Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPOSPADIA

DI SUSUN OLEH :
AGNES WARDATUL ISNAINI
NI NYOMAN KARTIKA DEWI
ZULFIKAR SUDARSONO PUTRA
LIFA SETIAWATI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BANYUWANGI
2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN


HIPOSPADIA
Topik

: hipospadia

Hari/Tanggal : 09 JUNI 2016


Waktu

: 30 menit

Sasaran

: pasien dan keluarga

Tempat: ruang poli bedah


Penyuluh
I.

: Mahasiswa Stikes Banyuwangi

LATAR BELAKANG
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah dan spadon yang
berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus
uretra eksterna berada di bagian permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari
tempatnya yang normal (ujung glanss penis) (Arif Mansjoer, 2000). Hipospadia
merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir. Beratnya
hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada
glans penis.
Hipospadia merupakan kelainan abnormal dari perkembangan uretra anterior dimana
muara dari uretra terletak ektopik pada bagian ventral dari penis proksimal hingga glands
penis. Muara dari uretra dapat pula terletak pada skrotum atau perineum. Semakin ke
proksimal defek uretra maka penis akan semakin mengalami pemendekan dan
membentuk kurvatur yang disebut chordee (Ngastiyah, 2005).

II.

TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan luka post operasi pada anak
hipospadia diharapkan ibu dapat mengetahui perawatan luka yang benar.
b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang perawatan luka post operasi pada
anak hipospadia diharapkan ibu dapat :
1. Menjelaskan pengertian dari hipospadia.
2. Menjelaskan penyebab hipospadia pada anak.
3. Menjelaskan tanda dan gejala anak mengalami hipospadia.
4. Menjelaskan pengertian dari infeksi.
5. Menjelaskan standar operasional perawatan luka post operasi pada anak
hipospadia
III.

SASARAN
pasien dan keluarga

IV.

ISI
1.
2.
3.
4.
5.

Menjelaskan pengertian dari hipospadia.


Menjelaskan penyebab hipospadia pada anak.
Menjelaskan tanda dan gejala anak mengalami hipospadia.
Menjelaskan pengertian dari infeksi.
Menjelaskan standar operasional perawatan luka post operasi pada anak
hipospadia

V.

METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi

Proses
Pendahuluan

1.
2.
3.
4.

Penyajian

1.

Tindakan
Kegiatan Penyuluh
Membuka
kegiatan
dengan
mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan maksud dan tujuan
dilakukan penyuluhan.
Menjelaskan proses yang akan
dilakukan
dalam
melakukan
penyuluhan
Menjelaskan pengertian dari

Kegiatan Peserta
1. Menjawab salam

Waktu
5 menit

2. Mendengarkan
3. Memperhatikan
4. Menyetujui

dan
bersedia dilakukan
pendidikan kesehatan
Memperhatikan dan
15 menit

Penutup

VI.
VII.

hipospadia.
2. Menjelaskan penyebab hipospadia
pada anak.
3. Menjelaskan tanda dan gejala
anak mengalami hipospadia.
4. Menjelaskan pengertian dari
infeksi.
5. Menjelaskan standar operasional
perawatan luka post operasi pada
anak hipospadia
6. Diskusi tanya jawab
1. Menutup pertemuan dengan
memberi kesimpulan dari materi
yang disampaikan
2. Mengajukan pertanyaan kepada
ibu
3. Mendiskusikan bersama jawaban
dari pertanyaan yang telah
diberikan
4. Menutup
pertemuan
dan
memberi salam

memberi tanggapan
Memperhatikan
Memperhatikan dan
memberi tanggapan
Memperhatikan
Memperhatikan dan
memberi tanggapan
Memperhatikan

10 menit

Memberi saran
Memberi komentar dan
menjawab pertanyaan
bersama
Memperhatikan
dan
membalas salam

MEDIA
leaflet
RENCANA EVALUASI
1. Evaluasi struktural
a. Melakukan kesepakatan pertemuan rutin dengan klien sehingga dapat memantau
hasil yang diharapkan.
b. Kesiapan penyuluhan
2. Evaluasi proses
a. Peserta
1.) Klien dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai akhir sehingga
mampu melakukan tindakan yang diharapkan.

b.

2.) Pertemuan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal yang sudah
ada.
Penyuluh
1.) Memfasilitasi segala seuatu yang diperlukan untuk melakukan penyuluhan
sehingga jalanya diskusi menjadi lancar.

3. Evaluasi hasil
a. Tes lisan : di akhir diskusi
b. Penilaian
Sistem penilaian sesuai dengan masing-masing pertanyaan tiap nomor :
Nomor 1 bila benar semua nilai 25 point
Nomor 2 bila benar semua nilai 25 point
Nomor 3 bila benar semua nilai 25 point
Nomor 4 bila benar semua nilai 25 point
Jumlah nilai benar pada soal 100 point
Klasifikasi penilaian :
Bila nilai benar 0 50 = C, berarti kurang memahami
Bila nilai benar 50 75 = B, berarti cukup memahami
Bila nilai benar 75 100 = A, berarti paham dan mengerti
c.

Daftar pertanyaan
a. Apa pengertian dari Hipospadia?
Jawab :
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di
bawah dan spadon yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia
adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian
bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin
bawaan sejak lahir.
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra
eksternus terletak dipermukaan ventral penis dan lebih ke proksimal
dari tempatnya yang normal pada ujung gland penis.
b. Apa tanda dan gejala hipospadia?
Jawab :
1.
Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penis
2.
Penis melengkung ke bawah pada saat ereksi
3.
Penis tampak seperti kerudung karena kelainan pada kulit di depan penis
4.
Ketidakmampuan berkemih secara adekuat dengan posisi berdiri
5.
Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah,
menyebar, mengalir melalui batang penis

6.
7.
8.

9.
10.
11.

Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di
bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus
Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian
punggung penis.
Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan
sekitar
Kulit penis bagian bawah sangat tipis
Tunika dartos, fasia buch dan korpus spongiosum tidak ada
Ketidaknyamanan anak saat BAK karena adanya tahanan pada ujung
uretra eksterna.

c. Yang dimaksud dengan infeksi?


Jawab :
Infeksi adalah suatu keadaan saat tubuh kemasukan bibit penyakit (kuman)
sehingga menimbulkan gejala demam atau panas tubuh sebagai suatu reaksi
tubuh menolak antigen (kuman) agar dapat melumpuhkan atau mematikan
kuman tersebut. Jika gejala demam bersifat mendadak, maka disebabkan oleh
infeksi virus. Tetapi jika demamnya secara bertahap atau lambat, maka
disebabkan oleh infeksi bakteri. Tubuh yang telah pernah menderita penyakit
demam biasanya menimbulkan kekebalan atau imunitas pada tubuh.

d. Sebutkan langkah-langkah perawatan luka post operasi?


Jawab :
1. cuci tangan
2. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
4. Letakkan pengalas dibawah area luka
5. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan
menggunakan pinset anatomi, buang balutan bekas kedalam bengkok. Jika
menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya
dan menahan kulit dibawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar
dengan kulit dan kearah balutan. (Bila masih terdapat sisa perekat dikulit,
dapat dihilangkan dengan alkohol )
6. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat
balutan dengan perlahan

7. Letakkan balutan kotor ke bengkok lalu buang kekantong plastic, hindari


kontaminasi dengan permukaan luar wadah
8. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
9. Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan obat
luka dengan memperhatikan tehnik aseptic
10. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
11. Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl 9 %
12. Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan
terapi)
13. Menutup luka dengan cara:
a. Balutan kering

Lapisan pertama kassa kering steril untuk menutupi daerah insisi dan
bagian sekeliling kulit

Lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat menyerap

Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar


b. Balutan basah kering

Lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan steril atau untuk
menutupi area luka

Lapisan kedua kasa steril yang lebab yang sifatnya menyerap

Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar


c. Balutan basah basah

Lapisan pertama kassa steril yang telah diberi dengan cairan fisiologik u/
menutupi luka

Lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap

Lapisan ketiga (paling luar) kassa steril yang sudah dilembabkan dengan
cairan fisiologik
14. Plester dengan rapi
15. Buka sarung tangan dan masukan kedalam kantong plastic tempat sampah
16. Lepaskan masker
17. Atur dan rapikan posisi pasien
18. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih,
kering dan rapi
19. cuci tangan

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

KEGIATAN
Menentukan prioritas
masalah
Merencakan
perubahan perilaku
Melakukan promosi
kesehatan
Melakukan
pengamatan
Menulis laporan
Mengumpulkan
laporan

Bulan ke-1
I
II III IV

WAKTU
Bulan ke-2
I
II III IV

Bulan ke-3
II
III IV

V
V

V
V

V
V

V
V

V
V

LAMPIRAN
A.

DEFINISI
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah dan spadon
yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra
terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan
kelamin bawaan sejak lahir.
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra eksternus
terletak dipermukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal pada
ujung gland penis.
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru
lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung
penis, yaitu pada glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang
penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah
skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa
yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra
penis pada kehamilan minggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra
tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis.

B.

ETIOLOGI
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui
penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap
paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormon androgennya
sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon
androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada
tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang
berperan dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi pun akan berdampak
sama.
2.

3.

Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi
pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen
tersebut tidak terjadi.

Lingkungan

Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. Bahan teratogenik adalah
bahan-bahan yang dapat menimbulkan terjadinya kecacatan pada janin selama
dalam kehamilan ibu. Misalnya alcohol, asap rokok, polusi udara, dll.
C.

MANIFESTASI KLINIS
1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penis
2. Penis melengkung ke bawah pada saat ereksi
3. Penis tampak seperti kerudung karena kelainan pada kulit di depan penis
4. Ketidakmampuan berkemih secara adekuat dengan posisi berdiri
5. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar,
mengalir melalui batang penis
6. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah
penis yang menyerupai meatus uretra eksternus
7. Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.
8. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar
9. Kulit penis bagian bawah sangat tipis
10. Tunika dartos, fasia buch dan korpus spongiosum tidak ada
11. Ketidaknyamanan anak saat BAK karena adanya tahanan pada ujung uretra
eksterna.

D.

KLASIFIKASI
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :
1.
Tipe sederhana/ Tipe anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini
bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit
dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.

Hipospadia Glandular yaitu lubang kencing sudah berada pada kepala


penis hanya letaknya masih berada di bawah kepala penisnya.

Hipospadia Subcoronal yaitu lubang kencing berada pada sulcus


coronarius penis (cekungan kepala penis).
2.
Tipe penil/ Tipe Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan
kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis
terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini,
diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral
prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa
kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.

3.

E.

Hipospadia Mediopenean yaitu lubang kencing berada di bawah bagian


tengah dari batangpenis.

Hipospadia Peneescrotal yaitu lubang kencing terletak di antara buah


zakar (skrotum) dan batang penis.

Hipospadia Distal Penile, lubang kencing berada di bawah bagian ujung


batang penis.

Hipospadia Proximal Penile, lubang kencing berada di bawah pangkal


penis
Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya
pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus
uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.

Hipospadia Perineal yaitu lubang kencing berada di antara anus dan buah
zakar (skrotum).

KOMPLIKASI
1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis
kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu)
2. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa

paska operasi :
1. Edema/pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi,
juga terbentuknya hematom/kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah
dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi
2. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari
anastomosis
3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau
pembentukan batu saat pubertas
4. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai
parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini
angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.
5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna, dimana
tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan
di ventral penis walaupun sangat jarang Divertikulum, terjadi pada pembentukan
neouretra yang terlalu lebar, atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi
yang lanjut.
F. INFEKSI
Infeksi adalah suatu keadaan saat tubuh kemasukan bibit penyakit (kuman) sehingga
menimbulkan gejala demam atau panas tubuh sebagai suatu reaksi tubuh menolak antigen
(kuman) agar dapat melumpuhkan atau mematikan kuman tersebut. Jika gejala demam
bersifat mendadak, maka disebabkan oleh infeksi virus. Tetapi jika demamnya secara

bertahap atau lambat, maka disebabkan oleh infeksi bakteri. Tubuh yang telah pernah
menderita penyakit demam biasanya menimbulkan kekebalan atau imunitas pada tubuh.
G.

PERAWATAN LUKA POST OPERASI PADA ANAK HIPOSPADIA


Tujuan : Agar luka terhindar dari infeksi
Persiapan Alat
a.
Alat-alat steril

Pinset anatomis 1 buah

Pinset sirugis 1 buah

Gunting bedah/jaringan 1 buah

Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya

Kassa desinfektan dalam kom tertutup

Handsoon 1 pasang
b. Alat-alat tidak steril

Gunting verban 1

buah

Plester

Pengalas

Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)\

Kapas alcohol

Sabun cair anti septik

NaCl 9 %

Cairan antiseptic (bila dibutuhkan)

Handsoon 1 pasang

Masker

Bengkok

Air hangat (bila dibutuhkan)

Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah

Langkah :
1.
2.
3.
4.
5.

cuci tangan
Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
Letakkan pengalas dibawah area luka
Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan
menggunakan pinset anatomi, buang balutan bekas kedalam bengkok. Jika
menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan
menahan kulit dibawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan

kulit dan kearah balutan. (Bila masih terdapat sisa perekat dikulit, dapat
dihilangkan dengan alkohol )
6. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat
balutan dengan perlahan
7. Letakkan balutan kotor ke bengkok lalu buang kekantong plastic, hindari
kontaminasi dengan permukaan luar wadah
8. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
9. Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan obat
luka dengan memperhatikan tehnik aseptic
10. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
11. Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl 9 %
12. Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan terapi)
13. Menutup luka dengan cara:
Balutan kering
o Lapisan pertama kassa kering steril untuk menutupi daerah insisi
dan bagian sekeliling kulit
o Lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat menyerap
o Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar

Balutan basah kering


o Lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan steril atau
untuk menutupi area luka
o Lapisan kedua kasa steril yang lebab yang sifatnya menyerap
o Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
Balutan basah basah
o Lapisan pertama kassa steril yang telah diberi dengan cairan
fisiologik u/ menutupi luka
o Lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap
o Lapisan ketiga (paling luar) kassa steril yang sudah dilembabkan
dengan cairan fisiologik
14. Plester dengan rapi
15. Buka sarung tangan dan masukan kedalam kantong plastic tempat sampah
16. Lepaskan masker
17. Atur dan rapikan posisi pasien
18. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering
dan rapi
19. Cuci tangan

REFERENSI
Hockenberry, J.M. & Wilson, D. (2007). Nursing care of infants and children.
(8th edition) St. Louis: Mosby Elseveir.
Nanda-Internasional, (2012). Nursing Diagnoses: Definition & Classification.
United Kingdom.
Wong, D.L., Hockenberry, E.M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
(2009). Buku ajar: Keperawatan pediatrik. Edisi 2. (Alih bahasa: Hartono. A.,
Kurnianingsih. S., & Setiawan). Jakarta: EGC
http://www.mediafire.com/view/rk0cwrah4128ole/LP_ASUHAN_KEPERAWAT
AN_PADA_ANAK_DENGAN_HIPOSPADIA.docx diakses pada tanggal 10
mei 2015 pukul 20.00

Anda mungkin juga menyukai