Anda di halaman 1dari 10

REMBESAN MINYAK DI SUNGAI BANYUMENENG, DEMAK, JAWA TENGAH

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

SARI
Penelitian ini dilakukan di Sungai Banyumeneng yang berada pada bagian tenggara dari Kota
Semarang, kawasan ini merupakan satuan Formasi Kerek (Tmk) yang berumur Miosen
Tengah atau sekitar 11-17 juta tahun yang lalu. Lithologi yang dijumpai berupa napal,
batupasir dengan ukuran butir sedang-sangat kasar (1/4-2mm) dan batugamping. Pada
singkapan ini juga dijumpai struktur geologi sesar naik dengan nilai strike/dip N 226 0E/500.
Struktur sesar inilah yang menjadi jalur migrasi minyak menuju ke permukaan karena
tekanan yang lebih rendah. Dari lokasi ini ditemukan 5 spot rembesan minyak yang 2 di
antaranya masih aktif mengeluarkan gas. Dari hasil measuring stratigraphy didapatkan
dominasi batugamping dengan ketebalan berkisar antara 1-2,5 m dengan pola pengendapan
coarsening upward dikarenakan perselingan antara batulanau, batupasir dan batugamping
menunjukan gradasi ukuran butir yang semakin mengasar. Struktur sedimen yang ditemukan
berupa laminasi, claycast, slump dan crossbed yang mengindikasikan lingkungan
pengendapan laut tepatnya continental slope.
Keywords: Banyumeneng, sesar naik, rembesan minyak
ABSTRACT
This research was conducted in Banyumeneng River located on the southeastern of the
Semarang city. This area is part of Kerek formation (Tmk) in Middle Miocene Epoch or
about 11-17 million years ago. Lithology is encountered in the form of napal, sandstone with
grain size is medium-very coarse(1/4-2mm) and limestones. In this outcrop also found
geology structure that is fault which up to the value of the strike / dip is N 226 0E / 500. Fault
structure that is the migration path towards the oil to the surface because of the lower
pressure. From this location 5 spot oil seepage found that 2 of them are still active out of gas.
From the results obtained from measuring stratigraphy, dominated by limestones with a
thickness ranging from 1-2.5 meters with depositional patterns due to the coarsening
upward. It can happen because interbedded siltstone, sandstone and limestone beds shows
grain size gradation that coarser. Sedimentary structures is found in the form of laminated,
claycast, crossbed, slump that indicates marine depositional environment rather continental
slope facies.
Keywords: banyumeneng, reverse fault, oil seepage

PENDAHULUAN
Sekarang keberadaan energi merupakan hal yang penting dan tidak bisa dilepaskan dari
kehidupan manusia. Kondisi sumberdaya energi yang semakin berkurang sedangkan populasi
penduduk terus mengalami peningkatan mengakibatkan kelangkaan energi yang terjadi
seperti sekarang ini. Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa minyak bumi merupakan energi utama
yang berperan penting dalam menopang keberlangsungan kegiatan industri baik dalam skala
kecil ataupun besar. Untuk mengatasi masalah ini harus dilakukan penghematan dalam
penggunaan energi, mencari sumber energi alternatif serta melakukan kegiatan eksplorasi
untuk menemukan cadangan minyak dan gas bumi yang baru. Pada dasarnya sumber energi
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu energi konvensional dan unkonvensional. Energi
konvensional merupakan sumber energi yang jika habis tidak dapat diperbaharui lagi seperti
minyak bumi, batubara dan mineral logam lainnya, sedangkan energi unkonvensional
merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui seperti matahari, air, angin dan biogas.
Kegiatan eksplorasi merupakan suatu kegiatan untuk menemukan sumber energi yang dapat
dijadikan cadangan. Sesuai dengan data yang dikeluarkan dari SKK MIGAS bahwa dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir ini kegiatan ekplorasi migas di indonesia mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan karena resiko yang sangat besar sehingga merugikan pihak
perusahaan. Daerah target merupakan tempat yang sangat terpencil sehingga sulit untuk
diakses serta mengingat ketersediaan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan
eksplorasi. Peran geologist dan geopyhsics sangat diperhitungkan dimana survey geofisika
yang dilakukan oleh geopyhsics yang hasilnya akan dianalisis oleh geologist untuk
mengetahui gambaran bawah permukaan apakah dengan kondisi yang demikian
memungkinkan terdapat minyak, melihat dari struktur batuan yang ada seperti source rock,
reservoir rock, trap, migrasi dan caprock.
Daerah Banyumeneng, Kabupaten Demak berada di sebelah tenggara kota Semarang yang di
sebelah utara berbatasan dengan Desa Kebonbatur, di sebelah selatan berbatasan dengan desa
Kawengen, di sebelah timur berbatasan dengan desa Sumberejo dan di sebelah barat
berbatasan dengan desa Kalikayen. Secara geologi regional, Banyumeneng memiliki
morfologi berupa perbukitan bergelombang miring (van Bemmelen, 1962). Banyumeneng
termasuk kedalam Zona Kendeng dan Formasi Kerek yang berumur Miosen Tengah (11-17
juta tahun lalu) yang memiliki satuan lithologi berupa batupasir, batulanau dan batugamping.
Sedangkan pada Zona Kendeng terbentuk antiklinorium akibat deformasi kompresi berarah
relatif utara-selatan pada kala Plio-Plistosen yang juga mengkibatkan terjadinya patahan di
daerah ini.
PERMASALAHAN
Sungai Banyumeneng merupakan sungai utama yang berada di Kabupaten Demak dengan
lebar sungai sekitar 15 m. Pembentukan sungai ini sangat dipengaruhi oleh proses tektonik,
hal ini dicirikan dengan banyaknya struktur-struktur geologi yang terbentuk akibat deformasi.
Pada bagian tepi sungai dibatasi oleh perbukitan yang didominasi oleh vegetasi berupa pohon

bambu, jati, ilalang dan semak belukar. Sungai ini memiliki peranan penting bagi warga
sekitar disamping digunakan sebagai irigasi juga digunakan untuk mandi bagi sebagian warga
masyarakat ketika mendapati sumur mereka kering akibat musim kemarau. Ditinjau dari
aspek pendidikan kawasan ini digunakan sebagai objek studi geologi. Sebenarnya banyak
sekali yang bisa dipelajari dari lokasi ini, namun pada kesempatan kali ini penulis akan
memberikan ulasan hasil penelitian kami yang berhubungan dengan dunia migas, karena
ditemukan beberapa spot rembesan minyak. Proses terbentuk dan pengaruh kondisi geologi
sungai Banyumeneng dan regional menjadi bahan yang akan dibahas dalam penelitian.
METODOLOGI
Data yang didapatkan dalam paper ini merupakan data yang diambil langsung pada saat
survey lapangan yang kemudian dikembangkan melalui analisis dari buku-buku dan literatur
yang berkaitan dengan kondisi geologi, minyak dan gas bumi, petrologi dan sedimentologi
stratigrafi.
HASIL DAN ANALISIS
Data yang didapatkan dari survey lapangan berupa hasil observasi secara petrologi, struktur
geologi dan measuring stratigraphy. Satuan lithologi yang menjadi penyusun daerah
Banyumeneng yaitu satuan lithologi batupasir, satuan lithologi batulanau (napal) dan satuan
lithologi batugamping. Satuan lithologi batupasir ini memiliki ukuran butir sedang-sangat
kasar (1/2-2 mm), sortasi baik, kemas tertutup, roundness rounded, dan semennya
karbonatan. Sedangkan batulanau memiliki ukuran 1/16-1/256 mm dengan sortasi sangat
baik, kemas tertutup dan semennya karbonatan. Batugamping memiliki ukuran 1/8-1/4 mm,
sortasi buruk, kemas terbuka dan roundness angular. Struktur satuan lithologi ini berupa
perlapisan dan kedudukannya perulangan perselingan dengan nilai strike/dip N 1400E/550.
Struktur geologi yang ada di lapangan berupa kekar, sesar geser sinistral dan sesar naik.
Kekar terbentuk akibat adanya gaya endogen tetapi belum mengakibatkan lapisan batuan
bergeser. Sesar terbentuk akibat adanya deformasi sehingga menyebabkan lapisan batuan
menjadi bergeser. Sesar geser sinistral terbentuk pada satuan lithologi batugamping dan
batulanau. Sedangkan struktur sesar naik dicirikan dengan hangingwallnya berada diatas
footwallnya. Struktur sesar ini menjadi faktor penting terbentuknya rembesan minyak di
permukaan, karena rembesan dapat keluar melalui rekahan-rekahan yang terbentuk akibat
proses tektonisme regional.
Measuring stratigraphy dilakukan sepanjang 26 meter dengan metode rentang tali. Metode
ini dilakukan dengan merentangkan tali sepanjang lapisan batuan yang berupa perlapisan
dimana harus tegak lurus dengan jurus perlapisan batuan. Metode ini bertujuan untuk mencari
ketebalan sebenarnya dari lapisan batuan dan menentukan umur serta urutan lapisan batuan di
daerah survey. Didapatkan hasil berupa nilai strike/dip batuan N 140 0E/550 dengan lapisan
batugamping dan batulanau yang cukup tebal dan batupasir yang menyisip. Struktur sedimen
yang ditemukan yaitu crossbed laminasi dan claycast. Pola pengendapan mengkasar keatas (

coarsening upward )dan kedudukan lapisan batuan yang berupa perulangan perselingan serta
terdapat bidang erosional menunjukkan adanya proses pengendapan dari arah darat dan laut.
Proses transportasi material sedimen yaitu turbidit ditandai dengan adanya struktur sedimen
claycast dan slump akibat adanya slope. Material ini membawa kandungan karbonat yang
tinggi sehingga menyebabkan lithologi di daerah survey mengandung unsur CaCO 3
(karbonatan). Sehingga material ini terendapkan di lingkungan pengendapan laut yaitu fasies
Continental Slope.
PEMBAHASAN
Berdasarkan pada hasil survey di lapangan didapatkan lithologi batupasir dengan struktur
laminasi, ukuran butir pasir sedang-pasir sangat kasar (1/4-2 mm ), bentuk butir subroundedrounded, sortasi baik dan kemas tertutup serta memiliki struktur cross-bedding, ripple,
perlapisan dengan semen karbonatan ketebalan berkisar 0,1-2,34 m, batulanau juga memiliki
semen karbonatan dengan ketebalan berkisar 0,3-0,9 m dan batugamping dengan ketebalan
0,58-2,67 m yang banyak dijumpai fosil-fosil moluska dan brachiopoda. Dari measuring
stratigraphy yang dilakukan sepanjang 26 meter didapatkan perselingan batupasir,
batugamping dan batulanau dimana batulanau dan batugamping lebih dominan dibanding
batupasir. Pola pengendapannya adalah coarsening upward atau mengkasar ke atas. Hal ini
menunjukkan adanya suatu peristiwa geologi yaitu proses pengendapan yang berasal dari dua
arah dimana supply of sediment dari darat lebih besar daripada laut yang menyebabkan
urutan stratigrafi berupa perselingan. Dengan ditemukan struktur sedimen seperti claycast,
laminasi dan crossbed juga menandakan bahwa adanya supply of sediment dari 2 arah dan
disertai dengan proses longsoran karena pengaruh slope ataupun pengaruh aktivitas
tektonisme dimana daerah Banyumeneng yang termasuk Formasi Kerek dan Zona Kendeng
mengalami proses deformasi sangat aktif pada Kala Pliosen.
Struktur geologi dibedakan menjadi 2 yaitu struktur primer dan struktur sekunder, struktur
primer merupakan struktur yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan itu
sendiri, contohnya perlapisan dan laminasi. Sedangkan struktur sekunder merupakan struktur
yang terbentuk setelah batuan ada contohnya kekar, sesar dan lipatan. Di lokasi survey
ditemukan struktur geologi berupa kekar, sesar geser sinistral dan sesar naik. Kekar yang
ditemukan berupa kekar gerus yang berada di tepian sungai, serta kekar tarik yang berada di
tebing. Kekar gerus merupakan kekar yang saling berpasangan membentuk huruf X, dimana
pada daerah ini cenderung berarah utara-selatan atau dikenal dengan pola meratus. Kekar
tarik sendiri terbentuk karena adanya gaya yang mendorong batuan untuk bergerak saling
menjauhi, sehingga terbentuk alur seperti garis pada batuan.
Rembesan minyak (oil seepage) di sungai Banyumeneng ini ditunjukkan dengan gelembung
gas. Rembesan ini keluar bersama sama dengan air. Rembesan dipengaruhi oleh kontrol
tektonik dan stratigrafi regional. Dengan stratigrafi batupasir, batulanau dan batugamping dan
adanya perselingan serta bidang erosional menandakan adanya pengendapan yang berbeda
waktu. Pengendapan batugamping relatif lebih muda dibanding pengendapan batupasir dan
batulanau ditandai dengan struktur sedimen claycast. Struktur sedimen claycast merupakan

struktur dimana material gampingan menginklusi material yang lebih halus seperti lanau
sehingga menunjukkan adanya pengaruh slope atau gravitasi. Kontrol tektonik erat kaitannya
dengan struktur patahan yang relatif berarah utara-selatan dimana jenis gayanya berupa
kompresi. Aktivitas tektonisme ini membentuk struktur yaitu sesar yang ditemukan di
lapangan dan antiklinorium secara regional yang berumur 3,6 juta tahun lalu. Sesar ini berupa
sesar naik yang terjadi akibat gaya kompresi. Dengan lithologi berupa batupasir dan
batugamping yang cukup tebal dimana memiliki sifat fisik porositas dan permeabilitas tinggi
dapat menyimpan fluida dengan baik.
Pengaruh kontrol tektonik regional dengan adanya oil seepage sangat besar karena adanya
patahan pula yang ditemukan di lapangan, dimana minyak yang berasal dari source rock yang
pergerakanya dipengaruhi oleh tekanan yang ada di bawah permukaan menyebabkan terjadi
proses migrasi hidrokarbon dari tekanan yang tinggi menuju ke tekanan yang lebih rendah
yaitu sealed stratigraphic ataupun perangkap. Migrasi ini terjadi karena adanya batuan yang
memiliki permeabilitas yang tinggi. Ketika minyak berada pada kondisi air yang jenuh, maka
minyak akan mencoba menuju ke permukaan. Dengan volume minyak yang tidak terlalu
besar di sungai Banyumeneng, dan adanya faktor tektonisme yang intensif serta adanya
bidang erosional menunjukkan adanya ruang untuk minyak menuju ke permukaan melalui
rekahan (leaking).
KESIMPULAN DAN SARAN
Daerah Banyumeneng, Demak, Jawa Tengah merupakan daerah yang memiliki stratigrafi dan
struktur geologi yang cukup kompleks, dipengaruhi oleh aktivitas tektonik yang intensif pada
kala Pliosen. Keberadaan struktur geologi inilah yang memungkinkan minyak bumi untuk
bermigrasi, menuju tempat yang memiliki tekanan lebih rendah sehingga timbul rembesan
minyak. Penelitian lebih lanjut sangat diharapkan baik dari Pemerintah ataupun Perguruan
Tinggi mengingat penelitian penulis pada makalah ini terbatas pada metode yang digunakan
yaitu metode observasi. Penelitian lebih lanjut dengan metode geologi dan geofisika dapat
membuktikan keberadaan basic petroleum system dan potensi hidrokarbon di daerah ini
terutama di Formasi Kerek karena memiliki struktur geologi dan stratigrafi yang kompleks
dimana berada pada lingkungan pengendapan laut.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kepada pihak yang saya sebutkan di bawah ini, saya ucapkan banyak terima kasih atas
bantuanya sehingga paper ini dapat kami selesaikan. Terima kasih kepada ketua IATMI SM
UNDIP 2013-2014 yang telah memberikan informasi mengenai pengajuan pengiriman paper
dalam acara Simposium dan Kongres Nasional IATMI XIII-2014, kepada warga desa
Banyumeneng yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian lebih lanjut, terima
kasih kepada kedua orang tua yang senantiasa mendukung kami untuk dapat menyelesaikan
paper ini, dengan besar harapan kami untuk dapat mempresentasikan pada acara Simposium
dan Kongres Nasional IATMI XIII-2014.

DAFTAR PUSTAKA
Rittenhouse, Gordon. 1972. Stratigraphic-trap classification:AAPG Mem 16 Stratigraphic
Field Oil and Gas. 14-28
Halbouty, Michel T. 1972. Rationale for Deliberate Pursuit of Stratigraphic, Unconformity
and Paleogeomorphic Traps : AAPG Mem 16 Stratigraphic Field Oil and Gas. 3-10
Nichols, Gary. 2009. Sedimentology and Stratigraphy Second Edition. A John Wiley and
Sons Ltd. United Kingdom.
Tucker, Maurice E. 2003. Sedimentary Rock in the Field third edition. Department of
Geological Science Unversity of Durham. UK
R.E. Thanden, H.Sumadirdja, P.W. Richards,K.Sutisna dan T.C. Amin .1996.Peta Geologi
Lembar Magelang dan Semarang,Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi.
E.Fjhaer, R.M.Holt, P.Horsrud,A.M. Raaen dan R.Risnes.2008.Petroleum Related Rock
Mechanic.Amsterdam.Elseiver
Magon, Leslie B dan Wallace G.Dow.1994.Petroleum System from Source to
Trap.Oklahoma,USA. AAPG Memoir-60
http://media.unpad.ac.id/thesis/270110/2006/140710060030_a_2170.pdf [26 september
2014]
http://www.skkmigas.go.id/en/statistik/statistik-produksi [26 september 2014]
http://www.skkmigas.go.id/en/statistik/statistik-penerimaan-negara-dari-sektor-hulu-migas
[25 september 2014]
Pemuatan Gambar Kolom Stratigrafi dari Software Corel Draw x6

LAMPIRAN

Gb.1 rembesan minyak

Gb.2 rembesan minyak pada rekahan

Gb.3 struktur perlapisan terdeformasi

Gb.4 sesar geser sinistral

Gb.5 batugamping klastik

Gb.6 struktur kekar tarik

Gb.7 Kolom stratigrafi sungai Banyumeneng

Gb.8 Grafik penurunan produksi migas Indonesia

Sungai
Banyumeneng,
Formasi Kerek

Gb.9 Peta geologi daerah Banyumeneng

Gb.10 Peta kontur daerah Banyumeneng

Anda mungkin juga menyukai