Anda di halaman 1dari 5

PERCOBAAN 5 PENGUBAHAN ASAM MALEAT MENJADI ASAM FUMARAT

[M Hafizhan R] [NIM 10511096, kelas 2, kelompok N] altair_zarkad@yahoo.co.id


Abstrak
Asam fumarat digunakan sebagai pengganti asam tartarat dan asam sitrat dalam minuman, oleh karena itu asam fumarat mulai diprosuksi dalam skala industri. Asam fumarat pertama kali dibuat dari asam suksinat Cara sintesis tradisional melibatkan oksidasi furfural (dari hasil pemrosesan jagung) menggunakan natrium klorat dengan keberadaan katalis berbasis vanadium. Zaman sekarang, sintesis asam fumarat dalam skala industri kebanyakan berdasarkan isomerisasi katalitik asam maleat (yang bisa didapatkan dalam jumlah besar dari hidrolisis maleat anhidrida, yang diproduksi dari oksidsi katalitik benzena atau butana) dalam larutan akuatik. Kata kunci: asam fumarat, asam maleat, isomer geometris

Abstract
Fumaric acid used for replacement of tartaric an citric acid for beverages, because of that, fumaric acid began to be produced in industrial scale. Fumaric acid firstly syntheted from sucsinic acid. The traditional method include oxidation of furfural using sodium chlorate with vanadium catalyzed. Nowadays, fumaric acid syntheted from maleic acid.

Keyword : fumaric acid, maleic acid, geometry isomerism

1.PENDAHULUAN
Molekul-molekul dengan rumus molekul sama, namun memiliki geometri yang berbeda dapat dikatakan berisomer geometri yang terdiri dari cis dan trans. Perubahan dari cis dan trans dapat terjadi melalui pembentukan senyawa antara yang bersifat ion atau radikal bebas. Pada percobaan kali ini perubahan asam maleat (asam cis-butenadioat) menjadi asam fumarat (asam trans-butenadioat) terjadi melalui penentuan ikatan rangkap C=C yang untuk sementara waktu diubah menjadi ikatan tunggal C-C. Melalui ikatan tunggal ini rotasi dapat berlangsung. Pada saat dalam keadaan ikatan rangkap, molekul tidak dapat berotasi karena ikatan rangkap lebih kuat dan lebih kaku dibandingkan ikatan tunggal. Pada percobaan ini, asam maleat direfluks dengan asam klorida yang akan mengubahnya menjadi asam fumarat yang lebih stabil. Asam fumarat jauh lebih sedikit larut dalam air dari pada asam maleat, sehingga menyebabkan mudah mengkristal dari larutan selama reaksi berjalan. Untuk menguji kemurnian senyawa yang diperoleh bisa dengan cara

membandingkan titik leleh kristal yang diperoleh dengan titik leleh referensi.

2. METODE PERCOBAAN
a. Sintesis asam maleat Didihkan 20 mL air suling dalam labu Erlenmeyer 125 mL dan ditambahkan 15 g anhidrida maleat. Setelah larutan menjadi jernih, dinginkan labu di bawah pancaran air kran sampai sejumlah maksimum asam maleat mengkristal dari larutan. Asam maleat dikumpulkan di atas corong Buchner, dikeringkan dan ditentukan titik lelehnya. Sintesis asam fumarat Larutan filtrate dari percobaan (a)dimasukkan ke dalam labu bundar 100 mL, ditambahkan 15 mL HCl pekat dan direfluks perlahanlahan selama 10 menit.. Dinginkan larutan pada suhu kamar, asam fumarat dikumpulkan dalam corong

b.

Buchner, dan direkristalisasi dalam air. Tentukan titik lelehnya dengan menggunakan melting block atau melting point apparatus (yang tersedia di laboratorium). Bandingkan titik leleh asam maleat dan asam fumarat!

padatan Kristal, sebab dibutuhkan asam maleat dalam jumlah yang benar agar bisa diketahui persen rendemen dari asam fumarat yang nanti akan dihasilkan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Asam maleat Asam fumarat Massa (gram) 6,32 2,18 t.l (C) 133-136 280-286

Pada percobaan ini asam fumarat disintesis dari asam maleat. Dalam laboratorium yang tersedia adalah anhirida maleat, oleh karena itu perlu dibuat dulu asam maleat dari anhidrida maleat dengan cara melarutkannya dalam air. Dalam percobaan digunakan air panas, agar proses hidrolisis dapat berjalan lebih cepat. Anhidrida maleat mula-mula akan melebur/meleleh ( titik leleh = 53C) kemudian bereaksi dengan air membentuk asam maleat yang sangat larut dalam air panas (400 g / 100 ml air panas) bahkan mudah larut dalam air dingin ( 65 g / 100 ml air dingin). Kelarutannya tersebut disebabkan adanya ikatan hydrogen intramolekular. Ketika salah satu proton lepas dari asam maleat akan tercipta ikatan hydrogen intramolekular dengan gugus karboksil yang tersisa. Saat anhidrida sudah melarut semua, larutan akan menjadi jernih. Saat larutan menjadi jernih larutan didinginkan sebentar, tujuannya untuk mendapatkan Kristal dari asam maleat.Pendinginan ini dilakukan dengan cara mengalirkan air keran dingin ke labu. Kelarutan zat dalam air pada suhu tinggi lebih besar dari suhu rendah, saat larutan dalam suhu tinggi dibuat dalam keadaan cukup jenuh, lalu diturunkan suhunya maka saat suhu turun akan terbentuk Kristal dari senyawa asam maleat. Dalam percobaan dilarutkan 15 gram anhidrida maleat dalam 20 ml air, dalam air panas akan melarut karena kelarutannnya 80 gram dalam 20 ml air. Saat menjadi dingin, kelarutan asam maleat adalah 13 gram dalam 20 ml air, sehingga tercipta keadaan jenuh dan terbentuk Kristal. Proses tersebut adalah supersaturation. Kristal yang diperoleh kemudian disaring dengan corong Buchner. Perlu diingat bahwa tidak semua asam maleat berubah menjadi Kristal, karena masih ada asam maleat yang larut. Filtrate dari hasil penyaringan mengandung asam maleat akan dipakai untuk proses selanjutnya. Pada percobaan dilakukan penyaringan Buchner agar asam maleat larutan tidak ada yang tertinggal pada

Dari hasil penimbangan diperoleh massa Kristal asam maleat sebesar 6,32 gram. Massa anhidrida maleat yang digunakan adalah 15,056 gram. Sehingga dapat diperoleh rendemen sebesar 41,97 %.. Nilai rendemen tersebut dapat dikatakan sedang (mendekati setengahnya 50% dari 100%) dan hal ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi proses yang dilakukan tidak terlalu besar. Dengan persen rendemen yang diperoleh sekitar 42 % tersebut bisa disebabkan oleh proses hidrolisis yang kurang sempurna, proses kristalisasi yang kurang sempurna yang kemungkinan karena suhu yang belum turun sepenuhnya, kristal tidak tersaring sepenuhnya di buchner karena ukuran kristal yang terlalu kecil sehingga diperoleh hasil yang lebih kecil dari perhitungan teoritis. Sebenarnya untuk memperoleh kristal lebih banyak bisa dengan cara menunggu sampai suhu kamar lalu dimasukkan dalam penangas es sehingga kristal lebih banyak. Namun, jika digunakan cara seperti itu dikhawatirkan larutan filtrat tidak terlalu banyak mengandung asam maleat disebabkan asam maleat lebih banyak mengkristal. Dari pengukuran titik leleh diperoleh titik leleh asam maleat yang diperoleh sebesar 133-136 C, sedangkan menurut literatur titik leleh asam maleat adalah 131-139 C. Dari hasil pengukuran tersebut diperoleh kristal yang cukup murni karena titik leleh tidak terlalu beda jauh dengan referensi diperoleh kesalahan relatif sebesar 1,526 %. Kesalahan lebih kecil dari 5 % sehingga masih bisa diterima. Hasil yang lebih besar ini bisa disebabkan karena belum dilakukan kalibrasi atau karena ada sedikit pengotor dalam kristal. Titik leleh pengotor lebih besar dari kristal sehingga membutuhkan suhu lebih tinggi untuk melelehkan kristal dari yang seharusnya. Untuk sintesis asam fumarat bisa dengan cara mereaksikan filtrat dari hidrolisis anhidrida maleat terhadap HCl pekat. Kemudian di refluks, Refluks

adalah salah satu metode dalam ilmu kimia untuk mensintesis suatu senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa yang mudah menguapa atau volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Refluks bertujuan melakukan pemanasan sempurna dengan tekanan tinggi. Dengan refluks maka tidak ada senyawa volatile yang hilang. Digunakan refluks agar reaksi transformasi dari asam maleat menjadi asam fumarat dapat berlangsung lebih cepat karena suhu dapat mempengaruhi kinetika reaksi. Mekanisme sintesis asam fumarat dari asam maleat :

Kelarutan asam fumarat dalam air lebih kecil dibandingkan asam maleat karena dalam asam fumarat tidak terdapat ikatan hidrogen intramolekulat disebabkan struktur geometrisnya. Dari hasil penimbangan, massa kristal fumarat yang diperoleh adalah 2,813 gram. Dengan asumsi massa asam maleat yang ada dalam filtrat adalah 8,736 gram maka persen rendemen adalah 32%. Perolehan ini cukup kecil, karena bisa disebabkan endapan saat refluks belum semuanya didapat, atau saat rekristalisasi belum semua kristal mengkristal kembali. Kendala dirasakan saat melakukan rekristalisasi. Kristal yang sudah didapat dilarutkan kembali dalam air panas, kemudian pelarut tersebut diuapkan untuk mendapat keadaan lebih dari jenuh sehingga berharap dihasilkan kristal lebih banyak dan lebih murni. Namun, pada saat selesai rekristalisasi endapan kristal yang diperoleh tidak terlalu banyak. Saat pengukuran titik leleh asam fumarat, didapatkan data titik leleh sebesar 280-286 C. Sedangkan referensi adalah 287C, kesalahan relatifnya adalah 2,439%. Kesalahan dibawah 5 % bisa dianggap kristal yang diperoleh cukup murni. Titik leleh asam fumarat lebih tinggi dibandingkan asam maleat, hal ini disebabkan struktur trans lebih stabil dibandingkan struktur geometris cis. Jadi dibutuhkan energi yang lebih besar untuk merusak kestabilan struktur.

4. KESIMPULAN
Titik leleh asam maleat 133-136 C, dengan persen kesalahan 1,526%. Rendemen yang didapat 41,97% Titik leleh asam fumarat adalah 280-286 C, dengan persen kesalahan 2,439 %.. Rendemen yang didapat sebesar 32% Dalam hal ini HCl pekat berfungsi sebagai katalis yang digunakan untuk memprotonasi salah satu gugus karbonil sehingga ikatan rangkap pada atom karbon dapat beresonansi dan terjadi rotasi pada ikatan tunggal, selanjutnya ikatan rangkap beresonansi kembali. Ion H+ dihasilkan lagi dari reaksi pada tahap keempat. Setelah dilakukan refluks mulai terbentuk endapan kristal asam fumarat dari larutan panas. Larutan didinginkan pada suhu kamar kemudian difiltrasi.Setelah didapat kristal, kristal kemudian direkritalisasi dengan air untuk mendapatkan hasil yang lebih murni. Pada tahap rekristalisasi digunakan air sebagai pelarut yang sesuai karena asam fumarat termasuk senyawa yang polar sehingga akan larut dalam pelarut yang polar pula (like dissolve like).

5.UCAPAN TERIMA KASIH


Puji syukur atas rahmat Allah SWT sehingga saya dapat melaksanakn praktikum dan menyelesaikan laporan ini. Ucapan terima kasih juga untuk bu Deana dan asisten prektikum modul 5 yang telah membimbing saya dalam melaksanakan praktikum. Terakhir terima kasih pada teman-teman kelompok N yang telah bersama-sama melaksanakan praktikum ini.

6. DAFTAR PUSTAKA
Solomon.2003.Organic Chemistry, eigth edition.John willey and son, singapore. Hal 288-291

Yashito Takeuchi,diterjemahkan Ismunandar, 2006, BUKU TEKS PENGANTAR KIMIAIwanami Shoten, Publishers, Tokyo.Hal 242248 www.hindawi.com (akses 16-11-12 jam 09.00)

Anda mungkin juga menyukai