1. TUJUAN
Menghitung potensi suatu sumur minyak yang mencerminkan kemampuan reservoir
mengalirkan minyak ke dalam sumur tersebut. Kemampuan ini dinyatakan dalam
hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap laju produksi (kurva IPR).
2.2. PERSYARATAN
1. Untuk aliran satu fasa, tekanan statik dan tekanan alir dasar sumur lebih besar dari
tekanan jenuh.
2. Khusus untuk persamaan Vogel, harga faktor skin sama dengan nol.
3. Kadar air tidak lebih dari 40%, baik untuk persamaan Vogel maupun perluasan
persamaan Vogel.
3. LANGKAH KERJA
3.1. PENENTUAN KURVA IPR UNTUK ALIRAN SATU FASA
3.1.1. Berdasarkan Data Uji Tekanan dan Produksi
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi yaitu : Ps, Pwf, dan qo pada Pwf.
2. Hitung indeks produktivitas (J) dengan menggunakan persamaan :
=
(1)
3. Ambil harga tekanan alir dasar sumur (Pwf) tertentu lebih besar dari tekanan
jenuh.
4. Hitung laju aliran (qo) pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :
V.1 - 1
= ( )
(2)
5. Kembali ke langkah 3 hingga diperoleh beberapa harga qo pada masingmasing harga Pwf.
6. Plot qo terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas grafik
kartesian, dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.
=
(3)
3. Ambil harga tekanan alir dasar sumur (Pwf) tertentu lebih besar dari tekanan
jenuh.
4. Hitung laju aliran (qo) pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :
= ( )
(4)
$%& =
)
) +
'.( ) *.( ) *
(5)
4. Ambil harga tekanan alir dasar sumur (Pwf) tertentu dan hitung Pwf/Ps.
5. Hitung qo pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :
, =
$%& {1 0.2 (
* 0.8 (
* }
(6)
678
)}
(7)
6. Kembali ke langkah 4 hingga diperoleh beberapa harga qo pada masingmasing harga Pwf.
3.2.2. Jika Tekanan Statik Lebih Besar daripada Tekanan Jenuh (Ps > Pb)
3.2.2.1. Jika tekanan alir dasar sumur dari uji produksi lebih besar dari
tekanan jenuh (Pwf > Pb)
1. Dari uji tekanan dan produksi, diperoleh :
Ps, Pwf dan qo @ Pwf,
dalam hal ini Pwf > Pb dan Pb harus diketahui.
2. Hitung indeks produktivitas sumur untuk Pwf > Pb (kondisi aliran satu fasa)
dengan menggunakan persamaan berikut :
=
(8)
V.1 - 3
9 = ( 9 )
(9)
& =
:(; )
5. Hitung:
'.
(10)
$%& =
9 +
&
(11)
6. Ambil harga Pwf yang lebih kecil dari harga tekanan jenuh (Pb) dan hitung
harga Pwf/Pb
7. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :
=
9 + (
$%&
9 ){1 0.2 ( * 0.8 ( * }
;
(12)
3.2.2.2. Jika tekanan alir dasar sumur dari uji produksi lebih kecil dari tekanan
jenuh (Pwf < Pb)
1. Dari uji tekanan dan produksi diperoleh : Ps , Pwf, dan qo @ Pwf Dalam
hal ini Pwf < Pb
2. Hitung Pwf/Pb dan tentukan harga A di mana :
< = 1 0.2 ( * 0.8 ( *
=
(13)
(14)
9 = ( 9 )
(9)
& =
:(; )
6. Hitung
'.
$%& =
9 +
&
(10)
(11)
V.1 - 4
7. Ambil harga Pwf tertentu yang lebih kecil dari tekanan jenuh dan hitung
Pwf/Pb.
8. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan
berikut :
=
9 + (
$%&
9 ){1 0.2 ( * 0.8 ( * }
;
(12)
<=
)
)
B!%C (
)+
)
)
)
)
'!%+ A
B!%D (
)+
)
)
%= !%@ A
(15)
V.1 - 5
$%& @F = 0 =
?
(16)
=
$%& @F = 0 = <
(17)
V.1 - 6
V.1 - 7
V.1 - 8
Pilih dua titik sembarang yang terletak pada garis dari langkah 4.
GHIJKJLMNL =
+
+
OPQ+
R OPQ+
R
=
(18)
n = 1/ (Kemiringan)
(19)
Baca harga (Ps2 Pwf2) yang sesuai dengan X STB/hari tersebut, misalkan Y
(psi2)
=
(20)
8. Pilih berapa harga Pwf dan hitung laju alirannya dengan menggunakan persamaan
kurva IPR :
= ( 9 )V
(21)
9. Plot Pwf terhadap qo, pada kertas grafik kartesian; qo pada sumbu datar dan Pwf
sebagai sumbu tegak.
V.1 - 9
2. Tentukan laju produksi maksimum dari dua data uji tersebut dengan
menggunakan persamaan Vogel :
$%& =
)
) +
'.( ) *.( ) *
(5)
dengan demikian diperoleh qmax1 dan qmax2 untuk masing-masing data uji.
3. Hitung Pwf*dengan menggunakan persamaan berikut ini :
=
+R
Q
+ + RQ678,= = +
> 678,+ = =
+ RQ
+
Q678,= +
678,+ + R
4. Hitung (
Y
Y
Y
Y
(22)
) =
$%&,' (
.
=
'.Z
+ )
=
(23)
Tentukan tekanan statis di kemudian hari, Psf yang kurva IPR-nya akan
dibuat.
5. Hitung (
) \
Y ]
Y
^[( Y )[ \ ] =
Y
_`
)
_)
)
'!
)
(
a[
(24)
$%&, =
(25)
7. Buat kurva IPR di kemudian hari, berdasarkan harga Psf (dari langkah 5) dan
qmax,f (dari langkah 7) dengan menggunakan persamaan Vogel. Langkah
perhitungan dilakukan seperti langkah 4 sampai dengan 7 dari sub judul
3.2.1.
$%& =
'.(
)
) +
*.(
*
)
)
(5)
dengan demikian diperoleh qmax,1 dan qmax,2 untuk masing-masing data uji.
<=
= +
+
)
)+
h` = i(` + )
678,=
678,+
L = ' j
?=
678,=
1k
(27)
5. Tentukan tekanan statis di kemudian hari (Psf) yang mana kurva IPR akan
dibuat.
6. Hitung qmax,f dengan menggunakan persamaan berikut :
+
?
$%&, =
!V
(28)
7. Buat kurva IPR di kemudian hari berdasarkan harga Psf (dari langkah 5) dan
qmax,f (dari langkah 7) dengan menggunakan persamaan Vogel. Langkah
perhitungan dapat dilihat pada sub-judul 3.2.1. dari langkah 4 sampai
langkah 7.
)
)
)q
o.pp(
(29)
= 1.025333
V.1 - 11
)
)
)q
.'roo(
(30)
= 0.967412
4. Tentukan harga tekanan statis di kemudian hari, Psf, yang kurva IPR-nya akan
dibuat.
5. Hitung harga xf, yaitu :
l =
$( )
$(q )
(31)
)
)
)q
lm = 0.033210 H
o.pp(
lm = 0.015215 H
.'roo(
(32)
)
)
)q
(33)
$%&, =
$%&,m
&
&q
(34)
3.7. PENENTUAN
KURVA
IPR
DI
KEMUDIAN
HARI
DENGAN
= ( m )V
(35)
)
= A B (
q
(36)
dimana Psp adalah tekanan statik pada saat sekarang, yaitu pada waktu uji
isochronal dilakukan (langkah 1).
V.1 - 12
!")
(37)
=
(38)
( .
!")
(39)
Oleh karena persamaan tersebut diturunkan dari persamaan aliran Darcy, maka
pemakaiannya sesuai dengan anggapan atau asumsi yang digunakan pada Persamaan
Darcy, antara lain adalah aliran satu fasa.
4.3. Penentuan Kurva IPR untuk Aliran Dua Fasa (Gas dan Minyak) dengan Faktor
Skin Sama dengan Nol
Untuk aliran dua fasa, Vogel menurunkan persamaan kurva IPR yang tidak
berdimensi dengan menggunakan simulator untuk reservoir solution gas drive.
Persamaan tersebut adalah :
678
= 1 0.2 (
* 0.8 (
(40)
Pembuatan kurva IPR dengan persamaan ini memerlukan satu data uji produksi (qo
dan Pwf) dan uji tekanan statik. Sesuai dengan penurunannya, persamaan tersebut
V.1 - 13
hanya berlaku apabila tidak terjadi kerusakan atau perbaikan formasi. Persamaan ini
dikembangkan untuk menentukan kurva IPR, apabila tekanan statik lebih besar
daripada tekanan jenuh. Pada kondisi ini kurva IPR terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Kurva IPR yang linier, apabila tekanan alir dasar sumur lebih besar dari tekanan
jenuh. Pada kondisi ini Persamaan Darcy digunakan untuk membuat kurva IPR.
2. Kurva IPR yang tidak linier, apabila tekanan alir dasar sumur lebih kecil dari
tekanan jenuh. Pada kondisi ini persamaan kurva IPR berupa :
=
9 + (
$%&
9 ){1 0.2 ( * 0.8 ( * }
9 = ( 9 )
(12)
(9)
Harga J lebih dahulu dihitung berdasar pada data uji tekanan dan produksi sebagai
berikut :
1. Apabila dari uji produksi diperoleh Pwf > Pb, maka :
=
(1)
678
di mana:
< = 1 0.2 (
$%& =
9 +
;
(7)
* 0.8 ( *
:;
(13)
(41)
4.4. Penentuan Kurva IPR untuk Aliran Dua Fasa (Gas dan Minyak) Apabila
Terjadi Kerusakan atau Perbaikan Formasi (Skin Tidak Sama dengan Nol)
Persamaan kurva IPR, yang dipengaruhi skin factor, dikembangkan dari simulator
reservoir 3-fasa dengan memasukkan pengaruh skin. Persamaan tersebut berbentuk:
<=
)
)
B!%C (
)+
)
)
)
)
'!%+ A
B!%D (
)+
)
)
%= !%@ A
(42)
di mana a1 sampai dengan a5 adalah konstanta persamaan yang tergantung dari harga
V.1 - 14
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
Untuk harga faktor skin antara 4 sampai dengan 10, harga konstanta a1 sampai a5
dapat ditentukan secara grafis dengan menggunakan Gambar 1 sampai dengan 5 pada
prosedur perhitungan (sub bab 3.3).
= ( )V
(48)
Harga J dan n diperoleh dari plot (Ps2 - Pwf2) terhadap qo dari data uji isochronal. Plot
tersebut dibuat pada kertas grafik log-log.
4.6. Perencanaan Kurva IPR Dua Fasa di Kemudian Hari dengan Metoda "Pivot
Point"
Metode Pivot Point dikembangkan oleh Uhri dan Blount dan digunakan untuk
meramalkan kurva IPR di kemudian hari untuk sumur-sumur yang berproduksi dari
reservoir solution gas drive, tanpa memerlukan data PVT dan saturasi atau
permeabilitas relatif.
Persamaan kurva IPR dari Vogel, masih tetap digunakan untuk membuat kurva IPR
dikemudian hari, di mana laju aliran maksimum (qmax) diramalkan dengan metode
"Pivot Point" ini. Untuk peramalan laju aliran maksimum ini diperlukan paling
sedikit dua uji tekanan dan produksi yang dilaksanakan pada waktu yang berbeda.
Metode ini dikembangkan dari persamaan Vogel yang diturunkan terhadap tekanan
alir, yaitu :
Y
Y
) =
$%& (
.
'.Z
+
(49)
V.1 - 15
Y
Y
.678
'.Z678
+
(50)
Untuk membuat garis lurus tersebut diperlukan dua harga (dqo/dPwf) yang ditentukan
dari dua harga Pwf, yaitu :
1. Untuk Pwf = 0
Y
Y
) s ] =
2. Untuk Pwf = Ps
Y
Y
) s ] =
. 678 [
(51)
. 678 [
V.1 - 16
atau
A Y B d ] [ = 9 b( Y ) d ] [g
Y
Y
(53)
Dengan demikian dari satu uji tekanan dan produksi serta menggunakan persamaanpersamaan tersebut dapat dibuat garis lurus. Dengan cara yang sama dibuat garis lurus
yang lain berdasarkan uji tekanan dan produksi yang diambil pada saat yang berbeda.
Perpotongan kedua garis lurus itu adalah titik pangkal dari semua garis lurus untuk
harga Ps yang berbeda-beda. Apabila dibuat beberapa garis seperti itu, maka titik
ujung garis-garis tersebut akan membentuk suatu kurva yang disebut Ps-envelope
(lihat Gambar 7).
Untuk meramalkan kurva IPR di kemudian hari, titik pangkal (Pivot Point) dan Psenvelope harus dibuat lebih dahulu. Penentuan kedua hal ini dapat dilakukan secara
analitis seperti tercantum dalam prosedur perhitungan.
4.7. Peramalan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari dengan Menggunakan
Fungsi
Metode ini dikembangkan berdasarkan persamaan aliran radial dua fasa semi mantap,
yaitu :
.
((
*.r
u
(54)
V.1 - 17
Dalam bentuk fungsi tekanan semu, persamaan di atas dapat dituliskan sebagai :
.
((
*.r
wI( ) I( )x
(55)
Apabila Psf dan Psp masing-masing adalah tekanan reservoir statik di kemudian hari
dan saat ini, maka perbandingan antara qmax,f dan qmax,p untuk faktor skin = 0 dapat
dinyatakan sebagai :
678,
678,q
$( )
$(q )
(56)
Dari hasil simulasi reservoir, diperoleh hubungan (kro/oBo) terhadap tekanan dan
fungsi tekanan semua dihitung berdasarkan integrasi secara numerik. Untuk
bermacam-macam jenis minyak dan parameter batuan reservoir ternyata kedudukan
kurva dari hubungan m(Psf)/m(Psp) terhadap Prf/Pri adalah saling berdekatan, seperti
ditunjukkan pada Gambar 8 dan 9, masing-masing untuk API > 40 dan API < 40.
Analisa regresi terhadap kurva tersebut menghasilkan persamaan-persamaan sebagai
berikut :
API > 40:
$( )
$(q )
API < 40
$( )
$(q )
)
)
)q
= 0.033210 H
o.pp(
= 0.015215 H
.'roo(
)
)
)q
(57)
(58)
<=
)
)
B!%C (
)+
)
)
)
)
'!%+ A
B!%D (
)+
)
)
%= !%@ A
(59)
V.1 - 18
5. CONTOH SOAL
5.1. Penentuan Kurva IPR Untuk Aliran Satu Fasa (Berdasarkan Data Uji Tekanan
dan Produksi)
a. Dari uji tekanan dan produksi, diperoleh :
Ps
= 1,500 psi
Pwf
= 1,200 psi
V.1 - 19
qo
= 150 STB/hari
Tekanan jenuh
= 750 psi.
= 1,500 psi
Pwf
= 1,200 psi
qo @ Pwf
= 150 STB/hari
2. J = 150/(1,500 1,200)
J = 0.50 STB/hari/psi
3. Pada Pwf = 1,400 psi, maka
q = 0.50 (1,500 1,400)
qo = 50 STB/hari,
pada Pwf = Pb = 750 psi, maka
qo = 0.50 (1,500 750)
qo = 375 STB/hari
4. Plot kurva IPR dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Plot hasil perhitungan IPR untuk aliran satu fasa.
5.2. Penurunan Kurva IPR Untuk Aliran Satu Fasa (Berdasarkan Parameter
Batuan dan Fluida Reservoir)
V.1 - 20
= 14.5 mD
= 20 ft
re
= 900 ft
= 1.1200 bbl/STB
= 0.40 cp
3. Parameter sumur :
rw
= 0.33 ft
=+2
5. Hitung J :
=
(0.4)(1.12)(ln 0.472
J = 0.5 bbl/d/psi
6. Pada Pwf
p
.oo
+ 2.0)
V.1 - 21
Gambar 11. Plot hasil perhitungan IPR untuk aliran satu fasa.
5.3. Kurva IPR Untuk Aliran Dua Fasa (Gas-Minyak) dan Ps < Pb
1. Dari data uji tekanan dan produksi, diperoleh. :
Ps
= 1,500 psi
Pwf
= 1,200 psi
qo
= 150 STB/hari
150
1 0.2(0.8) 0.8(0.8)
$%& =
3. Pada Pwf
V.1 - 22
Gambar 12. Hasil plot kurva IPR untuk aliran dua fasa.
V.1 - 23
= 4,000 psi
Pwf
= 3,000 psi,
qo
= 200STB/hari
200
= 0.2
4000 3000
2. Indeks Produktivitas untuk Pwf > Pb, dapat dihitung sebagai berikut:
=
& =
(.)()
1.8
5. Hitung qmax
= 222.22 F}~/NKJ
maka
V.1 - 24
Gambar 13. Hasil plot kurva IPR untuk aliran dua fasa (Pwf uji produksi > Pb).
= 4,000 psi
Pwf
= 2,000 psi,
Pb
= 200STB/hari
2. Hitung
;
o
= 0.6667
=
@fff
(.r'''))
=.>
(o!
4. Hitung qb :
= 0.1080
V.1 - 25
qb = 0.1080(4,000 3,000)
qb = 108.0 STB/hari
(0.1080)(3000)
Hitung qx :
& =
1.8
1000
=
= 0.333
9
3000
= 180F}~/NKJ
maka
V.1 - 26
Gambar 14. Hasil plot kurva IPR untuk aliran dua fasa (Pwf uji produksi < Pb).
5.6. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa (Gas dan Minyak) Dengan Ps < Pb dan S 0
Untuk harga S positif
1. Dari uji tekanan diperoleh:
Ps
= 1,590 psi
= 240 psi
qo
= 924 STB/hari
= 0.78658
= 0.07504
= 0.00522
0.088286 (2.43)
a4 = -0.0217831 e
-0.210801 (2.43)
0.260385 e
= -0.18300
V.1 - 27
240
=
= 0.15094
1590
A = 0.76396
1400
=
= 0.88050
1590
Harga A adalah :
V.1 - 28
Gambar 15. Hasil plot kurva IPR untuk aliran dua fasa dengan factor skin = +2.43.
= 3,548 psi
= 3,118 psi
qo
= 107 STB/hari
= 1.67530
= 0.44789
= 0.70823
V.1 - 29
3118
=
= 0.8788
3548
5. Hitung
<=
ruas
kanan
dari
pada
persamaan
Kurva
IPR
A = 0.48130
107
= 222.32 F}~/NKJ
0.4813
$%&,"] =
Harga A adalah :
V.1 - 30
Gambar 16. Hasil plot kurva IPR untuk aliran dua fasa dengan factor skin = -3.60.
V.1 - 31
Gambar 17. Plot (Ps2 Pwf2) terhadap qo dari data uji isochronal.
q = 100 STB/hari,
GHIJKJLMNL =
1
= 0.9947 = 1.0
1.005329
6. Harga n adalah :
L=
OP(')= OP(r)+
= 1.005329
V.1 - 32
Jadi J adalah:
=
10
= 2.46914 l 10
(40500)'.
V.1 - 33
5.8. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa di Kemudian Hari dengan Menggunakan Pivot
- Point
Contoh soal dikutip dari:
World Oil, May 1982, halaman 155, "Pivot-Point Method Quickly Predicts Well
Performance", Uhri. , D. C., dan Blount, E. M.
a. Data Uji Sumur :
V.1 - 34
Untuk Uji #1 :
$%& =
'Zr
50
Untuk Uji #2 :
$%& =
1 0.2 (
*
* 0.8 (
'r
'pZ
'Zr
= 191.89 v
'r
= 156.84 v
'pZ
=
('rZ.(p)+ ('pZ))('p'.p(p)('pZ)+ )
>
('p('pZ)+ )('rZ.(p)+ )
Pwf* = -457.10274
4. Hitung (
(
Y
Y
), yaitu :
0.2
1.6(457.10274)
v
) = 191.89(
+
)
v
2090
(2090)
Y [
) \
Y ]
, yaitu:
0.013766
v
[
i \ ] =
= 0.007237
(r.')
v
1+8
$%&, =
'Z(.o)
.
'Z
= 45.59v
V.1 - 35
5.9. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari Dengan Menggunakan
Persamaan Ps-envelope
Catatan:
Soal sama seperti pada contoh 5.8
1. Data uji sumur seperti tercantum pada contoh perhitungan 5.8.
2. Hitung laju produksi maksimum untuk masing-masing uji sumur. Berdasarkan
hasil perhitungan pada contoh soal 5.8 diperoleh :
qmax,1 = 191.89 bpd
qmax,2 = 156.04 bpd
3. Hitung konstanta A:
< = (+ff)+
p'pZ
==.>
(=f)+
=C.fD
= 0.070052
.r(p)+
'p'.p
6. Hitung qmax,f::
$%&, =
.r('Z)+
'ZoZ.Zo'
= 3684.6317
= 45.87 F}~/NKJ
V.1 - 36
7. Hasil perhitungan Kurva IPR pada Psf = 1260 psi sama seperti hasil
perhitungan pada contoh soal 5.8.
5.10. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa di Kemudian Hari dengan Menggunakan
Fungsi Tekanan Semu
a. Soal sama seperti contoh soal 5.7 di mana diperoleh
Ps = 1,345 psi
Pwf = 719 psi
q
= 321 STB/hari
= 1,345 psi
Pwf
= 719 psi
= 321 STB/hari
= 0.997463
a2 = -1.476950 + 1.646246
= 0.169296
a3 = -2.149274 e+ 2.289242
= 0.139968
a4 = -0.0217831 0.260385
= -0.282168
a5 = -0.5524470 0.583242
=-1.135689
719
=
= 0.534572
1345
Pwf = 719 psi
A = 0.740437
$%&,m =
V.1 - 37
6.
$%&, =
.ro
'.rooo
7. Berdasarkan qmax,f serta konstanta-konstanta a1, a2, a3, a4 dan a5 kurva IPR
pada tekanan statik 1,000 psi dihitung sebagai berikut :
8. Kurva IPR diperoleh dari plot Pwf terhadap qo dari hasil perhitungan di
langkah 7. Hasil plot ditunjukkan oleh Gambar 20.
Gambar 20. Kurva-kurva IPR aliran dua fasa pada saat sekarang dan di kemudian hari.
V.1 - 38
5.11. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari dengan Menggunakan Uji
Isochronal
a. Soal sama seperti contoh soal 5.7 di mana diperoleh:
qo = 2.46914 10-4 (Ps2 Pwf2)1.0
untuk Ps
= 1,345 psi
= 2.46914 l 10 (
1345
= 2.46914 l 10 (
5. Kurva IPR diperoleh dengan membuat plot Pwf terhadap qo, seperti tercantum
pada Gambar 21.
V.1 - 39
Gambar 21. Kurva-kurva IPR aliran dua fasa pada saat sekarang dan di kemudian hari.
6. DAFTAR PUSTAKA
1. Vogel, J. V., "Inflow Performance Relationships For Solution Gas Drive Wells",
Journal Petroleum of Technology, Jan. 1968, pp. 83-92.
2. Sukarno, Pudjo, "Inflow Performance Relationship Curves in Two-Phase and ThreePhase Flow Conditions", Ph. D. Dissertation, The University of Tulsa, 1985, Tulsa,
Ok.
3. Fetkovich, M. J., "The Isochronal Testing of Oil Wells", SPE Reprint Series No. 14,
Pressure Transient Testing Method, 1980 Edition.
4. Earlougher, Robert C., Jr., "Advances in Well Test Analysis", Monograph Vol. 5, SPE
of AIME.
5. Uhri, D. C. dan Blount, E. M., "Pivot Point Method Quickly Predicts Well
Performance", World Oil Vol.194, No 6. May 1982 pp. 153 - 164.
6. Brown, K. E., "The Technology of Artificial Lift Methods", Vol. IV, PennWell Books,
Tulsa, Oklahoma, 1984.
V.1 - 40
7. DAFTAR SIMBOL
Bo
= tebal lapisan, ft
ko
kro
= l/kemiringan kurva dari plot (Ps2 Pwf2) terhadap qo pada kertas grafik log-log
Pb
Ps
Psf
Psp
Pwf
qb
qmax
qo
re
= jari-jari pengurasan, ft
rw
= jari-jari sumur, ft
V.1 - 41