FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BOROBUDUR
JAKARTA, 2016
1
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
......................................................................................
........................................................................
B. Permasalahan ...........................................................................................
2
5
A. Kesimpulan ............................................................................................. 8
B. Saran ......................................................................................................... 8
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sampai saat ini pendapatan
bunga sebagai hasil dari pemberian kredit, masih merupakan kontribusi terbesar
pada pendapatan bank secara keseluruhan, baik bank-bank di Indonesia maupun
kebanyakan bank-bank di dunia
Dalam kredit terkandung pengertian tentang Degree of Risk yaitu suatu
tingkat resiko tertentu, oleh karena pelepasan kredit mengandung suatu risiko,
baik risiko bagi pemberi kredit maupun bagi penerima kredit. Bagi penerima
kredit, risiko yang mungkin timbul adalah jika ia tidak dapat mengembalikan
pinjaman tersebut, ia akan kehilangan modal. Bagi pihak pemberi kredit, salah
satu resiko yang dapat terjadi adalah jika pihak penerima kredit tidak dapat
melunasi kewajibannya pada waktu yang telah diperjanjikan atau dengan kata lain
jika terjadi apa yang disebut dengan kredit macet. Keadaan yang demikian dalam
hukum perdata disebut wanprestasi atau ingkar janji. Sebagaimana telah diketahui
bahwa kredit merupakan perjanjian pinjam uang, maka debitur yang tidak dapat
membayar lunas utangnya setelah jangka waktunya habis, adalah wanprestasi.
Kredit macet adalah suatu keadaan dimana seseorang nasabah tidak mampu
membayar lunas kredit bank tepat pada waktunya. Suatu kredit digolongkan
sebagai kredit bermasalah ialah kredit-kredit yang tergolong sebagai kredit kurang
lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Istilah kredit bermasalah telah
digunakan oleh dunia perbankan Indonesia sebagai terjemahan problem loan yang
merupakan istilah yang sudah lazim digunakan di dunia internasional. Istilah
dalam bahasa Inggris yang biasa dipakai juga bagi istilah kredit bermasalah
adalah nonperforming loan.
II. PEMBAHASAN
A. Penyelesaian Kredit Macet
Secara operasional penanganan penyelamatan kredit bermasalah dapat ditempuh
melalui beberapa cara diantaranya :
2)
Peninjauan ulang
3)
Pengubahan
4)
Pembatalan
5)
6)
Restrukturisasi kredit
7)
Penagihan piutang
8)
9)
10) Pemberian atau penambahan fasilitas pembiayaan dan atau penghapusbukuan piutang.
B. Akibat Hukum Kredit Macet.
Bahwa dalam pasal 8 UU Perbankan yang menyatakan bahwa dalam rangka
pemberian kredit kepada nasabah bank, maka bank harus menerapkan prinsip
kehati-hatian dengan cara melakukan analisis yang mendalam atas nasabah
tersebut dan diterapkannya pedoman perkreditan yang sehat.
dengan kegiatan usaha perbankan antara lain bidang Perpajakan, Penjaminan dan
Tindak Pidana Pencucian Uang, UU Perseroan Terbatas
Sanksi hukum terhadap pejabat bank yang mengabaikan prinsip kehati-hatian
dapat dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal 52 ayat (2) No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998
Selanjutnya sepanjang terdapat bukti yang cukup serta memenuhi unsur-unsur
pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b, maka pelanggaran
atas prinsip kehati-hatian dapat dikategorikan sebagai tindak pidana di bidang
perbankan.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dengan terjadinya kredit macet maka bank sebaiknya lebih hati-hati dan
selektif dalam pemberian kredit kepada nasabah.
2. Penyelesaikan kredit macet dapat ditempuh dua cara yaitu penyelamatan kredit
dan penyelesaian kredit. penyelamatan kredit adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan sedangkan penyelesaian kredit
adalah suatu langkah penyelesaian melalui lembaga hukum.
B. Saran
Bank sebelum menyepakati suatu perjanjian kredit harus memiliki keyakinan
mengenai kesanggupan, kemampuan, dan kemauan debitur untuk melunasi utangnya.
untuk memperoleh keyakinan tersebut, bank harus melakukan penilaian yang
seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha debitur,
agar kasus kredit macet dapat di minimalisir.
10
DAFTAR PUSTAKA
11