Anda di halaman 1dari 9

Lambang dipakai sebagai identitas atau tanda pengenal bagi orangorang di suatu kelompok, daerah, negara atau apapun.

Lambang adalah
suatu ciri khas, termasuk Lambang Palang Merah. Sebelum Lambang
Gerakan diadopsi, setiap pelayanan medis kemiliteran - setidaknya di
Eropa, memiliki tanda pengenal tersendiri. Austria misalnya,
menggunakan bendera putih, Perancis bendera merah, atau Spanyol
bendera kuning. Banyaknya tanda yang digunakan, menimbulkan akibat
yang tragis. Walaupun tentara tahu apa tanda pengenal dari personel
medisnya, namun biasanya mereka tidak tahu apa tanda pengenal medis
lawan mereka dan karena tanda-tanda pengenal yang dipakai itu bukanlah
lambang yang universal serta tidak dipandang sebagai suatu hal yang
netral.
1. Lambang Palang Merah

Tahun 1863, Konferensi Internasional diselenggarakan di Jenewa


dan mengadopsi Lambang Palang Merah di atas dasar putih sebagai tanda pengenal Perhimpuan
Nasional Palang Merah yang merupakan kebalikan dari bendera Nasional Swiss. Tahun 1864,
Konvensi Jenewa yang pertama menyatakan bahwa lambang Palang Merah di atas dasar putih
secara resmi diakui sebagai tanda pengenal pelayanan medis angkatan bersenjata. Pada Konvensi
Jenewa tahun 1906, waktu peninjauan kembali terhadap Konvensi Jenewa tahun 1864, berulah
ditetapkan Lambang Palang Merah tersebut sebagai penghormatan terhadap Negara Swiss.
2.

Lambang Bulan Sabit Merah

Tahun 1876 saat Balkan dilanda perang, sejumlajh pekerja sosial yang tertangkap
oleh Ottoman dibunuh semata-mata karena memakai ban lengan dengan gambar palang merah.
Ketika pemerintah Turki diminta penjelasan mengenai hal ini mereka menekankan kepekaan
tentara muslim terhadap bentuk palang / salib dan mengajukan agar perhimpunan nasional serta
pelayanan medis militer mereka diperbolehkan untuk mengggunakan lambang yang berbeda,
yaitu Bulan Sabit Merah. Gagasan ini perlahan-lahan mulai diterima, memperoleh semacam

pengesahan dalam bentuk reservasi dan diadopsi sebagai lambang yang sederajat dengan
lambang Palang Merah dalam Konvensi tahun 1929. Lambang Bulan Sabit Merah di atas dasar
putih yang saat itu dipilih oleh bangsa Persia (Iran) diakui sebagai lambang pembeda dengan
fungsi dan tujuan yang sama dengan lambang Palang Merah dan Singa dan Matahari Merah
sebagaimana tercantum dalam Konvensi Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan I dan
II tahun 1977.
3.

Lambang Kristal Merah

Pada Konvensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah


Ke 29 tahun 2005, Lambang Kristal Merah diatas dasar putih diadopsi
menjadi lambang alternatif apabila di suatu Negara terjadi konflik
bersenjata, perang atau bencana. Kristal merupakan sebagai lambang dari kemurnian,
purity, yang seringkali dihubungkan dengan air, yakni suatu unsur yang esensial bagi kehidupan
manusia.
4.

Lambang Singa dan Matahari Merah

Lambang Singa dan Matahari Merah dipakai pada masa Kekaisaran Persia
(Iran) pada tahun 1929.
Namun tanggal 4 September 1980 Iran tidak menggunakannya kembali dan
mengunakan Lambang Bulan Sabit Merah. Sejak saat itu, disepakati bahwa
semua negara tidak diperbolehkan menggunakan lambang lainnya, kecuali
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Konvensi Jenewa.
1.

Lambang mempunyai dua fungsi yaitu :


Sebagai Tanda Pengenal
Lambang digunakan pada masa damai atau pada saat tidak
terjadi perang, konflik bersenjata atau saat tidak terjadi bencana.
Menandakan bahwa seseorang atau suatu obyek berkaitan dengan Gerakan

Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, baik ICRC atau IFRC.
Biasanya berukuran kecil, gunanya sebagai tanda pengenal :
- Identitas
Bahwa seseorang adalah anggota gerakan, staff, atau personel Perhimpunan
Nasional, ICRC atau IFRC.
- Hak Milik
Bahwa suatu obyek seperti fasilitas, sarana, peralatan dan perlengkapan
yang digunakan adalah milik gerakan (Perhimpunan Nasional, ICRC atau
IFRC).
Dengan seizin Perhimpunan Nasional, ICRC atau IFRC tanda
pengenal lambang dapat digunakan oleh pihak lain dengan tujuan
mendukung kegiatan kepalangmerahan.
Pihak lain yang bisa mendapat izin antara lain :
Petugas Medis sipil dan rohaniawan sipil.

Rumah Sakit sipil pada masa sengketa bersenjata.


Dengan catatan :
Petugas / personel harus selalu membawa kartu identitas.
Lambang tidak boleh ditambahi gambar, tulisan atau tanda apapun.
2.

Sebagai Tanda Perlindungan

Lambang digunakan saat konflik bersenjata, perang atau


bencana terjadi.
Fungsinya :
Untuk memberitahu bahwa seseorang adalah anggota gerakan.
Menandai personel medis militer, sehingga harus dilindungi.
Menandai fasilitas medis militer (Bangunan, Peralatan, Kendaraan dan Rumah
Sakit).

Untuk tujuan ini dalam pembuatan lambang tidak boleh ditambahi unsur
apapun, baik terhadap Palang Merah, Bulan Sabit Merah, Kristal Merah
ataupun pada dasar putihnya.
PENYALAHGUNAAAN LAMBANG
Lambang yang tidak digunakan secara benar disebut Penyalahgunaan
Lambang. Ada beberapa macam penyalahgunaan lambang, yaitu :
1.

Peniruan (Imitation)

Peniruan tanda-tanda yang seperti Palang Merah, namun sebenarnya


bukanlah Lambang Gerakan Palang Merah. Sehingga dapat disalah mengerti
sebagai Lambang Gerakan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.
2. Penggunaan Yang Tidak Tepat (Usurpation)

Penggunaan Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah oleh kelompok
atau perorangan terutama untuk tujuan komersil. Atau penggunaan oleh
kelompok atau perorangan yang berhak namun tidak sesuai dengan prinsip
dasar gerakan.
3.

Pelanggaran Berat (Grave Misuse) dan Perbuatan Curang (Pervidy)

Penggunaan Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah dalam masa
perang untuk melindungi personel militer atau perlengkapan militer.

LAMBANG - Palang Merah dan Bulan Sabit Merah


Fungsi Lambang
Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah memenuhi tiga fungsi utama:

harus menandakan bahwa seseorang atau suatu objek sebagai hal yang tidak boleh
diserang (tanda perlindungan)

untuk memberi keterangan bahwa orang atau objek ini berada di bawah perlindungan
atura-aturan kemanusiaan/HPI (tanda perlindungan)

menandakan bahwa orang-orang ini atau objek-objek ini ada kaitannya dengan Gerakan
Palang Merah/Bulan Sabit Merah (tanda pengenal)

A. TANDA PERLINDUNGAN (PROTECTIVE USE)


Sebagai suatu alat perlindungan lambang adalah "tanda Konvensi" pada masa perang.
Sebagaimana hal itu berlaku sebagai simbol, atau "tanda perlindungan yang dapat terlihat yang
disepakati oleh Konvensi terhadap orang-orang atau sesuatu (tenaga medis, unit-unit, kendaraan
dan peralatan). Kegunaan perlindungan ini secara esensi dimiliki oleh negara dan dinas
kesehatan angkatan darat.
Disamping dinas medis angkatan darat ini, perhimpunan-perhimpunan bantuan yang diakui,
terutama Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, memberikan
bantuannya kepada dinas medis angkatan darat, juga diizinkan untuk menggunakan
lambang tersebut untuk perlindungan, tetapi hanya selama pertikaian terjadi. Dalam status
ini personil yang dimaksud tetap harus membawa kartu identitas yang dikeluarkan oleh pihak
berwenang.
Penggunaan tanda perlindungan oleh Perhimpunan Nasional ini terbatas pada personil,
bangunan, kendaraan dan peralatan yang disimpan di tempat penyimpanan dinas medis angkatan
darat pada waktu perang, dan penampangannya harus sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan
otoritas militer. Tanda perlindungan ini tetap harus dikenakan dengan jelas (optimum visibility)
pada saat personil tersebut tidak dalam keadaan bertugas.
Seperti yang telah disinggung, badan internasional Palang Merah atau ICRC dan IFRC dan
personilnya apakah petugas medis atau bukan, diperkenankan untuk mengenakan lambang itu
setiap saat.
Bila digunakan sebagai alat perlindungan, lambang tersebut harus selalu dalam dimensi yang
besar dalam kaitannya dengan penandaan gedung atau kendaraan supaya lebih jelas terlihat
dari kejauhan. Sebagai contoh tanda perlindungan akan ditampakkan di atap rumah sakit dan
dek atau badan sisi luar rumah sakit kapal dan di semua sisi kendaraan-kendaraan yang
digunakan untuk mengangkut orang-orang terluka dan tenaga medis. Anggota dinas medis
akan menggunakan tanda di lengan dan di dada.
Bila tidak ada pengaturan lebih lanjut dari pihak berwenang, Perhimpunan Nasional dapat
memberikan izin kepada para anggotanya memasang lambang sebagai suatu alat pengenal
(dengan nama perhimpunannya) bersamaan dengan lambang sebagai alat perlindungan. Bagi
objek-objek yang ditempatkan instalasi milik pihak berwenang juga dapat dipasangkan lambang
dengan nama perhimpunannya. Dalam hal ini, lambang yang digunakan sebagai alat pengenal
dan nama Perhimpunan Nasional termaksud harus dalam dimensi yang kecil.

Penggunaan lambang atau titel "palang merah" atau "Geneva cross", atau setiap tanda atau titel
yang merupakan suatu imitasi (peniruan), harus dilarang setiap saat, langkah yang perlu harus
diambil untuk mencegah dan menekan segala bentuk penyalah gunaan tanda khusus ini.
Penggunaan yang tidak jujur atau merupakan tindakan penipuan dari lambang palang merah atau
bulan sabit merah sebagai tanda perlindungan (dan sinyal perlindungan lainnya) adalah suatu
pelanggaran berat (grave breach). pelanggaran berat tersebut dapat dikategorikan sebagai
kejahatan perang (war crimes).
B. TANDA PENGENAL (INDICATIVE USE)
Sebagai alat pengenal, lambang tersebut menunjukan bahwa pemakai, apakah personil atau objek
mempunyai hubungan tertentu dengan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, tetapi tidak perlu
di bawah ketentuan perlindungan Konvensi Jenewa.
Lambang palang merah atau bulan sabit merah sebagai suatu tanda pengenal harus dalam
dimensi yang lebih kecil dan digunakan sebagai cara untuk menghindari segala bentuk kerancuan
membedakan dengan alat perlindungan.
Sebagai contoh, lambang tersebut tidak boleh ditampakkan pada atap atau di lengan. Namun
demikian penggunaan lambang dalam ukuran besar tetap berlaku dalam kasus-kasus tertentu,
seperti pemakaian lambang tersebut oleh tenaga P3K untuk mudah dikenali. Sebagai contoh, hal
ini berlaku ketika sukarelawan P3K melakukan aktivitas bantuan korban bencana alam.
Perhimpunan Nasional diinstruksikan untuk hanya menggunakan lambang-lambang yang sesuai
dengan Konvensi Jenewa. Lebih jauh lagi, dalam mengikuti Prinsip-prinsip Dasar Gerakan, "
Perhimpunan Nasional tidak dapat menjalankan aktivitasnya dengan menggunakan lambang
kecuali hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip yang diatur oleh Konferensi Internasional Palang
Merah dan tujuan-tujuan kelembagaan, yaitu bantuan sukarela terhadap orang sakit dan terluka
serta kepada korban akibat konflik langsung dan tidak langsung dan bencana alam atau bencana
buatan manusia.
Sebagai aturan umum, di masa damai, Perhimpunan Nasional dapat menggunakan lambang
sebagai alat pengenal sesuai dengan perundang-undangan nasional. Seperti yang pernah
disinggung pada bagian A dari tulisan ini (tentang tanda perlindungan), mereka juga dapat
melanjutkan penggunaan lambang sebagai alat pengenal di masa perang atau konflik, tanpa ada
kemungkinan kerancuan dengan kegunaannya sebagai alat perlindungan (penggunaannya tanda
pengenal bersamaan dengan tanda perlindungan).
Sebagai contoh, seorang petugas medis dari Perhimpunan Nasional di masa damai selalu
mengenakan bros, badge atau "name tag" yang merupakan identitas Perhimpunan Nasional
Palang Merah/Bulan Sabit Merah di negaranya. Identitas ini tetap dapat dikenakan kemudian di
masa konflik meskipun dia kemudian mengenakan rompi atau ban lengan dengan lambang
palang merah/bulan sabit merah sebagai tanda perlindungan.
Berikut adalah pembedaan-pembedaan fungsi pengenal dari emblem yang bisa dibuat:

lambang perlengkapan, dapat diterapkan pada bendera, papan alamat, pelat kendaraan,
badge staf, yang menunjukan bahwa seseorang atau objek tersebut adalah anggota atau
milik dari organisasi Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah;

lambang dekoratif, yang mungkin tampak pada medali, kancing atau penghargaan
lainnya, publisitas atau gambaran dekoratif yang digunakan oleh Perhimpunan Nasional;

lambang asosiatif, yang mungkin tampak pada pos-pos P3K, seperti di pinggir jalan, di
dalam stadion atau ruang-ruang publik lainnya atau pada ambulans bukan miliki
Perhimpunan Nasional tetapi dicadangkan untuk tindakan darurat yang bebas biaya
kepada warga sipil yang cedera atau sakit, dengan izin dari Perhimpunan Nasional.

Penggunaan lambang yang tidak benar


Banyak kasus penyalahgunaan dari lambang ditemukan dalam kategori alat pengenal. Karena
secara luas dianggap sebagai suatu simbol pertolongan dan perawatan medis, lambang palang
merah dan bulan sabit merah sering secara luas digunakan oleh organisasi dan perorangan yang
tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Gerakan Palang Merah. Sangat banyak contoh dari
penyalahgunaan lambang yang dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyalahgunaan itu utamanya
terjadi pada rumah sakit, dokter swasta, ambulan, apotek, pabrik obat dan perusahaan distribusi,
serta pelayanan-pelayanan umum atau swasta yang berkaitan dengan kesehatan dan higienis.
Sebenarnya setiap penggunaan lambang tanpa mendapat pengesahan yang resmi dari
Perhimpunan Nasional harus dianggap sebagai suatu penyalahgunaan, apakah itu dibuat untuk
tujuan komersial atau bukan. Oleh karena itu tindakan hukum yang efektif harus diambil oleh
semua negara untuk mengatur penggunaan lambang dan menekan penyalahgunaan lambang
tersebut.
Dengan kata lain, perlindungan lambang itu sendiri adalah suatu keharusan yang mutlak untuk
menjamin berlangsungnya penghargaan kepada Gerakan Palang Merah dan aktivitas-aktivitas
Palang Merah di seluruh penjuru dunia baik di masa damai atau di masa perang.
Dasar Hukum
Berdasarkan hukum internasioanl, masalah lambang ini diatur dalam:
1. Konvensi Jenewa I 1949 Pasal 38 s.d. Pasal 44, Pasal 53 dan Pasal 54
2. Konvensi Jenewa II 1949 Pasal 41 s.d. Pasal 45
3. Konvensi Jenewa IV 1949 Pasal 18 s.d. Pasal 22
4. Protokol Tambahan I 1977 Pasal 18, Pasal 85 dan Annex I Pasal 1 s.d. Pasal 5
5. Protokol Tambahan II 1977 Pasal 12
6. Regulation on the Use of the Emblem of the Red Cross or the Red Crescent By the
National Societies (disetujui dalam the 20th International Conference, Wina 1965 dan
direvisi oleh the Council of Delegates, Budapest 1991)
Berdasarkan hukum nasional, masalah lambang ini diatur dalam:
1. Keppres No. 25 tahun 1950 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Perhimpunan Palang
Merah Indonesia.
2. Keppres No. 246 tahun 1963 tentang Perhimpunan Palang Merah Indonesia.

3. Peraturan Penguasa Perang Tertinggi No. 1/Peperti tahun 1962 Tentang


Pemakaian/Penggunaan Tanda dan Kata-Kata Palang Merah.
4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Palang Merah Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai