Dengan vn adalah bilangan dari rantai dengan n ikatan, sehingga entropi pada karet dapat
dihitung dengan :
S=k v n ln W n
n
Pada kasus tertentu, kita tidak dapat menghitung aras mikronya secara langsung.
diandaikan kebolehjadian kerapatan dengan
n ()
Jika
dan
+ d
akan sebanding
dengan
sehingga:
v
S=k
n
kT
L0
vn
n
ln n ()
T ,V
(5)
Perpotongan terjadi jika dua buah polymer utama saling menutup pada arah yang benar.
Distribusi posisi relatif dari dua sambungan perpotongan tersebut menunjukkan rantai aktif
dengan kerapatan yang memenuhi disribusi gaussian :
2
pn ( x , y , z )=( q/ ) eq (x + y + z )
Dengan
(6)
r 20 =n l2 =3/2 q2
, dengan
r 20
adalah
x , y , z
( x , y , z ) =( x x 0 , y y 0 , z z , )
( x 0 , y 0 , z0 , )
pertama dari rantai yang paling akhir. Dengan mengambil nilai logaritma dari persamaan (6),
kita peroleh :
ln pn=q 2 [ ( x x 0)2 +( Y y 0)2 +( z z 0 )2 ]+ konstanta
dengan mengabaikan konstanta yang memberikan kontribusi terhadap gaya.
Karet yang baik adalah karet yang tidak mudah untuk ditekan, sehingga karet harus
x y z =1 . Andaikan kita meregangkan karet sepanjang sumbu x, maka
memiliki
x = .
y = z . Dengan mensubstitusikan
y = z=1/ sehingga :
Dari persamaan diatas, terlihat hanya ada satu kemungkinan, yaitu jika terdapat vn dengan
panjang n, maka seluruh jarak harus dirata-rata sehingga :
ln pn=q x 0 +( y 0 + z 0 )/ +konstanta
2
Untuk polimer yang diam, tidak ada sesuatu yang istimewa untuk sumbu x karena
x 20 = y 20 = z 20
Karena
r 20 = x20 + y 20 + z20
maka
x 20 = y 20 = z 20 = r 20 /3
sehingga diperoleh :
q2 r 20 2 2
1 2 2
ln pn=
+ + konstanta=
+ +konstanta
3
r 20
ln n ( )
1
=( 2 )
L
T ,V
Ekspresi dari pernyataan diatas kemudian dapat dikelompokkan dan dengan menghilangkan
v n=v e
n
f=
untuk bilangan rantai aktif, maka kita akan mendapatkan gaya elastis sebesar :
kT v e
1
( 2 )
L0
Untuk mendapatkan strain, kita harus membagi persamaan tersebut dengan bidang yang
saling berpotongan. Ada sedikit perbedaan konvensi digunakan disini. Yang pertama, dengan
membagi bidang yang saling berpotongan dengan sampel yang tetap (A0), maka akan
diperoleh :
0=
kT v e
1
( 2 )
V0
(7)
disebut juga dengan nominal stress. Konvensi ini adalah konvensi yang biasa
digunakan oleh para ahli polimer. Kemudian konvensi yang lain adalah dengan membagi
bidang yang berhubungan terhadap rasio regangan
dengan rasio
y = z=
1
, A=A 0 /
kT v e 2 1
( )
V0
2 Mc
kT v
1
(1
)( 2 )
V0
M
Jika kita mendefinisikan bilangan mol dari hubungan perpotongan pada monomer
nc =v / N A maka akan kita peroleh :
0=
n c RT
2Mc
1
(1
)( 2 )
V0
M
Hampir semua volume ditempati oleh rantai aktif. Massa dari sampel kemudian didekati
dengan nc M c . Jika kita umpamakan v adalah volume tertentu dari sampel karet yang diam
dengan V 0=n c M c v
RT 1
2
1
(
)( 2 )
v Mc M
Persamaan diatas adalah bentuk ungkapan terakhir yang memprediksi dua sifat yang menarik
dari hubungan stress dan strain yaitu :
1. Ketika kita memberikan strain kepada karet, maka stress akan meningkat sebanding
dengan temperaturnya. Sebagai alternatifnya, jika kita membuat strss (menekan dengan
sebuah massa pada potongan karet), maka pertambahan panjang akan berkurang sejalan
dengan kenaikan temperaturnya. Ini merupakan sifat karet yang unik yang sudah
dibuktikan dengan teori statistik. Karakteristik dari tingkah laku karet ini berbeda dengan
tingkah laku pada material lainnya. Panas menyebabkan sesuatu di dalam karet menjadi
naik yang menyebabkan karet tersebut mengembang. Berbeda dengan material normal
yang lain (misalnya logam), walaupun kita buat stress pada permukannya, namun hal
tersebut tidak akan merubah keadaan logamnya.
2. Kenaikan bilangan perpotongan akan menjaga seluruh sifat menjadi konstan dan
menurunkan Mc yang akibatnya akan menaikkan strss pada keadaan strain. Hal ini
mungkin secara tidak sengaja sesuai dengan realita. Ini sangat cantik karena teori statistik
dapat memperediksi tingkah laku karet dengan tepat dan benar.