Anda di halaman 1dari 5

Kejadian Sentinel: Penculikan Bayi di Rumah Sakit

Kasus:
TEMPO.CO, Bandung - Pelaku penculikan bayi di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Kota Bandung,
pada Selasa malam, 25 Maret 2014, mengenakan jas dokter berwarna putih. Menurut orang tua
bayi, Tony Manurung, 26 tahun, penculik sempat menyatakan bayinya harus dirawat.
"Pelakunya wanita hitam manis, matanya agak sipit, tingginya sekitar 165 sentimeter, agak
gemuk," kata Toni ketika menggelar jumpa pers di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Rabu, 26 Maret
2014.
Sewaktu kejadian, kata Toni, penculik mengenakan jas dokter, kacamata dengan lensa bening
dan bingkai hitam, kerudung, serta rok jins yang panjang dan berenda. "Dia mengaku dokter
bagian administrasi."
Penculikan ini terjadi setelah istrinya, Lasmaria Manulang, 23 tahun, melahirkan bayi
perempuan di ruang bersalin kelas III, Alamanda, di RS Hasan Sadikin pada Selasa pagi, 25
Maret 2014, sekitar pukul 09.30 WIB. "Setengah jam sebelum melahirkan, istri saya sempat
melihat pelaku mondar-mandir di dekat ruang bersalin. Tapi waktu itu istri saya tidak curiga,"
kata Toni.
Beberapa saat setelah melahirkan anak keduanya itu, Lasmaria sempat dikunjungi perempuan
tersebut. Waktu itu perempuan tersebut sempat menanyakan kondisi Lasmaria. Menjelang sore,
Lasmaria dan bayinya dipindahkan ke ruang perawatan Alamanda. Sekitar pukul 16.00,
perempuan itu kembali mengunjungi Lasmaria. Dia kembali menanyakan kondisi kesehatan
Lasmaria. Lalu, sekitar pukul 19.15, perempuan itu lagi-lagi datang.
Dia menanyakan waktu kepulangan Lasmaria. Waktu itu Tony mengatakan bahwa dia, istri,
bayi mereka akan pulang esok."Dia juga meminta KTP saya, tapi dibalikin. Dan saya melihat
perubahan raut muka perempuan itu, seperti kecewa," kata Toni.
Lalu perempuan yang disangka dokter oleh pasangan suami-istri itu kembali bertanya-tanya
kepada Lasmira yang saat itu sedang tiduran. "Pelaku bertanya ke istri saya, masih mules
enggak? Masih menahan kencing? Dia (pelaku) bilang kencing aja, jangan ditahan," kata Toni.
Perempuan itu kemudian meminta Toni mengantar Lasmira ke kamar mandi untuk
membersihkan noda darah yang masih menempel pada kaki istrinya tersebut. "Dia memegang
bayi dan bilang mau dia bawa ke ruang perawatan bayi. Karena kami menyangka dia dokter,
kami menurut saja (meninggalkan bayi) terus saya antar istri ke kamar mandi," ujar Toni.
Setelah keluar dari kamar mandi, Toni melihat bayinya sudah tidak ada di tempat tidur. "Saat
itu saya belum curiga. Lalu saya lapor perawat magang karena selimut bayi tertinggal di
kasur."
Mendapat laporan itu, perawat magang bingung karena petugas dari ruang bayi tidak pernah
menyuruh orang mengambil bayi Toni. Perawat itu kemudian panik dan melapor ke petugas
keamanan, yang langsung mengecek rekaman CCTV. Saat itulah Tony baru sadar bahwa
bayinya diculik.(ERICK P. HARDI)

Pembahasan:
Kasus penculikan bayi di rumah sakit merupakan kasus dominan diantara seluruh kasus
penculikan bayi. Dari penelitian, diketahui bahwa kasus penculikan bayi di rumah sakit
menempati peringkat pertama dengan prosentase 55.6%, selanjutnya penculikan bayi di rumah
35.3%, dan sisanya di tempat lain. Untuk kejadian di rumah sakit, lokasi terbanyak adalah di
ruang ibu (55%), selanjutnya di ruang bayi, ruang perawatan anak, dan tempat lain di rumah
sakit dengan prosentase yang kurang lebih sama. Dengan data itu, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa rumah sakit, terutama ruang ibu adalah tempat paling rawan untuk terjadinya
kasus penculikan bayi.
Oleh karena itu, kita harus melakukan berbagai upaya agar kasus tersebut tidak terjadi di rumah
sakit kita. Berikut ini adalah hal hal yang perlu dilakukan:
1. Segera setelah bayi lahir, dan sebelum bayi dipisahkan dari ibunya, gelang identitas
dipasang. Pembahasan tentang pemasangan gelang identitas ini dapat dibaca disini.
2. Seluruh staf yang bekerja di RS diharuskan menggunakan kartu identitas yang masih
berlaku. Pada kartu identitas tersebut harus terdapat nama, nomor karyawan dan pas foto
berwarna yang dapat dilihat dengan jelas.
3. Staf RS dan dokter yang melakukan kontak langsung dengan bayi harus menggunakan
kartu identitas khusus yang hanya dipakai oleh mereka, dan diketahui oleh orang tua
bayi. Lebih baik lagi jika kartu tersebut sekaligus berfungsi sebagai kartu akses
elektronik untuk dapat membuka pintu di area kamar bayi.
4. Kartu identitas harus dipakai pada pakaian di atas pinggang, sisi depan ada di bagian
depan, identitas pada kartu tidak luntur atau hilang dengan cara apapun, tidak ditambah
asesoris apapun yang dapat menutupi kartu.
5. Sistim kartu identitas harus digunakan oleh seluruh staf, termasuk mahasiswa dan staf
sementara. Penerbitan seluruh kartu identitas harus terkendali. Untuk kartu identitas
sementara, pengendaliannya harus dilakukan dengan lebih ketat untuk memastikan kartu
identitas tidak hilang atau dipakai oleh orang yang tidak berhak, atau disalahgunakan
dengan cara apapun.
6. Panduan pencegahan penculikan bayi di RS bagi orang tua harus dibagikan kepada para
orang tua (pertimbangkan juga untuk ditempel di pintu kamar mandi pasien). Informasi
yang sama harus disampaikan kepada seluruh staf dan dokter yang kontak dengan bayi
dan pasien anak.
7. Staf pada semua tingkatan harus mendapat sosialisasi mengenai melindungi bayi dari
penculikan, termasuk, namun tidak terbatas pada, informasi perihal profil penculik,
perilaku tidak wajar, prosedur pencegahan, dan rencana respon insiden gawat. (lihat
video safeguard their tomorrows dari Mead Johnson dibawah).
8. Untuk melindungi bayi ketika sedang dibawa di dalam faslitas RS, hal - hal ini harus
menjadi perhatian: Hanya staf yang berwenang (menggunakan kartu identitas khusus,
atau seseorang yang menggunakan gelang identitas yang sama dengan bayi tersebut)
yang diperbolehkan membawa bayi. Bayi tidak boleh ditinggal tanpa pengawasan
langsung. Bayi di antar ke ibunya dengan cara masing masing bayi dibawa satu demi
satu. Staf RS dilarang membawa beberapa bayi secara bersamaan sekaligus dalam satu
waktu ke ruang bersalin, ruang bayi, atau tempat lain. Bayi tidak boleh digendong, tapi
diletakkan di dalam kotak bayi beroda.
9. Bayi selalu ditempatkan pada posisi yang terlihat dan dalam pengawasan langsung dari
orang-orang berikut ini: staf RS yang bertugas, ibu, anggota keluarga lain, atau teman
dekat yang ditunjuk oleh ibu. Mereka diberi pemahaman perihal prosedur yang harus

dipatuhi jika bayi sedang bersama ibu, namun ibunya ingin tidur, ke kamar mandi, dan /
atau dalam pengaruh obat bius.
10. Jika ibu dalam keadaan mengantuk ketika bayi diantar ke ruang bersalin, staf harus
berhati hati. Ibunya harus dibangunkan terlebih dahulu sampai sadar penuh sebelum
menerima bayi. Dan sebelum meninggalkan ruangan, staf juga harus memastikan ibu
dalam keadaan sadar penuh. Jika ibu tidak dapat menahan kantuknya, bayi tidak boleh
diserahkan.
11. Pada kondisi rawat gabung, letakkan kotak bayi pada posisi dimana tempat tidur ibu
berada diantara pintu keluar dan kotak bayi.
12. Jangan mencantumkan nama lengkap ibu atau bayi atau identitas lain (alamat rumah,
nomor telepon, dan lain - lain) di tempat yang dapat dilihat oleh pengunjung. Jika
diperlukan, gunakan nama keluarga saja. Jangan tampilkan nama lengkap ibu atau bayi
atau identitas lain pada kotak bayi, ruangan, atau papan pasien. Menempatkan identitas
bayi di tempat yang dapat dilihat pengunjung dapat mengakibatkan bayi dan keluarganya
berada dalam bahaya setelah pulang.
13. Tetapkan kebijakan pengendalian akses untuk unit perawatan (ruang bayi, ruang
bersalin, NICU, ruang anak) untuk memaksimalkan keamanan. Sebaiknya seluruh pintu
masuk di area ini dipasang perangkat kunci akses elektronik yang hanya dapat dibuka
dengan kartu akses tertentu dan terbatas. Di depan lobby atau pintu masuk, perintahkan
staf keamanan untuk berjaga dan menanyakan kepada pengunjung perihal ibu yang
mana yang akan mereka kunjungi. Jika pengunjung tersebut tidak mengenal pasien atau
tidak dapat menyebutkan nama, maka ijin berkunjungnya ditolak. Kunjungan di luar jam
berkunjung tidak diperbolehkan. Jika karena satu dan lain hal ada kunjungan di luar jam
berkunjung, maka pengunjung tersebut harus meninggalkan kartu identitas dan dicatat
oleh petugas keamanan.
14. Staf RS harus segera melaporkan setiap orang yang tanpa identitas, tidak dikenal,
perilaku atau aktifitas yang mencurigakan, ke perawat yang bertugas. Perawat tersebut
harus segera menghubungi pihak keamanan.
15. Pada saat pulang, gelang identitas harus ditunjukkan kepada petugas. Petugas kemudian
mencocokkan gelang yang terdapat pada pergelangan tangan dan kaki bayi dengan
gelang yang dipakai oleh ibu dan ayah, atau orang lain yang ditunjuk.
16. Staf RS harus mengantar bayi, ibu, dan keluarganya pada saat pulang sampai masuk ke
dalam mobil. Bayi dibawa menggunakan kotak bayi beroda. Jika ibu ingin membawa
bayi sendiri, ibunya menggunakan kursi roda. Tidak diperbolehkan membawa bayi
dengan cara digendong di lingkungan rumah sakit.
17. Jangan melakukan publikasi berupa pemberitahuan kelahiran ke media massa. Juga,
jangan mengirimkan tanda ucapan selamat yang terpampang di depan rumah. Hal ini
dapat menyebabkan mereka berada dalam bahaya.
18. Jika menyediakan pelayanan kunjungan rumah, petugas yang datang ke rumah harus
menggunakan kartu identitas yang hanya digunakan oleh mereka, dikontrol dengan ketat
oleh RS, dan diketahui oleh orang tua. Terapkan sistim dimana orang tua dihubungi
sebelum kunjungan, untuk memberi tahu tanggal dan jam kunjungan, nama petugas yang
datang, dan tanda identitas yang digunakan.
Penjagaan Keamanan Fasilitas
1. Pasang alarm pada seluruh pintu tangga darurat. Terapkan kebijakan respon atas bunyi
alarm, yang mengatur tentang staf yang bertanggung jawab untuk mematikan dan
menyalakan kembali, yang dilakukan hanya setelah observasi langsung terhadap tangga
darurat, serta orang yang menggunakannya. Sistim alarm sama sekali tidak boleh
dimatikan.

2. Pasang sistim kamera keamanan untuk memantau aktifitas di ruang bersalin, ruang bayi,
NICU, dan ruang rawat anak. Kamera harus diletakkan di titik - titik strategis agar dapat
meliput ruang rawat, koridor, tangga darurat dan lift; serta dirancang untuk dapat
merekam seluruh wajah pengunjung. Rekaman video harus dipastikan berfungsi. Masa
rekam minimal 1 minggu sebelum ditimpa rekaman baru.
3. Seluruh pintu ruang bayi harus memiliki perangkat kunci akses elektronik, tetap terkunci
sepanjang waktu, dan hanya dapat dibuka oleh staf yang memiliki hak akses tertentu dan
terbatas. Staf yang berwenang harus ada di dalam ruang bayi sepanjang waktu jika ada
bayi di dalam ruang bayi.
4. Seluruh seragam harus diletakkan di lokasi yang aman dan tidak boleh dipinjamkan
kepada orang yang tidak berwenang. Jika ada ruang locker dimana staf ganti /
meletakkan pakaian, seluruh pintu menuju ruang tersebut harus memiliki perangkat
kunci akses elektronik, hanya dapat dibuka oleh staf yang memiliki hak akses tertentu
dan terbatas, dan aksesnya diawasi secara ketat sepanjang waktu.
Profil Penculik
1. Wanita usia produktif (12 50 tahun), biasanya dengan berat badan lebih.
2. Biasanya kompulsif, manipulatif, berbohong, dan menipu.
3. Biasanya mengungkapkan bahwa dia telah kehilangan bayi atau tidak mampu
mempunyai bayi.
4. Biasanya menikah atau hidup bersama; keinginan mempunyai pendamping berupa anak
sering menjadi motif penculikan.
5. Biasanya tinggal di lingkungan tempat penculikan terjadi.
6. Biasanya pada awalnya mengunjungi ruang bayi dan ruang bersalin di lebih dari satu
fasilitas kesehatan sebelum penculikan, menanyakan pertanyaan rinci tentang prosedur
dan tata letak lantai bersalin, biasanya menggunakan tangga darurat untuk melarikan
diri; dan biasanya juga menyelidiki kondisi rumah pasien.
7. Biasanya merencanakan penculikan, tetapi tidak selalu menargetkan bayi tertentu;
biasanya melakukannya setiap ada peluang.
8. Sering menirukan perawat atau petugas kesehatan lainnya.
9. Sering menjadi akrab dengan staf kesehatan dan bahkan orang tua korban.
10. Menunjukkan kemampuan untuk memberikan perawatan yang baik kepada bayi
setelah penculikan terjadi.
Prosedur Penanganan Penculikan Anak / Bayi
1. Bila ada laporan kehilangan bayi, segera kumpulkan ciri ciri korban dan beritahukan
kepada pihak keamanan rumah sakit.
2. Pihak keamanan rumah sakit segera melakukan prosedur pengamanan dengan cara
seluruh pintu akses keluar masuk rumah sakit dilakukan penjagaan secara ketat dan
ditutup. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan keluar atau masuk ke rumah sakit.
3. Pihak keamanan rumah sakit segera menghubungi operator telepon untuk melakukan
Paging Kode PINK.
4. Tim penanggulangan bencana segera berkoordinasi di posko bencana mengenai status
penculikan bayi, memberitahukan ciri ciri korban, dan briefing rencana
penanggulangan.
5. Dilakukan pencarian di seluruh area rumah sakit.
6. Pihak keamanan rumah sakit bekerja sama dengan pihak kepolisian terdekat untuk
dilakukan penutupan area luar rumah sakit. Apabila korban tidak berhasil ditemukan
didalam area rumah sakit, maka pihak keamanan dapat memperluas pencarian ke area
luar dengan ruang lingkup yang lebih luas.

7. Pihak rumah sakit menanyakan lagi lebih lanjut kepada unit keperawatan mengenai ciciciri lebih detail dari korban untuk diinformasikan kepada pihak terkait / luar. Informasi
keluar hanya boleh dilakukan oleh public relation rumah sakit atas persetujuan direktur.
8. Pihak keamanan mengamankan area tempat penculikan berlangsung.
9. Pihak keamanan mengamankan rekaman video CCTV minimal selama 7 hari sebelum
kejadian.
Manusia melakukan kesalahan karena sistim, tugas, dan proses dimana mereka bekerja
dirancang dengan buruk. (Prof. Lucian Leape)

Anda mungkin juga menyukai