akibat infeksi.7
Pemeriksaan Fisis
Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit. 4 Palpasi abdomen dapat
memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan pemeriksaan
bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi, dan konsistensinya. 4
Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum keadaan serviks dapat dinilai
samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak sisa hasil konsepsi di dalam uterus
yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.4

Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:4

14

Perdarahan
Bercak

Serviks

sedikit Tertutup

hingga sedang

Uterus
Sesuai

Gejala dan tanda


dengan Kram

usia gestasi

bawah,

Diagnosis

perut Abortus
uterus immines

lunak
Tertutup/terbuka

Lebih kecil dari Sedikit/tanpa


usia gestasi

nyeri

Abortus komplit

perut

bawah,riwayat
ekspulsi

hasil

konsepsi
Sedang sehingga Terbuka

Sesuai

dengan Kram atau nyeri Abortus insipien

masif

usia kehamilan

perut

bawah,

belum

terjadi

ekspulsi

hasil

konsepsi
Kram atau nyeri Abortus
perut

bawah, incomplit

ekspulsi
sebahagian hasil
konsepsi
Terbuka

Lunak dan lebih Mual/muntah,


besar dari usia kram
gestasi

Abortus mola

perut

bawah, sindroma
mirip PEB, tidak

15

ada janin, keluar


jaringan

seperti

anggur
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu
bekuan, waktu perdarahan, trombosit, dan GDS. Pada pemeriksaan USG ditemukan
kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi dalam uterus.6
2.6 Diagnosis banding.2
-

kehamilan ektopik tertanggu

perdarahan anovular pada wanita yang tidak hamil

abortus mola hidatidosa

polip endoserviks

karsinoma serviks

2.7 Penatalaksanaan
Abortus Imminens.4
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total dan
pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan ataupun hubungan seksual.Jika
terjadi perdarahan berhenti, asuhan antenatal diteruskan seperti biasa dan penilaian
lanjutan dilakukan jika perdarahan terjadi lagi. Pada kasus yang perdarahan terus
berlansung, kondisi janin dinilai dan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain
dilakukan dengan segera. Pada perdarahan berlanjut khususnya pada uterus yang lebih
besar dari yang diharapkan, harus dicurigai kehamilan ganda atau mola.
Abortus insipiens.4

16

Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan dengan
aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka, Ergometrin 0,2
mg IM atau Misopristol 400mcg per oral dapat diberikan.Kemudian persediaan untuk
pengeluaran hasil konsepsi dari uterus dilakukan dengan segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi ditunggu,
kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20 unit oxytoxin dalam
500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes
per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.Setelah penanganan, kondisi
ibu tetap dipantau.
Abortus inkomplit.4
Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang keluar melalui serviks.Jika perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2 mg
IV atau misoprostol 400mcg per oral diberikan.
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual. Evakuasi vakum tajam
hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum manual (AVM).Jika evakuasi belum
dapat dilakukan dengan segera, Ergometrin 0,2mg IM atau Misoprostol 400mcg per oral
dapat diberikan.
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan dalam
500ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol 200mcg pervaginam diberikan
setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Hasil konsepsi yang tertinggal dalam
uterus segera dievakuasi.
Abortus komplit.4
Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi.Observasi untuk melihat
adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah penanganan

17

tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2
minggu diberikan, jika anemia berat diberikan transfusi darah. Seterusnya lanjutkan
dengan konseling asuhan pascakeguguran dan pemantauan lanjut jika perlu.
Abortus septik/infeksius.3
Pengelolaan pasien pada abortus septik harus mempertimbangkan keseimbangan
cairan tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang mencukupi sesuai dengan hasil
kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan cairan flour yang keluar
pervaginam. Untuk tahap pertama dapat diberikan Penisillin 4x 1juta unit atau ampicillin
4x 1gram ditambah gentamisin 2x80mg dan metronidazol 2x1gram. Selanjutnya,
antibiotik dilanjutkan dengan hasil kultur.
Tindakan kuretase dilaksanakan bila tubuh dalam keadaan membaik minimal 6
jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan, uterus harus
dilindungi dengan uterotonik untuk mengelakkan komplikasi.Antibiotik harus dilanjutkan
sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2 hari pemberian tidak memberikan
respons harus diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai dah kuat.Apabila ditakutkan
terjadi tetanus, injeksi ATS harus diberikan dan irigasi kanalis vagina/uterus dibuat
dengan larutan peroksida H2O2.Histerektomi harus dibuat secepatnya jika indikasi.
2.8 Pemantauan pascaabortus.4
Sebelum ibu diperbolehkan pulang, diberitahu bahwa abortus spontan hal yang biasa
terjadi dan terjadi pada paling sedikit 15% dari seluruh kehamilan yang diketahui secara
klinis. Kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikutnya adalah cerah kecuali jika
terdapat sepsis atau adanya penyebab abortus yang dapat mempunyai efek samping pada
kehamilan berikut.
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah
tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah.Kecuali bila ada
komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau

18

infeksi.Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari.Pasien dianjurkan kembali ke


dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri setelah
perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan perawatan untuk
mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien
menandatangani surat persetujuan tindakan.

2.9 Komplikasi
Perdarahan.6
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan.Perdarahan yang berlebihan sewaktu atau sesudah
abortus bisa disebabkan oleh atoni uterus, laserasi cervikal, perforasi uterus, kehamilan
serviks, dan juga koagulopati.
Perforasi.6
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi.Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis.
Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan
alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok hemoragik.
Syok.6
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat.Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis sevikalis sewaktu
dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera.
Infeksi.6
19

Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan
flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram
negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur,
Trichomonas

vaginalis,

sedangkan

pada

vagina

ada

lactobacili,streptococci,

staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan
jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua.Pada abortus
septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium,
dan peritonium.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska
abortus

adalah

E.coli,

Streptococcus

non

hemolitikus,

Streptococci

anaerob,

Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri


lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium
tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
Efek anesthesia.7
Pada penggunaan general anestesia, komplikasi atoni uterus bisa terjadi yang
berakibatkan perdarahan. Pada kasus therapeutic abortus, paracervical blok sering
digunakan sebagai metode anestesia. Sering suntikan intravaskular yang tidak disengaja
pada paraservikal blokakan mengakibatkan komplikasi fatal seperti konvulsi,
cardiopulmonary arrest dan kematian.
Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC).7
Pasien dengan postabortus yang berat terutamanya setelah midtrimester perlu curiga
DIC.Insidens adalah lebih dari 200 kasus per 100,000 aborsi.

2.10

Prognosis.6

20

Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan


sebelumnya.Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.Pada wanita keguguran dengan etiologi
yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %. Sekitar 77
% angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5
sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.

21

DAFTAR PUSTAKA
1. F. G Cunningham, KJ. Leveno, SL. Bloom. Abortion in William Obstetrics, 22nd
edition. Mc-Graw Hill, 2005
2. McPhee S, Obsterics and obstretrics disoders,Current medical diagnosis and
treatment, 2009 edition, Mc Graw Hill, 2008
3. Sarwono prawiroharhdjo.Perdarahan pada kehamilan muda dalam Ilmu
Kandungan, edisi 2008
4. Saifuddin A. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta,2006 Hal M9-M17
5. Standard Pelayanan Medis Ilmu Kebidanan dan Kandungan, RS Efarina Etaham,
2008, ms 33-35
6. Abortus Incomplete. Available at http://www.jevuska.com/2007/04/11/abortusinkomplit, accessed on February 16, 2016
7. Gaufberg F, Abortion Treatened, Available at
http://emedicine.medscape.com/article/795359-overview , accessed on February
16, 2016
8. Gaufberg F, Abortion Septic, Available at
http://emedicine.medscape.com/article/795439-overview , accessed on February
16, 2016
9. Kontroversi Seputar Aborsi, available at http :
//www.kesrepro.info.gendervaw/Mei/ 2003/gendervaw 02. htm, accessed on
February 16, 2016

22

10. Aborsi dan Hak Atas Pelayanan Kesehatan, available at


http ://www.theceli.com/opik/Aborsi.htm,accessed on February 16, 2016

23

Anda mungkin juga menyukai