Anda di halaman 1dari 10

Setidaknya ada 10 kampanye hitam melawan kampanye bahaya rokok yang kerap dilancarkan para

pendukung rokok :
1. Pemerintah dan Organisasi Anti Rokok hanya mengurusi rokok padahal banyak masalah
kesehatan dan masalah bangsa lainya yang belum diurusi.
Perokok selalu curiga dan paranoid setiap masalah merokok selalu diangkat sebagai hal yang
menganggu kesehatan. Para merokok selalu berdalih bahwa mengapa kolesterol, alkohol, korupsi,
kecelakaan lalu lintas atau berbagai hal yang mengancam jiwa lainnya tidak diurus. Tetapi hanya
rokok yang selalu disorot dan dijadikan kambing hitam. Hal ini merupakan sifat mekanisme
pembelaan diri yang paling sering dialami bila seseorang terdesak apabila kenikmatan kehidupan
dan penghasilan hidupnya terancam.
Karena mekanisme pembelaan diri inilah, seringkali para perokok atau produsen rokok sering
paranoid dan memberikan argumen yang tidak rasional ketika kenikmatannya terancam. Mereka
selalu menyalahkan fakta ilmiah yang ada bahwa memang rokok berbahaya mereka selalu
mengatakan fakta atau opini dengan berdasarkan "katanya" atau "kata seseorang" atau mungkin
menunjuk kasus per kasus bahwa seorang kasus tidak apa dan sehat selama puluhan tahun meski
merokok.
Kampanye anti rokok selama ini justru bergerak pada sasaran orang yang sehat yang belum
terpapar rokok yang terancam terkena rokok. Karena untuk menyadarkan para perokok sangat sulit
dan sudah tidak bisa lagi. Mungkin para perokok hanya bisa disadarkan bila musibah sudah mulai
terjadi pada dirinya dan berdampak pada anggota keluarganya.
2. Rokok membantu petani tembakau dan kepentingan bisnis Amerika menghancurkan rokok
Indonesia.
Sebagian pihak mencurigai sebagian dana asing membantu yayasan nirlaba untuk bergerak social
dalam bidang anti rokok. Tetapi bila hal itu benar dan demi kesehatan bangsa ini, maka sebaiknya
para perokok dan produsen rokok harus bisa menyadari. Kalaupun itu berdampak pada produksi
rokok nasional adalah dampak akhir yang bisa terjadi.
Sebaliknya, para perokok tidak menyadari telah dimanfatkan produsen rokok yang selalu
mengatakan demi membantu kehidupan petani tembakau. Saat regulasi merokok diatur demi
kesehatan orang yang bukan perokok para produsen rokok belingsatan dan meradang. Para
perokok selalu saja paranoid dengan mengatakan bahwa RUU pengendalian tembakau disponsori
oleh kepentingan bisnis luar negeri.
Bila hal ini benar demi kesehatan masyarakat Indonesia mengapa perokok masih resah. Tetapi
sebaliknya para perokok tidak disadari telah dimanfaatkan para produsen rokok dan dengan dalih
demi kepentingan petani tembakau. Indonesia adalah "surga bagi perokok dan produsen rokok,
neraka bagi orang yang tidak merokok". Padahal, faktanya duapuluh tahun belakangan jumlah
produksi rokok meningkat sangat pesat tetapi jumlah produksi tembakau nasional tetap.

Hal ini terjadi karena import tembakau semakin besar. Impor tembakau oleh produsen rokok
Indonesia telah dilakukan beberapa tahun terakhir sebesar 30% dari total kebutuhan. Produksi
tembakau domestik hanya men-support suplai 70% terhadap kebutuhan tembakau sebagai bahan
baku rokok.
Para produsen rokok semakin kaya tetapi kehidupan petani rokok justru semakin merosot kualitas
tembakaunya lebih mahal dan kualitasnya lebih buruk dibandingkan kualitas impor seperti dari Brazil
dan Cina. Selain itu karyawan buruh rokok linting sudah banyak di PHK dengan diganti mesin
canggih demi efisiensi biaya dan mengeruk keuntungan lebih besar lagi.
3. Perokok berat merasa sehat buktinya beberapa kali foto Rontgen normal.
Perokok menganggap dirinya sehat setelah beberapa kali mengalami foto rontgen. Inilah salah satu
kesalahan terbesar para perokok. Rokok dapat menyebabkan gangguan pembuluh darah yang
dapat berakibat stroke, jantung, impotensi, kanker paru atau gangguan kanker lainnya. Dalam tahap
awal gangguan yang diakibatkan rokok mungkin hanya menganggu pembuluh darah atau
permukaan saluran napas atas . Dalam keadaan seperti ini foto rontgen normal.
Saat terjadi gangguan pembuluh darah mungkin para perokok tidak mengalami gangguan sedikitpun
atau mungkin hanya gangguan ringan seperti nyeri dada, sakit kepala atau badan lemah dan hal ini
dianggap hal lain seperti kecapekan atau masuk angin.. Itulah sebabnya mengapa banyak orang
sakit jantung meninggal mendadak saat melakukan medical check up normal dan merasa tidak
mengalami gangguan penyakit sebelumnya.
Sedangkan untuk kanker paru awalnya juga tidak didapatkan gangguan sedikitpun pada foto
rontgen dan paru. Banyak penderita kanker paru justru sudah ketahuan menjalar ke seluruh organ
tubuh, hanya di awali dengan keluhan batuk-batuk ringan. Gangguan permukaan saluranaan nafas
yang dialami para perokok hanya mengalami batuk ringan dan dalam keadaan ini foto paru bahkan
CT Scan masihn sangat bagus dan normal. Disamping itu banyak perokok saat mengalami batuk
lama, sesak, impotensi atau badan lemah mengingkari hal itu bukan karena rokok tetapi karena
terlalu capai, stres atau mekanisme pembelaan diri lainnya.
4. Rokok Aman Bagi Kesehatan
Sebagian besar perokok selalu dengan bangganya masih menganggap bahwa merokok itu aman
dan sehat. Dengan jumawanya perokok mengatakan, saya lebih sehat dibandingkan tetangga saya
yang kemarin mati muda tetapi bukan perokok. Hal tidak rasional inilah yang sering diungkapkan
para perokok. Perokok tidak menyadari mungkin saja dengan kondisi fisik yang sama dengan orang
sehat lainnya perokok tersebut biasa akan mati 15 tahun lebih dulu. Atau bila dibandingkan orang
sehat lainnya yang bukan perokok maka kecepatan lari dan kekuatan fisiknya akan kalah jauh.
Banyak penelitian dan dokter memastikan bahwa rokok itu berbahaya. Ratusan penelitian yang
telah diakui kevalidannya di dunia ilmiah elah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat
menyebabkan ketergantungan, di samping menyebabkan banyak tipe dan jenis kanker, penyakit
jantung, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, emfisema, dan
memperberat penyakit lainnya.

Penelitan banyak menunjukkan bahwa perokok pasif bisa terkena dampak kesehatan sama dengan
perokok aktif. Uniknya dibalik pendapat "ngawur" yang keluar dari mulutnya bahwa rokok aman,
tetapi sebagian para perokok takut merokok di dekat anaknya sendiri. Meski sebagian kecil orangtua
masih ada yang tidak peduli tetap merokok terus di dekat anak dan cucunya. Tetapi sebgian para
perokok yang egois atau memang benar-benar tidak tahu itu memang tidak peduli kesehatan orang
lain di sekitarnya saat dia merokok dalam ruangan, dalam kendaraan umum, atau dalam
rumah makan yang banyak terdapat anak, ibu hamil dan orang sehat bukan perokok lainnya.
5. Rokok belum terbukti sebagai penyebab kanker.
Banyak para perokok masih tidak yakin bahwa rokok dapat menyebabkan kanker. Bahkan sebagian
kelompok kampanye hitam rokok mengatakan bahwa penelitian rokok penyebab kanker adalah
bohong besar. Sebagian lainnya mengatakan sebaliknya bahwa rokok sebagai anti kanker karena
terdapat zat antikarsinogenik.
Memang mungkin saja ada kandungan baik hijaunya daun segar tembakau bila diteliti. Tetapi saat
berupa asap rokok akan banyak didominasi ratusan bahan karsinogenik lainnya. Perokok sering
menganalogikan bahwa menteri kesehatan atau si Ponari tetangga sebelah meninggal karena
kanker paru juga bukan perokok. Tetapi dengan contoh kasus perkasus seperti itu, tidak bisa
disimpulkan bahwa rokok bukan penyebab kanker.
Analogi salah lainnya, sebagian besar orang meninggal sakit jantung dengan kolesterol yang
normal. Tetapi mereka tidak tahu bahwa sebagian besar penderita kanker paru adalah perokok.
Memang kanker paru dan penyakit jantung disebabkan berbagai faktor bukan hanya rokok. Faktor
penyebab lainnya termasuk kolesterol, diabet, genetik atau faktor lainnya. Sudah puluhan atau
mungkin ratusan penelitian yang dilakukan dengan benar secara ilmiah telah menunjukkan bahwa
rokok penyebab kanker dan dampak kesehatan lainnya.
Sebagian besar penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal online pubmed tentunya sudah
berdasarkan kaidah penelitian yang baik dan benar dengan memperhitungkan bukan hanya rokok
sebagai penyebab tetapi berbagai faktor resiko atau penyebab lainnya dan juga dibandikan dengan
kelompok orang sehat. Risiko kematian akibat kanker paru-paru pada laki-laki yang merokok lebih
besar 23 kali sedangkan untuk wanita yang merokok sebesar 13 kali lipat dan sepertiga dari perokok
tersebut meninggal dengan rata-rata waktu meninggal 15 tahun lebih cepat dibandingkan yang tidak
merokok. Hal ini didukung oleh ratusan penelitian ilmiah lainnya
6. Perokok adalah bentuk kemerdekaan seseorang.
Perokok dengan bangganya bahwa merokok merupakan bentuk kemerdekaan seseorang dan tidak
melanggar hak asasi. Para perokok dianggap sebagai orang yang merdeka karena mereka berani
menempuh bahaya dibandingkan orang lain. Padahal bagi orang rasional mungkin secara ektrim
perokok bukan orang yang merdeka tetapi orang nekat dan tidak waras karena berani bertarung
nyawa.
Perokok menganggap dirinya merdeka bisa menghisap asap rokok dengan menganggu
kemerdekaan orang yang butuh udara sehat. Tidak disadari para perokok justru hanya
mengagungkan hak asasi pribadi dengan mengorbankan hak asasi orang lain dengan merokok di

sembarang tempat. Bahkan sebagian lain para perokok sudah keblabasan ketika ditegur merokok di
sembarang tempat dan menganggu sekitarnya menjadi amrah.
Inilah bentuk ketidakwarasan para perokok yang dilabelkan banyak orang ketika mereka terganggu
ulah perokok. Beranikah para perokok menyuruh anak perempuannya untuk merokok sebagai
bentuk kemerdekaan perempuan. Bahkan para perokok dengan egoisnya sering mengatakan
mengapa anda tidak mengingatkan ketika saya makan makanan mengandung kolesterol. Substansi
utamanya bila memang perokok tidak bisa disadarkan bahwa rokok berbahaya tidak usah
menggunakan berbagai istilah yang tidak rasional. Tetapi bila itu tidak bisa disadarkan sebaiknya
kampanye anti rokok ini hanya untuk menyelamatkan yang bukan perokok dengan jangan merokok
di dekat orangn lain. Seharusnya mereka berterimakasih dengan orang lain yang mengingatkan dan
peduli dengan kesehatannya. Tetapi hal itu dijawab dengan cemoohan dan ketidak pedulian
terhadap orang di sekitarnya
7. Perokok dianggap melestarikan kebudayaan bangsa
Benarkah merokok adalah budaya Indonesia? Sesungguh budaya merokok justru datang dari
Amerika. Budaya merokok sebenarnya berasal dari Amerika. Merokok untuk pertama kalinya adalah
suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16,
ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut
mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian
kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa
Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan
semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok
mulai masuk negara-negara Islam. Rokok tanpa filter atau kretek bukan hanya milik bangsa ini.
Jaman dahulu para merokok menggunakannya tanpa filter atau cerutu. Tetapi dengan semakin
majunya pengetahuan disadari berbahaya akhirnya rokok tanpa filter sudah mulai ditinggalkan.
Sayangnya, bangsa ini masih terlena oleh budaya kuno Amerika yang sudah mulai ditinggalkan
tetapi tetap terus dibudayakan di negeri ini dengan tetap meyakini bahwa kretek adalah budaya
bangsa.
Tetapi apabila para perokok tetap bersikeras menganggap sebagai budaya bangsa seharusnya bila
budaya tersebut mengganggu kehidupan dan kualitas hidup bangsa apakah harus mati-matian
dipertahankan demi harga diri bangsa. Sama juga dengan budaya negatif bangsa ini lainnya, seperti
minum tuak, tari dangdut porno, budaya tidak disiplin atau budaya korupsi.
Bangsa besar ini memang harus mati-matian mempertahankan budaya tinggi bangsa ini. Tetapi
jangan terlalu bangga dengan budaya buruk bangsa ini. Para perokok selalu paranoid bahwa
mereka dipengaruhi oleh tekanan asing untuk menghenntikan kebiasaan merokoknya. Tetapi tidak
menyadari bahwa budaya buruk merokok itu justru datang dari Amerika dan saat ini kalau ada orang
Amerika yang menghentikan budaya buruk mereka tersebut malah dicurigai membunuh budaya
Indonesia.
8. Perokok sebagai penyumbang terbesar negara sebagai cukai rokok.

Pendapat klasik inilah yang selalu timbul ketika rokok diusik sebagai bahan berbahaya. Cukai rokok
yang diterima oleh negara tidak sebanding dengan biaya kesehatan yang harus dibayar oleh negara
dan masyarakat akibat rokok. Cukai produk tembakau seperti rokok sekitar Rp 40 triliun tahun 2006
dan Rp 77 triliun tahun 2011. Namun, pendapatan APBN tersebut sangatlah kecil bila dibandingkan
dengan uang yang harus dikeluarkan untuk biaya pengobatan penyakit akibat rokok. Biaya
kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat akibat rokok diperkirakan sebesar Rp 120 - 180
triliun. Bila seluruh pengobatan nantinya akan dibiayai oleh Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas), maka Jamkesmas harus menanggung Rp 80 triliun sisa biaya pengobatannya.
9. Rokok dapat digunakan sebagai obat.
Para perokok bak "ahli kesehatan" mengatakan dengan seuara percaya diri bahwa secara
tradisonal rokok kretek adalah baik untuk kesehatan. Bahkan perokok dengan bangganya
mengatakan bahwa "katanya" banyak dokter yang mengatakan bahwa rokok bisa jadi obat. Dengan
bangganya mperokok mengatakan, bahwa "katanya" dokter yang praktek di Salemba telah
melakukan praktek dengan melakukan terapi rokok untuk menyembuhkan kesehatan.
Tidak ada penelitian satupun yang menunjukkan bahwa merokok dapat terbukti sebagai obat. Isu
bahwa rokok untuk baik kesehatan itu dicurigai dihembuskan oleh berbagai pihak khususnya
produsen rokok yang justru menyesatkan para perokok. Jadi, kalau ada dokter yang berpraktek
terapi rokok untuk menyembuhkan penyakit pasti akan ditindak oleh Komisi Etik Ikatan Dokter
Indonesia karena menyalahi kaidah ilmu kedokteran karena menyesatkan dan membahayakan
penderita.
Kalaupun ada penelitian mungkin saja tembakau atau bahan narkoba yang digunakan sebagai obat
tetapi bukan dalam bentuk rokok tetapi dalam bentuk tembakau segar dan dalam jumlah yang
berlebihan. Justru tidak bisa dibantahkan osedikitpun bahwa hampir semua penelitian tentang rokok
menunjukkan dampak buruk rokok bagi kesehatan.
10. Fidel Castro sudah tua perokok berat masih sehat-sehat saja.
Dokter dan orang kesehatan di dunia bohong besar dan tidak tahu apa tentang bahaya merokok.
Buktinya Fidel Castro sudah tua perokok berat masih sehat-sehat saja. Beberapa orang perokok
bahkan dengan kasar dan "sok pintar" sering menuduh bahwa dokter tidak tahu apa-apa tentang
kesehatan. Buktinya Fidel Catro, Mao Ze Dong atau Mbah Parto kakeknya telah berusia 60 tahun
telah merokok tetapi sampai sekatrang masih hidup sehat.
Dengan sombongnya para perokok mengatakan bahwa tetangga saya bukan perokok meninggal
dalam usia muda sedangkan saya sehart-sehat saja. Memang banyak faktor mengapa seseorang
mengalami usia panjang. Ternyata beberapa gen dalam setiap individu juga berperanan mengapa
seseorang dapat tahan dengan berbagai penyakit dan paparan berbahaya di sekitarnya. Tetapi bila
ini terjadi bisa saja kelompok ini mungkin Fidel Castro, Mao Ze Dong atau Mbah Parto meski
perokok baru meninggal usia 90 tahun tetapi mereka tidak menyadari bahwa teman Fidel Castro
yang bukan perokok baru meninggal usia 105 tahun atau 15 tahun lebih lama hidup di dunia.
Penelitian telah membuktikan bahwa diantara ribuan orang yang diteliti usia perokok 15 tahun lebih
muda dibandingkan bukan perokok. Sebaliknya dalam kelompok yang rentan bisa saja berumur

tidak panjang bila terjadi paparan bahan berbahaya di lingkungannya. Bila pendapat ini terekam
oleh otak kelompok individu yang rentan, maka hidupnya akan seumur jagung padahal ingin hidup
seperti Fidel Castro. Tua, kaya raya, banyak isteri dan merokok banyak secara bebas.

KLAN rokok adalah iklan yang paling ambigu. Rokok selalu ditawarkan
sebagai sesuatu yang paling hebat. Namun, pada saat yang sama, rokok
diiklankan sebagai produk yang berbahaya. Di akhir iklan baik di media
massa cetak maupun elektronik selalu ditulis: Merokok dapat
menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan
dan janin.
Kenyataannya, peringatan keras bernada intimidatif namun objektif itu tidak
pernah digubris. Hampir 1 milyar laki-laki di dunia ini merokok. Di negaranegara maju, kaum pria perokok jumlahnya 35 persen dari populasi. Di
negara-negara berkembang besarnya 50 persen dari populasi. Setiap hari,
250 juta wanita di seluruh dunia asyik merokok. Di negara-negara maju,
besarnya 22 persen dari populasi. Di negara berkembang, besarnya 9 persen
dari populasi.
100 Juta Kematian

Sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa rokok adalah setan pencabut


nyawa yang paling haus darah. Dalam buku The Tobacco Atlas terbitan
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (2002), dilaporkan bahwa 50 persen
perokok meninggal karena penyakit akibat rokok. Pada abad ke-20, ada 100
juta jiwa meninggal karena rokok. Menurut prediksi para ahli, jumlah kematian
itu bisa berlipat 10 kali pada abad ke-21. Dengan demikian, merokok lebih
berbahaya daripada virus HIV/AIDS, penyalahgunaan obat terlarang,
kecelakaan lalu-lintas, maupun kejahatan (pembunuhan).
Menghentikan kebiasaan merokok adalah solusi untuk pengurangan angka
kematian global. The Lancet, sebuah jurnal kesehatan di Inggris, menyatakan

bahwa menurunkan jumlah perokok dunia hingga 20 persen sebelum tahun


2020 dapat menghindarkan 100 juta kematian akibat tembakau.
Indonesia Pro-Rokok?
Meskipun berbagai upaya pengurangan kebiasaan merokok dilakukan,
masyarakat tetap saja merokok. Di Amerika Serikat, khususnya New York,
telah dilakukan berbagai cara untuk menekan kebiasaan merokok. Walikota
Michael Bloomberg dan Ketua Komisi Kesehatan Thomas Frieden melakukan
usaha-usaha seperti menaikkan pajak, membatasi iklan, memperluas area
bebas merokok, dan membantu terapi para pecandu rokok. Saat ini, harga
sebungkus rokok di New York sudah lebih dari US $ 7 (sekitar Rp 63.000).
Dengan berbagai kebijakan itu, jumlah perokok memang turun sampai 20
persen.
Tetapi, para pendatang baru di dunia berasap ini tetap terus bertambah setiap
harinya.
Bagaimana dengan Indonesia? Hasil riset menunjukkan bahwa dua per tiga
perokok di seluruh dunia adalah mereka yang tinggal di 15 negara yang
berpendapatan menengah ke bawah. Separuh dari mereka tinggal di negaranegara Cina, India, Rusia, Bangladesh, dan Indonesia. Kita masuk dalam 5
besar pengguna tembakau dunia.
Sepertinya, Indonesia kurang bersikap dan bertindak tegas soal rokok.
Pertama, pemerintah tidak berusaha membatasi dengan meningkatkan cukai
yang tinggi. Cukai rokok di Indonesia terendah di kawasan Selatan-Timur
Asia. Padahal, di Thailand bisa 60 persen, di India 70 persen, bahkan 75
persen di Nepal, Maldives, dan Myanmar.
Kedua, tidak ada pembatasan yang signifikan untuk pengiklanan produk
rokok. Di Indonesia, iklan rokok justru merebak di berbagai media massa
cetak dan elektronik. Di tempat-tempat umum, dari kota sampai pelosok
pedesaan, iklan rokok mudah dijumpai. Di India, tidak boleh ada iklan rokok di
media massa cetak dan elektronik. Poster dan baliho iklan rokok juga tidak
boleh dipasang di pinggir jalan-jalan raya.

Ketiga, Indonesia telah menunda-nunda untuk ikut meratifikasi Framework


Convention on Tobacco (FCTC). Ini merupakan konvensi internasional untuk
pengendalian tembakau. Sampai pada awal tahun 2006 saja, 168 negara dan
seluruh negara di ASEAN sudah ikut meratifikasi.
Bagi Indonesia, masalah rokok memang dilematis. Di satu sisi,
pemberantasan rokok sangat berarti untuk menyehatkan bangsa dan
membangun generasi baru. Di sisi lain, kalau rokok dikontrol terlalu ketat,
pendapatan pemerintah dari cukai rokok menurun, banyak orang kehilangan
pekerjaan, dan ekonomi makro pun terguncang. Siapa mau mengganti
pendapatan negara dari rokok yang lebih dari Rp 30 triliun itu?
Konsep Hidup
Melenyapkan rokok sama sekali dari dunia ini rasanya hampir tidak mungkin.
Industri rokok sudah menjadi bagian dan bahkan pilar penyangga dari sistem
ekonomi. Perusahaan-perusahaan rokok semakin hari semakin kuat. Di
Amerika Serikat, perusahaan rokok setidaknya mengalokasikan US $ 50 per
konsumen tiap tahun untuk kepentingan iklan dan pemasaran di seantero
negeri. Kecuali itu, merokok sudah sedemikian membudaya dalam kehidupan
masyarakat.
Sejarah mencatat berbagai usaha keras telah ditempuh untuk memberantas
budaya merokok. Ketika Sir Walter Releigh memperkenalkan tembakau di
Eropa, penolakan keras datang dari para pemuka agama, bangsawan, dan

cendekiawan. Para pengguna tembakau dianiaya di Rusia, dibunuh di Turki,


dan dipenjarakan di Switzerland. Paus Urban VIII menentang keras. Raja
James I dari Inggris memproklamirkan bahwa tembakau itu jahat karena
merusak kesehatan otak, paru-paru, dan mata.
Pada dasarnya, kebiasaan merokok tidak bisa dihentikan begitu saja.
Merokok adalah sebuah gaya hidup. Ada alasan-alasan kompleks mengapa
seseorang menjadi perokok. Faktor ketagihan dan kenikmatan bukan satusatunya alasan.
Karena itu, sangat tidak mudah untuk membujuk seseorang supaya berhenti
merokok. Bahkan, sekalipun sudah jatuh sakit dan miskin, asap tembakau di
mulut tetap terus mengepul.
Yang perlu dilakukan adalah penanaman nilai-nilai budaya sejak dini. Ini lebih
dari sekedar pendidikan kesehatan dan pemberian pengetahuan tentang
bahaya rokok. Ini harus merupakan penanaman filosofi kehidupan. Dulu, saat
pertama kali orang Indian Huron mulai merokok, itu bukan karena ketagihan.
Mereka merokok sebagai sebuah ritual untuk menghormati dewi kesuburan.
Merokok adalah sebuah tindakan simbolik religius, bukan untuk merusak
tubuh demi pemuasan hawa nafsu. Sekarang, rokok sudah diubah fungsinya
untuk kenikmatan sesaat. Hal itu sama seperti seks.

Perilaku seks bebas mewabah karena orang modern tidak lagi


mengkeramatkannya. Seks berubah fungsi menjadi komoditi bisnis kapitalistik
dan gaya hidup rendahan yang hedonistik.
Sejak dini, anak-anak kita harus diajari tentang konsep kehidupan. Sebagai
contoh adalah penanaman konsep bahwa tubuh adalah anugerah Tuhan.
Merusak tubuh dengan cara apapun, meskipun itu menyenangkan, adalah

dosa. Ketika filosofi ini tertanam kuat dan kemudian informasi ilmiah tentang
bahaya merokok dibeberkan, anak-anak kita akan bisa mengambil keputusan
untuk tidak merokok. Cara itu akan jauh lebih efektif daripada pemberian
motivasi ekstrinsik dengan cara dipaksa-paksa, ditekan-tekan, dan
diintimidasi ini dan itu.

Anda mungkin juga menyukai