PEMBIMBING:
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Pada akhir abad ke-19 sehubungan dengan
penyebaranTrichophyton rubrumke Eropa dan Amerika.
Dipengaruhi oleh perjalanan orang keliling dunia,
pendudukan koloni oleh Inggris dan Perancis pada abad
ke-19 dan awal abad ke-20 dan migrasi penduduk selama
perang dunia kedua.
Diperkirakan 10% dari jumlah pendudukdibanyak negara
menderita penyakit ini.
Frekuensi tinea pedis di Eropa dan Amerika Utara berkisar
15-30% dan pada beberapa masyarakat tertentu lebih
tinggi, misalnya buruh tambang (sampai 70%) dan atlit.
FAKTOR PREDISPOSISI
ETIOLOGI
Tricophyton rubrum
Epidermophyton
floccosum
BENTUK KLINIS
TINEA PEDIS TIPE INTERDIGITALIS
PATOGENESIS
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
KEROKAN KULIT
KOH 10%
HIFA
ARTROSPORA
KULTUR
AGAR DEKTROSA
SABOURAUD
PENATALAKSANAAN
UMUM
KHUSUS
LAPORAN KASUS
Telah datang seorang pasien laki-laki bernama Ricky Wahyudi berumur 30 tahun,
suku jawa, agama islam, ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Pirngadi Medan
pada tanggal 16 Mei 2016, dengan keluhan utama berupa bercak kemerahan disertai
gatal pada sela jari kaki kiri yang dialami sejak 5 bulan yang lalu. Awalnya bercak
kemerahan dan gatal dijumpai pada sela jari kaki kiri kelima, namun karena gatal
pasien menggaruk sehingga menyebar ke sela jari kaki kiri keempat disertai
timbulnya sisik. Pasien merupakan pegawai swasta yang selalu memakai sepatu
tertutup selama bekerja, dan jarang mengganti kaos kaki. Pasien sudah mengobati
keluhannya dengan salep nosib pada sela jari kakinya dan meminum cetirizine 7
hari yang lalu yang dibelinya di apotek namun tidak ada perbaikan. Oleh karena itu
pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Riwayat penyakit keluarga tidak dijumpai, riwayat penyakit terdahulu tidak
dijumpai, dan riwayat pemakaian obat pasien menggunakan salep nosib dan
cetirizine.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum dan status gizi pasien baik. Pada
pemeriksaan dermatologi dijumpai makula eritem disertai skuama dan maserasi di
regio interdigitalis digiti IV dan V pedis sinistra.
Pada pemeriksaan laboraturium dengan menggunakan larutan KOH 10% dijumpai
hifa sejati (+) dan spora (+).
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, maka
diagnosa banding dari kasus ini adalah Tinea Pedis, Kandidiasis Interdigitalis, dan
Dermatitis Kontak Iritan. Dimana diagnosis sementara dari kasus ini adalah Tinea
Pedis.
Penatalaksanaan pada pasien ini terdiri dari penatalaksanaan secara umum dan
khusus. Penatalaksanaan secara umum adalah dengan edukasi kepada pasien tentang
penyakit tinea pedis, menganjurkan agar pasien menjaga kaki tetap kering,
menghindari pemakaian lotion pada kaki, tidak memakai sepatu yang sempit dan
jangan memakai sepatu yang lembab serta tata cara penggunaan obat.
Penatalaksanaan secara khusus pada pasien ini adalah dengan menggunakan obat
topikal Myconazole nitrat 2% cream 2 kali sehari yang dioleskan setiap sehabis
mandi. Untuk terapi sistemik diberikan Cetirizine tablet 10 mg 1 kali sehari yang
diminum jika gatal. Prognosis dari pasien ini adalah quo ad vitam: bonam, quo ad
functionum: bonam, quo ad sanationumn: bonam.
DOKUMENTASI
DISKUSI
KASUS
Setelah dilakukan anamnesa pada pasien
ini didapatkan bahwa keluhan utama
pasien berupa bercak kemerahan disertai
gatal pada sela jari kaki kiri yang dialami
sejak 5 bulan yang lalu. Awalnya
bercak kemerahan dan gatal dijumpai
pada sela jari kaki kiri kelima, namun
karena gatal pasien menggaruknya
sehingga menyebar ke sela jari kaki kiri
keempat disertai timbulnya sisik. Pasien
sudah mengobati keluhannya dengan
salep nosib pada sela jari kakinya dan
meminum cetirizine 7 hari yang lalu
yang dibelinya di apotek namun tidak
ada perbaikan. Pasien juga merupakan
pegawai swasta yang selalu memakai
sepatu tertutup selama bekerja dan
jarang mengganti kaos kaki
TEORI
Faktor predisposisi tinea pedis lebih sering
terjadi pada usia dewasa daripada anak remaja
terutama pada laki-laki dan jarang pada
perempuan dan anak-anak. Tinea pedis banyak
terlihat pada orang yang dalam kehidupan
sehari-hari dengan bersepatu tertutup disertai
perawatan kaki yang buruk dan para pekerja
dengan kaki yang selalu atau sering basah.
DISKUSI
KASUS
Pada pemeriksaan fisik dijumpai
keadaan umum dan status gizi pasien
baik. Pada pemeriksaan dermatologi
dijumpai makula eritem disertai skuama
dan maserasi di regio interdigitalis digiti
IV dan V pedis sinistra.
Pada pemeriksaan laboraturium
dengan menggunakan larutan KOH 10%
dijumpai hifa sejati (+) dan spora (+).
TEORI
Tinea pedis tersering dilihat adalah bentuk
interdigitalis. Di antara jari IV dan V terlihat
fisura yang tersering dilingkari sisik halus dan
tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari.
Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari
(subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh
karena daerah ini lembab, maka sering dilihat
maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian
kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat
kulit baru, yang pada umumnya juga telah
diserang oleh jamur.
Pada pemeriksaan mikologi untuk mendapatkan
jamur diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa
kerokan kulit. Konsentrasi larutan KOH untuk
sediaan kulit adalah 10%. Pada sediaan kulit
terlihat adalah hifa, sebagai dua garus sejajar,
terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora
berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama
dan atau sudah diobati
DISKUSI
KASUS
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium,
maka diagnosa banding dari kasus ini
adalah Tinea Pedis, Kandidiasis
Interdigitalis, dan Dermatitis Kontak
Iritan. Dimana diagnosis sementara dari
kasus ini adalah Tinea Pedis.
TEORI
Diagnosis banding pada tinea pedis adalah
hiperhidrosis, dermatitis kontak, dermatitis
dishidrotik, akrodermatitis, kandidiosis, serta
sifilis II.
DISKUSI
KASUS
Penatalaksanaan pada pasien ini terdiri dari
penatalaksanaan secara umum dan khusus.
Penatalaksanaan secara umum adalah dengan edukasi
kepada pasien tentang penyakit tinea pedis,
menganjurkan agar pasien menjaga kaki tetap kering,
menghindari pemakaian lotion pada kaki, tidak
memakai sepatu yang sempit dan jangan memakai
sepatu yang lembab serta tata cara penggunaan obat.
TEORI
Pencegahan terhadap reinfeksi tinea pedis
yaitu menjaga kaki tetap dalam keadaan
kering dan bersih, menghindari lingkungan
yang lembab, menghindari pemakaian
sepatu yang terlalu lama, tidak berjalan
dengan kaki telanjang di tempat-tempat
umum seperti kolam renang serta
menghindari hindari kontak dengan pasien
yang sama. Penularan jamur ini biasanya
asimptomatik, sehingga umumnya tidak
terlihat. Eradikasi jamur merupakan suatu
hal yang sulit dan membutuhkan proses
yang panjang. Setelah mandi sebaiknya
kaki dicuci dengan benzoil peroksidase.(
DISKUSI
KASUS
TEORI
bonam.
Thank You
SEKRESI KERATINASE,
PROTEINASE,
MUCINOLITIK
ADHESI
KONTAK
LANGSUNG
LINGKUNGAN
PANAS
LEMBAB
AUTOINFEKSI
OBESITAS
TRAUMA
MASERASI
DECTIN-1, TLR-2
(MAKROFAG,NK-CELL)
>>ROS
FAKTOR KEMOTAKSIS
TRICHOPHYTIN >> IL-8
ERITEM,
VESIKEL,
PUSTULA,
PRURITUS
KOMPLEMEN
DELAYED TYPE
HIPERSENSITIVITY
(AKUT)
PROSES
PERADANGAN
MAKROFAG>>NO
IGE-MEDIATED
HIPERSENSITIVITY
(KRONIS)