tanggal 13 mei 2016, harga WTI crude oil per barrel yaitu: US$. 46.70 per
barrel, dan kurs dollar adalah 1 US$ setara dengan Rp. 13.250,-. Dengan
demikian harga 1 barrel minyak setara dengan Rp. 618.775,-.
Karena ekonomi limit rate (q limit) telah ditentukan sebesar 15 bopd, maka
dapat disimpulkan apabila dalam satu hari lapangan tidak bisa menghasilkan
Rp. 9.281.625,- per hari dapat dikatan lapangan tersebut tidak layak produksi
C. Pengolahan Data Lapangan
Jumlah sumur produksi pada Lapangan Y berdasarkan data produksi yang
didapat dari tahun 1998 sampai 2014 ada 5 sumur produksi yang masih aktif
yaitu :
1.
Sumur X-18
2.
Sumur X-09
3.
Sumur X-20
4.
Sumur X-21
5.
Sumur X-24
Dari pernyataan di atas, maka saya mengambil 2 trend produksi untuk saya analisa.
Trend pertama saya ambil sebelum dilakukan water flooding (dilambangkan warna
orange) dan trend kedua sama ambil setelah water flooding (dilambangkan warna
hijau)
F. Penentuan Nilai Eksponen Decline dengan Metode Trial Error dan X2Chisquare Test
Pada Metode Trial-Error kita menentukan nilai perkiraan laju produksi (q)
pada berbagai harga b yaitu dari b = 0 sampai dengan b = 1, yang
selanjutnya kita buat grafik q vs t. Metode yang harus dilakukan
selanjutnya untuk menentukan jenis decline curve yang paling tepat dari
grafik tersebut adalah dilakukan perhitungan dengan menggunakan
Metode X2 Chi-Square Test. Pada Metode X2 Chi-Square Test kita
menentukan perkiraan laju produksi minyak (qo) di atas yang paling
mendekati dengan laju produksi minyak (qo) aktual dari perhitungan
selisihnya.
Berdasarkan 2 perhitungan diatas, dari nilai X2 yang terkecil (nilai yang paling
fit) didapat harga b= 0 dengan Di = 0.25579 pada trend pertama dan harga b=0
dengan Di = 0.023725 dimana decline-nya adalah eksponensial
G. Prediksi laju produksi (qo Forecast)
Setelah harga b, Di dan type decline-nya diketahui maka prediksi laju
produksi minyak yang akan datang dapat dilakukan dengan memasukkan harga t yang
dinginkan kedalam persamaan decline curve sehingga harga qt nya dapat dicari. Pada
kasus ini, karena ada water flooding yang dilakukan pada lapangan Y yang dimulai
pada tanggal 10 Oktober 2010, maka saya melakukan 2 kali forecast. Forecast
pertama saya lakukan untuk menentukan laju alir pada lapangan Y apabila tidak
dilakukan water flooding (dilambangkan warna biru) dan forecast kedua saya lakukan
untuk menentukan laju alir pada lapangan Y apabila dilakukan water flooding
(dilambangkan warna kuning) pada lapangan tersebut. Forecast terlampir pada
halaman selanjutnya
Dari data terlihat bahwa apabila kita berpatokan pada q limit 15 bopd, lapangan Y
hanya akan menguntungkan apabila diproduksikan tanpa water flooding hingga
tanggal 31 Maret 2016. Sedangkan apabila dilakukan water flooding, maka lapangan
Y akan menguntungkan apabila diproduksikan sampai 31 Agustus 2017. Maka
dapat disimpulkan bahwa waterflooding memperpanjang umur sumur selama 17
bulan sebelum akhirnya mencapai q limit 15 bopd
H. Prediksi Kumulatif Produksi (Np Forecast)
Hasil perhitungan laju produksi dan harga nominal decline dari kurva fit maka
dapat dicari harga kumulatif produksi dengan cara mengkumulatifkan produksi
dengan dan tanpa water flooding. Maka didapat
Np Forecast tanpa water flooding : 276685.1859 bbl
Np Forecast dengan water flooding : 95248.06426 bbl