Anda di halaman 1dari 12

TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL KELOPAK ROSELLA (Hibiscus

sabdariffa L.)
Acute Toxicity of Roselle Calyces Extract (Hibiscus sabdariffa L.)
.
1

Pascasarjana Farmasi Universitas Ahmad Dahlan


2
Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan
Jl. Prof. Dr. Soepomo, janturan, Yogyakarta
Email: fitasari48@gmailcom

ABSTRAK
Pengujian efektifitas, toksisitas, hingga uji klinik berfungsi untuk
pengembangan formulasi sediaan obat tradisional yang baik agar efektifitasnya
terjaga. Penelitian ini bertujuan mengetahui toksisitas akut ekstrak etanol kelopak
rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dilihat dari nilai LD50 , pengamatan histopatologi
organ hepar, lambung, ginjal, dan jantung, serta kadar aspartate aminotransferase
(AST), alanine aminotransferase (ALT), dan alkaline phosphatase (ALP).
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) diekstraksi dengan etanol 70% kemudian
dievaporasi menggunakan pengering vacuum pada suhu 25 . Hewan uji tikus
Sprague Dawley (SD) betina dengan usia 1,5 bulan, berat 200 250 g, kondisi
sehat. Dibagi menjadi 5 kelompok: kontrol, dosis ekstrak kelopak rosella 5000
mg/kg BB, 1000 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 40 mg/kg BB. Hewan dipuasakan
selama 18 jam sebelum pemberian dosis kemudian diamati respon kematian ,
penentuan kadar aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase
(ALT), alkaline phosphatase (ALP) serta histopatologinya meliputi organ hepar,
lambung, ginjal,dan jantung. Hasil penelitian pengamatan kadar AST, ALT, dan
ALP setelah 24 jam pemberian menunjukkan kadar lebih rendah dibandingkan
setelah pengamatan hari ke 14. Kelompok normal kadar AST, ALT, dan ALP lebih
rendah dibandingkan kelompok perlakuan dosis 5000 mg/kg BB yang
menunjukkan kerusakan hepar dengan tingginya kadar AST, ALT, dan ALP.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian dosis ekstrak etanol
reosella yang semakin besar akan menyebabkan kerusakan organ hepar dan
berpengaruh pada penurunan berat badan tikus.
Kata kunci: Toksisitas Akut, Hepar, aspartate aminotransferase (AST), alanine
aminotransferase (ALT), alkaline phosphatase (ALP).

ABSTRACT
Effectiveness test, toxicity, until clinic test to development traditional drug
formulation in order to keep the effectivenes. This research aims to know acute
toxicity extract rosella (Hibiscus sabdariffa L.) that observed LD50,
histopathology hepar, hull, kidney, and heart, aspartase aminotransferase (AST),
alanine aminotransferase (ALT), and alkaline phosphatase (ALP). Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) was extracted with etanol 70% then evaporated using
vaccum in the 25 C. Animals test using rats Sprague Dawley (SD), divided into
five groups: control, a dose of extract rosella (Hibiscus sabdariffa L.) 5000 mg/kg
BB, 1000 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 40 mg/kg BB. Animals was fasted for 18
hours before given a dose and observed the death respons, level of aspartase
aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT), alkaline phosphatase
(ALP) and histopathology hepar, hull, kidney, and heart. The result of AST, ALT,
dan ALP after 24 hour showing little than after 14 days. Normal group showing of
AST, ALT, dan ALP little than 5000 mg/kg group there is unnormality of hepar.
Conclussion of this study given roselle ethanollic extract much can be break of
hepar and body wight the rats become small.

Key word: Acute toxicity, Hepar, aspartase aminotransferase (AST), alanine


aminotransferase (ALT), alkaline phosphatase (ALP).

mmol/L,

Pendahuluan
Rosella

merupakan

contoh

tanaman yang digunakan sebagai

(reagen

2)

p-

nitrophenylphosphate 50 mmol/L.
Alat

obat tradisonal, karena memiliki

Timbangan analitik, gelas ukur,

banyak

farmakologi.

beker gelas, batang pengaduk,

toksisitas,

corong Buchner, labu, kertas

manfaat

Diperlukan

pengujian

untuk meningkatkan keamanan dan

saring,

kefektifannya. Uji toksisitas akut

penggilingan, ayakan mesh 10,

diamati berdasarkan nilai LD50,

labu takar, erlenmeyer, kandang

histologi hewan uji, dan nilai AST,

tikus, botol air minum, spuit oral

ALT, serta ALP.

ukuran

Metode Penelitian

etanol,

asam

gallat

standar, reagen folin, tikus, pakan,


CMC Na, NaCl 0.9%, aquadest, CO2,
105,

zat

warna

(hematoksilin dan eosin), reagen kit


SGPT, SGOT, dan ALP Dyasis yang
terdiri dari: reagen SGPT (reagen I)
Tris, L-alanin, laktat dehidrogenase,
SGPT

(reagen

II)

2-

oksoglutarat, NADH, reagen SGOT


(reagen I) Tris, L-aspartat, malat
dehidrogenase, laktat dehidrogenase,
reagen

SGOT

(reagen

II)

2-

oksoglutarat, NADH, dan reagen kit


Dyasis ALP yang terdiri dari (reagen
I)

ml,

(Terumo),

Rosella,

reagen

diethanolamine

pH

listrik,

spuit

alat

untuk

mengambil darah ukuran 5 ml

Bahan

formalin

kompor

9.8

1.2

mmol/L dan magnesium chloride 0.6

alat

pengukuran
SGOT,

bedah,

aktivitas
dan

SGPT,

ALP

spektrofotometer.
Ekstraksi
Ekstraksi serbuk kelopak bunga
rosela menggunakan pelarut etanol
70%, metode maserasi sebanyak 3
kali pada suhu kamar selama 24 jam
masing

masing.

pengadukan

selama

Dilakukan
3

jam,

didiamkan sampai 24 jam. Maserat


diuapkan
evaporator

dengan

vacum

suhunya

25C

rotary
dan

dikeringkan dengan vaccum freeze


untuk penelitian hingga menjadi
ekstrak serbuk (Adeyemi et al.,
2014).

Penetapan kadar flavonoid

reagen Folin-Ciocateau kemudian

Kadar total flavonoid ditetapkan

digojog lalu didiamkan selama 3

menggunakan

spektrofotometri

menit. Ditambahkan 1,2 ml larutan

dengan reagen aluminium klorida

Na2CO3 7,5% kemudian didiamkan

sesuai prosedur Chang. Kuersetin

pada range operating time pada suhu

ditimbang 50 mg, dilarutkan dengan

kamar. Mengukur absorbansi larutan

etanol 50 ml diencerkan hingga garis

ekstrak

batas.

spektrofotometer

Larutan

tersebut

sebagai

menggunakan

larutan induk kemudian diencerkan

panjang

dengan etanol, diperoleh minimal 7

maksimum.

konsentrasi berbeda. Dipipet 2 ml


larutan tiap konsentrasi kemudian
ditambah 0.1 ml aluminium klorida
(AlCl3) 10% yang telah dilarutkan
dengan etanol, 0.1 ml Na Asetat, 2.8
ml aquadest kemudian divortex,
diinkubasi campuran larutan selama
30

menit

Dilakukan
dengan

pada

suhu

pengukuran

spektrofotometer

kamar.
serapan
UV-Vis

pada 430 nm menggunakan larutan


blangko.

UV-Vis

gelombang

dengan

absorbansi

Perlakuan hewan uji


Hewan uji yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tikus Sprague
Dawley (SD) betina, kondisi yang
sehat, dengan berat 200 g. Hewan
uji dikondisikan pada suhu ruangan
22C ( 3C). Diperlakuan diet,
kecuali

air

tetap

diberikan

secukupnya. Diaklimatisasi terlebih


dahulu

sebelum

perlakuan.

mendapatkan

Dibagi

menjadi

kelompok, kelompok kontrol dan 4

Penetapan kadar fenolik total

kelompok perlakuan yang diberikan

Kadar

dosis

polifenol

sampel

ekstrak

etanol

rosella.

ditetapkan dengan menimbang 50,0

Kelompok kontrol diberikan suspensi

mg ekstrak etanol kelopak merah

CMC Na, kelompok perlakuan dosis

bunga

hingga

5000mg/kg BB, 1000mg/kg BB,

volume 50,0 ml dengan campuran

200mg/kg BB, dan 40mg/kg BB.

etanol : aquadest (1:1). Diperoleh

Ekstrak etanol rosella diberikan di

300 l dan ditambahkan 1,5 ml

hari pertama secara oral. Hewan uji

rosela

dilarutkan

dipuasakan selama 18 jam sebelum

Sampel terdiri dari organ hepar,

perlakuan. Dilakukan pengamatan

lambung, ginjal, jantung, dan testis

sejak awal persiapan selama 2

untuk dianalisa secara histopatologi.

minggu, setelah 1 jam, 4 jam, 24

Dilakukan

jam, hari ke 7 dan hari ke 14

tersebut, dicuci dengan NaCl 0.9%,

pemberian. Dilanjutkan pengamatan

kemudian

gejala klinis dan jumlah hewan uji

ditimbang

yang mati. Lalu ditentukan LD50.

dimasukkan dalam larutan formalin

Dilanjutkan pengamatan histologi,

10%

keadaan organ dalam tubuh hewan

pemeriksaan organ. Jaringan yang

uji.

difiksasi
PENGUKURAN AST, ALT,
dan ALP
Pengukuran aktivitas enzim AST,

ALT, dan ALP menggunakan metode


spektrofotometer. Sampel darah yang
diambil dimasukkan dalam tabung
mikrosentrifus

kemudian

diputar

dengan kecepatan 5000 rpm, selama


10

menit

pada

suhu

kamar.

Pemisahan serum untuk menentukan


AST, ALT, dan ALP. Pengukuran
serapan

menggunakan

spektrofotometer, menggunakan alat


tes colorimetric enzymatic (Randox,
Northern Ireland) dengan metode
standar (Adeyemi et al., 2014).

PEMERIKSAAN
HISTOPATOLOGI

pengambilan

jaringan

dimasukkan
berat

ke

organ

kemudian
kemudian

pot
serta

dilakukan
didehidrasi

dengan alkohol 70%, 80%, 90%,


95% masing masing selama 24 jam
yang dilanjutkan dengan alkohol
100% selama 1 jam dan diulang tiga
kali. Penjernihan menggunakan xilol
tiga kali selama satu jam, kemudian
diinfiltrasi dengan parafin. Jaringan
ditanam

dalam

Penyayatan

media

jaringan

parafin.
dengan

ketebalan 4-5 mikron. Hasil dari


sayatan

organ

dianalisa

menggunakan microscope dengan


kamera

digital

(Leica

ICC50)

dilakukan pewarnaan menggunakan


hematoksilin-eosin (HE) (Adeyemi
et al., 2014).

METODE ANALISIS

Hasil pengamatan penelitian ini


meliputi analisa data AST, ALT, dan
ALP.

Data

tersebut

membandingkan
perlakuan

menguji

data

normalitas dan homogenitas data


menggunakan

taraf

dan

5000mg

menunjukkan
dosis

yang

(52,35

semakin

11,8),

tingginya

diberikan

dapat

kepercayaan

95%. Uji normalitas menggunakan


uji

etanol rosella 200mg (40,83 5,7)

untuk
kelompok

dengan

kelompok pemberian dosis ekstrak

Kolmogrov-Smirnov

untuk

menimbulkan kerusakan hati dengan


meningkatnya aktivitas SGOT.

menegtahui data terdistribusi normal


atau

tidak,

dan

dilanjutkan

uji

homogenitas yaitu uji Levene. Data


terdistribusi normal dan homogen
jika nilai signifikan lebih dari 0,05.

Pengukuran aktivitas SGPT di hari


ke

pada

menunjukkan

kelompok
nilai

lebih

normal
rendah

Analisanya dilanjutkan dengan uji

(18,50 3,6) dibandingkan dengan

Anova

kelompok pemberian dosis ekstrak

kemudian

uji

Least

Significant Difference (LSD). Data


yang homogen tidak terdistribusi

etanol rosella 40mg (38,74 14,1),

atau

200mg (54,79 5,3), 1000mg (51,30

keduanya dilanjutkan uji Kurskal-

24,6), dan 5000mg (29,82 10,2)

normal
Wallis

atau

sebaliknya

dilanjutkan

uji

Mann-

Whitney. Data berbeda bermakna,


nilai signifikan kurang dari 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Data Efek pada Hepar

yang menimbulkan kerusakan hati


dengan

semakin

meningkatnya

aktivitas SGPT.
Aktivitas ALP pada pengukuran

Hasil pengukuran SGOT hari ke

hari ke 1 kelompok normal (43,56

1 kelompok normal (39,09 3,2)

32,5) lebih rendah dibandingkan

lebih rendah dibandingkan dengan

kelompok pemberian dosis ekstrak


etanol rosella 40mg (116,77 33,2),

Tabel I. Aktivitas AST ALT dan ALP Tikus SD yang Diberikan Ekstrak
Etanol Kelopak Rosella setelah 24 jam Pemberian (rerata SD)
KELOMPOK

AST

ALT

ALP

NORMAL

39,09 3,2

18,50 3,6

43,56 32,5

ROSELLA 40MG

34,20 5,0

38,74 14,1

116,77 33,2

ROSELLA 200MG

40,83 5,7

54,79 5,3

27,86 21,7

ROSELLA 1000MG

36,99 2,3

51,30 24,6

133,99 91,2

ROSELLA 5000MG

52,35 11,8

29,82 10,2

61,21 34,6

60
50
40
30
AST (U/L) SETELAH 24
JAM
AST (U/L) HARI KE 14

20
10
0

1000mg

(133,99 91,2), dan

Hari ke 14 pengukuran aktivitas

5000mg (61,21 34,6). Peningkatan

SGOT kelompok normal (50,26

aktivitas ALP yang menyebabkan

18,6)

kerusakan hepar pada kelompok

kelompok pemberian dosis ekstrak

pemberian

etanol rosella 40mg (29,56 15,5),

dosis

ekstrak

etanol

rosella 40mg, 1000mg, dan 5000mg.

lebih

tinggi

dibandingkan

kelompok 200mg (48,08 19,4) dan

Tabel II. Aktivitas AST ALT dan ALP Tikus SD yang Diberikan Ekstrak
Etanol Kelopak Rosella pada Hari ke 14 (rerata SD)
KELOMPOK

AST

ALT

ALP

NORMAL

50,26 18,6

38,39 21,7

94,84 31,7

ROSELLA 40MG

29,56 15,5

36,29 23,1

45,11 10,8

ROSELLA 200MG

48,08 19,4

40,83 22,3

79,40 28,5

ROSELLA 1000MG

50,60 20,5

39,09 12,2

55,69 32,5

ROSELLA 5000MG

38,39 12,6

45,37 24,2

84,55 62,6

60
50
40
30
ALT (U/L) SETELAH 24
JAM
ALT (U/L) HARI KE 14

20
10
0

kelompok 5000mg (38,39 12,6),

dibandingkan

semakin

pemberian

menurun

dengan

dengan

dosis

ekstrak

rosella

pengukuran aktivitas SGOT.

1000mg (39,09 12,2), dan 5000mg

normal (38,39 21,7) lebih rendah

(40,83

etanol

ditandainya semakin rendahnya hasil

Aktivitas SGPT hari ke 14 kelompok

200mg

kelompok

22,3),

(45,37 24,2), menunjukkan bahwa


terdapat kerusakan hepar dengan

ditandainya semakin meningkatnya


aktivitas SGPT.
160
140
120
100
80
60

ALP (U/L) SET ELAH 24


JAM

40

ALP (U/L) HARI KE 14

20
0

Tabel III. Berat Badan Tikus SD sebelum dan setelah Diberikan Perlakuan
Dosis Ekstrak Etanol Kelopak Rosella (rerata SD)
KELOMPOK

BERAT BADAN TIKUS SD (GRAM)


HARI KE 0

HARI KE 7

HARI KE 14

NORMAL

104,5 15,4

110,9 18,7

110,0 43,2

ROSELLA 40MG

103,5 15,4

111,9 17,6

96,4 54,4

ROSELLA 200MG

110,0 16,8

114,4 18,4

104,4 41,9

ROSELLA 1000MG

112,5 13,6

112,1 40,3

92,0 67,0

ROSELLA 5000MG

98,3 16,6

80,3 45,3

102,3 21,2

Aktivitas ALP pada hari ke 14

200mg (79,40 28,5), 1000mg

menunjukkan

(55,69 32,5), dan 5000mg (84,55

penurunan

pada

kelompok 40mg (45,11 10,8),

62,6)

dibandingkan

dengan

kelompok normal (94,84 31,7). Hal


ini

menunjukkan

penurunan
rosella

di

kadar
hari

bahwa

terjadi

ekstrak

etanol

ke

14.

Hasil

penimbangan berat badan tikus pada


hari pertama sebelum perlakuan
menunjukkan rata rata 100 gram
tiap kelompok. Hari ke 7 dan 14
mengalami

penurunan

karena

menyebabkan diare pada tikus.


DAFTAR PUSTAKA
Adeyemi, D. O., Ukwenya, V. O.,
Obuotor, E. M., & Adewole,
S.
O.
(2014).
Antihepatotoxic activities of
Hibiscus sabdariffa L. in
animal
model
of
streptozotocin
diabetesinduced liver damage. BMC
Complementary
and
Alternative Medicine, 14,
277. doi:10.1186/1472-688214-277
Alshami, I., & Alharbi, A. E. (2014).
Hibiscus sabdariffa extract
inhibits in vitro biofilm
formation
capacity
of
Candida albicans isolated
from recurrent urinary tract
infections. Asian Pacific
Journal
of
Tropical
Biomedicine, 4(2), 104108.
doi:10.1016/S22211691(14)60217-3

Amin, A., & Hamza, A. A. (2006).


Effects of Roselle and Ginger
on
cisplatin-induced
reproductive toxicity in rats.
Asian Journal of Andrology,
8(5),
607612.
doi:10.1111/j.17457262.2006.00179.x
Anwar Ibrahim, D., & Noman
Albadani,
R.
(2014).
Evaluation of the Potential
Nephroprotective
and
Antimicrobial
Effect
of
Camellia sinensis Leaves
versus Hibiscus sabdariffa (In
Vivo and In Vitro Studies).
Advances
in
Pharmacological Sciences,
2014,
389834.
doi:10.1155/2014/389834
Fakeye, T. (2008). Toxicity and
immunomodulatory activity
of fractions of Hibiscus
sabdariffa
Linn
(family
Malvaceae)
in
animal
models. African Journal of
Traditional, Complementary,
and Alternative Medicines:
AJTCAM / African Networks
on Ethnomedicines, 5(4),
394398.
Gosain, S., Ircchiaya, R., Sharma, P.
C., Thareja, S., Kalra, A.,
Deep, A., & Bhardwaj, T. R.
(2010). Hypolipidemic effect
of ethanolic extract from the
leaves of Hibiscus sabdariffa
L. in hyperlipidemic rats.
Acta
Poloniae
Pharmaceutica, 67(2), 179
184.
Hansawasdi, C., Kawabata, J., &
Kasai, T. (2000). Alphaamylase inhibitors from
roselle (Hibiscus sabdariffa
Linn.)
tea.
Bioscience,

11

Biotechnology,
and
Biochemistry, 64(5), 1041
1043.
doi:10.1271/bbb.64.1041
Hopkins, A. L., Lamm, M. G., Funk,
J., & Ritenbaugh, C. (2013).
Hibiscus sabdariffa L. in the
treatment of hypertension and
hyperlipidemia:
a
comprehensive review of
animal and human studies.
Fitoterapia,
85,
8494.
doi:10.1016/j.fitote.2013.01.0
03
Kao, E.-S., Hsu, J.-D., Wang, C.-J.,
Yang, S.-H., Cheng, S.-Y., &
Lee,
H.-J.
(2009).
Polyphenols extracted from
Hibiscus
sabdariffa
L.
inhibited lipopolysaccharideinduced inflammation by
improving
antioxidative
conditions and regulating
cyclooxygenase-2 expression.
Bioscience, Biotechnology,
and Biochemistry, 73(2),
385390.
doi:10.1271/bbb.80639
Kuriyan, R., Kumar, D. R., R, R., &
Kurpad, A. V. (2010). An
evaluation
of
the
hypolipidemic effect of an
extract of Hibiscus Sabdariffa
leaves in hyperlipidemic
Indians: a double blind,
placebo controlled trial. BMC
Complementary
and
Alternative Medicine, 10, 27.
doi:10.1186/1472-6882-1027
Mohagheghi, A., Maghsoud, S.,
Khashayar, P., & GhaziKhansari, M. (2011). The
effect of hibiscus sabdariffa
on lipid profile, creatinine,
and serum electrolytes: a

randomized clinical trial.


ISRN Gastroenterology, 2011,
976019.
doi:10.5402/2011/976019
Olatunji, L. A., Usman, T. O.,
Adebayo, J. O., & Olatunji,
V. A. (2012). Effects of
aqueous extract of Hibiscus
sabdariffa on renal Na(+)K(+)-ATPase and Ca(2+)Mg(2+)-ATPase activities in
Wistar rats. Zhong Xi Yi Jie
He Xue Bao = Journal of
Chinese
Integrative
Medicine, 10(9), 10491055.
Sireeratawong, S., Itharat, A.,
Khonsung,
P.,
Lertprasertsuke, N., & Jaijoy,
K. (2013). Toxicity studies of
the water extract from the
calyces of Hibiscus sabdariffa
L. in rats. African Journal of
Traditional, Complementary,
and Alternative Medicines:
AJTCAM / African Networks
on Ethnomedicines, 10(4),
122127.
ShowandeS.J., Fakeye, T., O.,
Tolonen A., Hokkanen J.
(2013). In Vitro Inhibitory
Activities Of The Extract Of
Hibiscus
sabdariffa
L
(Family Malvaceae Selected
Cytochrome P450 Isoforms).
Showande et., Afr Tradit
Complement Altern Med,
10(3) : 533-540.
Nurlaila, Donatus IA, Sugiyanto,
Wahyono D, Suhardjono D.
Petunjuk
Praktikum
Toksikologi.
1sted.
Yogyakarta:
Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi
Fakultas Farmasi, Universitas

Gajah Mada; 1992. hal. 3 5,


16 30.
Donatus IA. Toksikologi Dasar.
Yogyakarta:
Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi
Fakultas Farmasi, Universitas
Gajah Mada; 2001.
Suwandi T. 2012. Pemberian Ekstrak
Kelopak Rosela Menurunkan
Malondialdehid pada Tikus
yang diberi Minyak Jelantah.
Progam Studi Ilmu Biomedik
Program
Pascasarjana
Universitas Udayana.
Winarsih, W. 2012. Uji Toksisitas
Akut
Ekstrak
Rimpang
Kunyit pada Mencit : Kajian
Histopatologis
Lambung,

Hati,
dan
JurnalVeeterinr.

ginjal.

Huang Jiu-Xing, Choi K.Y, Im S.H,


Yarimga O, Yoon E, Kim
S.H.
2006.
Aspartate
Aminotransferase (AST/GOT)
and
Alanine
Aminotransferase (ALT/GPT)
Detection Techniques. ISSN
1424-8220. Sensors , 6, 756782.
Anonim, 2004, Ekstrak Tumbuhan
Indonesia, Volume 2, Badan
Pengawasan
Obat
dan
Makanan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai