Anda di halaman 1dari 6

Training Sistem Manajemen Audit TeamMate, Itjen

Selangkah Lebih Maju!!


oleh System User, diterbitkan pada 2011-02-18 00:00:00
Berita Utama

Jakarta - Di era teknologi komputer yang semakin canggih ini, penggunaan komputer sebagai
alat bantu kerja memiliki peranan sangat penting. Pengaruh majunya era globalisasi dan
informatika menjadikan komputer sebagai bagian utama yang harus ada di dalam kehidupan
kita, khususnya di unit organisasi. Pemakaian komputer di unit organisasi ditujukan untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja. Dan tentunya merubah pekerjaan-pekerjaan
yang tadinya adalah paper-base menjadi computer-base. Berdasarkan perkembangan tersebut,
Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan (Itjen) telah melakukan suatu terobosan dalam
melaksanakan tugas dan perannya di bidang pengawasan. Dalam penugasan auditnya, Itjen
telah menerapkan penggunaan suatu aplikasi sistem manajemen audit yang diberi nama
TeamMate. TeamMate ini merupakan aplikasi berisi program kerja audit yang terintegrasi untuk
membantu para auditor dalam mengelola dan membagi pekerjaannya. Pekerjaan auditor yang
selama ini lebih cenderung berbasis paper, akan diarahkan ke pekerjaan yang berbasis
komputer. Selain memudahkan para auditor dalam pekerjaannya, TeamMate juga akan
meningkatkan tingkat efesiensi atas penggunaan kertas kerja.

Sebagai langkah awal pengimplementasiannya, Itjen telah menyelenggarakan berbagai


pelatihan-pelatihan Sistem Manajemen Audit (SMA) TeamMate kepada para pegawainya secara
bertahap. Mulai dari Training of Trainer (ToT) SMA TeamMate yang diselenggarakan Itjen pada
bulan Nopember 2010 lalu untuk melatih para pegawai Itjen agar dapat membantu percepatan
pengenalan TeamMate kepada pegawai Itjen lainnya. Selanjutnya diselenggarakan beberapa
pelatihan End User Training SMA TeamMate selama tahun 2010 yang dimotori oleh para
pegawai yang telah mengikuti ToT sebelumnya. Pelatihan End User SMA TeamMate
dilaksanakan untuk memperkenalkan SMA TeamMate kepada semua auditor dan pegawai Itjen
yang akan menggunakan aplikasi TeamMate dalam penugasannya.Pelatihan-pelatihan ini
ditujukan tidak hanya para pejabat dan auditor fungsional saja, tetapi juga seluruh pegawai
struktural Inspektorat Jenderal dalam rangka memperkenalkan TeamMate sejak dini kepada
pegawai yang nantinya akan menjadi auditor fungsional.

Pelaksanaan End User Training AMSTeamMate 2011 Inspektorat Jenderal

Pelatihan-pelatihan ini dilakukan secara berkesinambungan sejak tahun 2010. Sampai dengan
yang terakhir, End User Training SMA TeamMate Angkatan-II Tahun 2011 yang dilaksanakan
pada tanggal 9 s.d 10 Pebruari 2011. Dalam pelaksanaan training tersebut, para peserta
diberikan penjelasan mengenai modul sistem aplikasi Electronic Working Paper (EWP)
TeamMate serta mempraktikkan serangkaian simulasi penugasan audit menggunakan Sistem
Manajemen Audit TeamMate. Simulasi dimulai dari rencana penugasan audit, pelaksanaan
langkah kerja pemeriksaan (field work), sampai dengan pembuatan laporan hasil audit. Para
peserta diarahkan agar dapat memahami alur proses kerja dari aplikasi SMA TeamMate yang
telah disesuaikan dengan bisnis proses dan penugasan pengawasan yang dilakukan di tiap-tiap
Inspektorat. Secara umum, pengimplementasian TeamMate di Itjen disambut baik dan antusias
oleh seluruh pegawai Itjen. Sebagai brainware atas aplikasi TeamMate ini yang benar-benar
baru diterapkan ini, mereka dituntut usaha yang lebih dalam menerapkan aplikasi TeamMate di
Itjen.

Sebagai langkah awal, SMA TeamMate diterapkan di Itjen menggunakan metode pilot project.
Unit kerja yang menjadi pilot project SMA TeamMate adalah Inspektorat V yang melakukan audit
Pengadaan Barang dan Jasa, Inspektorat VI yang melakukan reviu Laporan Keuangan
Kementerian Keuangan, dan Inspektorat Bidang Investigasi (IBI) untukpelaksanaanaudit
investigasi. Pelaksanaan pilot project tersebut dimulai pada akhir bulan Januari 2011. Selain
merupakan pengguna perdana, mereka juga merupakan penentu keberhasilan
pengimplementasian TeamMate di Itjen pertama kali. Pada akhir tahun 2011, diharapkan semua
kegiatan pengawasan di Itjen sudah dapat menggunakan aplikasi SMA TeamMate. Dengan
adanya TeamMate ini, pelaksanaan penugasan audit di masing-masing unit di Itjen dapat lebih

terorganisasi dengan baik, pekerjaan tersusun lebih rapi, serta pengawasan berjalan lebih efektif
dan efisien. (humas Itjen).

http://www.itjen.kemenkeu.go.id/baca/9

Wali Kota Medan Rahudman Harahap Dibui


TEMPO.CO Selasa, 15 April 2014

Walikota Medan, Rahudman Harahap. ANTARA/Irsan Mulyadi


TEMPO.CO, Medan Wali Kota Medan nonaktif, Rahudman Harahap, dijebloskan ke dalam
Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan, Selasa, 15 April 2014, sebagai pelaksanaan
eksekusi putusan Mahkamah Agung atas kasus korupsi yang dilakukannya saat menjabat
Sekretaris Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan pada 2005.
Tim gabungan dari Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dan Kejaksaan Negeri Padang
Sidempuan, dibantu puluhan personel Brigade Mobil, menjemput Rahudman dari rumahnya di
Jalan Sei Serayu, Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru.
Penjemputan Rahudman berlangsung dalam suasana tegang. Puluhan personel Brimob dan
satu unit mobil penghalau massa siaga di sekitar rumah Rahudman. Situasi itu menarik
perhatian warga. Sejak kemarin petang hingga tadi malam beredar kabar Rahudman akan

dieksekusi oleh tim kejaksaan. Baru hari ini bisa kami eksekusi dengan berbagai
pertimbangan, kata juru bicara Kejaksaan Tinggi Sumut, Chandra Purnama, kepada Tempo,
Selasa, 15 April 2014.
Rahudman terlibat kasus korupsi dana Tunjangan Pendapatan Aparatur Pemerintahan Desa
(TPAPD) Kabupaten Tapanuli Selatan tahun anggaran 2005. Perbuatan itu dilakukan bersama
Bendahara Kabupaten Tapanuli Selatan, Amrin Tambunan. Akibatnya terjadi kerugian negara
Rp 2,071 miliar atau setidaknya Rp 1,5 miliar, sesuai hasil penghitungan Badan Pengawas
Keuangan Pembangunan Perwakilan Sumut. (Simak pula: KPK: 74 Anggota DPR Terlibat
Korupsi)
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan, dalam persidangnnya pada Agustus 2013,
membebaskan Rahudman karena dinilai tidak terbukti melakukan tindak pidana korupsi atau
menyalahgunakan kewenangannya. Padahal jaksa menuntutnya dengan hukuman 4 tahun
penjara, denda Rp 500 juta subsider 6 bulan kurungan, serta harus membayar uang
pengganti kerugian negara Rp 480.895.500. Jika kewajiban itu tidak dibayar dalam waktu 1
bulan, maka harta bendanya dapat disita dan dilelang.
Jaksa menempuh upaya kasasi ke Mahkamah Agung. Majelis Hakim Mahkamah Agung, yang
terdiri dari Mohammad Askin, M.S. Lumme, dan Artidjo Alkostar, mengabulkan kasasi jaksa
dan menyatakan Rahudman bersalah dan diganjar hukuman lima tahun penjara.
SAHAT SIMATUPANG
Sumber :http://www.tempo.co/read/news/2014/04/15/058570880/Wali-Kota-MedanRahudman-Harahap-Dibui

Auditor 14 Negara Berkumpul Di Jogja Susun


Panduan Audit Dana bantuan bencana
Rabu, 06 Juni 2012 06:59

Empat belas (14) Supreme Audit Institutions (SAI) atau Badan Pemeriksa Keuangan negaranegara anggota Badan Pemeriksa Sedunia yaitu Amerika, European Court of Auditors (ECA),
Belanda, Chile, Cina, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Norwegia, Pakistan, Rusia, Turki dan
Ukraina bertemu di Yogyakarta mulai hari ini (senin,4/6) dalam rangka menyusun dan
menetapkan konsep panduan (guidance) pemeriksaan yang akan diajukan sebagai konsep
International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSA) atau Standar INTOSAI pada sidang
INTOSAI di Bejing, Cina 2013 mendatang dalam The 6Th Working Group on Acountability for and
Audit
Disaster
RelatedAid
(WG
AADA).
Menurut Ketua BPK-RI Hadi Purnomo pertemuan ke V ini dislenggarakan di Yogyakarta karena

dengan kepemimpian Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dia memegang teguh komitmen
tinggi dalam rangka memegang teguh Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan bantuan
bencana dari bencana alam tahun 2006 di bantul hingga bencana erupsi Merapi di Kabupaten
Sleman
tahun
2010
lalu.
Dikatakan Hadi Purnomo bahwa konsep panduan pemeriksaan ini dikembangkan oleh beberapa
negara dan telah memperoleh masukan dari anggota lainnya dan ini merupakan bukti kerjasama dan
komitment yang tinggi dari seluruh anggota WG AADA atas Akuntabilitas pengelolaan bantuan
bencana
guna
memenuhi
harapan
para
pemangku
kepentinmgan
(stakeholders).
Sebagai gambaran saja Hadi Purnomo menyampaikan bahwa dengan terjadinya Bencana alam
Tsunami di Aceh tahun 2004 telah terkumpul bantuan senilai tidak kurang dari Rp.19,85 trilyun (U$D
2,21
milyar).
INTOSAI WG AADA adalah sebuah kelompok kerja yang dibentuk oleh organisasi badan pemeriksa
se-dunia (INTOSAI) yang tujuannya adalah untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan bvantuan
bencana dengan cara mengembangkan panduan untuk akunatabilitas pengelolaan dan pemeriksaan
bantuan bencana. Dengan panduan ini diharapkan akan menumbuhkan praktik-praktik pengelolaan
yang
baik
(best
practices)
dalam
bidang
pengelolaan
maupun
pemeriksaan.
Adapun konsep panduan yang akan dikembangkan nantinya antara lain: Panduan pemeriksaan
tahap kesiagaan (prepareadness, panduan pemeriksaan tahap tanggap darurat dan rehabilitasi dan
panduan Prosedur pemeriksaan atas resiko kecurangan (Fraud) dan korupsi pada atahap tanggap
darurat.
Ketua INTOSAI Working Group on Accuntability for and Audit Disaster-Related Aid (WG AADA) Mr.
Gjis
M.De
Vries
dalam
sambutannya antara
lain
mengatakan
bahwa ada
dua
tujuan dilaksanakannya pembuatan standarisasi audit dana bantuan bencana tersebut yaitu
pertama adalah menciptakan prosedur bagi badan pemeriksa dinegara-negara anggotaketika
hendak melakukan audit dan yang digunakan dalam apenanggulangan bencana. Dana dana
tersebut bukan hanya yang dianggarakan dalam APBN, namun juga dari masyarakat lokal maupun
asing.
Kenana hal demikian harus diatur ? tanya Mr. Gjis M.De Vries. Karena korban juga harus
dipastikan dalam menerima bantuan itu. Karena dalam penyaluran bantuan tersebut sering dijumpai
dilapangan politisi berjanji membantu, tetapi tidak sampai pada korban bencana . makanya harus
kita
pastikan uang
pajak itu
untuk
membantu
korban.
Kemudian tujuan yang kedua adalah mencari cara untuk bagaimana mengaudit keseiapan negara
yang menghadapi bencana dan pemerintahnya telah bersiap belum dan masyarakatnyapun harus
mengetahuinya
ketia
terjadi
bencana.
Sementara itu Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Keynote Speaknya antara lain
mengemukakan bahwa semenjak terjadinya Bencana alam di DIY tahun 2006 hingga terjadinya
erupsi Merapi pemerintah Provinsi DIY telah bekerjasama dengan BPKP-BPK-RI dalam pengelolaan
dana bantuan baik dari APBN,maupun pihak ke III . Semua bantuan tersebut terlebih dahulu dimasuk
ke kas daerah di APBD, hanya saja untuk dari pihak ke III ini kita buatkan pasal tersendiri
untuk dalam
pengelolaannya
untuk
dicadangkan.
Oleh karena itu prinsip-prinsip yang diterapkan di DIY dalam masa rehabilitasi dan rekonstruksi
adalah melalui 12 langkah diantaranya . pemulihan dan rekonstruklsi berdasarkan kepada azas
pemberdayaan masyarakat setempat, yang dilaksanakan berdasar azas gotongroyong, guyup dan
azas Kesatuan tekad untuk bersungguh-sungguh menyelsaikan segala persoalana dan

permasalahan hingga selesai, saiyeg saeka praya. Budaya dan kearifan lokal akan mendasari
perencanaan
dan
pelaksanaan
Program rehabilkitasi
dan
rekonstruksi.
Turut hadir dalam Pertemuan Keenam dari Working Group on Accountability for and Audit of
Disaster-Related Aid (WGAADA) Ketua BNPB Samsul Maarif, Ketua DPRD DIY.

Sumber : http://portal.jogjaprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=725:auditor-14negara-berkumpul-di-jogja-susun-panduan-audit-dana-bantuan-bencana&catid=48:beritapemerintah&Itemid=53

Anda mungkin juga menyukai