Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PERCOBAAN VII
ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN
TEMBELEKAN (Lantana camara L.)
Oleh:
Nama
Stambuk
Kelompok
Asisten

: Beni Saputra
: FIC1 14 003
: V (Lima)
: Risnawati

LABORATURIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu kekayaan hayati yang menarik untuk
dipelajari kandungan kimianya secara kimia. Tumbuhan menghasilkan metabolit
primer yang berupa polisakarida, protein dan lemak yang biasanya digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan merupakan sesuata kebutuhan
pokok bagi kelangsungan hidup manusia. Disamping itu tumbuhan juga
mengandung senyawa metabolit sekunder yang memiliki struktur yang beragam.

Umumnya, metabolit sekunder dihasilkan melalui tahap-tahap reaksi


dalam jaringan tumbuhan yang disebut biosintes. Alkolod, terponoid, steroid dan
flavonoid merupakan beberapa contoh kelompok senyawa yang dihasilkan dari
biosintesis. Senyawa metabolit sekunder adalah salah satu senyawa organik bahan
alam yang banyak jumlahnya dengan variasi strutur yang banyak pula.
Alkoloid merupakan salah satu diantaranya, dimana berdsarkan
klasifikasinya merupakan bahan alam yang memiliki jenis cincin heterosiklik
nitrogen yaitu pirolidin, piperidin, isokuinolin, kuinolin dan indol. Selain itu dapat
ditemukan dalam berbagai tumbuhan misalnya alkoloid tembelekan. Dan juga
berasal dari asam-asam amino alifatik dan asam-asam amino aromatik. Kegunaan
dari senyawa sekunder pada dasarnya adalah sebagai pelindung dari serangan
hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon.
Jenis senyawa yang terdapat pada daun tembelekan begitu banyak, dalam
artian terdapat senyawa-senyawa yang polar juga terdapat senyawa nonpolar.
Tergantung dari senyawa apa yang diinginkan sehingga dilakukan suatu kerja
dimana merupakan sistem isolasi. Isolasi senyawa ini dilakukan tidak lain untuk
mengisolasi senyawa yang banyak terdapat pada tumbuhan tersebut dalam bentuk
sampel. Berdasrkana uraian diatas, maka dilakukanlah percobaan Isolasi Senyawa
Metabolit Sekunder dari Tumbuhan Tembelekan (L. camara linn).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam percobaan isolasi senyawa metabolit sekunder
dari tumbuhan tembelekan (L. camara linn) yaitu :
1. Bagaimana mengetahui tehnik isolasi senyawa metabolit sekunder tumbuhan
isolasi tembelekan (L. camara linn) ?

2. Bagaimana mengetahui proses pemurnian senyawa metabolit sekunder


tumbuhan tembelekan (L. camara linn) ?
C. Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan isolasi senyawa metabolit sekunder dari
tumbuhan tembelekan (L. camara linn) yaitu :
1. Untuk

mengetahui tehnik isolasi tumbuhan senyawa metabolit sekunder

tumbuhan tembelekan (L. camara linn).


2. Untuk Bagaimana mengetahui proses pemurnian senyawa metabolit sekunder
tumbuhan tembelekan (L. camara linn).

D. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai pada percobaan isolasi senyawa metabolit
sekunder dari tumbuhan tembelekan yaitu :
1. Dapat mengetahui tehnik isolasi senyawa metabolit sekunder tumbuhan isolasi
tembelekan (L. camara linn).
2. Dapat mengetahui proses pemurnian senyawa metabolit sekunder tumbuhan
tembelekan (L. camara linn).

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Morfologi Tumbuhan Tembelekan
Tanaman tantana tembelekan (L. camara linn) berbunga warna merah.
Lantana di Indonesia disebut juga tembelekan atau bunga tembelek, bunga
tembelekan mempunyai aroma yang khas yang baunya tidak sedap dan kurang
mengenakkan

karena baunya kurang sedap

pada saat diremas, tanaman ini

dikenal juga sebagai big sage dimalaysia, di Indonesia tanaman tembelekan


banyak ditanam sebagai tanaman pekarangan. Berikut ini adalah klasifikasi dan
marfologi tumbuhan tembelekan:
Kingdom
: Plantea
Super Divisi : Spermatophyta
Infra Kingdom: Streptophyta
Kelas
: Magnaliopsida
Ordo
: Lamiales
Famili
: Verbenaceae
Genus
: Lantana L
Spesies
: Lantana Cemara
(Pach, 2012).
Manfaat bunga tembelekan yaitu salah satu bahan alami yang aman dan
dapat digunakan sebagai insektisida nabati untuk larvasida adalah ekstrak daun
tembelekan. Daun tembelekan mengandung minyak atsiri, alkaloid, saponin,
flavonoid, dan tanin yang dapat membunuh larva yang dapat membantu dalam
menangani ancaman penyakit yang sering terjadi dalam masyarakat, selain itu
kandungan minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan makan
Begitu banyak senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan
tembelakan (Lantana camara L.). senyawa-senyawa tersebut dapat disajikan pada
tabel berikut :
Nama

Struktur

Referensi

Bagian
Tanama

Asam3,24dioxours-12-en-28-oic

CO2H

(Yadav&Tripat
hi, 2003)

Daun

O
OHC

Asamursoxi

CO2H

Begum et
al., 2003

Bunga

CO2Me

Begum et
al., 2003

Bunga

O
MeO

Metilursoxylat
O
MeO

Asamursangilik

CO2H

Begum et
al., 2003

Bunga

O
HO

Stigmastrol
O
HO

Laiet al.,
1998

Bunga

Asambetulonik

CO2H

Lai etal.,
1998

Batang

Begum et
al., 2002

Batang

Singh et al.,
(1996)

Akar

Singh et al.,
(1996)

Akar

(Nagao et
al., 2002)

Daun

(Nagao et
al., 2002)

Daun

CO2H

AsamUrsethoxi

O
HO

H
H

AsamLantanolik
22-hidroksioleanonik

OH
CO2H
O
HO

HO
H3C

AsamLantaiursoli
k

H
CO2H
O
(H3C)H2CH2COC

OH

Apigenin

HO

OH

O
OMe

MeO

Eupatorin

MeO
OH

OH

OH
OMe

Kirsiliol

MeO

MeO
OH

(Nagao et
al., 2002)

Daun

(Nagao et
al., 2002)

Daun

OMe
HO

Eupafolin

MeO
OH

OH

(Wardani, 2012).
Tembelekan atau lantana camara, L. merupakan tumbuhan perdu dari
suku Verbenaceae berasal dari Amerika dan terdapat di Indonesia. Tumbuhan
tersebut telah lama digunakan sebagai salah satu bahan ramuan obat tradisional
untuk mengobati berbagai masam penyakit antara lain untuk pengobatan penyakit
kulit, batuk dan keracunan (Salmayanti, 2013).
Lantana camara L. atau biasa dikenal dengan nama Tembelekan
merupakan tanaman liar yang tumbuh tanpa perawatan khusus. Tembelekan
sendiri sebagai tanaman liar ternyata memiliki banyak kandungan kimia
diantaranya minyak atsiri, fenol, flavonoid, karbohidrat,

protein,

alkaloid,

glikosida, glikosida iridoid, etanoid fenil, oligosakarida, quinin, saponin,


steroid, triterpin, sesquiterpenoid dan tanin (Parwanto, 2013).
Lantana camara L. (family Verbenaceae) berasal dari daerah tropis dan
daerah sub-tropis dan di negara Amerika merupakan tumbuhan yang sangat
penting sebagai pengobatan. Sebagaimana telah dijelaskan pada latar belakang
bahwa tumbuhan ini merupakan tumbuhan darat yang liar juga beracun. Dan juga
tanaman kebun ini populer sebagai hiasan. Tumbuhan ini telah dibudidayakan

oleh produksi industri kertas dan metabolit sekundernya banyak digunakan. Dari
segi ekonomi metabolit sekunder sangat penting sebagai obat, bumbu masakan,
wewangian, sebagai zat pewarna, bahan racun pembunuh serangga dan penambah
nafsu makan.di dunia kesehatan digunakan sebagai obat kanker, cacar air, campak,
asma, bisul dan malaria tentunya (Singh, 2016).
B. Senyawa Metabolit Sekunder (SMS)
Akunder Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak
esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik
atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Fungsi metabolit
sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang
kurang
menarik

menguntungkan, misalnya
polinator,

dan

untuk

sebagai molekul

mengatasi

hama

dan penyakit,

sinyal. Identifikasi

kandungan

metabolit sekunder merupakan langkah awal ang penting dalam penelitian


pencarian senyawa bioaktif baru dari bahan alam yang dapat menjadi prekursor
bagi sintesis obat baru atau prototipe obat beraktivitas tertentu (Rasyid, 2012).
Golongan senyawa metabolit sekunder adalah alkaloid, flavonoid,
saponin, tanin, steroid dan triterpenoid. Senyawa metabolit sekunder yang
dihasilkan oleh tanaman dapat dianalisis kemampuan sitotoksiknya melalui
metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Metode BSLT adalah salah satu
cara yang digunakan untuk mengetahui kemampuan toksik terhadap sel
(sitotoksik) dari suatu senyawa, yang dihasilkan oleh ekstrak tanaman
dengan menggunakan arva udang Artemia salina Leach sebagai bioindikator.
BSLT lazim digunakan karena lebih murah, mudah, cepat dan hasilnya akurat.
Selain itu, metode ini telah terbukti memiliki hasil yang berkorelasi dengan
kemampuan sitotoksik senyawa anti kanker (Baud, 2014).

C. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika
tercapai

kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan

konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari
sampel dengan penyaringan.

Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik

pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak
awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran
molekul yang sama (Mukhriani, 2014).
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan dimana komponen
mengalami perpindahan massa dari suatu padatan ke cairan atau dari cairan ke
cairan lain yang bertindak sebagai pelarut. Berbagai penelitian tentang ekstraksi
padat-cair telah banyak dilakukan. Ekstraksi padat cair, yang sering disebut
leaching, adalah proses pemisahan zat yang dapat melarut (solut) dari suatu
campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (innert) dengan menggunakan
pelarut cair (Santosa, 2014).
Ekstraksi padat-cair adalah proses transfer difusi (pemisahan) komponen
yang mudah terlarut (solute) dari suatu padatan dengan menggunakan suatu
larutan (pelarut) pada temperatur dan proses alir tertentu. Proses ini merupakan
proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi
ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi (Anonim, 2013).
Prinsip ekstraksi padat-cair adalah adanya kemampuan senyawa dalam
suatu matriks yang kompleks dari suatu padatan, yang dapat larut oleh suatu

pelarut tertentu. Beberapa hal yang harus

diperhatikan

untuk

tercapainya

kondisi optimum ekstraksi antara lain: senyawa dapat terlarut dalam pelarut
dengan waktu yang singkat, pelarut harus selektif melarutkan senyawa yang
dikehendaki,

senyawa

analit memiliki

konsentrasi

yang

tinggi

untuk

memudahkan ekstraksi, serta tersedia metode memisahkan kembali senyawa


analit dari pelarut pengekstraksi (Fajriati, 2011).
D. Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG)
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh
suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari 2 fase,
salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dengan arah tertentu
dan di dalamnya zat-zat itu menunjukan perbedaan mobilitas disebabkan adanya
perbedaan dalam absorbsi, partisi, kelarutan, tekanan uap,ukuran molekul atau
kerapatanmuatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat diidentifikasi
atau ditetpakan dengan metode analitik (Istiqomah, 2013).
KKG termasuk jenis teknik Kromatografi yang
dikembangkan

dan termasuk

kromatografi serapan

yang

paling

awal

sering disebut

kromatografi elusi. Kolom kromatografi dapat berupa pipa gelas yang dilengkapi
dengan kran dan gelas penyaring di dalamnya. Ukuran kolom tergantung pada
banyaknya zat yang akan dipisahkan. Untuk menahan penyerap yang
diletakkan di dalam kolom dapat digunakan glass woll atau kapas. Aplikasi
teknik ini banyak digunakan untuk pemurnian senyawa setelah melewati teknik
KLT, misalnya untuk pemurnian karotenoid, klorofil, serta senyawa bioaktif
tumbuhan lainnya. Teknik ini tidak dilengkapi dengan spektrometer yang
secara otomatis dapat mengukur spektrum serapannya. Biasanya, pengambilan

fraksi cairan

dilakukan

secara

manual

dan kemudian diukur dengan

spektrometer (Maslebu, 2013).


E. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi

Lapis

Tipis

(KLT) dan

kromatograsi

kolom

pada

prinsipnya sama. Apabila suatu cuplikan yang merupakan campuran dari


beberapa komponen yang diserap lemah oleh adsorben akan keluar lebih
cepat bersama eluen, sedangkan komponen yang diserap kuat akan keluar lebih
lama). KLT merupakan suatu teknik pemisahan dengan menggunakan adsorben
(fase stasioner) berupa lapisan tipis seragam yang disalutkan pada permukaan
bidang

datar

berupa lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik.

Pengembangan kromatografi terjadi ketika fase gerak tertapis melewati adsorben


(Mukhriani, 2014).
Analisis KLT dilakukan untuk mengetahui jumlah fraksi komponen
senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak serta untuk optimasi eluen yang
sesuai untuk kromatografi kolom. Tahap awal yang dilakukan dalam analisis
KLT adalah optimasi pelarut. (Ayuni, 2013).
Ekstrak dielusi menggunakan KLT untuk menentukan eluen yang pola
pemisahannya paling baik. Fase diam yang digunakan adalah silika gel G60 F
254 dan fasa gerak

berupa

petroleum benzena

dan

etil

asetat dengan

perbandingan 7:3. Fraksi tersebut kemudian dipisahkan dengan menggunakan


eluen n-heksana dan etil asetat dengan metode Kromatografi Kolom Gravitasi.
Masing-masing eluen yang digunakan adalah bebrapa
pemisahan ditampung ke dalam botol vial (Tonius, 2016).

ml.

Fraksi

hasil

Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui
penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO2). Sol mirip agaragar ini dapat
didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang
bersifat tidak elastis. Sifat ini menjadikan silika gel dimanfaatkan sebagai
zat penyerap, pengering, dan penopang katalis. Silika gel merupakan produk
yang aman digunakan untuk menjaga kelembaban makanan, obat-obatan, bahan
sensitif, elektronik, dan film sekalipun. Produk anti lembab ini menyerap lembab
tanpa mengubah kondisi zatnya. Walaupun dipegang, butiran-butiran silika gel ini
tetap kering (Handayani, 2014).
Pertimbangan untuk pemilihan pelarut pengembang (aluen) umumnya
sama dengan pemilihan eluen untuk kromatografi kolom. Dalam kromatografi
adsorpsi, pengelusi eluen naik sejalan dengan pelarut (misalnya dari heksana ke
aseton, ke alkohol, ke air). Eluen pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan
campuran pelarut dengan susunan tertentu. Pelarut-pelarut pengembang harus
mempunyai kemurnian yang tiggi. Terdapatnya sejumlah air atau zat pengotor
lainnya dapat menghasilkan kromatogram yang tidak diharapkan.
KLT merupakan contoh dari kromatografi adsorpsi. Fase diam berupa
padatan dan fase geraknya dapat berupa cairan dan gas.

Zat terlarut yang

diadsorpsi oleh permukaan partikel padat.( Soebagio, 2002).


Prinsip dari kromatografi lapis tipis adalah untuk

memisahkan

komponen-komponen kimia yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan


fase gerak (eluen), komponen-komponen kimia yang terdapat pada sampel
bergerak

naik mengikuti

fase

gerak

karena

kemampuan adsorben alam

menyerap komponen-komponen kimia yang tidak sama sehingga komponenkomponen ini bisa bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung

pada tingkat kepolarannya yang memyebabkan terjadinya pemisahan komponen


(Faskalia, 2014).
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, hal ini bergantung pada
bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika. Hal ini
tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel silika.
Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben
seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben
tersebut berperan sebagai fasa diam Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering
disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan
biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga
didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error.
Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh
(Gandjar, 2007).
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu.
Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa
dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai
kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa
diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam,
sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara
0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi
kepolaran eluen, dan sebaliknya (Gandjar, 2007).

III.
A. Waktu Dan Tempat

METODE PRAKTIKUM

Praktikum Kimia Organik pada percobaan Isolasi Senyawa Metabolit


Sekunder dari Tumbuhan Tembelakan (lantana camara, L.) dilaksanakan pada
hari Sabtu Maret 2016, Pukul 15:04- selesai, bertempat di Laboratorium Riset
Terpadu, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Haluoleo,
Kendari.
B. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum percobaan isolasi senyawa
metabolit sekunder tumbuhan tembelekan yaitu evaporator 1 Rangkaian alat
refluks, lampu UV, gelas kimia, pipet tetes, corong chamber, kolom, batang
pengaduk, spatula, pingset, plat KLT, kayu, lidi, tali, statif dan klem.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum percobaan isolasi senyawa
metabolit sekunder tumbuhan tembelekan ini antara lain adalah tembelekan
(Lantana camara Linn), silika gel, n- heksana ( CH3(CH2)4CH3), klorofom (CHCl3),
kertas saring, aluminium foil, serium sulfat (Ce(SO 4)2, etil asetat (C2H5COOH),
dan kapas.

C. Prosedur kerja
1. Prosedur kerja pertama
Ekstraksi daun tembelekan
- dikeringkan menggunakan oven
- diblender samai halus
Daun
- ditimbang sebanyak 20 gram
- direfluks menggunakan klorofom selama
1 jam sebanyak 2 kali
- disaring
- dievaorasi sampai pekat
filtrat
- dimasukkan dalam botol vial

residu

Hasil Pengamatan
Pembuatan kromatografi kolom
Silika gel
-ditimbang sebanyak 3 gram
-dilarutkan kedalam beberapa mL nheksan
-dimasukkan kedalam kolom kromatografi
-ditambahkan larutan n-heksan secara
terus menerus sehingga gel silica
memadat
Gel silica -yang telah
memadat dalam kolom
kromatografi
-dimasukkan potongan kecil kertas saring
-dimasukkan ekstrak daun tembelekan
yang
sebelumnya
telah
diperoleh
ovaporasi
-ditimbang fraksi yabg keluar dari kolom
Sampel

Pemeriksaan kromatografi lapis tipis


Plat KLT

- dipotong menggunakan catter dengan


ukuran 5 cm x1 cm
- ditotolkan
sampel
pada
plat
menggunakan pipet kapiler
- dimasukkan kedalam chamber yang
berisi larutan eluen yaitu n-heksana dan
etil asetat dengan system bergradien
- disinari dengan warna yang dihasilkan
plat menggunakan lampu UV
Sampel
2. Prosedur kerja kedua
Pembuatan kolom kromatografi
Silika gel
- ditimbang beberapa gram
- dilarutkan kedalam beberapa mL n-heksan
- dimasukkan kedalam kolom kromatografi
- ditambahkan larutan n-heksan secara terus
menerus sehingga gel silica memadat
Gel silica yang telah
memadat dalam kolom
kromatografi
- dimasukkan potongan kecil kertas saring
- dimasukkan ekstrak daun tembelekan
yang
sebelumnya
telah
diperoleh
ovaporasi
- ditimbang fraksi yabg keluar dari kolom
Sampel

Pembuatan kromatografi lapis tipis


Silika gel

- dipotong menggunakan catter dengan


ukuran 5 cm x1 cm
ditotolkan sampel pada plat
menggunakan pipet kapiler
- dimasukkan kedalam chamber yang
berisi larutan eluen yaitu n-heksana dan
etil asetat dengan system bergradien
- disinari dengan warna yang dihasilkan
plat menggunakan lampu UV
Sampel

IV.
A. Hasil Pengamatan
1. Data pengamatan

N
o
1

Fraksi

Spo
t

Pembandin

Rf

g
7:3

0,9
Rf
=
0,9

II

Rf
=1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar
Fraksi

Spot

2. Analisis data
Penentuan nilai Rf pembanding
Diketahui :Jarak noda dari batas bawah = 2,9 cm
Jarak pelarut dari batas bawah = 3 cm
Ditanyakan : nilai Rf
jarak noda daribatas bawah
Rf = jarak pelarut dari batasbawah

Rf =

2,9
3

= 0,9 cm

Penentuan nilai Rf fraksi I


Diketahui : Jarak noda dari batas bawah = 2,9 cm
Jarak pelarut dari batas bawah = 3 cm
Ditanyakan :nilai Rf
jarak noda daribatas bawah
Rf = jarak pelarut dari batasbawah

Rf =

2,9
3

= 0,9 cm

Penentuan nilai Rf fraksi II


Diketahui :Jarak noda dari batas bawah = 3 cm
Jarak pelarut dari batas bawah = 3 cm
Ditanyakan :nilai Rf
jarak noda daribatas bawah
Rf = jarak pelarut dari batasbawah

Rf =

3
3

= 1 cm

B. Pembahasan
A. Preparasi Sampel
Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan atau disintesa
pada sel dan group taksonomi tertentu pada tingkat pertumbuhan atau stress

tertentu. Senyawa ini diproduksi hanya dalam jumlah sedikit tidak terus-menerus
untuk mempertahankan diri dari habitatnya dan tidak berperan penting dalam
proses metabolism utama (primer). Pada tanaman, senyawa metabolit sekunder
memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai atraktan (menarik serangga
penyerbuk), melindungi dari stress lingkungan, pelindung dari serangan
hama/penyakit (phytoaleksin), pelindung terhadap sinar ultra violet, sebagai zat
pengatur tumbuh dan untuk bersaing dengan tanaman lain (alelopati).
Mendapatkan senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan tembelekan ini
tentu tidaklah mudah perlu perlakuan-perlakuan khusus dan metode tertentu untuk
bisa mendapatkannya. Preparasi sampel yang tepat juga sangat penting dalam hal
ini. Preparasi yang dimaksudkan adalah persiapan/perlakuan awal yang perlu
dilakukan terhadap sampel yakni mulai dari pembersihan dan pengeringan sampel
perlu diperhatikan. Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan kadar air pada
sampel yang nantinya akan berpengaruh terhadap sampel yang akan dianalisis
senyawa yang terdapat di dalamnya. Saat melakukan pengeringan jangan sampai
melalui sinar matahari, takutnya terdapat senyawa yang mudah terdegradasi oleh
sinar UV pancaran sinar matahari. Sehingga pada percobaan ini digunakan
pengeringan sampel lewat media oven.
Penghalusan sampel menjadi partikel yang lebih kecil, akan sangat membantu
dalam proses ekstraksi. Hal ini dikarenakan sampel yang masih utuh dalam bentuk
daun misalkan, memiliki dinding sel yang masih rapat dan akan menyulitkan
pelarut untuk bisa menembus sampai ke dalam dinding sel. Namun berbeda
halnya jika sampel daun ini dihaluskan menjadi lebih kecil ukurannya. Dengan

ukuran yang kecil ini, dinding sel juga telah rusak atau tidak rapat lagi sehingga
proses ekstraksi akan berjalan lebih maksimal.
B. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun
tujuan dari ekstraksiyaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia.Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi
pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Refluks, merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk
melakukan teknik isolasi terhadap bahan alam. Seperti pada percobaan ini untuk
mengisolasi senyawa yang terdapat pada tumbuhan tembelekan dengan metode
refluks. Berdasarkan prinsip kerjanya metode ini menggunakan suatu pelarut
organik, dimana pelarut yang digunakan adalah kloroform. Kloroform bersifat
semipolar, akan sangat memungkinkan untuk mengekstrak senyawa polar dan
nonpolar yang belum diketahui pada tumbuhan tembelekan ini.
Prinsip kerja refluks secara umum, mengekstraksi dengan pelarut pada
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Dilakukan pengulangan proses
pada residu pertama sampai 3 atau 5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi
sempurna.
Percobaan ini menggunakan pelarut kloroform sebagai pelarut organiknya.
Yang mana pelarut kloroform merupakan pelarut universal atau lebih tepatnya

pelarut semipolar. Kloroform atau triklorometan mempunyai struktur CHCl3 dan


berat molekul 119,39 gr/mol serta komposisinya meliputi 10,05 % C, 0,84% H,
dan 89,10% Cl. Kloroform disebut juga haloform disebabkan karena brom dan
klor juga bereaksi dengan metil keton, yang menghasilkan masing-masing
bromoform (CHBr3) dan kloroform (CHCl3). Hal ini disebut CHX3 atau haloform,
maka reaksi ini sering disebut reaksi haloform. Kloroform memiliki sifat fisik dan
kimia, diantaranya : Higly refractive, non flammable, sangat volatil, sweet tasting
liquid, berbau karakteristik, titik didih 61-62 oC, larut dalam air, larut dalam
alkohol, benzena, eter, petroleum eter dan karbon tetraklorida serta karbon
disulfida.
Ekstrat, yang telah diperoleh dipekatkan dengan evaporator. Evaporasi
dilakukan untuk memekatkan ekstrat yang masih bercampur dengan pelarut yang
diperoleh sehabis direfluks. Pelarut kloroform secara perlahan akan menguap
seiring berjalannya waktu akibat pemanasan pada water bath dan kemudian akan
memisah dari ekstrat dan terkondensasi oleh kondensor.
Selanjutnya percobaan ini juga dilakukan pemisahan dan pemurnian
terhadap senyawa metabolit sekunder. Pemisahan dan pemurnian senyawa
metabolit sekunder dilakukan dengan cara kromotografi kolom gravitasi. Dimana
sebelumnya dilakukan preparasi dengan menggunakan KLT (kromatografi lapis
tipis) untuk menentukan noda yang bagus serta menggunakan eluen dengan
perbandingan yang tepat. Seperti pada percobaan ini digunakan larutan petroleum
benzena dan etil asetat dengan perbandingan 7:3. Harapannya dengan jumlah
fraksi yang didapatkan adalah 5 fraksi, sesuai noda yang terdapat pada plat KLT.

Namun terjadi kesalaha pada saat proses pemisahan dimana fraksi-fraksi yang
diperoleh tidaklah murni, hal ini disebabkan pada prosesnya terjadi percampuran
fraksi saat dipisahkan. Sebelumnya juga eluen yang digunakan harus bergradien,
hal ini sama tujuannya adalah untuk mendapatkan noda yang tepat.

V. PENUTUTP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan isolasi senyawa metabolit
sekunder dari tumbuhan tembelekan (Lantana camara L.) adalah sebagai berikut :
1. Teknik isolasi suatu senyawa metabolit sekunder tumbuhan isolasi tembelekan
(Lantana camara L.) dapat dilakukan dengan menggunakan metode refluks,
dimana nantinya akan terjadi ekstraksi secara berulangkali dengan pelarut yang
sama dan bisa dikatakn sebagai metode ekstraksi yang sempurna.
2. Pemisahan dan pemurnian dapat dilakukan dengan menggunakan KKG
(Kromatografi Kolom Gravitasi), yang mana sebelumnya telah dilakukan
pengujian penentuan titik noda yang baik pada KLT dengan perbandingan
eluen yang tepat antara (petroleum benzena dan etil asetat), untuk kemudian
dilanjutkan pada KKG. Perbandingan eluen tersebutmasing-masing adalah 7:3.
B. Saran
Sebagai saran tertuju kepada praktikan agar mengikuti praktikum pada hari
tersebut sebaik mungkin dan memahaminya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Penuntun Praktikum Program Studi Teknik Kimia. Bandung :
Laboratorium Operasi Teknik Kimia, ITB.
Ayuni, N.P.S. dan I nyoman S. 2013. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Alkaloid
pada BijiMahoni (Swietenia mahagoniJacq). Seminar Nasional FMIPA
UNDIKSHA III.
Baud, G.S., Meiske S.S., dan Harry S.J.K. 2014. Analisis Senyawa Metabolit
Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Batang Tanaman Patah Tulang
(Euphorbia tirucalli L.) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT). Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 14 (2).
Fajriati, M., Malawati R., dan Muzzaky. 2011. Studi Ekstraksi Padat Cair
Menggunakan Pelarut HF dan HNO3 pada Penentuan Logam Cr dan Cu
dalam Sampel Sedimen Sungai di Sekitar Calon PLTN Muria. Jurnal Ilmu
Dasar. Vol. 12 (1).
Faskalia dan Muhamad A.W. 2014. Skrining Fitokimia, Uji Aktivitas, Antioksidan
dan Uji Sitotoksik Ekstrak Metanol pada Akar dan Kulit Batang Soma
(Ploiarium alternifolium). Jurnal JKK. Vol. 3 (3).
Gandjar, I.G. dan Abdul R. 2007. Kimia Farmasi analisis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Soxhletasi
Terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah.
Maslebu, G., Suryasatria T., dan Nur A.W. 2013. Kombinasi Teknik Kromatografi
Kolom Gravitasi-spektrometer Sederhana sebagai Permodelan
Kromatografi Cairan Kerja Tinggi (KCKT). Prosiding Seminar Nasional
Sains dan Pendidikan Sains VII UKSW.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan. Vol. 7 (2).
Rasyid, A. 2012. Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder serta Uji Aktivitas
Antibakteri dan Antioksidan Ekstrak Metanol Teripang Stichopus
hermanii. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Vol. 4 (2).
Santoso, I., dan Endah S. 2014. Ekstraksi Abu Kayu dengan Pelarut Air
Menggunakan Sistem Bertahap Banyak Beraliran Silang.Jurnal Chemica.
Vol. 1 (1).
Soebagio. 2002. Kimia Analitik. Makassar : Universitas Negeri Makassar Fakultas
MIPA.

Wardani, S, R., dan Mifbahhuddin, kiky Y., 2010 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak
Daun Tembelekan Penagaruh Konsentrsi Ekstrak Daun Tembelekan
(Lantanacamara) Terhadap Kematian Larva Aedes aegypti, Jurnal
Kesehatan Masy Indones. Vol. 6 (2).

Anda mungkin juga menyukai