OLEH
Pertanyaan :
1. Proses pencegahan penculikan bayi di rawat inap perlu dilakukan sebelum adanya
kejadian penculikan bayi, hal ini perlu dilakukan langkah kebijakan yang akan diambil
a. Buatkan alur proses pencegahan penculikan bayi di rawat inap
b. Buatkan SPO pencegahan penculikan bayi di rawat inap
c. Buatkan Surat Keputusan Direktur pemberlakuan Panduan pencegahan penculikan bayi di
rawat inap
d. Buatkan Panduan pencegahan penculikan bayi di rawat inap
2. Penanganan pasien kabur perlu dilakukan sebelum adanya kejadian pasien kabur dirumah
sakit, hal ini perlu dilakukan langkah kebijakan yang akan diambil
a. Buatkan alur proses penanganan pasien kabur
b. Buatkan SPO penanganan pasien kabur
c. Buatkan Surat Keputusan Direktur pemberlakuan Panduan penanganan pasien kabur
d. Buatkan Panduan penanganan pasien kabur
3. Staf medis yang dinyatakan kompetensinya dan etika dan disiplin profesinya terhadap
suatu pelayanan kepada pasien telah mengalami penurunan/hilang maka diperlukan
proctoring staf medis, untuk itu diperlukan langkah kebijakan didalam proses bimbingan
bagi staf medis di rumah sakit
a. Buatkan Surat Keputusan Direktur pemberlakuan Panduan proctoring staf medis di rumah
sakit
b. Buatkan Panduan proctoring staf medis di rumah sakit
Selamat Mengerjakan
Jangan biarkan orang asing (pacar ART misalkan) sering bermain ke rumah dan
akrab dengan anak kita. Dulu saat masih memiliki ART saya selalu meminta ART
menjamu pacarnya di teras, maksimal di ruang tamu. Bila saya/suami tidak ada
saya minta tidak memasukkan orang asing ke rumah. Kita bisa meminta bantuan
tetangga untuk mengawasi apakah ART tersebut melaksanakan anjuran atau tidak.
Bila kita tiba-tiba mendapatkan firasat yang tidak beres terkait anak kita, jangan
ragu untuk cepat-cepat pulang. Beberapa waktu lalu saya sempat mendapat cerita
Sari salah seorang jurnalis koran lokal di Batam. Saat itu entah kenapa ia
terbayang-bayang terus wajah anaknya, perasaannya juga tidak enak. Akhirnya ia
putuskan untuk pulang, saat sampai di rumah ia mendapati anaknya sedang
digendong oleh si pengasuh lengkap dengan koper yang sudah tersusun rapi.
Anaknya mau dibawa pergi, entah ke mana.
Ingatkan anak untuk waspada terhadap orang asing atau orang dewasa yang dia
kenal namun tidak terlalu karib. Anak 1,9 yang diculik yang saya ceritakan di atas,
diculik oleh orang yang selama beberapa hari terakhir sering mampir ke daerah
korban berpura-pura sebagai orang yang meminjamkan uang/rentenir.
Sebaiknya saat anak bermain di halaman rumah, apalagi yang agak jauh dari rumah
tetap diawasi oleh kita atau orang dewasa yang kita percaya. Jangan dibiarkan
bermain sendirian.
Usahakan agar anak tidak mengenakan perhiasan atau barang yang berlebihan.
Takutnya karena melihat kalung yang menggelantung di leher, atau gelang emas
yang kerlap-kerlip penculik jadi tertarik untuk menculik anak kita.
Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak. Biasakan anak selalu
berpamitan setiap kali pergi. Biasakan juga untuk bercerita dengan siapa dia pergi.
Bila terjadi sesuatu (knock…knock…on the wood) kita tahu ke mana harus
menyusurinya.
Terakhir berdoa. Semoga anak kita dijauhkan dari segala hal yang tidak kita
inginkan, seperti penculikan.
b. SPO Penculikan Bayi
d. Panduan Pencegahan
Pencegahan Penculikan Bayi
1. Perawat menemukan adanya pasien rawat jalan atau rawat inap yang keluar
rumah sakit tanpa izin padahal pasien tersebut belum menyelesaikan rencana
2. Perawat berusaha mencari pasien tersebut ke sekitar ruang rawat inap atau rawat
jalan terkait. Jika pasien atau keluarga pasien tidak ditemukan juga, maka
telepon yang ada di Berkas Rekam Medis pasien. Jika berhasil dihubungi,
5. Jika telah dilakukan voice paging 3 kali oleh bagian informasi namun pasien
belum juga kembali ke ruang rawat atau dicoba dihubungi via telepon namun
6. Untuk pasien rawat inap, jika sampai batas waktu check-out (pukul 14.00)
pasien tetap tidak ada kabar, maka kamar tersebut boleh digunakan untuk pasien
Medik pasien.
Ditetapkan oleh:
Direktur,
Tanggal Terbit:
SPO 11 Januari 2020
dr. Mustbla
PENGERTIAN Pasien yang sedang menjalani rawat jalan maupun rawat inap dan belum
menyelesaikan rencana pengobatan atau administrasinya, lalu pasien tersebut
keluar rumah sakit tanpa izin dan tidak kembali lagi.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penanganan pasien yang keluar
RS tanpa izin dan tidak kembali lagi.
PROSEDUR 1. Perawat menemukan adanya pasien rawat jalan atau rawat inap yang
keluar rumah sakit tanpa izin padahal pasien tersebut belum menyelesaikan
rencana pengobatan atau administrasinya.
2. Perawat berusaha mencari pasien tersebut ke sekitar ruang rawat inap atau
rawat jalan terkait. Jika pasien atau keluarga pasien tidak ditemukan juga,
maka perawat menghubungi bagian informasi untuk melakukan voice paging,
lalu melaporkan pada DPJP dan bagian Administrasi Medis.
3. Bagian informasi melakukan pemanggilan pasien melalui voice paging
sebanyak 3 kali dengan jeda waktu 10 menit.
4. Bagian Administrasi Medis mencoba menghubungi pasien melalui nomor
telepon yang ada di Berkas Rekam Medis pasien. Jika berhasil dihubungi,
petugas meminta pasien tersebut kembali ke ruang rawat/poliklinik semula.
5. Jika telah dilakukan voice paging 3 kali oleh bagian informasi namun
pasien belum juga kembali ke ruang rawat atau dicoba dihubungi via telepon
namun tidak berhasil, maka perawat atau petugas administrasi rawat
inap/jalan melaporkan ke bagian pengawas Admission dan Bagian Penagihan.
6. Untuk pasien rawat inap, jika sampai batas waktu check-out (pukul 14.00)
pasien tetap tidak ada kabar, maka kamar tersebut boleh digunakan untuk
pasien lain. Petugas Administrasi Rawat Inap melakukan prosedur Lepas
Rawat.
7. Pengawas Admission meng-update master pasien dengan keterangan
“Belum Bayar”. Bagian Penagihan akan melakukan penagihan ke alamat yang
tercantum di Berkas Rekam Medis pasien dalam 3 x 24 jam.
8. Perawat di ruang rawat inap/jalan mendokumentasikan ke dalam Berkas
Rekam Medik pasien.
TENTANG
PENCEGAHAN PASIEN KABUR DI RSUD STIKIM
Mengingat :
1. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU);
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
2360/MENKES/PER/XI/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 247/MENKES/PER/III/2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Penyakit Infeksi
Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta;
5. Keputusan Menteri Keuangan nomor 270/KMK.05/2007 tentang
pencegahan pasien kabur di RSUD STIKIM
MEMUTUSKAN
KESATU : Uraian tugas Kepala Instalasi Rawat Inap adalah sebagai berikut:
1. Perawat menemukan adanya pasien rawat jalan atau rawat inap
administrasinya.
2. Perawat berusaha mencari pasien tersebut ke sekitar
ruang rawat inap atau rawat jalan terkait. Jika pasien atau
Administrasi Medis.
10 menit.
semula.
Lepas Rawat.
7. Pengawas Admission meng-update master pasien dengan
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan
diadakan perbaikan apabila ada kekeliruan dalam pembuatan
keputusan ini.
Ditetapkan di Jakarta
DIREKTUR UTAMA,
PENDAHULUAN.
Rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan selain memberikan pelayanan
klinis juga memberi pelayanan non klinis. Kewajiban rumah sakit sudah
seharusnya memberikan pelayanan terbaik dari awal pasien masuk hingga pasien
keluar atau selesai perawatan di rumah sakit. Pasien selesai perawatan, keluar dari
rumah sakit dikategorikan hidup dan meninggal. Pasien dikatakan keluar hidup
jika pasien dipulangkan seizin dokter yang merawat. Keluar hidup ada beberapa
cara yaitu pasien pulang dengan keadaan sembuh, dirujuk atau dipindah ke rumah
sakit lain, pulang atas permintaan sendiri, dan melarikan diri. Pulang atas
permintaan sendiri adalah pulang atas permintaan pasien atau keluarga pasien
sebelum diputuskan boleh pulang oleh dokter yang merawat. Berbagai hal yang
menjadi faktor pemicu pasien memutuskan pulang atas permintaan sendiri dan
pulang dengan melarikan diri seperti efisiensi pelayanan kesehatan, fasilitas di
rumah sakit terkait yang kurang sesuai dengan keinginan pasien atau keluarga
pasien, harga atau pembiayaan rumah sakit selama perawatan, keramahan staf
rumah sakit yang sangat mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan.
Salah satu tantangan besar dalam manajerial rumah sakit adalah pasien kabur atau
pulang dengan cara melarikan diri dari rumah sakit. Ternyata kasus seperti ini
tidaklah sedikit dan mengakibatkan rumah sakit kehilangan potensi pendapatan.
Terlepas apapun alasannya, pasien kabur ini mesti dicegah. Oleh karena itu,
Standar Prosedur Operasional terkait kondisi tersebut harus mampu
meminimalisir dan menanggulangi kasus ini dengan melibatkan seluruh staf di
RSU Nirmala Purbalingga.
TUJUAN UMUM
Sebagai acuan untuk menangani pasien yang melarikan diri dan terjaminnya
perawat dari kesalahan serta pelanggaran kode etik keperawatan.
RUANG LINGKUP
Pedoman ini berlaku pada semua lini pelayanan di RSUD STIKIM khususnya
ruang perawatan.
PROSEDUR PENATALAKSANAAN.
Segera setelah mengetahui bahwa ada pasien yang melarikan diri kepala ruang
atau kepala shift segera memberitahu satpam
Bila pasien masih ada, maka segera mengajak kembali pasien dan keluarga pasien
tersebut kembali ke ruang perawatan dengan cara yang baik dan sopan
Bila pasien dan keluarga pasien yang melarikan diri tersebut sudah tidak ada,
maka melaporkannya kepada kepala ruang atau kepala shift ruang perawatan
yang bersangkutan
Laporan yang dibuat kepala ruang atau kepala shift diteruskan kepada kepala
bidang pelayanan dan penunjang medik
Kepala bidang pelayanan dan penunjang medik selanjutnya memberitahukan
kejadian tersebut ke sub bag piutang untuk melakukan penagihan ke alamat yang
ada
Melaporkan kepada dokter yang merawat
DOKUMENTASI
Semua kegiatan terkait pasien yang pulang dengan cara melarikan diri atau kabur
didokumentasikan di rekam medik pasien.
KABUPATEN MAGELANG
TENTANG
RSUD STIKIM
Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan tata kelola klinis yang baik
(clinical governance) perlu adanya Peraturan Internal Staf
Medis (Medical Staff ByLaws) untuk mengatur
penyelenggaraan profesi medis dan mekanisme kerja Komite
Medik RSUD STIKIM
1.
Mengingat: Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
5.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 298,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5607);
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Muntilan
LENTENG AGUNG
LAMPIRAN 1. SK DirekturRSUD STIKIM
Lenteng Agung
Tanggal :
RSUD STIKIM
PENDAHULUAN
Komite medik RSUD Muntilan merupakan perangkat rumah sakit untuk menerapkan
tata kelola klinis (clinical governance) agar staf medis di RSUD Muntilan terjaga
profesionalismenya.Seluruh staf medis di rumah sakit mempunyai komitmen untuk selalu
mengutamakan keselamatan pasien dalam melakukan asuhan klinis.Komitmen ini
diwujudkan melalui mekanisme kredensial dan mekanisme peningkatan kualitas pelayanan
medis lainnya.
Peraturan internal staf medis ini adalah upaya untuk memastikan agar hanya staf
medis yang kompeten sajalah yang boleh melakukan pelayanan medis dirumah
sakit.Kebijakan ini didukung oleh Pemerintah Kabupaten Magelang sebagai pihak pemilik
Rumah Sakit dan Dewan Pengawas.
BAB I
KETENTUAN UMUM
1. Staf medis adalah dokter (dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis)
yang bergabung dalam salah satu kelompok staf medis yang dinamakan Staf Medis
Fungsional.
2. Staf Medis Fungsional (SMF) adalah kelompok dokter (dokter, dokter gigi, dokter spesialis
dan dokter gigi spesialis) berdasarkan Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin
Praktik (SIP).
3. Kewenangan Klinis adalah kewenangan staf medis untuk melaksanakan pelayanan medis,
pendidikan kedokteran / dokter spesialis dan penelitian sesuai dnegan kompetensi
profesi dan keahliannya.
4. Penugasan Klinis adalah penempatan staf medis ke kelompok Staff medis (Staf Medis
Fungsional/SMF) dan Devisi sesuai kewenangan klinis yan diberikan.
5. Komite Medik adalah organisasi non struktural yang dibentuk oleh Direktur dalam
rangka meningkatkan profesionalisme staf medis.
6. Personalia Komite Medik terdiri dari Ketua Komite Medik, Ketua dan Anggota Sub
Komite.
BAB II
TUJUAN
Tujuan peraturan internal staf medis (medical staf bylaws) adalah agar komite medik
dapat menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance) melalui
mekanisme kredensial, peningkatan mutu profesi, dan penegakan disiplin profesi.Selain itu
peraturan internal staf medis (medical staf bylaws) juga bertujuan untuk memberikan dasar
hukum bagi mitra bestari (peer group) dalam pengambilan keputusan profesi melalui komite
medik.Putusan itu dilandasi semangat bahwa hanya staf medis yang kompeten dan
berperilaku profesional sajalah yang boleh melakukan pelayanan medis dirumah sakit.
BAB III
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGE)
1. Semua pelayanan medis, pendidikan dokter/dokter spesialis hanya boleh dilakukan oleh
staf medis yang telah diberi kewenangan klinis.
2. Pemberian dan perubahan kewenangan klinis staf medis ditetapkan atas rekomendasi
Komite Medik dan disahkan oleh Direktur.
4. Jenis kategori staf medis diatur sesuai dengan lingkup kewenangan yang diberikan
padanya, misalnya pengaturan kewenangan klinis sementara (temporary clinical
privilege), kewenangan klinis dalam keadaan darurat (emergency clinical privilege),
dan kewenangan klinis bersyarat (provisional clinical privilege).
5. Lingkup kewenangan klinis (clinical privilege) diatur untuk pelayanan medis tertentu
dengan berpedoman pada buku putih (white paper).
7. Subkomite etika dan disiplin profesi melalui Komite Medik mengatur prosedur tentang
tata cara pemberian dan pengakhiran “privilege” oleh Direktur Rumah Sakit.
BAB IV
1. Penempatan staf medis ke salah satu kelompok staf medis (Staf Medis Fungsional)
berdasarkan Surat Penugasan Klinis Rumah Sakit dari Diretur berdasarkan rekomendasi
Komite Medik.
2. Perubahan Penugasan Klinis staf medis dapat dilakukan oleh Direktur atas rekomendasi
Komite Medik.
3. Mekanisme sebagaimana nomor 1 dan 2 diatas diatur dalam Pedoman Kredensial dan
Re-Kredensial dari Komite Medik .
BAB V
KOMITE MEDIK
1. Komite Medik adalah organisasi non struktural yang dibentuk oleh Direktur.
BAB VI
RAPAT
1. Mekanisme pengambilan keputusan Komite Medik berdasarkan pendekatan berbasis
bukti (evidence-based);
2. Keputusan sebagaimana nomor 1 tersebut diatas dilakukan melalui Rapat Komite
Medik dan Sub Komite.
BAB VII
SUBKOMITE KREDENSIAL
1. Sub Komite Kredensial bertugas menapis profesionalisme staf medis dengan cara
melakukan kredensial dan rekredensial.
2. Sub Koomite Kredensial terdiri dari :
a. Ketua Sub Komite Kredensial;
b. Anggota.
3. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana nomor 1 diatas, Sub Komite Kredensial
berpedoman kepada:
a. Pedoman Kredensial dan Rekredensial;
b. Pedoman Kewenangan Klinis;
c. Daftar Rincian Kewenangan Klinis Dokter dan Dokter Spesialis.
4. Sub Komite Kredensial bertanggung jawab kepada Ketua Komite Medik.
BAB VIII
1. Sub Komite Mutu Profesi bertugas memelihara mutu profesi staf medis dengan cara
mempertahankan kompetensi dan profesionalisme staf medis dalam bidang pelayanan,
pendidikan dan penelitian.
BAB IX
1. Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi menjaga etika, disiplin dan perilaku staf medis
dengan cara melindungi pasen dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi syarat
(unqualified) dan tidak layak (unfit/unproper) untuk melakukan asuhan klinis serta
membina staf medis.
5. Upaya pendisiplinan staf medis yang dilakukan oleh subkomite disiplin profesi
dilakukan melalui :
1. Staf Medis melaksanakan keprofesian medis sesuai dengan Kewenangan Klinis dan
Penugasan Klinis masing masing dalam Tata Kelola Klinis (Clinical Governance)
Rumah Sakit dan kelompok staf medis (SMF).
2. Tata Kelola Klinis Rumah Sakit (Clinical Governance) adalah sistem penjaminan mutu
layanan di Rumah Sakit .
3. Tata Kelola Klinis Rumah Sakit disusun oleh Bidang Pelayanan, ditetapkan serta
disahkan oleh Direktur.
4. Tata Kelola Klinis Staf Medis Fungsional disusun oleh Ketua Staf Medis Fungsional,
ditetapkan dan disahkan penerapannya oleh Direktur.
5. Pelaksanaan Tata Kelola Klinis Rumah Sakit sebagaimana nomor 3 dan Tatakelola
Klinis SMF sebagaimana nomor 4 diatas untuk Staf Medis diatur lebih lanjut dalam
bentuk Medical Staff Rules and Regulation.
6. Medical Staff Rules and Regulation disusun oleh Kepala Bidang Pelayanan bersama
Kepala Seksi Pelayanan Medis dan para Staf Medis Fungsional, ditetapkan dan
disahkan oleh Direktur.
a. pemberian pelayanan medis dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. kewajiban melakukan konsultasi dan/atau merujuk pasien kepada dokter, dokter
spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi spesialis lain dengan disiplin yang sesuai.
BAB XI
Peraturan Internal Staf Medis ini dapat dilakukan review dan perubahan bilamana :
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
1. Peraturan Internal Rumah Sakit dan Peraturan Internal Staf medis ini berlaku sejak
tanggal ditetapkan.
2. Semua peraturan Rumah Sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan Internal
Rumah Sakit dan Peraturan Internal Staf Medis ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan Internal Rumah Sakit/Peraturan Internal Staf Medis.