Anda di halaman 1dari 20

BAB II

ASPEK PEMASARAN SEMEN NASIONAL DAN PAPUA

2.1 Perkembangan Industri Semen Nasional


Pertumbuhan sektor konstruksi diperkirakan dapat mencapai 10%-15% seiring program
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) hingga 2025.
Saat ini rata-rata pertumbuhan sektor tersebut per tahun mencapai 6%-7%. Tanpa adanya
program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia pada 2010,
kapitalisasi pasar konstruksi mencapai Rp 180 triliun dengan pertumbuhan sekitar 6% - 7% per
tahun. Dengan adanya Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia,
tentu pertumbuhannya akan lebih besar. Dengan adanya program Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, kapitalisasi pasar konstruksi tahun ini bisa
mencapai Rp 200 triliun. Diperkirakan kapitalisasi sektor kontruksi hingga 2014 dapat mencapai
Rp 1.200 triliun.
Pertumbuhan ekonomi negara terutama yang salah satunya pada sektor kontruksi yang terus
bergerak naik serta dukungan pemerintah terhadap iklim investasi memberikan beberapa harapan
terhadap perkembangan sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk
dicermati adalah industri semen yang juga mendapat dukungan dari pemerintah berupa program
kerja pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur negara
Saat ini sembilan produsen semen yang beroperasi di Indonesia yang terbagi atas 5 perusahaan
milik pemerintah, yaitu Semen Gresik Group (SGG) yang menguasai sekitar 45% pangsa pasar
semen, serta 4 perusahaan lainnya milik swasta, yaitu Indocement yang menguasai 30% pangsa
pasar, Holcim Indonesia yang menguasai 15% pangsa pasar, dan produsen semen lainnya yang
terbagi atas Semen Andalas, Semen Baturaja, Semen Bosowa, dan Semen Kupang, menguasai
10% pangsa pasar secara total. Dilihat dari penguasaan pangsa pasar tersebut, terdapat dua
pelaku usaha yang mempunyai pangsa pasar sebagai market leader, yaitu SGG dan Holcim.

Persentase Penguasaan Pasar Semen Nasional


Lainnya (S emen Andalas , Bos owa, Kupang, Baturaja); 10%
PT. Holcim Indones ia, Tbk (HI); 15%

Semen Gresik Group (SGG); 45%

PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (ITP); 30%

Gambar 2.1. Persentase Penguasaan Pasar Semen Nasional

Produsen semen nasional telah mampu memproduksi 11 jenis semen menurut kegunaannya,
namun demikian paling tidak terdapat 6 (enam) SNI yang mengatur tentang produksi semen yaitu :
Tabel 2.1. Jenis-jenis Semen yang Diatur dalam SNI
No

No.SNI

Nama

1 SNI 15-0129-2004 Semen portland putih


2 SNI 15-0302-2004 Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC)
3 SNI 15-2049-2004 Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)
4 SNI 15-3500-2004 Semen portland campur
5 SNI 15-3758-2004 Semen masonry
6 SNI 15-7064-2004 Semen portland komposit

Paling banyak digunakan adalah semen Portland (tipe I V), semen komposit/campur dan semen
putih. Hasil produksi diutamakan untuk memenuhi kebutuhan nasional untuk mendukung
pembangunan infrastruktur dan perumahan, sedangkan kelebihan produksi diekspor agar proses
produksi berkesinambungan dan tidak terjadi penumpukan pada silo-silo di perusahaan. Industri
semen nasional mempunyai daya saing yang tinggi dan termasuk kelompok komoditi yang
diperdagangkan tanpa hambatan tarif (BM = 0%) sesuai dengan kesepakatan perdagangan
bebas hambatan (FTA).
Peringkat ketiga dikuasai oleh PT Semen Gresik Tbk dengan kapasitas produksi 8,65 juta
ton/tahun. Selanjutnya adalah PT Semen Padang dengan kapasitas produksi 5,87 juta ton/tahun

dan PT Semen Tonasa dengan kapasitas produksi 3,48 juta ton/tahun. SGG sendiri secara total
memiliki kapasitas produksi terbesar, yaitu mencapai 20 juta ton/tahun. Total kapasitas produksi
semen Indonesia di tahun sejak 2006 hingga 2008 tidak berubah, yaitu sebesar 44,890 juta
ton/tahun.
Hingga tahun 2008 terdapat 9 (sembilan) produsen semen nasional yang berlokasi di Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur dengan kapasitas 44,890 juta ton. Dari ke
sembilan produsen tersebut PT. Indocement Tunggal Prakarsa (ITP) memiliki kapasitas produksi
yang terbesar, yaitu mencapai 15.650.000 ton/tahun. Sedangkan yang memiliki kapasitas terkecil
adalah PT. Semen Kupang dengan kapasitas sebesar 570.000 ton/tahun.
Tabel 2.2. Produsen semen Nasional Tahun 2009
N
O.
1.

MULAI
PERUSAHAAN

BEROPERA

KAPASITA
LOKASI

SI
PT. Semen Andalas

1982

Indonesia (PT. SAI)

PEMILIK

(TON)
Lhok Nga

(NAD)

Cementia Holding AG
(88,00%), IFC
(12,00%)

2.

PT. Semen Baturaja

1980

(SB)

Palembang

1.250.000

BUMN (100,0%)

(Sumatera
Utara),
Baturaja
(Sumatera
Utara),
Panjang
(Lampung)

GRESIK GROUP

BUMN (51,01%),
Cemex (24,90%),
Public (24,09%)

3.

PT. Semen Padang

1910

(SP)
4.

PT. Semen Gresik


PT. Semen Tonasa

5.240.000

(Padang)
1957

(SG)
5.

Indarung
Gresik,

8.200.000

Tuban
1968

Pangkep

3.480.000

1975

Citeureup.

15.650.00

HC Indocement

Tunggal Prakarsa

Palimanan,

GmbH (65,14%),

(ITP)

Tarjun

(ST)
6.

PT. Indocement

Public (21,83%), PT.


Mekar Perkasa
(13,03%)

7.

PT. Holcim Indonesia

1975

Narogong,

9.700.000

Holderbanks

N
O.

MULAI
PERUSAHAAN

BEROPERA

KAPASITA
LOKASI

SI
(HI)

PEMILIK

(TON)
Cilacap

(76,0%), Public
(24,0%)

8.

PT. Semen Bosowa

1999

Maros

1.800.000

Maros (SBM)
9.

Bosowa Group
(100,0%)

PT. Semen Kupang

1984

Kupang

570.000

BUMD (100,0%)

(SK)
TOTAL

44.890.0
00

Catatan:

PT. S. Andalas masih dalam proses rekonstruksi pabrik, sejak tahun 2005

PT. S. Kupang saat ini dalam tahap persiapan produksi kembali setelah Juni tahun 2008 berhenti
beroperasi karena masalah finansial
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, 2008

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Gambar 2.2. Peta Lokasi Sebaran Industri Semen Nasional

Dari 9 (sembilan) produsen semen nasional, total memiliki 35 Unit Pabrik yang berlokasi di 15
(lima belas) lokasi pabrik. Lokasi pabrik tersebut yaitu berada di Pulau Jawa sebanyak 6 lokasi

yaitu di Citeureup/Jawa Barat, Cirebon/Jawa Barat, Narogong/Jawa Barat, Cilacap/ Jawa Tengah,
Tuban/Jawa Timur, Gresik/Jawa Timur; di Pulau Sumatera sebanyak 5 lokasi yaitu Lhok Nga/Aceh,
Padang/Sumatera Barat, Palembang/Sumetera Selatan, Baturaja/ Sumatera Selatan,
Panjang/Lampung; di Pulau Sulawesi sebanyak 2 lokasi yaitu di Maros/ Sulawesi Selatan,
Pangkep/ Sulawesi Selatan; di Pulau Kalimantan sebanyak satu lokasi yaitu di Tarjun/ Kalimantan
Selatan; dan di Nusa Tenggara Timur satu lokasi yaitu di Kupang. Jika melihat lokasi sebaran
Industri Semen Nasional tersebut maka akan sangat jelas terlihat, sampai dengan tahun 2009
sebaran industri semen masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera. Berikut adalah tabel
jumlah unit pabrik beserta dengan sebaran lokasinya.

Tabel 2.3. Jumlah Unit Pabrik pada Masing-Masing Lokasi

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, 2008 dan Peta Strategi Industri Semen.

Jika melihat data tersebut di atas terlihat jelas bahwa sebagian besar pabrik semen yang ada
berlokasi di Pulau Jawa dan Sumatera yaitu sebanyak 11 lokasi atau 73% dari lokasi keseluruhan
dengan jumlah pabrik sebanyak 29 unit. Sedangkan sisanya tersebar di Kamilantan, Sulawesi dan
Nusa Tenggara. Distribusi tersebut termasuk masih jauh dari merata dimana untuk Kawasan Timur
Indonesia (KTI) masih sangat kurang.

Jumlah Sebaran Lokasi Perusahaan Semen Masing-Masing Pulau


Pulau Nus a Tenggara ; 1
Pulau Kalimantan ; 2

Pulau Sumatera ; 5

Pulau Sulawes i ; 1

Pulau Jawa ; 6

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Gambar 2.3. Sebaran Lokasi Perusahaan Semen di Masing-masing Pulau

Dalam perkembangannya dari data yang diperoleh dari sumber lain yaitu Kementerian Pekerjaan
Umum, komposisi kapasitas produksi hingga tahun 2012 dan prediksi perkembangan kapasitas
produksi komposisinya masih 60% milik swasta dan 40% BUMN
Tabel 2.4. Data Statistik Kapasitas Produksi Semen Nasional

Sumber : Pusat Pembinaan Sumberdaya Investasi, Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian PU


* Prediksi

2.2 Supply Demand Semen Nasional dan Kawasan Timur indonesia

Selama tahun 2011 yang lalu, konsumsi semen Indonesia menunjukkan tingkat pertumbuhan yang
begitu signifikan sebesar 18% apabila dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah volume
mencapai 48,0 juta ton. Angka tersebut adalah pencapaian sekitar 82% dari total kapasitas
terpasang yang ada saat ini. Seperti diketahui bahwa kapasitas terpasang untuk industri semen
hingga saat ini adalah 56 juta ton dari 9 pabrik.

Gambar 2.4. Konsumsi Semen dari Tahun 1990 2011

Jika kita melihat perjalanan industri semen selama 15 tahun terakhir seperti pada grafik dibawah,
terlihat bahwa pertumbuhan pada tahun 2011 merupakan tingkat pertumbuhan yang tertinggi,
dibawah pencapaian tertinggi sebelumnya pernah dicapai yaitu pada tahun 2000 yaitu sebesar
18,7% setelah sebelumnya didera krisis ekonomi sejak tahun 1998 hingga 1999. Sedangkan titik
terendah dari pertumbuhan industri semen adalah pada tahun 1998 dengan prosentase hanya
sebesar -30,5%.
Jika dirata-ratakan angka prosentase pertumbuhannya selama 10 tahun tersebut adalah sekitar
6,5% bahkan bila dihitung sejak 20 tahun terakhir angka rata-rata pertumbuhan masih sekitar
6,4%. Dengan dimulainya beberapa proyek infrastruktur secara besar-besaran dan dalam waktu
yang bersamaan pada pertengahan tahun 2011 menyebabkan permintaan semen meningkat
begitu tajam.

Tabel 2.5. Perkembangan Kinerja Industri Semen pada Masing-Masing Provinsi di Indonesia
(000 Ton)

Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2011 terjadi di wilayah Jawa dengan tingkat pertumbuhan
sebesar 21%. Hal ini terjadi karena fokus dari pembangunan masih berpusat di Jawa terutama di
DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten, seperti pembangunan beberapa ruas jalan tol yang, properti,
serta perumahan yang terus semakin marak. Di beberapa wilayah lainnya juga mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi, seperti di Sumatera 14%, Kalimantan 17%, Sulawesi 16%, serta
Bali-Nusa Tenggara 19%. Sementara itu untuk wilayah yang masih mengalami penurunan hanya
terjadi di Papua yaitu sekitar 29%, hal disebabkan karena masih sering terkendalanya angkutan
semen ke beberapa pasar yang ada di sana akibat dari kurangnya sarana dan prasarana
transportasi baik darat maupun laut, sehingga distribusi semen sering terhambat.
Berdasarkan beberapa data serta informasi yang ada, tidak menutup kemungkinan bahwa pada
tahun 2012 ini yang baru berjalan beberapa hari, pertumbuhan semen masih akan mengalami
peningkatan walaupun tidak sebesar peningkatan tahun 2011. Dengan melihat serta mencermati
berbagai indikator yang menyebabkan penguatan permintaan semen masih terus berlangsung,
salah satunya adalah program MP3EI yang dicanangkan oleh Pemerintah dengan percepatan

pembangunan infrastrukturnya, maka sangat dimungkinkan bahwa pertumbuhan antara 8%


hingga 10% masih dapat tercapai di tahun 2012 ini dengan kesiapan dan kemampuan dari industri
semen di Indonesia untuk mendukung program tersebut.

Pada 2012, volume penjualan semen bisa meningkat menjadi 52 juta ton dari 48 juta ton pada
tahun sebelumnya atau kenaikan sekitar 10% meskipun akan dipengaruhi oleh dampak krisis
ekonomi di Eropa, yang mana krisis di kawasan euro itu bisa mempengaruhi aras investasi yang
berhubungan erat dengan proyek properti dan infrastruktur. Namun, ancaman krisis tersebut bisa
dikompensasi oleh kenaikan konsumsi semen yang didorong oleh proyek masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3E1).
Tabel 2.6. Konsumsi dan Ekspor Semen Indonesia dari tahun ke tahun

Sumber: Untuk tahun 1991 sampai 2005 dari Departemen Perindustrian, Direkterat Agro dan Kimia tahun
2006. Tahun
Keterangan = (*) : Prediksi

Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian memperkirakan penjualan semen


pada 2012 bisa meningkat setara dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan perkiraan pertumbuhan
ekonomi 6,7%, konsumsi semen bisa sampai 10%, bergantung pada sektor mana yang didorong.
Kenaikan permintaan semen, akan dipacu oleh peningkatan kapasitas produksi industri semen
nasional seiring dengan realisasi investasi pembangunan pabrik baru. Pada 2012, PT Semen

Tonasa dan PT Semen Gresik akan, menambah kapasitas produksi, sementara pabrik milik PT
Lafarge Indonesia di Nanggroe Aceh Darussalam diperkirakan segera beroperasi penuh. Selain
itu, tuturnya, akan ada penambahan kapasitas melalui investasi badan usaha milik negara dari
China, yakni China Anhui Conch Company Ltd, di Kalimantan Selatan yang saat ini masih
terkendala masalah lahan. Grup Semen Gresik juga dikabarkan akan membangun pabrik semen
di Kalimantan Timur pada 2012.
Data Kemenperin menunjukkan kapasitas terpasang sembilan perusahaan semen domestik pada
2012 mencapai 56,8 juta ton. Semen Gresik Grup, yang terdiri dari PT Semen Gresik, PT Semen
Tonasa dan PT Semen Padang, merupakan produsen terbesar dengan kapasitas terpasang 26,1
juta ton per tahun. Dua produsen besar lain adalah PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk yang
berkapasitas produksi 21,1 juta ton per tahun dan PT Holcim Indonesia Tbk yang mampu
memproduksi hingga 8,7 juta ton per tahun.
2.3 Kebutuhan Semen di Kabupaten Timika dan Provinsi Papua
Selama tahun 2011 yang lalu, konsumsi semen Indonesia menunjukkan tingkat pertumbuhan yang
begitu signifikan sebesar 18% apabila dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah volume
mencapai 48,0 juta ton. Angka tersebut adalah pencapaian sekitar 82% dari total kapasitas
terpasang yang ada saat ini. Seperti diketahui bahwa kapasitas terpasang untuk industri semen
hingga saat ini adalah 56 juta ton dari 9 pabrik.

Gambar 2.5. Konsumsi Semen dari Tahun 1990 - 2011

Jika kita melihat perjalanan industri semen selama 15 tahun terakhir seperti pada grafik dibawah,
terlihat bahwa pertumbuhan pada tahun 2011 merupakan tingkat pertumbuhan yang tertinggi,

dibawah pencapaian tertinggi sebelumnya pernah dicapai yaitu pada tahun 2000 yaitu sebesar
18,7% setelah sebelumnya didera krisis ekonomi sejak tahun 1998 hingga 1999. Sedangkan titik
terendah dari pertumbuhan industri semen adalah pada tahun 1998 dengan prosentase hanya
sebesar -30,5%
Jika dirata-ratakan angka prosentase pertumbuhannya selama 10 tahun tersebut adalah sekitar
6,5% bahkan bila dihitung sejak 20 tahun terakhir angka rata-rata pertumbuhan masih sekitar
6,4%. Dengan dimulainya beberapa proyek infrastruktur secara besar-besaran dan dalam waktu
yang bersamaan pada pertengahan tahun 2011 menyebabkan permintaan semen meningkat
begitu tajam
Tabel 2.7. Perkembangan Kinerja Industri Semen pada Masing-Masing Provinsi di Indonesia
(000 Ton)

Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2011 terjadi di wilayah Jawa dengan tingkat pertumbuhan
sebesar 21%. Hal ini terjadi karena fokus dari pembangunan masih berpusat di Jawa terutama di
DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten, seperti pembangunan beberapa ruas jalan tol yang, properti,
serta perumahan yang terus semakin marak. Di beberapa wilayah lainnya juga mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi, seperti di Sumatera 14%, Kalimantan 17%, Sulawesi 16%, serta
Bali-Nusa Tenggara 19%. Sementara itu untuk wilayah yang masih mengalami penurunan hanya
terjadi di Papua yaitu sekitar 29%, hal disebabkan karena masih sering terkendalanya angkutan
semen ke beberapa pasar yang ada di sana akibat dari kurangnya sarana dan prasarana
transportasi baik darat maupun laut, sehingga distribusi semen sering terhambat
2.3.1

Kebutuhan Semen yang Terbangkit dari kegiatan pada MP3EI Wilayah Papua

Berdasarkan beberapa data serta informasi yang ada, tidak menutup kemungkinan bahwa
pada tahun 2012 ini yang baru berjalan beberapa hari, pertumbuhan semen masih akan
mengalami peningkatan walaupun tidak sebesar peningkatan tahun 2011. Dengan melihat
serta mencermati berbagai indikator yang menyebabkan penguatan permintaan semen
masih terus berlangsung, salah satunya adalah program MP3EI yang dicanangkan oleh
Pemerintah dengan percepatan pembangunan infrastrukturnya, maka sangat dimungkinkan
bahwa pertumbuhan antara 8% hingga 10% masih dapat tercapai di tahun 2012 ini dengan
kesiapan dan kemampuan dari industri semen di Indonesia untuk mendukung program
tersebut.
Pada 2012, volume penjualan semen bisa meningkat menjadi 52 juta ton dari 48 juta ton
pada tahun sebelumnya atau kenaikan sekitar 10% meskipun akan dipengaruhi oleh
dampak krisis ekonomi di Eropa, yang mana krisis di kawasan euro itu bisa mempengaruhi
aras investasi yang berhubungan erat dengan proyek properti dan infrastruktur. Namun,
ancaman krisis tersebut bisa dikompensasi oleh kenaikan konsumsi semen yang didorong
oleh proyek masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI).

Tabel 2.8. Konsumsi dan Ekspor Semen Indonesia dari tahun ke tahun

Sumber: Untuk tahun 1991 sampai 2005 dari Departemen Perindustrian, Direkterat Agro dan Kimia
tahun 2006. Tahun

Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian memperkirakan penjualan


semen pada 2012 bisa meningkat setara dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan perkiraan
pertumbuhan ekonomi 6,7%, konsumsi semen bisa sampai 10%, bergantung pada sektor
mana yang didorong.

Kenaikan permintaan semen, akan dipacu oleh peningkatan kapasitas produksi industri
semen nasional seiring dengan realisasi investasi pembangunan pabrik baru. Pada 2012,
PT Semen Tonasa dan PT Semen Gresik akan, menambah kapasitas produksi, sementara
pabrik milik PT Lafarge Indonesia di Nanggroe Aceh Darussalam diperkirakan segera
beroperasi penuh. Selain itu, tuturnya, akan ada penambahan kapasitas melalui investasi
badan usaha milik negara dari China, yakni China Anhui Conch Company Ltd, di Kalimantan
Selatan yang saat inimasih terkendala masalah lahan. Grup Semen Gresik juga dikabarkan
akan membangun pabrik semen di Kalimantan Timur pada 2012.
Data Kemenperin menunjukkan kapasitas terpasang sembilan perusahaan semen domestik
pada 2012 mencapai 56,8 juta ton. Semen Gresik Grup, yang terdiri dari PT Semen Gresik,
PT Semen Tonasa dan PT Semen Padang, merupakan produsen terbesar dengan kapasitas
terpasang 26,1 juta ton per tahun. Dua produsen besar lain adalah PT Indocement Tunggal
Perkasa Tbk yang berkapasitas produksi 21,1 juta ton per tahun dan PT Holcim Indonesia
Tbk yang mampu memproduksi hingga 8,7 juta ton per tahun
Selain itu sampai saat ini konsumsi semen Indonesia masih pada peringkat rendah
dibandingkan negara-negara lain di dunia karenanya potensi peningkatan konsumsi semen
nasional masih sangat besar. Grafik dibawah memperlihatkan posisi konsumsi semen per
kapita Indonesia dibanding negara lain pada tahun 2010. Dengan target pendapatan per
kapita US$ diatas 14,000 pada tahun 2025 dari US$ 3,000 pada tahun 2011 sesuai
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) akan
memungkinkan potensi ini direalisir secara maksimal.

Gambar 2.6. Konsumsi Semen Indonesia Perkapita Dibandingkan Negara Lain

Dari grafik dibawah terlihat bahwa konsumsi semen per kapita Indonesia terus tumbuh dari
tahun dari tahun 2001 sampai tahun 2011 kecuali pada saat krisis ekonomi yang melanda
Asia tahun 1998-1999. Dan baru kembali pada posisi tahun 1997 setelah 7 tahun
berikutnya. Target PDB diatas US$ 4,0 triliun pada tahun 2025 dari US$ 700 milyar pada
tahun 2010 yang disebut dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) akan lebih mendorong pertumbuhan konsumsi semen nasional.

Gambar 2.7. Perkebangan Konsumsi Semen Indonesia Perkapita

Pertumbuhan konsumsi semen Indonesia yang berjalan paralel dengan pertumbuhan


ekonomi akan terus berlanjut apalagi mengingat target pertumbuhan ekonomi 6,4 7,5 %
pada periode 2011 2014 dan 8 - 9% pada periode 2015 2025 sesuai dengan Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang dicanangkan.
Grafik dibawah memperlihatkan sampai tahun 2015 kapasitas produksi semen nasional
akan mencapai 75 juta ton pertahun sedangkan dengan pertumbuhan 6% per tahun kecuali
tahun 2012 yang diperkirakan 10%, maka konsumsi semen baru akan mencapai 63 juta
ditambah ekspor sebanyak 4juta ton maka utilisasi kapasitas produksi akan mencapai 89%.
Ini belum memperhitungkan pemain-pemain baru yang bekerja sama dengan china untuk
membangun pabri-pabrik semen baru.

Gambar 2.8. Grafik Perbandingan Kapasitas Produksi dan Konsumsi Semen

Ekspor semen/klinker Indonesia menunjukkan tren yang menurun, sejak konsumsi semen
domestik mengalami peningkatan yang terus menerus,sampai hanya berjumlah 1,2 juta
pada tahun 2011. Peningkatan kapasitas produksi untuk 5 tahun mendatang tidak
menunjukkan surplus produksi yang berarti dan karenanya ekspor semen/klinker tidak akan
meningkat dengan tajam. Apalagi mengingat harga semen/klinker ekspor yang hanya
separoh harga di dalam negeri.

Gambar 2.9. Perkembangan Ekspor-Impor Semen Indonesia

Grafik diatas menunjukkan perkembangan ekspor impor dari tahun 1990-2011 dimana impor
semen melonjak dari 17.000 ton tahun 2004 menjadi 1,1 juta tahun 2005 dan terus
meningkat menjadi 1,6 juta tahun 2010, dan menurun menjadi kurang dari 1 juta pada 2011.

Jumlah impor kan mendekati nil setelah Semen Lafarge Indonesia (d/h PT Semen Andalas
Indonesia) beroperasi penuh pada tahun 2012 ini.
Dalam jangka kedepan kebutuhan akan semen di Indonesia diperkirakan akan terus
mengalami peningkatan di semua wilayah, apalagi dengan pelaksanaan program MP3EI
yang diharap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di masing masing wilayah.
Tahun 2012 diperkirakan penjualan semen masih tumbuh di kisaran 9-11%. Dengan suku
bunga stabil dan meningkatnya daya beli masyarakat diperkirakan akan mendorong
tumbuhnya sektor properti di tahun 2012. Di sisi lain, disahkannya UU tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum diperkirakan akan mendorong
percepatan pembangunan infrastruktur khususnya infrastruktur jalan sehingga juga dapat
mendorong konsumsi semen tahun 2012.
Dalam kerangka program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) Timika masuk dalam koridor ekonomi Papua-Kepulauan Maluku, dengan
tema pembangunan yaitu Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi dan
Pertambangan Nasional. Dalam koridor ekonomi tersebut Timika merupakan salah satu dari
7 (tujuh) pusat ekonomi lainnya yaitu : Sofifi, Ambon, Sorong, Manokwari, Jayapur dan
Merauke.

Gambar 2.10. Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku

Dalam koridor ekonomi Papua-Kepulauan Maluku, Timika termasuk dalam pusat


pengembangan pertambangan nasional, khususnya untuk simpul pengembangan
pertambangan tembaga. Pengembangan tersebut tentunya memerlukan kesiapan sektor
kontruksi termasuk di dalamnya adalah kesiapan pasokan semen.
Dalam jangka yang lebih panjang, implementasi program MP3EI khususnya yang terkait
infrastruktur akan mendorong kebutuhan semen ke depan. Untuk mendukung program
MP3EI sampai dengan 2014, kebutuhan semen paling banyak akan digunakan untuk
pembangunan jalan, yaitu sekitar 36,3 juta ton atau sekitar 45% dari total kebutuhan semen.
Kebutuhan semen untuk infrastruktur kereta api dan energi juga cukup tinggi yaitu masingmasing mencapai 20,7 dan 14,4 juta ton atau 26% dan 18% dari total kebutuhan semen.

Gambar 2.11. Keterkaitan Kebutuhan investasi Infrastruktur dan Kebutuhan Semen untuk
MP3EI s/d 2014

Kendala pasokan dan distribusi semen terutama pada KTI diharapkan dapat diatasi dengan
upaya pembangunan pabrik semen di KTI. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
mendirikan packing plant semen di Timika, Papua sebagai upaya awal untuk
pengembangan industri semen nantinya.
2.4 Cakupan Pasar yang akan dilayani Pabrik Semen Timika
??????????????????????????????????????????

2.5 Segmentasi dan Positioning Pasar Produk Semen Timika


??????????????????????????????????????????

2.6 Proyeksi Pemasaran Pabrik Semen Timika

??????????????????????????????????????????

2.7 Pola Distribusi dan Strategi Pemasaran Pabrik Semen Timika


??????????????????????????????????????????

Anda mungkin juga menyukai