Modul 6 (Selesai)
Modul 6 (Selesai)
PENGUJIAN AKTIVITAS
ANALGETIKA-ANTIINFLAMASI
Disusun oleh :
Nama Kelompok : Zulia Erni Rahmawati
Miss Hannan Mamu
Miss Suraila Sato
Dewi Sri Lestari N.
Zidni Hadyarrahman
Shift / Kelompok
:D/4
Tgl. Praktikum
Tgl. Laporan
Asisten Praktikum
(10060313141)
(10060313142)
(10060313143)
(10060313144)
(10060313145)
Pendahuluan
Nyeri
Nyeri
merupakan
kondisi
berupa
perasaan
yang
tidak
memperhebatnya,
tetapi
dapat
pula
menghindarkan
sensasi
tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuktajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum-belakang, sumsumlanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke
pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.
Mediator
nyeri
penting
adalah
amin
histamine
yang
strukturnya
dengan
asam lemak
dan
terbentuk
dariasam
arachidonat. Menurut perkiraan zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujungsaraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang diakibatkan oleh mediator
lainnya. Zat-zat ini berkhasiat vasodilatasi kuat dan meningkatkan
permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan udema. Berhubung
kerjanya serta inaktivasinya pesat dan bersifat local, maka juga dinamakan
hormon lokal. Mungkin sekali zat-zat ini juga bekerja sebagai mediator
demam (Tjay , 2010).
Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari
berbagaifaktor dan dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Rangsangan Mekanik : Nyeri yang di sebabkan karena pengaruh
mekanikseperti tekanan, tusukan jarum,irisan pisau danlain-lain.
2. Rangsangan Termal : Nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu
Rata-rata manusia akan merasakannyeri jikamenerima panas diatas 45
C, dimana mulai padasuhu tersebut jaringan akan mengalami
kerusakan.
3. Rangsangan Kimia : Jaringan yang mengalami kerusakan akanmembeb
askan zat yang di sebut mediator yangdapat berikatan dengan reseptor
nyeri
antaralain: bradikinin, serotonin, histamin, asetilkolindanprostaglandin.
Bradikinin merupaka zat yang paling berperan dalam menimbulkan
nyeri karena kerusakan jaringan. Zat kimia lain yang berperandalam
menimbulkan nyeri adalah asam, enzim proteolitik, Zat dan ionK+ (ion
K positif ).
dan
pasca
dikendalikan.
Hampir
semua
b.
MorfinHCl
Kodein
Fentanil HCl
Petidin dan
Tramadol
analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti pada fractura dan kanker (Tjay, 2007).
Contoh :
Aspirin
Asam mefanamat
Parasetamol
analgesik
golongan
ini
serupa
dengan
salisilat
suhu
tubuh
dalam
keadaan
demam,
dengan
agranulositosis,anemia
trombositopenia.Dibeberapa
negara
aplastik
penggunaannya
sangat
dan
dibatasi
sudah
ada
laporan
mengenai
terjadinyaagranulositosis.
kerja
utamanya
ialah
dalam
menghambat
bekerja diperifer
dalam waktusatu
jam
setelah
Efek analgesiknya
pemberian
per-oral.
telah kelihatan
Sementara
efek
jam
setelah
pemberian,
penyerapannya
umumnya
pramedikasi
dalam
pembedahan
karena
dapat
memperkuat
berbagai
cara
yaitu
menghambat
pembenrukan
mediator
radang
inflamasi
dan
meredakan
nyeri
melalui
penekanan
(Tjay
mengalami
inflamasi
seperti
histamin,
serotonin,
bradikinin
dan
makanan)
e. Organism pengganggu(virus,bakteri dan parasit
(Bowman, 1980)
Mekanisme terjadinya inflamasi
Terjadinya inflamasi dimulai dengan adanya stimulus yang
merusak jaringan mengakibatkan sel mast pecah dan terlepasnya mediatormediator inflamasi. Terjadi vasodilatasi dari seluruh pembuluh darah pada
darah inflamasi sehingga aliran darah meningkat. Terjadinya perubahan
volume arah dalam kapiler dan venula, yaitu menyebabkan sel-sel endotel
pembuluh darah meregang dan terjadi kenaikan permeabilitas pembuluh
darah, protein keluar dari pembuluh,timbullah edema. Infiltrasi leukosit ke
tempat inflamasi, pada tingkat awal infiltrasi oleh neutrofil, selanjutnya
infiltrasi oleh sel monosit. Kedua jenis leukosit ini berasal dari pembuluh
darah, melengket pada dindingendotelium venula kemudian menuju daerah
inflamasi dan memfagositisit penyebab inflamasi. Secara kronologik jenis
inflamasi ini termasuk tipe inflamasi akut.
( Katzung,2002)
Kargenan
Karagenan merupakan suatu ekstrak kering ganggang laut merah
(Rhodopyceae) yang diperoleh dari spesies Chondrus crispus. Ekstrak
berwarna kuning kecoklatan sampai putih, sedikit berbau dan memberi
rasa berlendir pada lidah, larut sempurna dalam air panas yang bersifat
kental.
Komposisi
dari
karagenan
mengandung
senyawa
derivat
inflamasi dari suatu obat. Selain itu karagenan juga tidak menyebabkan
kerusakan jaringan pada kaki mencit.
-
hingga 90 menit.
Fase kedua adalah pelepasan bradikinin yang terjadi pada 1,5 hingga 2,5
udem
kaki
diukur
dengan
menggunakan
alat
obat uji mengurangi udem yang diinduksi pada telapak kaki hewan uji.
(Zubaidi,1975)
II. Tujuan
- Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek
analgetika-antiinflmasi suatu obat
- Memahami dasar-dasar perbedaan efektivitas analgetika-antiinflamasi suatu
obat
III.
Bahan :
-
Alat suntik 1 mL
Timbangan mencit
Stopwatch
Sonde oral
Alat siegmund
Pletysmometer
Spidol
Hewan :
Mencit, tikus putih sekelamin yang telah dipuasakan 18 jam tetapi tetap
diberi minum
IV.
Prosedur Percobaan
A. Uji Aktivitas Analgetika dengan Metode Siegmund (Induksi Kimia)
JGu
100
JGk
Keterangan :
% P = Daya proteksi dinyatakan dalam persen proteksi
Jgu = Jumlah geliat kelompok uji
JGk = Jumlah geliat kelompok kontrol
( PuPa ) 100
E=
Keterangan :
%E
analgetik
Pu = Proteksi zat uji
PAAS
= Proteksi aspirin
Respon nyeri timbul berupa sentakan ekor keluar dari penangas air, Diukur
waktu yang diperlukan samapai ekor tersentak ke luar
Ukur volume kaki normal dengan cara mencelupkan kaki hewan kedalam
air raksa pada pletysmometer sampai batas yang telah ditandai
Catat angka yang dicapai oleh air raksa pada skala (Vo)
hewan
Bahan uji
1
2
3
4
5
6
Mencit 1
Mencit 2
Mencit 3
Mencit 4
Mencit 5
Mencit 6
Kontrol (CMC-Na)
Aspirin
Parasetamol
Asam mefenamat
Piroksikam
Tramadol
Bobot badan
(gram)
21
26
21
22
25
24
Perhitungan :
Mencit 1 (kontrol CMC-Na)
21 gram
0,65mL
Volume pemberian = 20 gram
26 gram
0,65 mL
= 0,845 mL
20 gram
Mencit 3 (parasetamol)
21 gram
0,65mL
20 gram
= 0,6825 mL
= 0,4225mL
Volume pemberian =
= 0,6825 mL
Mencit 2 (aspirin)
Volume pemberian =
Volume pemberian
(mL)
0,6825
0,845
0,6825
0,4225
0,8125
0,744
Mencit 5 (piroksikam)
Volume pemberian =
25 gram
0,65mL
20 gram
= 0,8125 mL
Mencit 6 (tramadol)
Volume pemberian =
No
Bahan Uji
1
2
3
4
5
6
Kontrol CMC-Na
Aspirin
Parasetamol
Asam mefenamat
Piroksikam
Tramadol
No
Bahan Uji
1
2
3
4
5
6
Kontrol CMC-Na
Aspirin
Parasetamol
Asam mefenamat
Piroksikam
Tramadol
No
Bahan Uji
1
2
3
4
5
6
Kontrol CMC-Na
Aspirin
Parasetamol
Asam mefenamat
Piroksikam
Tramadol
Perhitungan Rata-rata
Ratarata=
-
24 gram
0,65 mL
= 0,744 mL
20 gram
Kontrol
Jumla h geiat
5
5
2
3
19
0
14
9
Waktu (menit)
10
15
9
24
4
3
11
6
0
0
24
6
7
5
20
20
6
6
0
6
2
25
34
8
6
0
4
3
Waktu (menit)
30
35
25
19
11
7
3
3
0
0
5
5
4
7
40
18
4
4
4
3
2
45
15
1
4
2
3
1
Waktu (menit)
50
55
9
8
7
6
5
3
2
2
1
2
3
2
60
8
7
3
2
1
3
Ratarata=
89
5
17,8
Aspirin
Ratarata=
25
5
4,8
Parasetamol
Ratarata=
48
5
9,6
Asam Mefenamat
0
Ratarata=
5
0
Piroksikam
Ratarata=
54
5
10,8
Tramadol
Ratarata=
26
5
5,2
JGu
100
JGk
Keterangan :
% P = Daya proteksi dinyatakan dalam persen proteksi
Jgu = Jumlah geliat kelompok uji
JGk = Jumlah geliat kelompok kontrol
-
Aspirin
P=100
4,8
100
17,8
1000,2697
99,703
Parasetamol
P=100
9,6
100
17,8
1000,5393
99,4607
Asam Mefenamat
0
P=100
100
17,8
1000
100
Piroksikam
P=100
10,8
100
17,8
1000,6067
99,3933
Tramadol
P=100
5,2
100
17,8
1000,2921
99,7079
( PuPa ) 100
E=
Keterangan :
%E
Efektivitass
efektivitass analgetik
Pu = Proteksi zat uji
analgetik
dinyatakan
dalam
persen
PAAS
-
= Proteksi aspirin
Parasetamol
Pu
E=
100
Pa
( )
99,4607
99,703
= 0,9976
-
Asam Mefenamat
Pu
E=
100
Pa
( )
100
99,703
= 1,0094
-
Piroksikam
Pu
E=
100
Pa
( )
99,3933
99,703
= 0,9969
-
Tramadol
Pu
E=
100
Pa
( )
99,7079
99,703
= 1
Grafik
Aspirin
Parasetamol
Asam Mefenamat
25
20
15
Piroksikam
10
Tramaol
5
0
5
10
15
20
25
hewan
Bahan uji
1
2
3
4
5
6
Mencit 1
Mencit 2
Mencit 3
Mencit 4
Mencit 5
Mencit 6
Kontrol (CMC-Na)
Aspirin
Parasetamol
Asam mefenamat
Piroksikam
Tramadol
Bobot badan
(gram)
25
24
26
30
27
26
Perhitungan :
Mencit 1 (kontrol CMC-Na)
25 gram
0,65mL
Volume pemberian = 20 gram
= 0,8125 mL
Mencit 2 (aspirin)
Volume pemberian =
Volume pemberian
(mL)
0,8125
0,744
0,845
0,975
0,8775
0,845
Mencit 3 (parasetamol)
24 gram
0,65 mL
= 0,744 mL
20 gram
Volume pemberian =
= 0,975 mL
Mencit 5 (piroksikam)
Volume pemberian =
26 gram
0,65 mL
= 0,845 mL
20 gram
27 gram
0,65 mL
= 0,8775 mL
20 gram
Mencit 6 (tramadol)
Volume pemberian =
No
26 gram
0,65 mL
= 0,845 mL
20 gram
Bahan Uji
1
2
3
4
5
6
Kontrol CMC-Na
Aspirin
Parasetamol
Asam mefenamat
Piroksikam
Tramadol
No
Bahan Uji
1
2
3
4
5
6
Kontrol CMC-Na
Aspirin
Parasetamol
Asam mefenamat
Piroksikam
Tramadol
No
Bahan Uji
1
2
3
4
5
Kontrol CMC-Na
Aspirin
Parasetamol
Asam mefenamat
Piroksikam
10
4
4
15
15
15
15
Waktu (menit)
20
30
3,5
3
4
2
15
15
12
13
14
15
15
15
40
2
4
15
10
14
15
50
3
2
15
9
15
15
Waktu (menit)
60
70
2
3
5
4
15
15
11
15
10
6
15
15
80
3
3
15
7
10
15
90
2
2,5
12
14
8
Waktu (menit)
100
110
3
2
5
4
15
10
8
4
7
4
120
3
1,5
4
4
4
Tramadol
15
15
15
15
Grafik
16
14
12
kontrol
10
aspirin
parasetamol
asam mefenamat
piroksikam
tramadol
Hewan
Tikus 1
Tikus 2
Bahan uji
Bobot badan
(gram)
Kontrol CMC-Na
Dexametason
(mL)
1,52
1,02
304
205
Perhitungan :
Tikus 1 (kontrol CMC-Na)
304 gram
1mL
Volume pemberian = 200 gram
Volume pemberian
= 1,52 mL
No
1
2
Bahan uji
Kontrol CMC-Na
Dexametason
0
0,06 mL
0,07 mL
30
0,08 mL
0,08 mL
Waktu
60
0,08 mL
0,07 mL
90
0,09 mL
0,07 mL
120
0,07 mL
0,07 mL
Grafik
0.1
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
kontrol
deksametason
T0
VI.
T30
T60
T90
T120
Pembahasan
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
mengetahui
dan
membandingkan
daya
analgetika
dari
obat
Pemberian
yang selanjutnya diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri yang oleh saraf
sensoris melalui sumsum tulang belakang dan talamus yang kemudian berupa
rasa nyeri sebagai akibat dari rangsang otak tersebut.Asam asetat yang berupa
rangsangan kimiawi menyebabkan kerusakan membran sel, sehingga enzim
fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipid dalam membran sel menjadi
asam arakidonat. Asam arakidonat selanjutnya mengalami perubahan melalui
beberapa
jalur,
yaitu:
(1)
siklooksigenase
(COX),
memperantarai
AAS
dihidrolisa,
tubuh.SediaanOAINS
kemudian
memiliki
aktivitas
didistribusikan
penghambat
ke
seluruh
radang
dengan
siklooksigenase (COX). Kerusakan yang terjadi pada sel dan jaringan karena
adanya noksi akan membebaskan berbagai mediator substansi radang. Asam
arakhidonat mulanyamerupakan komponen normal yang disimpan pada sel
dalam bentuk fosfolipiddan dibebaskan dari sel penyimpan lipid oleh asil
hidrosilase sebagai responadanya noksi . Asam arakidonat kemudian
mengalami metabolisme menjadi duaalur. Alur siklooksigenase yang
membebaskan prostaglandin, prostasiklin,tromboksan. Alur lipoksigenase yang
membebaskan
leukotrien
dan
berbagaisubstansi
seperti
HPETE
dihasilkan 100%, dan %E yang dihasilkan adalah 1,0094 sehingga grafik yang
dihasilkan konstan. Asam mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi
nonsteroid bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam
jaringan tubuh dengan menghambat enzyme siklooksignase sehingga
mempunyai efek analgesic, antiinflamasi, dan antipiretik. Berfungsi sebagai
penghilang rasa nyeri dari ringan sampai sedang dalam kondisi akut atau
kronik, terrmasuk nyeri karna trauma, nyeri sendi, nyeri otot, sakit sehabis
melahirkan dan oprasi, nyeri sewaktu haid, sakit kepala dan sakit gigi danjuga
sebagai antipiretik pada keadaan demam.
Jumlah geliat mencit 5 yang diberi piroksikam menghasilkan respon geliat
yang menurun, sehingga dapat dikatakan bahwa asam mefenamat memiliki
aktivitas analgetik. Rata-rata jumlah geliatnya adalah 10,8, %P yang dihasilkan
99,3933 % dan %E 0,9969 sehingga grafik yang dihasilkan menurun.
Piroksikam merupakan salah satu derivat oksikam, dan merupakan obat anti
inflamasi non steroid (AINS) yang berkhasiat sebagai antiinflamasi, analgesik
dan antipiretik, dengan gugus 4-hidroksi-1,2-benzotiazin karboksamida.
Piroksikam digunakan untuk pengobatan rematik, arthritis, gout akut,
spondilitis ankilosa serta menghilangkan rasa nyeri. Mekanisme piroksikam
sebagai AINS melalui inhibisi enzim siklooksigenase, sehingga proses inversi
asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu.
Jumlah geliat mencit 6 yang diberi tramadol tidak menghasilkan respon
geliat yang menurun, sehingga dapat dikatakan bahwa tramadol memiliki
aktivitas analgetik. Rata-rata jumlah geliatnya adalah 5,2, %P yang dihasilkan
99,7079%, dan %E yang dihasilkan adalah 1 sehingga grafik yang dihailkan
menurun.
memiliki afinitas sedang pada reseptor mu() dan afinitasnya lemah pada
reseptor kappa dan delta opioid.Obat golongan opioid sendiri telah banyak
digunakan sebagai obat anti nyeri kronis dan nyeri non-maligna.Tramadol
tergolong dalam opioid sintetik lemah, sehingga dapat berikatan dengan
reseptor morfin pada tubuh manusia. Obat ini memiliki efektifitas yang sama
dengan morfin atau miperidin walaupun reseptor tramadol berjumlah lebih
sedikit.Tramadol mengikat reseptor -opiod, sehingga menyebabkan potensi
masing sediaan uji. Ekor mencit dimasukkan ke dalam penangas air dilakukan
tidak lebih dari 15 detik agar tidak menyebabkan kerusakan jaringan pada
ekor mencit. Mencit diusahakan tidak bergerak selama pengamatan bertujuan
agar jentikan ekor mencit yang terjadi merupakan indikasi dari rasa nyeri
yang dialami oleh mencit yang ditimbulkan dari paparan panas dari penangas
yang mengenai ekornya bukan karena gerakan secara sadar oleh mencit yang
meronta. Respon nyeri timbul berupa sentakan ekor mencit keluar penangas
air. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit sekali pencelupan selama 120
menit. Tujuannya adalah untuk mengetahui kuatnya efek analgesik yang
ditimbulkan setelah pemberian sediaan uji.
Untuk sediaan suspensi CMC-Na sebagai kontrol didapatkan data waktu
yang dibutuhkan mencit untuk mencentikkan ekornya pada menit ke-10
adalah 4 detik, selanjutnya menit ke-20 adalah 3,5 detik dan diteruskan
dengan rata-rata waktu 3 detik. Pada menit ke-10 lebih lama daripada menit
ke-20 dan seterusnya, itu bisa dikarenakan mencit yang mengalami stress
sehingga refleks yang timbul lebih lambat. Atau bisa juga disebabkan karena
efek dari sediaan yang diberikan. Selanjutnya untuk menit ke-20 terjadi lebih
cepat daripada menit ke-10 namun masih sedikit lebih lambat dibandingkan
dengan menit ke-30 dan seterusnya. Itu bisa disebabkan karena mencit sudah
tidak stress dan menuju kepada keadaan mencit normal, atau efek dari sediaan
uji yang sudah berkurang. Untuk menit ke-30 dan seterusnya relatif konstan
dengan waktu rata-rata 3 detik. Itu dikarenakan efek normal mencit untuk
menjentukkan ekornya.
Untuk sediaan Aspirin dari menit ke-10 sampai menit ke-120 didapatkan
data sebagai berikut, yaitu 4; 4; 2; 4; 2; 5; 4; 3; 2,5; 5; 4 dan 1,5. Dari data
yang didapatkan dapat diambil kesimpulan bahwa Aspirin memberikan efek
analgesik. Dikarenakan Aspirin merupakan obat analgetika perifer golongan
salisilat. Selanjutnya untuk sediaan Parasetamol dari menit ke-10 sampai
menit ke-120 didapatkan data sebagai berikut, 15; 15; 15; 15; 15; 15; 15; 15;
12; 15; 10 dan 4. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Parasetamol
memberikan efek analgesik yang lebih kuat daripada Aspirin pada menit ke-
akan mempengaruhi proses pembacaan volume air raksa. Selain itu, air raksa
jangan terlalu kontak dengan kulit, karena air raksa termasuk golongan logam
berat yang bisa merusak jaringan atau pigmen kulit, jadi proses yang
dilakukan harus hati-hati. Pengukuran volume ini menggunakan air raksa
sebagai cairannya karena air raksa memiliki sifat yang sensitive jika ada
pergerakan atau sedikit guncangan, shingga akurasi data dapat tercapai.
Selain itu, air raksa memiliki kohesi yang ebsar sehingga tidak menempel
pada kulit kaki tikus, semua kelebihan air raksa ini diharapkan dapat
meningkatkan keakuratan pembacaan volume pada alat.
Tahapan selanjutnya, tikus diberikan larutan kontrol berupa CMC-Na pada
tikus 1, larutan dexsametason pada tikus 2 yang diberikan secara peroral
dengan menggunakan sonde khusus untuk tikus yang lebih besar
dibandingkan sonde untuk mencit. Tikus didiamkan selama 30 menit untuk
mendistribusikan larutan kontrol dan uji ke sel target. Larutan dexsametason
berperan sebagai obat antiinflamasi.pada tikus 2 terlebih dahulu diberikan
deksametason Setelah 30 menit lalu diinduksi inflamasi dengan
menyuntikkan kareganan 1 % secara intraplantar.
Mekanisme karagenan dalam menginduksi udem :
Mediator penting dalam peradangan akut adalah oksida nitrat (NO) yang
diproduksi dalam kondisi patologis oleh tiga isoform berbeda oksida nitrat
sintase (NOS): endotel NOS (eN OS), neuronal N OS (NN OS) dan diinduksi
NOS (iNOS) . Karagenan menyebabkan produksi dan pelepasan NO di
lokasi cedera. Karagenin adalah sulfat polisakarida bermolekul sebagai
induktor inflamasi.Penggunaan karagenin sebagai penginduksi radang
memiliki beberapa keuntungan antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak
menimbulkan kerusakan jaringan, dan memberikan respon yang lebih peka
terhadap obat anti inflamasi dibanding senyawa iritan lainnya. Zat yang
digunakan untuk memicu terbentuknya udema ntara lain; mustard oil 5%,
DEXTRAN 1%, egg white fresh undiluted, serotoninkreatinin sulfat, lamda
karagenin 1% yang diinduksikan secara subplantar pada telapak kaki tikus.
Karagenin ada beberapa tipe, yaitu lamda karagenin, iotakaragenin, dan
kappa karagenin/ lamda karagenin ini dibandingkan dengan jenis lamda yang
lain, lamda karagenin paling cepat menyebabkan inflamasi dan memiliki
bentuk gel yang baik dan tidak keras.
Pemeberian deksametason terlebih dahulu bertujuan agar obat tersebut
memberikan efek antiinflamasi baru setelah itu diberikan karagenan yang
menyebabkan bengkak. Kerja dari karagenan selama 6 jam sehingga
walaupun telah diberi obat antiinflamasi tidak akan reda secara keseluruhan
dan masih saja ada bengkak pada hewan uji. Terjadinya radang disebabkan
karena kareganan merupakan suatu zat asing(antigen) yang bila masuk
kedalam tubuh akan merangsang pelepasan mediator radang seperti histamine
sehingga menimbulkan radang akibat antibody tubuh bereaksi terhadap
antigen tersebut untuk melawan pengaruhnya dan karagenan tidak
menimbulkan efek sistemik.
Alat yang digunakan yatu pletysmometer yang bekerja berdasarkan hukum
Archimedes yang berbunyi apabila sebuah benda, sebagian atau
seluruhnya terbenam kedalam air, maka benda tersebut akan mendapat
gaya tekan yang mengarah keatas yang besarnya sama dengan berat air
yang dipindahkan oleh bagian benda yang terbenam tersebut. Sebagai
aintiinflamasi digunakan deksametason dan sebagai radang buatan digunakan
karagenan 1%.
VII. Kesimpulan
1. Untuk mengevakuasi efek analgetika pada mencit dapat dilakukan
dengan metode siegmund (induksi kimia) yaitu dengan melihat respon
mencit tehadap asam asetat yang dapat menimbulkan respon menggeliat
dari mencit ketika menahan nyeri pada perut. Dari hasil percobaan
persen proteksi tramadol, aspirin, parasetamol, dan kontrol lebih besar
dibandingkan asam mefenamat dan piroksikam. Hal ini menunjukkan
bahwa tramdol termasuk analgetika kuat sedangkan sediaan lain
termasuk ke dalam analgetika ringan.
2. Untuk mengevaluasi efek analgetika pada mencit juga dapat dilakukan
dengan
metode
jentik
ekor(induksi
panas/fisika)
yaitu
dengan
tikus.
Hasil
percobaan
menunjukkan
bahwa penggunaan
penggunaan
deksametason
lebih
baik
dibandingkan
Gramedia.
Yulrina Ardhiyanti, Risa Pitriani, Ika Putri Damayanti. 2014.Panduan
Salemba medika
Santoso,S. 2008. Panduan lengkap menguasai SPPS 16. Jakarta: PT