Anda di halaman 1dari 9

Presentasi Kasus

ILMU FARMASI

Oleh:
Nita Dwi Oktaviani
G0002110

.
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
S U R AK AR TA
2008

ASMA
ILUSTRASI KASUS
I.

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Nn. M

Umur

: 20 tahun

Jenis Kelamin

: Wanita

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Mahasiswi

Alamat

: Nguter Sukoharjo

No. RM

: 87 38 90

A. Keluhan Utama : Sesak nafas


B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Penderita mengeluhkan sesak nafas yang memberat sejak 2 jam
sebelum masuk rumahsakit. Sehari sebelumnya, pasien sudah merasa sesak
nafas, tetapi dapat ditahan dan minum obat sesak nafas yang dibeli sendiri di
toko obat. Penderita datang ke RS karena sesak nafas tidak dapat ditahan lagi
oleh penderita. Penderita mulai mengeluhkan merasa sesak nafas sejak 3 hari
terakhir karena tugas-tugasnya yang banyak. Penderita mengeluhkan sesak
memberat terutama malam hariterlebih saat udara dingin. Pada saatb sesak
enderita mengeluhkan suara ngik-ngik saat bernafas.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat penyakit serupa

: (+), sejak berumur 10 tahun

b. Riwayat alergi

: (+), alergi udara dingin

c. Riwayat Keluarga

: (+), nenek dan ibunya

d. Riwayat batuk lama

: disangkal

II. PEMERIKSAAN FISIK


A.

Keadaan Umum

Sakit sedang, compos mentis, sesak nafas

Tanda Vital

Tensi : 120/ 80 mmHg


Nadi : 100 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi Respirasi : 30 x/menit

C.
E.

Kepala

Suhu : 36,8 0C
Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban

Mata

(+), mudah rontok (-), luka (-)


Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), SI(-/-),
perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema

F.

Telinga

palpebra (-/-), strabismus (-/-)


Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan

G.

Hidung

mastoid (-), nyeri tekan tragus (-), Berdenging(-)


Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi

H.

Mulut

penghidu baik
Sianosis (-), gusi berdarah (-), bibir kering (-), pucat (-),

Leher

lidah tifoid (-),stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-)


JVP R+2cm (tidak meningkat), trakea di tengah, simetris,

I.

pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi


J.

Thorax

cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-)


Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan =
kiri, retraksi intercostal (-),pernafasan torakoabdominal,
sela iga melebar (-), pembesaran KGB axilla (-/-), atropi m
pectoralis (-)

Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Iktus kordis tidak tampak


Iktus kordis tidak kuat angkat
Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis
dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea
medioklavicularis sinistra
Pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra

Auskultasi

konfigurasi jantung kesan tidak melebar


HR : kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II, bising (-),
gallop (-).

Pulmo :
Inspeksi

Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar


(-). Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga melebar,

Palpasi

retraksi intercostal (-)


Simetris. Pergerakan dada ka = ki, penanjakan dada ka = ki,

Perkusi
Auskultasi

fremitus raba kanan = kiri


sonor / sonor
Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan
wheezing (+/+) di seluruh lapangan paru, RBK(-/-),

K.

Punggung

L.

Abdomen :

RBH (-/-)
kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok
kostovertebra (-),

Inspeksi

Dinding perut lebih besar dari dinding thorak, distended (-),

Auscultasi
Perkusi
Palpasi
Genitourinaria

venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)


Peristaltik (+) normal
timpani
Supel,nyeri tekan (-)
Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)

N.

Ekstremitas

Akral dingin
_
_
_
_

Odem
_
_

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan Laboratorium Darah
Hb

= 12,5 g/dl

AE

= 4.490.000

AL

= 8.000

Hct

= 34,5%

AT

= 245.000

GDS

= 96

Ureum = 35 mg/dl
Kreatinin= 0,7%

_
_

Na

= 142 mmol/L

= 5,0 mmol/L

Cl

= 115 mmol/L

B. Radiologi
Rontgen thorak tidak ditemukan kelainan, dalam batas normal
IV. PLANNING
Pemeriksaan spirometri
Analisa Gas Darah
V. ASSESMENT
Serangan akut dalam asma persisten ringan
VI. TUJUAN PENATALAKSANAAN
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah exaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
VII. TERAPI
1. Saat Serangan
-

Pemberian O2 2L/menit dengan kanul nasal

Pemberian nebulizer Berotec : Atrovent = 16 : 16


Pemberian dengan jarak 20 menit dalam 1 jam\

2. Obat Rawat jalan


-

berotec MDI 2 x puff II (jika sesak)

Metil Prednisolon 1 x 4 mg

VIII.PROGNOSIS
Ad vitam

= baik

Ad sanam=baik
Ad fungsionam =baik
Resep
R/ Berotec MDI No.I

S prn 2 dd puff II
R/ Metil prednisolon tab mg 4 No.VII
S 1 dd tab 1
Pro: Nn.M ( 20 th)

ASMA
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan banyak sel dan
elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang
menimbulkan gejala episodic berulang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat, dan
batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodic tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau
tanpa pengobatan.
Riwayat Penyakit/Gejala:
1. Bersifat Episodik, seringkali reversible dengan atau tanpa pengobatan
2. Gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada dan berdahak
3. Gejala timbul/ memburuk terutama malam atau dini hari
4. Diawali oleh factor pencetus yang bersifat individu
5. Respon terhadap pemberian bronkodilator
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit
1. Riwayat keluarga/atopi
2. Riwayat alergi/atopi

3. Penyakit lain yang memberatkan


4. Perkembangan penyakit dan pengobatan
Klasifikasi Derajat Asma
Derajat Asma
Gejala
Intermitten
Gejala < 1x/mgg
Mingguan
Tanpa gejala diluar serangan
Serangan singkat
Fungsi paru asimtomatik dan
normal diluar serangan
Persisten
Gejala 1x/mggu tapi < 1x/hari
Ringan
Serangan dpt mengganggu
Mingguan
aktivitas dan tidur
Persisten sedang Gejala harian
Harian
Menggunakan obat etiap hari
Serangan
mengganggu
aktivitas dan tidur
Serangan 2x/mggu, bs berharihari
Persisten Berat
Gejala terus-menerus
Kontinu
Aktivitas fisik terbatas
Sering serangan

Gejala malam
2 kali sebulan

Fungsi Paru
VEPI atau
APE 80%

> 2 kali
seminggu

VEPI atau
APE 80 %
Normal
VEPI atau
APE 80%
normal

> sekali
seminggu

sering

VEPI atau
APE < 80%
Normal

Faktor Resiko terjadinya Asma


Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara factor pejamu( Host Faktor)
dan factor Lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk factor predisposisi genetic yang
mempengaruhi untuk berkembangnya asma yaitu genetic asma, alergik(atopi),
hipereaktiviti bronkus, jenis kelamin dan ras. Termasuk factor lingkungan yaitu
allergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi
pernafasan(virus), diet, status sosioekonomi dan besarnya keluarga.
Diagnosis
Diagnosis Asma berdasarkan:
1. Anamnesis: riwayat perjalanan penyakit, factor-faktor yang berpengaruh pada
asma, riwayat keluarga, dan riwayat adanya alergi, serta gejala klinis.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium: darah(terutama eosinofil, Ig E total, Ig E spesifik),
sputum(eosinofil, spiral Curshman, Kristal Charcot-Leyden).
4. Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk menentukan
adanya obstruksi jalan nafas.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah:
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
Derajat Asma
Obat Pengontrol(Harian)
Asma
Tidak perlu
Intermitten

Obat Pelega
Bronkodilator aksi singkat,
yaitu agonis beta 2 bila

perlu
Intensitas
pengobatan
tergantung
berat
exsaserbasi
Inhalasi agonis beta 2 atau
kromolin dipakai sebelum
aktivitas atau pajanan
alergen
Asma Persisten Inhalasi kortikosteroid200 500 g/ Inhalasi agonis beta 2 aksi
Ringan
kromolin/ nedokromil atau teofilin
singkat bila perlu dan tidak
lepas lambat
melebihi 3 4 kali sehari
Bila perlu ditingkatkan sampai
800g/ ditambahkan bronkodilator
aksi lama terutama untuk mengontrol
asma malam. Dapat diberikan agonis
beta 2 aksi lama inhalasi atau oral
atau teofilinlepas lambat.
Asma Persisten Inhalasi kortikosteroid800 2000g
Inhalasi agonis beta 2 aksi
sedang
singkat bila perlu dan tidak
Bronkodilator aksi lamaterutama
melebihi 3 4 kali sehari
untuk mengontrol asma malam
berupa agonis beta 2 aksi lama
inhalasi atau oral atau teofilinlepas
lambat.
Asma Persisten Inhalasi kortikosteroid800 2000g
Berat
atau lebih
Bronkodilator aksi lamaterutama
untuk mengontrol asma malam
berupa agonis beta 2 aksi lama
inhalasi atau oral atau teofilinlepas
lambat.
Kortikosteroid oral jangka panjang
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
5. Menghindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversibel
Yang termasuk obat asma
1. Bronkodilator
a. Agonis 2s
Obat ini punya efek anti bronkodilatasi. Terbutalin, salbutamol, dan feneterol
memiliki lama kerja 4 6 jam, sedangkan agonis 2 long-acting bekerja
lebih dari 12 jam, seperti salmeterol, formoterol, bambuterol dan lain-lain.
b. Metilxantin

Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan denagn


konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan dengan
pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka panjang.
c. Antikolinergik
Golongan ini menurunkan tonus vagus instrinsik dari saluran nafas
2. Antiinflamasi
Antiinflamasi menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek supresi
dan profilaksis
a. Kortikosteroid
b. Natrium Kromolin (sodium cromoglycate) merupakan antiinflamasi non
steroid.

Anda mungkin juga menyukai