Sekunder
Christian Fisang, Ralf Anding, Stefan C. Mller, Stefan Latz, Norbert Laube
Abstrak
Latar Belakang: Tingkat kelaziman urolithiasis di Jerman adalah 4,7%; hasil tersebut
meningkat tiga kali lipat selama 3 dekade terakhir. Resiko penyakit kambuh adalah sekitar 5080% tergantung dari jenis batunya, kecuali apabila pencegahan kedua diperkenalkan.
Pencegahan kedua yang diadaptasi dari resisko kambuhnya lagi penyakit tersebut mampu
menurunkan tingkat resiko 10 sampai 15%.
Metodologi: Ulasan ini merupakan ulasan yang berdasar pada perolehan dari beberapa karya
ilmiah yang telah dipublikasi lewat pencarian selektif pada publikasi karya medis dengan
menggunakan kata kunci urolithiasis, kencing batu, epidemiologi, lithogenesis,
biomineral, faktor-faktor berisiko, dan juga diagnosis, terapi, metaphylaxis. Publikasi
publikasi tersebut dievaluasi dengan bantuan petunjuk urolithiasis dari Asosiasi Urologi Eropa.
Hasil: Batu ginjal akut biasanya dapat didiagnosa tanpa menggunakan peralatan canggih. Batu
ginjal dapat diatasi dengan beramacam teknik tergantung dari ukuran dan letak batu tersebut,
termasuk penggunaan ESWL (Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy), ureterorenoskopis,
percutaneous nephrolitholapaxy, dan bedah. Kebanyakan, batu kencing berdiameter 5 mm lewat
sendiri secara spontan. 75% dari pasien tidak memiliki komplikasi. Evaluasi dasar yang
diperlukan dalam pencegahan kedua dapat dilakukan oleh dokter apapun pada basis ambulatory.
Dari 25% pasien yang memiliki komplikasi, evaluasi interdisiplin yang lebih luas pada parameter
metabolik harus dilakukan di pusat perawatan batu ginjal.
Kesimpulan: Urolithiasis memiliki banyak penyebab dan dapat ditangani dengan berbagai cara.
Pengembangan dan perluasan metabolik penting untuk pencegahan kedua. Berbagai pilihan
perawatan harus dipertimbangkan untuk kecocokannya pada setiap pasien. Data yang kuat
terdapat pada metode bedah dan intervensional, namun belum terdapat percobaan kualitas tinggi
dari pencegahan tahap 2. Penelitian selanjutnya harus berkonsentrasi pada etiologi dan
patogenesis dari urolithiasis.
Pada tahun 2006, urolithiasis merupakan penyakit kedua dari penyakit prostat yang
didiagnosis di pusat urologi Jerman.
Batu kencing adalah batuan polycrystalline yang muncul pada sistem urin pada manusia
dan hewan. Tulang dan gigi merupakan biomineral. Sedang produk non-patologi dari
biomineralisasi, terbentuk secara genetik dengan proses tertentu, menunjukkan sistem organisasi
biologis yang tinggi, urolithiasis merupakan kasus yang istimewa. Pembentukannya diatur oleh
faktor patoanatomi dan psiko-chemical.
Sekitar 97% dari batu kencing, ditemukan pada ginjal dan saluran kencing (batu ginjal),
3% lainnya ditemukan di kandung kemih dan uretra. Batu kencing dapat mencakup ukuran
diameter dari mikrometer sampai beberapa sentimeter. Biasanya batu kencing tak nampak
sampai penderita menemukannya sendiri, biasanya sangat menyakitkan, atau ditemukan secara
tidak sengaja oleh radiografis atau ultrsound (Gambar 1).
Batu kencing merupakan gejala eksogin dan endogin yang biasanya berasal dari
multifaktor. Keluarnya batu secara alami atau lewat pembedahan tidak menghilangkan
penyebabnya, sehingga nbanyak dari pasien yang mengalami gejala yang kambuh lagi.
Dilihat dari keaneka ragaman etiologis dari batu kencing, banyak komposisi yang
berbeda ditemukan. Kalsium Oxalate (whewellite, wedellite; dengan tingkat kelaziman >80%),
Kalsium Fosfat (Karbonat Apatit, 5%), magnesium amonium fosfat (batu infeksi, struvite,
5%), dan asam urin (13%) adalah biomineral yang paling sering muncul, sedangkan cystine,
ammonium urate, dan brushite terhitung langka (semua 1%).
Perubahan gaya hidup dan perkembangan diagnosis telah menuntun peningkatan
kelaziman dan kemunculan batu kencing. Di Jerman, survey nasional menunjukkan adanya
peningkatan kemunculan (dari 0,54% ke 1,47%) dan tingkat kelaziman (dari 4,0% ke 4,7%)
antara tahun 1979 dan 2001. Oleh sebab itu, urolithiasis merupakan penyakit yang telah
menyebar. Lima puluh persen pasien mengalami kambuhnya lagi penyakit tersebut dan 10
sampai 20% 3 atau lebih episode lanjutan dari urolithiasis. Di Amerika, kelaziman dilaporkan
mencapai 12%. Urolithiasis yang berhubungan dengan tingkat kemakmuran yang jug amuncul
pada peningkatan ekonomi, juga menjadi salah satu alasan dimana kalori yang tinggi dan
kurangnya olahraga. Seperti pada awal abad 12, Hildegard dari Bingen (1098-1179) mendapati
hubungan dari makanan orang kaya, anggur, dan batu kencing dan menghimbau kerabatnya
untuk melakukan perubahan pada pola makan mereka. Pada tahun 2000, 9,7% pria di Jerman dan
5,9% wanita di Jerman yang berusia 50 sampai 64 tahun mengalami gejala-gejala urolithiasis.
Pada dua dekade sebelumnya, tingkat kemunculannya meningkat sebagian besar pada usia 40
dan 49 tahun. Terdapat beberapa perbedaan distribusi dari jenis kelamin dan wilayah di Jerman:
batu kencing asam cenderung sering muncul di wilayah timur dan selatan, batu infeksi lebih
cenderung muncul di sebelah timur negara. Batu kalsium fosfat lebih sering muncul pada pasien
yang lebih muda, sedang batu kencing asam dan batu dengan komposis tertentu lebih sering
muncul pada orang yang lebih tua. Pekerjaan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya batu
kencing: diantara beberapa profesi, peningkatan resiko terjadi pada dokter, terutama ahli bedah.
Kurangnya keseimbagan cairan merupakan faktor utama yang menimbulkan batu kencing.
Beberapa faktor utama penyebab berbagai macam urolithiasis adalah kebiasaan pola
makan, iklim, lingkungan, suku, dan keturunan. (gambar 2)
Faktor eksogen seperti pola nutrisi dan gaya hidup yang ditunjukkan lewat kurangnya
gerak tubuh dan tingginya kandungan dari makanan yang terserap seperti lemak, protein,
karbohidrat, dan purine menjadi sangat penting, seperti merokok, konsumsi minuman beralkohol,
dan stres kronis. Peningkatan tingkat kemunculan dan kelaziman urolithiasis di Amerika dan
Eropa telah diramalkan.
Sebelum investigasi diagnosa dimulai, pasien yang menderita sakit pada perut akan
diberikan obat penghilang rasa sakit yang tepat. Pilihannya adalah antirematik non-steroid,
contohnya diclofenac dan metamizole (tingkat bukti 1b dan rekomendasi kelas A), dan opioids,
contohnya tramadol (tingkat bukti 4, dan rekomendasi kelas C). obat tersebut diberikan secara
kombinasi.
Analgesia harus diikuti oleh pemeriksaan fisik yang berorintasi pada diagnosa atau gejala
yang berbeda, yang mana harus termasuk pemeriksaan lewat rabaan pada bagian ginjal dan
abdomen. Hal ini juga harus diikuti oleh investigasi keluaran urin spontan dengan menggunakan
strip tes urin. Adanya microhematoria merupakan pertanda kuat adanya batu ginjal. Sonografi
merupakan uji diagnosa non-bedah yang bagus, dengan sensitifitas 61-93% dan spesifitas atau
ketegasan mencapai 84-100% dan harus dilanjutkan. Pada sebagian besar kasus batu di kandung
kemih, temuan sonografis adalah akumulasi urin. Batu biasanya tidak terpampang secara
langsung karena gas yang ada di atas intestinal. Tiga hal dari rasa sakit yang menghimpit perut,
didiagnosa secara sonografis ectasia dari kaliks ginjal, dan microhematuria merupakan
patognomonik untuk ureterolithiasis. Sensitifitas dari microhematuria dalam tiga konteks ini
adalah 0,95 pada fase akut.
Perawatan Konservatif
ESWL (Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy)
Ureterorenoscopy (URS)
Percutaneous nephrolithotomy (PCNL)
Laparoscopy
Bedah
Dalam beberapa kasus ekstrim, nephrectomy mungkin sangat diperlukan. Laparoscopic
dan bedah harus dilakukan dengan dikombinasikan dengan perawatan komorbiditas seperti
stenosis pinggul dan ginjal.
Tabel 1
Klasifikasi pasien batu saluran kemih berdasarkan riwayat kesehatan mereka (6, 37)
Temuan
Episode pertama
Usia : dewasa
Tindakan
Sejarah "sering nyeri ginjal" di masa kecil, tapi
kompensasi tertentu
Petunjuk batu mungkin belum ditemukan pada
anggota keluarga melalui pernyataan seperti
Batu tunggal
Tabel 2
Klasifikasi pasien batu saluran kemih berisiko tinggi
Temuan
Tindakan
Ginjal tunggal
Malformasi saluran kemih
Gangguan fungsi saluran cerna
Hiperparatiroidisme (HPT)
Nefrokalsinosis
Sistin,
2,8-dihydroxyadenine,
xanthine
batu
Batu di Pelvis ginjal dan calyces atas/tengah dapat ditangani dengan ESWL, PCNL, dan URS
fleksibel. Untuk pasien dengan batu 20 mm, ESWL adalah metode penanganan yang
dianjurkan, dengan tingkat kesuksesan 54% hingga 94% pada batu di calyces atas/tengah dan
79% hingga 85% pada pelvis ginjal (rekomendasi kelas B). Untuk urolit atau kristal >20 mm
ESWL beresiko meninggalkan sisa-sisa fragmen (steinstrasse) dalam ureter dan mengurangi
potensi terbebas sepenuhnya dari batu/kristal. Oleh karena itu PCNL lebih dianjurkan
(rekomendasi kelas B).
Calyces bawah
Untuk alasan anatomi, persentase terbebas sepenuhnya dari batu/kristal pada calyces bawah
menurun pada penggunaan ESWL. Tergantung pada metode pengobatan sebelumnya, resiko
kambuh, komorbiditas, dan kondisi anatomi, di antara faktor-faktor lainnya, PCNL-mini dengan
diameter sebesar 11 sampai 21 Charrire adalah opsi yang semakin umum digunakan untuk batu
dengan ukuran sekecil 10 mm (rekomendasi kelas B). Untuk batu dengan ukuran diatas 10 mm,
URS fleksibel bersaing dengan ESWL. Revisi pedoman EAU edisi April 2014 menjelaskan
peningkatan akan pentingnya tindakan endoskopi dibanding tahun 2013. Intervensi endoskopik
seperti URS dan PCNL mulai dianggap sesahih ESWL untuk menangani batu/kristal berapapun
ukurannya di bagian ini. Meskipun begitu, karena kurangnya studi acak yang relevan, kekuatan
rekomendasi untuk peningkatan teknik endoskopik ini hanya berada pada level B. yang
selebihnya didasarkan pada konsensus para ahli.
Batu tanduk rusa
Batu ginjal yang mendiami sebagian besar dari ginjal pelvis atau setidaknya memenuhi satu
calyx disebut dengan batu tanduk rusa. Opsi pengobatannya adalah PCNL, dengan kemungkinan
kombinasi baik dengan ESWL atau URS fleksibel, atau pada kasus-kasus tertentu,
nephrolithotomy juga dilakukan. Jika ginjal sudah tidak lagi berfungsi, nephrectomy juga dapat
menjadi opsi.
Ureter proksimal
Metode pengobatan yang dianjurkan untuk batu dengan ukuran 10 mm pada ureter proksimal
adalah ESWL. Persentase terbebas sepenuhnya dari batu/kristal cukup tinggi, yaitu pada 70%
hingga 90% kasus (rekomendasi kelas A). Jika ESWL in-situ primer tidak memungkinkan untuk
dilakukan atau tidak dianjurkan oleh hasil temuan laboratorium, seperti adanya kegagalan ginjal
atau infeksi saluran kencing, belat ureteral disertai dengan ESWL dapat menjadi opsi. Perlu
dicatat bahwa 20% pasien yang menjalani belat ureteral harus berhenti sementara dari aktifitas
kerja. URS adalah metode yang dipilih untuk batu dengan ukuran >10 mm. Perkembangan
terkini menunjukkan URS fleksibel dan setengah kaku, termasuk diameter instrument yang lebih
kecil dan sudut lengkungan yang tinggi, telah mengubah penanganan batu di ureter proksimal.
Kebebasan penuh dari batu/kristal kini tercatat pada 82% kasus dengan resiko komplikasi yang
rendah.
Ureter distal
ESWL dan endoskopi adalah metode penanganan yang sahih untuk batu dengan ukuran 10 mm
pada ureter distal, dengan tingkat kebebasan penuh dari batu/kristal masing-masing mencapai
86% dan 97%. Endoskopi lebih dipilih untuk batu >10 mm, dengan persentase kebebasan penuh
pada 93% pasien, lebih efektif dibandingkan ESWL dengan persentase kebebasan penuh sebesar
74% (rekomendasi kelas A).
Metaphylaxis
Apabila perawatan primer yang sukses diikuti dengan pencegahan efektif terhadap kambuh,
material batu harus dikenakan Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) atau sinar-X
difraksi (XRD) seperti yang dijelaskan dalam pedoman. Tanpa adanya analisis terhadap batu,
prophylaxis yang spesifik tidak dapat dilakukan (bukti tingkat 2, rekomendasi kelas A).
Analisis ini harus dilakukan di setiap kejadian batu ginjal, karena komposisi dari
beberapa batu pada pasien yang sama dapat berubah dalam batas klinis yang relevan (bukti kelas
2, rekomendasi kelas B). Namun pada prakteknya, hal ini sering dilupakan sehingga pasien
jangka panjang kemungkinan menerima penanganan yang tidak lagi sesuai.
Seberapa detail analisis terhadap batu ginjal harus dilakukan? Pendapat-pendapat kritis
mungkin akan mempertanyakan maksud dan tujuan dari analisis paska penanganan yang
kompleks ketika anjuran utama pada saat penanganan hanyalah meningkatkan asupan cairan.
Bagaimanapun, urolithiasis/pembatuan tingkat lanjut kemungkinan membutuhkan tindakan
operasi, dan komplikasi potensial seperti kegagalan ginjal akut dan urosepsis juga harus
dipertimbangkan, bersamaan dengan kelainan yang dapat bersifat serius seperti insufisiensi
ginjal yang kronis dan fatal. Beberapa kelainan lain juga telah ditemukan. Rule dan koleganya
menunjukkan bahwa pembetukan batu kemih berhubungan dengan meningkatnya resiko
serangan jantung. Membandingkan 4564 pasien dengan 10860 kontrol, ditemukan tingginya
resiko pembentuk setelah observasi selama 9 tahun. Setelah penyesuian terhadap faktor resiko
seperti insufisiensi ginjal, peningkatan pada resiko menjadi 31%. Sun et al mendeskripsikan
peningkatan resiko pada kanker urothelial pada pembentuk batu kemih.
Diagnosis paska penanganan dan metaphylaxis yang idealnya dilakukan ketika pasien
telah terbebas dari batu harus diindividualisasi dan diadaptasi sesuai dengan resiko-resiko yang
telah diketahui. Spektrumnya meliputi pemantauan dengan cermat sampai dengan tes
metabolisme interdisipliner. Sekitar 25% pasien batu termasuk dalam kategori pasien beresiko
tinggi. Diperkirakan pada 75% kasus batu, peningkatan stadium dapat dicegah secara efektif
dengan diagnosis metabolism dasar diikuti dengan metaphylaxis batu kemih umum.
Data terkait riwayat hidup pasien dan pengobatan yang berhubungan dengan pola makan,
ditambah investigasi berorientasi biokimia dan penyelidikan terhadap penyebab yang bersifat
anatomi, sangat penting bagi proses metaphylaxis paska penanganan. Hal ini berlaku bagi pasien
baik yang baru pertama kali mengalami ataupun pasien kambuhan. Dengan penanganan serius,
tingkat kambuhnya menurun secara signifikan sebesar 50% hingga 80% berbanding dengan 10%
hingga 15%.
Faktor-faktor utama terkait batu ginjal adalah cacat enzim, kelainan hormon, malfungsi
penyerapan pada sistem pencernaan, insufisiensi ginjal, kelainan urodinamik, infensi saluran
kencing yang positif urease, dan kadar pH yang tidak normal pada organ kemih. Secara spesifik,
gaya hidup modern sering dianggap menjadi penyebab utama terjadi ketidakseimbangan pada
metabolisme dan pembentukan batu pada ginjal. Kelebihan berat badan dengan masa indeks
tubuh/body mass index (BMI) 25kg/m2 dan obesitas dengan BMI 30kg/m2 meningkatkan
resiko pembentukan batu ginjal secara signifikan.
Sifat keturunan
Gejala kelainan metabolis seperti kegemukan, hipertensi, dyslipoproteinemia, gula
ketertarikan dan motivasi. Masalah fisik dapat berupa keterbatasan kemampuan gerak.
Infeksi saluran kencing kambuhan.
Masalah terkait aktifitas sosial dan pekerjaan seperti kemitraan, menganggur, kerja shift,
pemeriksaan antenatal rutin. Jika gejala-gejala ini ditemukan, pemeriksaan lebih lanjut
tinggi wajib dilakukan, dan karena tidak adanya garis pemisah yang jelas antara pasien beresiko
tinggi dengan pasien beresiko rendah, praktek pada pasien beresiko rendah pun juga dapat
diterapkan.
Selama 3 hari, pasien diharuskan untuk membuat diari nutrisi yang berisi catatan
makanan dan minuman apa saja yang dikonsumsi selama 3 hari tersebut dilengkapi
dengan total dan waktu konsumsi. Cara ini dapat mengetahui kecenderungan pola makan
kegiatan sehari-sehari dan gaya hidup (jam kerja dan hari libur0 dapat dideteksi.
Tes darah (tes umum ditambah dengan deteksi kalsium, kreatinin, dan asam pada air seni)
( rekomendasi kelas A); pemberian parathormon dengan kadar yang tepat dapat
resiko kristalisasi menggunakan indeks resiko BONN (BRI). Langkah ini memungkinkan
diperolehnya evaluasi mendetail pada profil resiko dan penyakit.
Apabila langkah diagnosa dasar ini sudah dapat memastikan bahwa pasien tergolong
dalam kategori ringan, prosedur screening metabolis diperbolehkan untuk tidak dilakukan.
Metaphylaksis umum pada batu kemih dengan perawatan tambahan yang teratur dianggap
cukup.
Urolithiasis berat
Sekitar 25% pasien batu kemih dikategorikan dalam tingkatan berat. Pasien-pasien ini
dikelompokkan dalam golongan beresiko tinggi sesuai pedoman dan menunjukkan minimal satu
kriteria yang tercantum pada Table 2.
Pemeriksaan dasar seperti yang dilakukan pada pasien berkategori ringan diikuti dengan
screening metabolism tingkat lanjut yang telah dijelaskan di atas. Ini mencakup diagnosis
interdisipliner yang kompleks dan harus dilakukan di institusi yang terspesialisasi dan kompeten.
Ketika karakter dari batu kemih seorang pasien telah berhasil diidentifikasi secara total, dan
penanganan dengan obat diperlukan, berbagai macam jenis obat telah tersedia. Daftar obat-obat
paling efektif dan penting tercantum pada Table 3.
Kesimpulan
Kasus urolithiasis sudah cukup banyak terjadi dan masih terus bermunculan. Jika tindakan
pembedahan perlu dilakukan, opsi yang tersedia tidak bisa dibilang sedikit. Dalam pedoman
EAU, informasi esensial mengenai prosedur bedah dan metaphylaksis dapat diakses. Sebuah
ulasan dalam bahasa Jerman terkait dengan variasi diagnosa dihadirkan dalam bentuk grafik
yang praktikal dan berorientasi pada pedoman batu kemih yang disertai detail-detail singkat
namun jelas mengenai hal patho-genesis, diagnose metabolic, dan metaphylaksis.