PERJANJIAN
Pihak
Kedua
memperoleh
sejumlah
(2) Aturan Internal Ruang Farmasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi :
a. Penyusunan administrasi pelayanan kefarmasian
b. Pengaturan tatakerja dan SOP bagi Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian
c. Jenis-jenis praktik kefarmasian dan tindakan kefarmasian oleh Apoteker
d. Pengaturan dan pengendalian penyaluran/distribusi sediaan farmasi
kepada tenaga kesehatan lain di dalam Klinik
e. Ketentuan Tarif Jasa Pelayanan Kefarmasian.
f. Aturan-aturan lain yang dianggap perlu untuk memelihara Rahasia
Kefarmasian.
(3) Aturan Internal di Ruang Farmasi yang disusun oleh Pihak Kedua
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) perlu mendapat pengesahan dari
Ikatan Apoteker Indonesia Cabang Kabupaten/Kota Setempat dan/atau
Daerah Jawa Barat.
(4) Dalam hal Aturan mengenai Ketentuan Tarif Jasa Pelayanan Kefarmasian,
Pihak Pertama dan Pihak Kedua dapat melakukan penyesuaian penghitungan
dengan berdasarkan pada SK PD IAI Jawa Barat Nomor : 001/SK-BPF/PD IAI
JABAR/I/2013 Bab C.
(5) Rincian mengenai Aturan Internal Ruang Farmasi dibuat dalam lampiran
tersendiri dan merupakan bagian tak terpisahkan dari Perjanjian ini.
Pasal 4
(1) Guna menjamin kelancaran pelayanan kefarmasian sesuai peraturan
perundangan yang berlaku, Pihak Kedua dapat mempergunakan bantuan
Apoteker lain dan/atau tenaga teknis kefarmasian dan/atau tenaga lainnya
dengan cara mengajukan usulan kepada Pihak Pertama sesuai kebutuhan.
(2) Apoteker lain dan/atau tenaga teknis kefarmasian dan/atau tenaga lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh melalui mekanisme
rekruitmen oleh Pihak Pertama dengan syarat dan kriteria yang ditentukan
oleh Pihak Kedua.
(3) Apoteker lain dan/atau tenaga teknis kefarmasian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hanya dapat melaksanakan tugas pekerjaan kefarmasian
setelah yang bersangkutan memiliki izin praktik dan/atau izin kerja dari
dinas kesehatan kabupaten/kota setempat untuk ditempatkan di Ruang
Farmasi Klinik______ sesuai ketentuan yang berlaku.
(4) Apoteker lain dan/atau tenaga teknis kefarmasian dan/atau tenaga lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari pegawai Pihak
Pertama.
Pasal 5
(1) Dalam hal aturan umum kepegawaian, tenaga teknis kefarmasian dan/atau
tenaga lainnya yang ditempatkan di Ruang Farmasi, maka pegawai yang
bersangkutan berada di bawah kendali Pihak Pertama.
(2) Dalam hal pelaksanaan pelayanan kefarmasian tenaga teknis kefarmasian
dan/atau tenaga lainnya yang ditempatkan di Ruang Farmasi, maka pegawai
yang bersangkutan sepenuhnya berada di bawah kendali Pihak Kedua.
BAB IV. KEPEGAWAIAN DAN HONORARIUM
Halaman 3 dari 7 | PERJANJIAN KERJA APOTEKER DI RUANG FARMASI
| doc.pdiaijabar2013
Pasal 6
(1) Pihak Kedua memiliki status sebagai pegawai khusus dari Pihak Pertama
serta diangkat sesuai dengan jabatannya berdasarkan Surat Keputusan
sebagaimana mestinya;
(2) Sebagai pegawai dari Pihak Pertama, Pihak Kedua berhak atas :
a. Honorarium Pokok (HP), sebesar
: Rp 2.500.000,- setiap bulan
b. Honorarium Penunjang (HT) berupa Jasa Profesi Apoteker (JPA),
sebesar 10% dari Perolehan Jasa Tindakan Kefarmasian yang
dilakukan/dipimpinnya.
(3) Pemberian honorarium sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b
dibayarkan setiap bulan oleh pihak Pertama sebagaimana lazimnya.
(4) Pemberian honorarium sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b oleh
Pihak Pertama dilakukan berdasarkan klaim pelayanan kefarmasian disertai
bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
(5) Pembagian honorarium sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dilakukan oleh Pihak Kedua untuk dirinya sendiri dan untuk seluruh karyawan
yang terlibat dalam pelayanan kefarmasian sesuai Aturan Internal dibuat oleh
Pihak Kedua.
(6) Pihak Kedua berkewajiban untuk mengikuti aturan-aturan umum
kepegawaian yang berlaku di internal Klinik sebagaimana mestinya terutama
yang menyangkut hari dan jam kerja.
(4) Pembayaran atas Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan yang dilakukan oleh
Pihak Pertama kepada vendor hanya dapat dilakukan setelah disertai buktibukti administrasi secukupnya yang telah ditandatangani oleh Pihak Kedua.
(5) Segala Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan yang berlangsung
di Ruang Farmasi merupakan bagian penting Rahasia Kefarmasian.
Bagian Ketiga : Pengelolaan Pelayanan
Pasal 9
(1) Seluruh pengelolaan pelayanan Sediaan Farmasi dan Alkes
berlangsung di Ruang Farmasi Klinik dilaksanakan oleh Pihak Kedua.
yang
(1) Dalam hal salah satu Pihak menghadapi situasi dan atau peristiwa yang tidak
dapat diduga sebelumnya ketika Kerjasama ini disepakati dan tidak mungkin
baginya untuk mencegah terjadinya situasi dan/atau peristiwa semacam itu,
termasuk namun tidak terbatas pada peristiwa bencana alam, kebakaran,
peperangan, huru-hara dan pertikaian massal, pemogokan ketenagakerjaan,
kebijaksanaan dan aturan negara, yang mengakibatkan Pihak tersebut tidak
mungkin melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini baik
sebagian ataupun seluruhnya, baik untuk sementara waktu atau untuk waktu
yang tidak terbatas, maka Pihak tersebut harus memberitahukan Pihak yang
lain dalam waktu yang sesingkat-singkatnya serta memperoleh persetujuan
dari Pihak yang lain bahwa Kerjasama menghadapi situasi Keadaan
Memaksa.
(2) Pihak yang mengklaim Keadaan Memaksa harus tetap berupaya seoptimal
mungkin untuk meminimalisasi kerugian yang dapat timbul akibat keadaan
memaksa tersebut;
(3) Apabila situasi seperti yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dipenuhi, maka
para Pihak dapat bersepakat untuk menunda pelaksanaan Perjanjian atau
suatu prestasi yang terbit darinya, atau mengakhiri Perjanjian dan membuat
kesepakatan-kesepakatan baru mengenai kedudukan masing-masing Pihak.
(3) Perjanjian ini dibuat asli rangkap 2 (dua) yang sama persis bunyinya dan
dipergunakan oleh kedua belah pihak sebagaimana mestinya.
PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA
MATEREI
Rp 6000,-
(____________________________)
(_______________________________)