Manajemen Perubahan
Ir. Dadang Supriyatna, M.M.
PE N D A HU L UA N
aat ini kita sedang berada di tengah-tengah sejumlah besar gerakan
perubahan sebagai akibat trend globalisasi dan ekonomi millennium
ketiga. Kita menghadapi berbagai tantangan perubahan yang sangat besar
dalam hidup kita, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia
bisnis. Hingar bingar perubahan-perubahan itu dipicu oleh sejumlah
kekuatan penggerak dari berbagai arah dan dimensi. Sebut saja,
perkembangan teknologi telekomunikasi yang telah mengecilkan dunia,
seolah tak lagi berjarak. Saat ini komunikasi dapat dilakukan dengan
berbagai perangkat, baik perangkat tetap (fixed devices) maupun perangkat
bergerak (mobile devices), dari mana dan kapan saja. Umpamanya, sambil
santai di kamar tidur kita dapat berhubungan dengan teman, saudara atau
siapa saja yang berada nun jauh di mancanegara yang berjarak ribuan
kilometer dari tempat tinggal kita. Tanpa kita sadari bahwa kita sekarang
sudah mengalami perubahan besar. Kita menggunakan telepon genggam atau
handphone, mengakses internet, atau menyaksikan acara televisi manca
negara, yang kesemuanya itu belum dapat kita nikmati di tahun 1980an.
Negara-negara berkembang termasuk Indonesia telah bergabung dan
meningkatkan jaringan bisnis dalam pasar global, yang kemudian semakin
membuka peluang bersaing di tingkat global. Oleh karena itu, organisasi tak
lagi hanya bertanggungjawab terhadap pemegang saham (stockholder),
melainkan juga terhadap komunitas yang lebih besar (stakeholder).
Akibatnya, muncul tuntutan bagi organisasi untuk mengadopsi paradigma
baru yang lebih sensitif, fleksibel dan mampu beradaptasi dengan kebutuhan
dan harapan stakeholder. Dewasa ini telah banyak organisasi menyadari hal
itu, dan kemudian mengambil langkah untuk tidak lagi menerapkan
organisasi tradisional yang bersifat top-down, kaku dan strukturnya sangat
hirarkis, tetapi lebih berbentuk organik dan mencair.
9.2
Manajemen
Seiring dengan itu, para manajer masa kini harus selalu mengikuti
perubahan-perubahan yang terus-menerus dan berjalan sangat cepat. Mereka
yang bertanggung jawab mengambil keputusan-keputusan besar dan penting
tak dapat lagi hanya mengacu pada perencanaan pengembangan yang telah
dicanangkan. Akan tetapi harus ada mekanisme manajemen yang secara
terus-menerus mengingatkan perubahan-perubahan dalam lingkungan dan
organisasi, menilai dan sekaligus mengelola perubahan tersebut.
Mengelola perubahan tidak berarti mengendalikannya, tetapi memahami,
mengadopsi di mana dibutuhkan dan mengarahkannya jika mungkin. Sebagai
konsekuensinya, karena para manajer tidak mungkin mengetahui semua
persoalan dan memahami semua situasi, maka ia harus lebih terbuka,
menghargai, dan mau mendengar karyawannya. Tak heran, jika kemudian
muncul tipe organisasi baru yang lebih berorientasi ke karyawan, yaitu
worker-centered, self-organizing, self-designing teams dan lain sebagainya.
Sebagai contoh perlunya perubahan ke arah global dan tindakan yang
mengarah kepada paradigma baru adalah pada saat terjadinya krisis keuangan
Asia yang telah menjalar menjadi krisis global, telah memaksa beberapa
negara maju (G-7) maupun beberapa kelompok negara lain (G-22) bersamasama memikirkan langkah-langkah yang strategis untuk mengatasi dan
mencegah dampak yang lebih buruk dari krisis tersebut. Masalah
menciptakan stabilitas keuangan telah menjadi fokus pembicaraan dalam
berbagai forum pertemuan internasional, seperti di APEC dan ASEAN.
Sementara itu, para pelaku bisnis harus menghadapi perubahan-perubahan
yang terjadi dengan mempersiapkan sejumlah kemampuan yang belum
pernah terpikirkan sebelumnya, yaitu Human Resources Development; Skills
Development, Technological Upgrading, Infrastructure Improvements, dan
sebagainya. Dengan kesiapan ini diharapkan organisasi tersebut akan lebih
mampu berkompetisi, yang pada gilirannya akan memperkuat perekonomian
Indonesia khususnya dalam menghadapi liberalisasi perdagangan dan arus
modal swasta.
Di dalam modul ini kami akan ajak Anda menelusuri pergerakan trend
perubahan yang melanda kehidupan saat ini, sekaligus hal-hal yang
mempengaruhi pergerakan tersebut. Dimulai dari pemahaman tentang hakikat
arti perubahan hingga kepada cara mensikapi, mensiasati, menjadi pemenang
dan terus bertahan dalam berbagai gejolak perubahan tersebut. Untuk
mempermudah pembahasan, maka modul ini dibagi menjadi 3 Kegiatan
Belajar.
EKMA4116/MODUL 9
1.
2.
3.
4.
5.
9.3
dan
9.4
Manajemen
Kegiatan Belajar 1
EKMA4116/MODUL 9
9.5
manusia maka kita mengenal manusia jaman batu, jaman purba, jaman
perunggu, jaman besi, jaman perbudakan, jaman industri, dan seterusnya.
Perjalanan perkembangan hidup manusia jelas menunjukkan terjadinya
perubahan walaupun antara satu jaman dengan jaman yang lain tidak ada
yang tahu kapan dimuai dan berakhir. Tetapi pada intinya bahwa hidup kita
dari dahulu sudah melakukan dan melalui berbagai macam perubahan. Kita
bisa mengatakan bahwa perubahan itu bukanlah sesuatu yang baru. Stewart
(1997) menjelaskan perubahan sebagai berikut:
1. Perubahan adalah sebuah fenomena alami.
2. Perubahan adalah berkesinambungan dan terus berlanjut.
3. Tujuan perubahan adalah membantu kelangsungan hidup dan
pertumbuhan.
4. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan tergantung pada adaptasi terhadap
sebuah lingkungan yang berubah.
5. Lingkungan dapat dan sedang dipengaruhi dan dibentuk oleh berbagai
tindakan dan keputusan organisasi.
6. Belajar dari pengalaman adalah penting untuk proses adaptasi dan
perubahan yang sukses.
7. Individu-individu berubah balik ke arah-arah yang sama maupun unik.
Jika perubahan sudah berlangsung seusia manusia di bumi lalu buat apa
kita berlama-lama mempelajari perubahan? Hal baru apa dalam perubahan
yang penting kita pelajari? Satu hal baru yang perlu kita catat dalam
perubahan adalah semakin cepatnya perubahan yang disertai dengan
kekomplekan faktor dan variabel yang menyertainya. Pertumbuhan dan
perkembangan teknologi informasi adalah salah satu contoh yang menjadi
penyebab semakin cepatnya terjadi perubahan. Percepatan tersebut akan
tampak lebih cepat jika kita melihat terjadinya perubahan politik dan
ekonomi global yang luar biasa.
Perubahan memang harus selalu terjadi dan tidak boleh berhenti.
Melakukan perubahan memerlukan komitmen semua pihak. Tindakan
perubahan yang mesti dilakukan bukanlah perubahan sesaat atau sekali jadi,
melainkan perubahan yang terus-menerus. Kita tidak bisa memecahkan
masalah yang muncul hari ini dengan menggunakan cara atau pikiran yang
lahir ketika masalah itu muncul kata Albert Einstein. Lebih jauh lagi, semua
pihak mesti sadar bahwa keadaan dunia saat ini sangat berbeda dengan
keadaan dunia pada saat negara-negara terbentuk.
9.6
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.7
Gelombang perubahan yang semakin cepat saat ini, membuat kita tidak
bisa berpikir berlama-lama lagi untuk melakukan perubahan. Hal ini
diakibatkan oleh peranan perkembangan teknologi dan informasi yang
semakin pesat, kondisi persaingan semakin tajam, penghargaan terhadap
waktu semakin besar, kesadaran akan kualitas, serta perkembangan karakter
dan kecerdasan manusia masa kini. Faktor ini merupakan gejala yang bersifat
global dan setiap perusahaan mau tidak mau akan mengalaminya. Oleh
karena hakikatnya memang seperti itu maka diperlukan suatu manajemen
perubahan agar proses dan dampak dari perubahan tersebut mengarah pada
titik positif.
Kemampuan suatu organisasi untuk bertahan hidup (survive) sangat
ditentukan oleh kemampuan organisasi tersebut untuk berubah,
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan bisnis, atau menyesuaikan
diri dengan potensi perubahan yang akan terjadi di masa mendatang.
Kemampuan organisasi untuk berkembang ditentukan oleh kemampuan
organisasi dalam menciptakan perubahan. Kemampuan organisasi untuk
berubah ditentukan oleh sejauh mana kemampuan karyawan organisasi
melakukan perubahan. Konsep employee empowerment menjadi prasyarat
untuk membangun suatu organisasi yang mampu beradaptasi dengan cepat,
bahkan dengan cepat menciptakan perubahan untuk merespons perubahan
lingkungan bisnis yang telah terjadi atau potensial akan terjadi (Mulyadi,
1997).
Ambil contoh, PT Telkom yang dengan kepekaannya melakukan
perubahan, beradaptasi, dan mengambil langkah strategis lainnya untuk
merubah secara mendasar pendekatan bisnis dan strateginya. PT Telkom
melihat peta bisnis telekomunikasi mengalami perubahan sangat cepat dan
semakin tidak menentu, bahkan telah terjadi turbulensi, baik dari sisi
teknologi, regulasi, struktur pasar, maupun peta persaingan. PT Telkom juga
melihat terjadinya reformasi sektor telekomunikasi domestik-global berupa
pembongkaran monopoli, gelombang privatisasi, pembentukan badan
regulasi independen, dan munculnya fenomena konvergensi digital, serta
trend terjadinya hypercompetition di industri telekomunikasi. BUMN
terbesar di Indonesia ini mulai merubah strategic intent-nya dengan
memperbarui visi untuk menjadi leading InfoCom player in the region dan
merombak misinya dengan menjadi one-stop shop service provider (full
service & network provider, FSNP). TELKOM juga mereposisi bisnis
dengan merestrukturisasi portofolio bisnisnya dari POTS (Plain Ordinary
9.8
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.9
9.10
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.11
9.12
Manajemen
Beliefs
1.a
Ogranizatio
nal
Work Context Drivers
1.b
Process
1
1.c
CHANGE
Building
Getting
group skills TRIANGLE
buy in
2.a
3.a
Group
Individual
Behaviors
Interaction
Increasing
Group
Healthy
3
Building
response
support
Groups
New skills
Ability
of change
2.b
3.c
3.b
2c
9.13
EKMA4116/MODUL 9
1.
2.
3.
Reactive
Tuning
Redirecting
Adapting
Overhauling
Incremental
Radical
9.14
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.15
a.
b.
c.
d.
Resistensi Individual
Karena persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan, maka individu
punya potensi sebagai sumber penolakan atas perubahan, misalnya:
Kebiasaan. Kebiasaan merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan
secara berulang-ulang sepanjang hidup kita. Kita lakukan itu, karena kita
merasa nyaman, menyenangkan. Datang ke kantor pukul 8 pagi, istirahat
jam 12 siang, dan kembali ke rumah pukul 16.00. Proses ini telah
menyatu dengan kehidupan sehari-hari sehingga menjadi kebiasaan dan
rutinitas yang cocok dengan falsafah hidup seorang karyawan. Namun ia
akan menjadi kurang nyaman dan berusaha menolak ketika perusahaan
merubah jam kerja yang dimulai pukul 9, istirahat pukul 13.00 dan
pulang ke rumah pukul 17.00. Jika perubahan tersebut berpengaruh besar
terhadap pola kehidupannya maka muncul mekanisme diri, yaitu
penolakan.
Rasa aman. Apabila kondisi sekarang sudah memberikan rasa aman, dan
kita memiliki kebutuhan akan rasa aman yang relatif tinggi, maka
potensi menolak perubahan pun besar. Cara kerja yang menggunakan
mesin manual jika diganti dengan mesin otomatis yang memiliki
kecermatan tinggi, akan memunculkan rasa tidak aman bagi para
karyawan.
Faktor ekonomi. Faktor lain yang menjadi sumber penolakan atas
perubahan adalah soal menurunnya pendapatan. Karyawan menolak
konsep perusahaan yang meningkatkan gaji 10 persen namun
menghilangkan waktu lembur. Karyawan menghitung pendapatannya
akan berkurang dengan peraturan baru tersebut sebab kenaikan gaji
ternyata lebih kecil
Ketidakpastian. Sebagian besar perubahan tidak mudah diprediksi
hasilnya. Oleh karena itu muncul ketidakpastian dan keragu-raguan.
Kalau kondisi sekarang sudah pasti dan kondisi nanti belum pasti, maka
orang cenderung memilih kondisi sekarang dan menolak perubahan.
Timbulnya perasaan tersebut adalah karena orang tidak tahu pasti apa
yang menanti di depannya. Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa
melakukan perubahan itu ibarat melangkah memasuki ketidakpastian dan
9.16
e.
Manajemen
Rasa Aman
Faktor Ekonomi
Resistensi
Individual
Ketidakpastian
2.
a.
b.
Persepsi
9.17
EKMA4116/MODUL 9
c.
d.
e.
f.
Inersia Struktural
Inersia Kelompok
Resistensi
Organisasional
Ancaman Keahlian
Ancaman Kekuasaan
Sumberdaya
Ancaman
Alokasi
9.18
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.19
9.20
4.
5.
6.
7.
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
8.
9.21
Bila anda melakukan salah satu dari delapan kesalahan tersebut maka
akan menimbulkan dampak serius bagi program transformasi perubahan yang
anda lakukan. Oleh karena itu hindarilah kesalahan tersebut dengan cara
memahami tentang alasan orang menolak perubahan, faktor apa saja yang
menyebabkan kegagalan, dan bagaimana kepemimpinan yang diperlukan
untuk mendorong proses itu dengan cara yang sehat secara sosial memiliki
arti lebih daripada sekadar manajemen yang baik.
F. PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN
ORGANISASI
Pendekatan klasik yang dikemukakan oleh Kurt Lewin mencakup tiga
langkah. Pertama: UNFREEZING the status quo, lalu MOVEMENT to the
new state, dan ketiga REFREEZING the new change to make it permanent.
Kalau digambarkan modelnya menjadi seperti di bawah ini.
9.22
Manajemen
Restraining Forces
Desire
State
REFREEZING
MOVEMENT
Status
Quo
UNFREEZING
Driving Forces
Time
EKMA4116/MODUL 9
2.
3.
4.
5.
6.
9.23
Selain pendapat Coch dan French Jr. tersebut, kiat-kiat berikut ini dapat
dijadikan pencegah dan solusi terhadap masalah yang timbul dalam proses
perubahan:
1. Mengembangkan kepemimpinan yang mampu membangun kesamaan
dalam kesadaran akan urgensi dan visi terhadap proses perubahan yang
sedang dan akan dilaksanakan;
2. Membangun kepemimpinan kolektif yang kuat dan efektif untuk
mereduksi potensi konflik yang relatif tinggi pada masa transisi;
3. Membangun kepercayaan (trust) stakeholders terhadap kesungguhan dan
kejujuran pimpinan dalam melakukan proses perubahan organisasi;
4. Menjaga kelangsungan operasi organisasi untuk tetap dapat memenuhi
ekspektasi stakeholders terhadap produk dan layanan organisasi dengan
baik.
5. Mengelola proses transisi secara efektif dan proaktif sehingga tidak
menghambat proses perubahan secara keseluruhan.
6. Menyelaraskan perubahan antar elemen sistem untuk mendapatkan
keselarasan gerak dalam proses perubahan.
9.24
Manajemen
7.
EKMA4116/MODUL 9
9.25
9.26
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.27
ketiga hasil lebih dari rencana. Salah satu hasil yang dicapai pada dasarnya
mencerminkan kemampuan kita dalam memenuhi persyaratan. Sebab, tingkat
keberhasilan senantiasa berbanding lurus dengan tingkat kemampuan untuk
memenuhi persyaratan yang mengikat. Selanjutnya akan timbul pertanyaan,
apa yang harus dilakukan organisasi dari hasil evaluasi tersebut. Tentu saja
organisasi harus melakukan kegiatan analisis untuk mendapatkan jawaban
atas pertanyaan tersebut. Apabila hasil evaluasi menunjukkan bahwa usaha
perubahan memberikan hasil sama dengan rencana, maka upaya tindak lanjut
yang harus di lakukan adalah paling tidak mempertahankan segala sesuatu
yang telah dilakukan yang telah memungkinkan tercapainya hasil yang sama
dengan rencana. Alangkah lebih baik kalau dapat meningkatkannya. Apabila
hasil evaluasi menunjukkan hasilnya menyimpang dari rencana, maka upaya
tindak lanjut yang harus segera di lakukan adalah mencari akar penyebab
kegagalan. Setelah penyebabnya ditemukan, maka organisasi perlu
melakukan rencana perubahan kembali dengan harapan kesalahan atau
penyimpangan tidak terulang kembali. Apabila hasil evaluasi menunjukkan
hasil yang lebih baik dari rencana, maka upaya tindak lanjut adalah
mengadakan pengujian untuk memastikan, apakah hasil yang diperolehnya
itu bukan karena faktor kebetulan, melainkan karena faktor keterampilan
yang telah meningkat dan faktor-faktor lain yang mendukung tercapainya
produktivitas yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Jika organisasi yakin
bahwa meningkatkan produktivitas itu bukan karena faktor kebetulan maka
berikut adalah menetapkan hasil itu sebagai standar baru. Dengan demikian
standar sebelumnya harus secara resmi dinyatakan tidak berlaku lagi.
H. MERAIH KEBERHASILAN DALAM PERUBAHAN
Di manapun dan di bidang apapun setiap orang atau organisasi harus
berjuang untuk memperoleh keberhasilan. Oleh karena itu mereka harus
memiliki:
Keberanian. Perubahan tidaklah mudah dilakukan. Dalam melakukan
perubahan akan banyak kesulitan, kegagalan, dan masalah yang dihadapi.
Semua ini memang merupakan bagian dari perubahan. Kita harus memiliki
keberanian, imajinasi, dan komitmen jika ingin terjadinya perubahan. Tanpa
ketiga hal ini, perubahan akan gagal. Keberanian diperlukan untuk
mengambil keputusan sulit dalam mengatasi ketidakpastian, ketakutan, dan
9.28
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.29
9.30
Manajemen
R A NG KU M AN
Manajemen perubahan adalah suatu pendekatan sistematis yang
berhubungan dengan perubahan dilihat dari perspektif organisasi dan
tingkat individual. Artinya, kita tengah menghadapi berbagai tantangan
perubahan yang sangat besar, baik, terhadap kehidupan pribadi dan
keluarga dalam interaksinya dengan masyarakat di sekitar maupun
terhadap organisasi dan karyawan dalam konteks persaingan bisnis.
Dalam beberapa istilah yang berbeda, manajemen perubahan sedikitnya
memiliki tiga aspek utama yang berbeda, yaitu mengadaptasi perubahan,
mengendalikan perubahan, dan mempengaruhi perubahan.
Perubahan-perubahan itu dipicu oleh sejumlah kekuatan
penggerak dalam berbagai arah dan dimensi. Misalnya saja,
perkembangan teknologi telekomunikasi yang meningkat pesat telah
mendekatkan dunia, seolah tak lagi berjarak. Komunikasi, kini, dapat
dilakukan dengan berbagai perangkat, baik tetap (fixed devices) maupun
bergerak (mobile devices), dari mana dan kapan saja.
Organisasipun saat ini tak lagi hanya bertanggung jawab terhadap
pemegang saham (stockholder), melainkan juga terhadap komunitas
yang lebih besar (stakeholder). Akibatnya, muncul tuntutan bagi
organisasi untuk menjadi lebih sensitif, fleksibel dan adaptable terhadap
kebutuhan dan harapan stakeholder. Banyak organisasi, dewasa ini,
mulai menyadari hal itu, dan kemudian mengambil langkah untuk tidak
lagi menerapkan organisasi tradisional yang bersifat top-down, kaku dan
strukturnya sangat hierarkis, tetapi lebih berbentuk organik dan
mencair.
Para manajer masa ini harus terkait dengan perubahan-perubahan
berkelanjutan dan berjalan sangat cepat. Mereka yang menghadapi
pengambilan keputusan-keputusan besar dan penting tak dapat lagi
mengacu pada perencanaan pengembangan yang telah dilakukan untuk
memberi arah. Mengelola perubahan tidak berarti mengendalikannya,
tetapi lebih memahami, mengadopsi di mana dibutuhkan dan
mengarahkannya jika mungkin. Konsekuensinya, karena para manajer
tidak mengetahui semua hal dan memahami semua situasi, maka ia harus
lebih terbuka, menghargai dan mau mendengar karyawannya. Dari
sinilah kemudian timbul tipe organisasi baru, yang lebih berorientasi ke
karyawan: worker-centered, self-organizing, self-designing teams dan
lain sebagainya.
EKMA4116/MODUL 9
9.31
TE S F OR M AT IF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Organisasi di era global saat ini tak lagi hanya bertanggung jawab
terhadap pemegang saham melainkan juga terhadap komunitas yang
lebih besar yang disebut dengan ....
A. stockholder
B. shareholder
C. stakeholder
D. sheetholder
2) Perubahan pada hakikatnya adalah bagian dari hidup kita dan terjadi di
mana saja, dan berlangsung terus menerus terjadi, melalui proses ....
A. evolutif maupun revolusioner
B. terkendali maupun acak
C. terencana maupun mendadak
D. sengaja maupun tidak disengaja
3) Kemampuan organisasi untuk bertahan hidup sangat ditentukan oleh
kemampuan organisasi untuk berubah, menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan bisnis yang dihadapi atau menyesuaikan diri
dengan .
A. kemampuan karyawannya
B. perubahan potensial yang akan terjadi di masa mendatang
C. kondisi lingkungan organisasi yang sering berubah
D. respons lingkungan terhadap kemampuan organisasi menghadapi
perubahan
4) Salah satu hal utama yang harus diperhatikan oleh organisasi dalam
rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada dalam
manajemen perubahan adalah ....
A. strategi korporasi
B. budaya
C. kapabilitas
D. orientasi
5) Masalah yang paling sering dan menonjol ketika organisasi akan
melakukan perubahan adalah ....
A. penolakan atas perubahan itu sendiri
B. konstelasi perubahan
9.32
Manajemen
C. fenomena perubahan
D. kekuatiran akan kelangsungan hidup berikutnya
6) Pada hakikatnya organisasi bersifat konservasi yang mengarah kepada....
A. kompromi bila akan terjadi perubahan
B. perlunya terjadi perubahan
C. penolakan terjadinya perubahan.
D. mekanisme lingkungan untuk terjadinya suatu perubahan
7) Munculnya sikap apriori atau curiga terhadap perubahan biasanya terjadi
pada saat .
A. awal proses perubahan mulai digulirkan
B. proses perubahan menunjukkan tanda-tanda kegagalan
C. para manajer memaksakan kehendaknya
D. target waktu terjadinya perubahan berubah
8) Salah satu cara yang bisa dipakai untuk mengatasi resistensi perubahan
adalah memberi kesempatan anggota organisasi ....
A. berunding dengan serikat karyawan
B. mengambil keputusan
C. mengusulkan kenaikan gaji
D. menunda proses perubahan
9) Perasaan terlalu optimis untuk dapat melakukan perubahan dan
sedikitnya sosialisasi dan informasi adalah suatu tanda mereka.
A. mudah percaya dengan informasi yang masuk
B. meremehkan anggota organisasi
C. menyederhanakan persoalan
D. terlalu puas diri
10) Langkah pertama menuju pola yang baik agar program perubahan bisa
berlangsung lancar dan memperkecil penolakan adalah dengan cara....
A. mensosialisasikan paradigma dan komitmen yang sama kepada
seluruh karyawan.
B. melakukan proses perubahan yang bersifat "top-down".
C. menanamkan pemahaman di tingkat manajemen puncak tentang
perlunya perubahan tata kerja dan pola kerja
D. memberikan kepastian, kejelasan dan kesamaan visi perusahaan,
yang ditetapkan berdasar hasil analisis
9.33
EKMA4116/MODUL 9
Tingkat penguasaan =
100%
9.34
Manajemen
Kegiatan Belajar 2
Mempersiapkan Perubahan
A. STRATEGI MEMPERSIAPKAN PERUBAHAN DALAM
PERUSAHAAN
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk melakukan perubahan. Jack
Welch, dari General Electrics, mengarahkan dua cara jitu yang telah
membantunya mengubah GE menjadi perusahaan raksasa kelas dunia. Cara
pertama adalah menerapkan Destroy Your Business (DYB) untuk
menimbulkan sense of urgency pada para jajarannya untuk melakukan
perubahan. Melalui DYB, Jack Welch mengajak karyawan GE untuk
mengidentifikasi kelemahan GE dan faktor-faktor lain yang bisa
menghancurkan usaha GE di masa depan. Setelah DYB berhasil
mengidentifikasi kelemahan dan masalah maka ia menerapkan cara Grow
Your Business (GYB) sebagai cara atau langkah keduanya untuk memacu
jajaran GE memikirkan strategi jitu mengatasi kelemahan dan tantangan yang
dihadapi, dan memacu pertumbuhan GE agar tidak hanya tetap eksis, tetapi
juga menjadi lebih baik dari kondisi yang sekarang relatif terhadap para
pesaingnya, baik yang besar maupun yang kecil.
Cara lainnya bisa kita tiru dari Nicholas Morgan (1996). Cara pertama
adalah memberi jalan kepada pikiran kita dalam menghadapi berbagai ide
yang ada di sekeliling kita. Ide-ide ini bisa kita jadikan pertimbangan
berharga untuk melakukan perubahan. Misalnya bila kita ingin membuka
usaha baru, maka kita perlu melakukan survey dengan berbagai cara dan
sarana tentang sejumlah ide yang mungkin bisa dijalankan. Cara kedua
adalah membuka jaringan kerja atau networking seluas-luasnya untuk
mendapat sejumlah ide perubahan yang sebanyak-banyaknya. Dari ide-ide
yang muncul ini bisa kita pilih yang terbaik, yang paling memungkinkan,
atau mengkombinasikan sejumlah ide sehingga menjadi ide baru. Dari sinilah
kita bisa mulai menyusun rencana implementasi dari perubahan yang akan
dilakukan dengan memasukan pos-pos sukses kecil yang mungkin diraih
sebelum mencapai sukses besar. Untuk itu, sukses besar perlu dipilah-pilah
menjadi sukses-sukses kecil yang bisa memacu motivasi untuk melaju ke
langkah selanjutnya menuju arah perubahan yang telah dipetakan.
EKMA4116/MODUL 9
9.35
9.36
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.37
9.38
Manajemen
Unggul bukan berarti yang paling segalanya, tetapi untuk dapat menuju
manusia yang berguna maka ia harus memiliki berbagai keunggulan. Lebihlebih lagi unggul dalam membangun organisasi, yang membutuhkan adanya
setia kawan. Hakikat setia kawan itu sendiri mengacu pada konsep sadar,
yakni sadar diri, posisi, strategi, fungsi, introspeksi, kendali, empati,
membagi, mencintai, dan mengabdi. Berangkat dari konsep kesadaran itulah,
maka manajemen sumber daya manusia (MSDM) yang profesional, harus
berupaya untuk membangun competitive advantage. Ini dilakukan dengan
upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pembaharuan dari
dinamika MSDM, pengelolaan proses perubahan organisasi melalui fungsi
MSDM planning, organizational, design, staffing, controlling, identifikasi
kekuatan SDM, penciptaan lingkungan kerja yang produktif.
Berbagai faktor yang mempengaruhi, adalah adanya gerakan manajemen
sebagai ilmu, gerakan kesejahteraan industri, gerakan awal psikologi industri,
gerakan hubungan antara manusia, serta gerakan MSDM sebagai profesi.
Pada sisi lain, terdapat kontribusi terhadap manajemen sumber daya manusia,
yakni konsep analisis jabatan, desain jabatan, kinerja individu dan organisasi,
penilaian dan kompensasi, konsep dan teknik seleksi. Terutama mental dan
emosi bagi karyawan baru, konsep membangun tim, komitmen, harmonisasi
hubungan kerja, peran organisasi buruh, konsep upah, perlindungan kerja dan
kesejahteraan, praktek-praktek MSDM dalam menghadapi perubahan.
Karenanya, aspek membangun kepercayaan dan kesepakatan bersama
menjadi bagian yang penting. Dengan demikian, di dalam setiap langkah
pengambilan keputusan, seorang manajer selalu dihadapkan pada tiga hal,
yaitu kepastian, risiko, dan ketidakpastian. Apa pun kebijakan yang diambil
tetap tidak akan dapat meninggalkan aspek kepercayaan, sekaligus perlunya
memperhatikan kesepakatan bersama yang telah disepakati pihak manajemen
dan karyawan. Di samping perlu adanya pemberdayaan dan komitmen.
Sebab, adanya perubahan paradigma dari persaingan berdasarkan materi
menjadi persaingan berdasarkan pengetahuan menuntut organisasi untuk
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, untuk mendapatkan
keunggulan kompetitif.
D. MEMILIKI PEMIMPIN YANG UNGGUL
Peran pemimpin teramat penting dalam suatu proses perubahan.
Pemimpin dituntut mampu menyusun konteks perubahan, menentukan
EKMA4116/MODUL 9
9.39
Melibatkan Organisasi
Para eksekutif biasanya mengetahui bahwa peran komunikasi sangatlah
penting dalam mengarahkan program perubahan yang mendasar. Namun,
mereka harus mengetahui secara tepat hal-hal yang dikomunikasikan, dengan
bentuk gaya tertentu, saat tertentu yang tepat, pilihan penggunaan jenis media
tertentu, dan dengan jalur tertentu. Berkomunikasi pada saat perubahan
adalah bagaimana berhubungan dengan karyawan. Memberi kesempatan
karyawan untuk sadar atas perlunya perubahan dengan memberikan
pemahaman atas konteks inisiatif, dan akhirnya membujuk mereka agar
mendukung dan mempertahankan proses perubahan. Hal ini membutuhkan
9.40
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
9.41
Tingkat persepsi dan wawasan yang luar biasa terhadap realita dunia dan
terhadap diri pribadi.
Kekuatan emosional untuk mengatasi kecemasan diri sendiri dan orang
lain, karena pembelajaran dan perubahan makin menjadi suatu gaya
hidup.
Mampu merancang organisasi dengan menghormati dan memanfaatkan
totalitas pegawai sebagai manusia yang utuh (bio psikokultural)
Mampu melihat organisasi secara lebih luas dari pada sekedar kreasi
mekanis, memandang organisasi sebagai sistem, dan organisasi yang
terus belajar (learning organisation) yang mampu memperbaharui
(Renewal) diri.
Mampu menerima suasana chaos sebagai teman untuk menemukan
keteraturan.
Menjadi Kepemimpinan beredar yang tumbuh dari dalam kelompok,
bukan karena ingin menonjolkan diri melainkan karena dukungannya
terhadap kepentingan kelompok dan kebutuhan setiap anggota
kelompok.
Mampu membangun hubungan, mendorong pertumbuhan untuk
mengadakan
perubahan,
memiliki
keahlian
mendengarkan,
berkomunikasi, membina kelompok dan meninggalkan sifat
individualisme.
Mampu bersifat transparan terhadap orang lain secara sungguh-sungguh
yang dapat menciptakan semangat yang positif.
Mampu berpikir secara global, bertindak secara lokal, sebagai suatu
strategi sehat untuk mengubah sistem yang besar.
Mampu berkomunikasi secara efektif dalam komunikasi perseorangan,
pribadi dan dialog.
mampu menggerakkan harapan dan keyakinan diri para staf.
Bersedia melayani dan memberi harapan, bukannya keputusasaan, serta
dapat menjadi teladan bagi mereka yang menghendaki arah dan tujuan
dalam hidup dan yang berhasrat menghasilkan dan memberi sumbangan.
Memiliki empat dasar (inti) yang konstan, solid, luas dan relevan, yakni:
karakter, visi, perilaku dan sikap percaya.
9.42
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.43
produktivitas kerja yang tinggi. Mereka bekerja bukan diukur oleh jam kerja
melainkan oleh output yang harus mereka hasilkan. Saat ini memang produk
Cina berkualitas rendah dan berharga murah namun mereka saat ini terus
berubah dengan cara meningkatkan kualitas, membangun after sales service
produk mereka melalui distribution network. Selain itu, Cina berhasil
menarik para investor untuk membangun manufaktur berteknologi tinggi,
produktif, dan efisien guna memenuhi kebutuhan pasar global.
H. PENERAPAN MANAJEMEN KOMPETENSI
Kehadiran teknologi baru, produk, pasar dan para kompetitor dalam
lingkungan kompetisi dan perubahan sangat pesat sangat menantang
perusahaan untuk bisa bertahan dan menjadi unggul. Kemampuan
beradaptasi menjadi kunci pokok konsep pengambilan keputusan manajemen
untuk membangun suatu keuntungan kompetitif jangka panjang. Namun hal
ini membutuhkan manajemen kompetensi karyawan agar perusahaan mampu
melakukannya.
Manajemen kompetensi adalah suatu kerangka atau gambaran kerja
untuk menyesuaikan tujuan dan strategi perusahaan dengan kompetensikompetensi karyawan yang dimilikinya. Dengan menerapkan suatu
pendekatan sistematis untuk mengukur kompetensi setiap individu tersebut,
gambaran dari pengetahuan yang sedang berkembang di dalam perusahaan
dapat dibangun pada perusahaan. Suatu organisasi dapat memanfaatkan
informasi ini untuk menampilkan kompetensi individu dan dianalisis secara
organisasi, mengefektifkan dan menurunkan biaya pelatihan dan pendidikan,
meningkatkan kualitas penyerapan tenaga kerja, meningkatkan retensi
karyawan, meningkatkan kinerja dan pengembangan SDM, menempatkan
karyawan secara lebih efektif, serta membantu kesiapan manajemen
membuat keputusan strategis dan pengambilan rencana berikutnya.
Singkatnya, manajemen kompetensi dipersiapkan untuk lebih mengetahui di
mana perusahaan akan ditempatkan pada masa yang akan datang, bukan
hanya sekedar berharap, tapi mengetahui dan menempatkan di mana
seharusnya. Apabila perusahaan bisa secara optimal memetakan kompetensi
setiap karyawannya maka perusahaan akan mampu:
1. Meningkatkan efisiensi departemen SDM: Dengan hasil pemetaan yang
telah dilakukan maka semua karyawan bisa ditempatkan di semua posisi
yang benar dan tepat. Dengan demikian divisi SDM bisa lebih
9.44
2.
3.
4.
5.
6.
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
7.
8.
9.
9.45
9.46
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.47
TE S F OR M AT IF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Untuk menghindari kegagalan suatu program perubahan maka organisasi
dituntut mampu .
A. mengendalikan penolak perubahan
B. memelihara siklus bisnis karyawan
C. memahami secara tuntas makna perubahan
D. membuat program perubahan yang signifikan
2) Pada umumnya untuk berubah ke kondisi baru yang ditetapkan
organisasi, manusia selalu memiliki sikap .
A. memperhitungkan kinerja perubahan
B. mengkontaminasi manusia lainnya
C. resisten terhadap perubahan. karyawan
D. diam sebelum orang lain bertindak
9.48
Manajemen
9.49
EKMA4116/MODUL 9
Tingkat penguasaan =
100%
9.50
Manajemen
Kegiatan Belajar 3
EKMA4116/MODUL 9
9.51
9.52
1.
2.
Manajemen
Tingkat pertama: Sukses Survivatif. Ini berarti kita survive. Tidak punah
digulung perubahan. Bisa saja babak belur tetapi masih ada, belum mati.
Bisnis kita tidak sukses dalam skala besar-besaran seperti Tirto Utomo
dengan Aqua-nya, tetapi terus hidup meskipun monoton dan biasa-biasa
saja. Tidak untung besar, namun tidak sampai bangkrut. Sukses ini dapat
kita capai dengan menjaga relevansi, keharmonisan, dan aktualitas diri
dan bisnis kita dengan dunia sekeling, dengan konstituen dan utamanya
dengan pelanggan kita. Ketika kita tidak lagi relevan dengan dunia
sekitar, maka itulah saatnya kita mulai ditinggalkan orang. Pada saat itu
kita tidak lagi mampu menjadi bagian dari solusi, tetapi menjadi bagian
dari masalah. Kita kehilangan jati diri sebagai faktor yang memberikan
keuntungan dan manfaat dan berubah menjadi faktor yang merugikan.
Kita tidak lagi kontributif tetapi menjadi parasit. Kita pasti akan lengser
secara alamiah, bahkan dalam kasus-kasus khusus, lengser secara paksa
dan dramatis.
Tingkat kedua, sukses inovatif . Maksudnya kita berhasil melalui inovasi
yaitu dengan mampunya kita menawarkan produk-produk yang inovatif
ke pasar. Sukses Teh Botol Sosro, Extra Joss, Nokia, Toyota Vios, dan
Frutang adalah contoh-contoh keberhasilan jenis ini. Cirinya, terjadi
pertumbuhan besar-besaran, grafik keuntungannya naik tajam,
ekspansinya cepat. Sukses inovatif diperoleh dengan mengerahkan daya
kreatif-imajinatif untuk menciptakan hal-hal baru. Di belakang setiap
sukses ini selalu ada tokoh inovatif yang penuh vitalitas yang
menghasilkan karya-karya baru yang mengandung nilai luar biasa besar
bagi organisasinya. Namun karena watak kehidupan yang selalu
berubah, apalagi dalam zaman krisis yang adalah sebuah perubahan
super cepat, maka sajian nilai inovatif tadi dengan cepat mulai tersaingi
oleh kompetitor, bahkan pada titik tertentu sajian nilai kita bisa kalah
dan ketinggalan jaman.
Ada dua sebab mengapa usaha sukses sebuah perusahaan berbasis
inovasi bisa bangkrut. Pertama,terlalu cepat puas diri. Perusahaan merasa
sudah paling unggul di kelasnya. Akibatnya mereka mabuk sukses dan
merasa tidak mungkin gagal. Akibatnya mereka menjadi tidak waspada.
Akibatnya mereka disalip kompetitor. Biasanya kalau tidak bangkrut,
mereka pasti turun pangkat ke tingkat bawah. Kedua, oleh karena mabuk
sukses tadi, mereka kemudian bertengkar saling berebut, siapa berhak
menikmati apa, sebanyak apa dalam sukses baru ini. Energi yang
EKMA4116/MODUL 9
3.
9.53
9.54
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
2.
9.55
belajar. Dia harus memiliki visi (mimpi) pribadi, harus kreatif, dan harus
komit pada kebenaran. Kaidahnya, pembelajaran secara terus-menerus
akan terjadi jika didorong oleh semangat keingintahuan setiap karyawan
itu sendiri. Pembelajaran secara berkesinambungan akan terjadi apabila
dimotivasi oleh semangat untuk meningkatkan kapasitas atau
keahliannya. Dalam hal ini sedikitnya ada dua langkah utama yang harus
dilakukan. Pertama, setiap karyawan didorong untuk memiliki visi.
Kedua, mereka disadarkan tentang realitas terbaru yang dimilikinya
(current reality). Tugas para pemimpin organisasi adalah bagaimana
menciptakan situasi kondusif yang mampu mendorong terciptanya
semangat membangun kreativitas pada setiap karyawan untuk
mewujudkan visinya. Indikator keberhasilannya, visi diterima setiap
karyawan bukan karena rumusannya yang menarik atau bukan karena
merupakan ide yang bagus, melainkan lebih karena sebuah panggilan.
Disiplin kedua adalah membangun model mental, yakni membangun
citra, asumsi atau keyakinan yang telah tertanam kuat dalam pikiran
setiap orang, dilatarbelakangi oleh pengalaman, yang dipengaruhi oleh
cara pandang setiap orang terhadap semua aspek kehidupan dunia yang
dilihatnya selama ini, termasuk cara melihat dirinya. Jika disiplin
pertama lebih banyak diarahkan untuk membangun semangat berpikir
karyawan, disiplin kedua ini ditujukan untuk membangun semangat
mencari kebenarannya (inquiry). Inti dari disiplin ini adalah upaya untuk
mempertemukan ragam sudut pandang, keyakinan, atau asumsi menjadi
sebuah model mental bersama (shared mental model) yang pada
gilirannya diharapkan bisa melahirkan apa yang disebut dengan
kecerdasan kolektif (collective intelligence). Melalui kecerdasan kolektif
itulah, gambaran dunia baru bisa ditemukan karena setiap orang dituntut
untuk melihat kekurangan yang dimilikinya dan dalam waktu yang sama
bersedia menerima kelebihan yang dimiliki orang lain, bawahan
sekalipun.
Secara jujur harus diakui, banyak dari hambatan penyelenggaraan
organisasi selama ini, berkait dengan persoalan mental model ini.
Munculnya kekeliruan dalam menjabarkan sebuah kebijakan yang dibuat
pemimpin, misalnya, berkait dengan adanya ragam model mental yang
dimiliki karyawan. Pemimpin yang tidak mau mendengar alternatif
gagasan bawahan yang dipimpinnya (mental block) adalah contoh lain
dari kegagalan membangun model mental ini.
9.56
3.
4.
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
5.
9.57
9.58
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
1.
2.
3.
4.
9.59
memunculkan inovasi;
memenuhi kebutuhan pribadi dan spiritual;
meningkatkan kemampuan kita dalam mengelola perubahan;
bisa saling memahami;
memperluas batasan-batasan;
memperoleh kebebasan;
menghargai saling ketergantungan.
Komentar lain tentang organisasi belajar adalah:
lebih menyenangkan (fun) bekerja pada organisasi yang menerapkan
konsep organisasi belajar;
organisasi belajar memberikan harapan kepada anggotanya untuk
memperoleh hasil yang lebih baik;
organisasi belajar merupakan tempat bermain bagi gagasan kreatif;
organisasi belajar merupakan tempat aman untuk berani mengambil
risiko dengan gagasan dan perilaku baru.
Dalam organisasi belajar setiap pendapat anggota dihargai dan siapa pun
bisa berpendapat, tanpa dibatasi oleh posisinya dalam organisasi.
D. TIPE PEMBELAJARAN
Organisasi Belajar (OB) berbeda dengan pelatihan (training). OB lebih
dari sekedar membantu seseorang mengembangkan keterampilan dalam
bidang tertentu. OB mengembangkan keterampilan dan pengetahuan pada
tingkat yang lebih tinggi. Setidaknya ada 4 tipe pembelajaran yang
dikembangkan dalam organisasi belajar, yaitu:
1. Mempelajari fakta-fakta, pengetahuan, proses, dan prosedur.
Diaplikasikan pada situasi buruk yang telah diketahui.
2. Mempelajari keterampilan kerja baru yang bisa ditransfer ke situasi lain.
Diaplikasikan pada situasi baru yang memerlukan perubahan. Membawa
pakar dari luar organisasi merupakan cara yang bermanfaat.
3. Belajar beradaptasi. Diaplikasikan pada situasi yang lebih dinamis, perlu
dikembangkan cara pemecahan masalah. Percobaan dan menarik
pelajaran dari kegagalan dan keberhasilan organisasi lain merupakan
cara pembelajaran yang tepat.
4. Belajar mempelajari sesuatu. Di sini kita bicarakan inovasi dan
kreativitas; merancang masa depan, tidak sekadar beradaptasi. Jika
organisasi sudah mencapai tingkat ini, yang dijadikan sasaran bukan
hanya pada organisasi, melainkan juga pada semangat industrial.
9.60
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.61
9.62
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.63
9.64
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.65
kedua cabang ini, yaitu mengaitkan antara dokumen dan belajar. Sekarang
KM sudah dianggap terkonsolidasi. Istilah-istilah atau definisi dari masingmasing cabang jarang lagi diperdebatkan. Orang lebih memikirkan
bagaimana mengaitkan antara perubahan, belajar, inovasi dan dokumen atau
teknologi.
H. TUJUAN PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT (KM)
Pada prinsipnya suatu perusahaan akan berusaha semaksimal mungkin
melakukan efisiensi biaya-biaya produksi. Namun efisiensi yang hanya
menguntungkan perusahaan sesaat dan kurang memperhatikan keuntungan
jangka panjang akan segera menunggu kebangkrutannya. Penerapan KM
menjadi salah satu andalan perusahaan yang berusaha memberikan pengaruh
terhadap proses bisnis perusahaan secara sehat dan menguntungkan dalam
jangka panjang:
1. Efisiensi waktu dan biaya. Tersedianya sumber pengetahuan dengan
baik, maka perusahaan akan mudah menggunakan pengetahuan tersebut
untuk berbagai hal dengan segera.
2. Peningkatan aset pengetahuan. Apabila sumber pengetahuan mudah
diakses oleh setiap karyawan maka proses pemanfaatan pengetahuan di
lingkungan perusahaan akan meningkat. Hal ini bagai bola salju yang
siap menggerakkan proses kreativitas dan inovasi setiap karyawan yang
pada akhirnya setiap karyawan dapat meningkatkan kompetensinya.
3. Kemampuan beradaptasi. Dengan tersedianya berbagai sumber
pengetahuan dari dalam dan luar perusahaan maka perusahaan akan
dapat menggunakannya untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan
bisnis yang terjadi.
4. Peningkatan produktivitas. Proses daur ulang (reengineering)
pengetahuan yang mudah dilakukan dan dapat segera dimanfaatkan
untuk proses atau produk yang akan dikembangkan menjadikan
produktivitas perusahaan akan meningkat.
Michael Zack (1999) mengemukakan tiga pilar knowledge dalam
organisasi untuk menghasilkan daya saing, yaitu: 1) knowledge inti yang
diperlukan sebuah bisnis (Core knowledge), 2) knowledge yang membuat
keunggulan bersaing sehingga sekaligus perusahaan dapat mampu
berhadapan langsung dengan pesaingnya (Advanced knowledge), 3)
knowledge yang membuat perusahaan dapat merubah 'aturan main' dunia
9.66
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.67
Jika efisiensi waktu dalam bekerja telah tercapai sehingga waktu yang
tersedia dapat dialokasikan untuk melakukan inovasi, sejalan dengan itu
upaya yang dilakukan adalah penciptaan iklim yang inovatif dalam
perusahaan. Seorang pemimpin perusahaan perlu menyadari bahwa iklim
yang inovatif tidak datang begitu saja. Menurut J.P.J De Jong dan R. Kemp
(2003) kondisi-kondisi yang mendorong inovasi dalam perusahaan adalah:
a. Selalu ada tantangan kerja,
b. Keleluasaan untuk menentukan cara kerja yang berorientasi pada hasil,
c. Arah yang jelas dari perusahaan,
d. Iklim yang selalu mendukung gagasan baru,
e. Kontak eksternal yang intensif dengan pelanggan, rekanan, pemasok,
bahkan pesaing,
f. Identitas perbedaan yang jelas dengan pesaing,
g. Adanya permintaan (demand) yang selalu bervariasi.
Dalam iklim yang inovatif untuk menghasilkan produk atau jasa secara
lebih baik, lebih murah dan lebih cepat, perubahan adalah denyut nadi
organisasi. Kalau tidak ada yang berubah, tidak ada hal baru setiap hari,
gairah kerja akan menjadi menurun. Hal ini berbeda dengan kondisi
organisasi yang umumnya bersifat statis dan takut melakukan perubahan,
karena memang harus diakui pula bahwa seluruh tuntutan perubahan pada
umumnya akan membuat rasa kurang nyaman dalam atmosfer organisasi.
Ibarat awak kabin pesawat udara yang terlatih, dalam keadaan segenting
apapun ia harus mampu menenangkan semua penumpang yang ada di dalam
pesawat. Seorang pemimpin dalam organisasi secara kontinu harus dapat
memberi semangat sekaligus ketenangan dan pengertian bahwa organisasi
hidup di alam yang selalu berubah.
9.68
Manajemen
KOMUNITAS PRAKTISI
EKMA4116/MODUL 9
9.69
LAT IH A N
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Mengapa konsep learning organization dan knowledge management
menjadi suatu investasi yang sangat bernilai bagi perusahaan,
menghadapi semakin meng-"global"-nya kondisi ekonomi?
2) Menurut Anda bagaimana cara menghimpun dan mengembangkan
Knowledge Management yang telah terhimpun, baik yang berada dalam
individu maupun kelompok tertentu ?
9.70
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.71
9.72
Manajemen
9.73
EKMA4116/MODUL 9
Tingkat penguasaan =
100%
9.74
Manajemen
Tes Formatif 2
1) B
2) C
3) A
4) D
5) C
6) D
7) B
8) A
9) D
10) B
Tes Formatif 3
1) D
2) C
3) A
4) C
5) B
6) A
7) C
8) B
EKMA4116/MODUL 9
9.75
Daftar Pustaka
Boston, J., (1988). From Corporatisation to Privatisation: Public Sector
Reform in New Zealand', Canberra Bulletin of Public Administration, 57,
hal.71-86.
Burke,W.W. and Spencer, J.L. (1990). Managing Change: Participant
Guide, Interpretation and Industry Comparisons. Pelham. New York.
W.Warner Burke Associates, pp. 1-59.
Burke, W.W., et al (1991). Managers Get a "C" in Managing Change.
Training & Development. pp. 87-92.
Champy, J. (1996). Manajemen Rekayasa-Ulang (Alih Bahasa dari
Reengeneering Management oleh Agus Maulana). Jakarta: Binarupa
Aksara.
Church, A.H., et al. (1996). Managing Organizational Change: What You
Don't Know Might Hurt You, Career Development International.
Vol.1.No.2.pp.25-30.
Church, A.H.,et al. (1996). OD Practitioners As Facilitators Of Change : An
Analysis Of Survey Results, Group & Organization Management.
Vol.21. No. 1. pp. 22-66.
Ferguson, Marilyn. (1993). Michael Ray and Alan Rinzler, Eds. The New
Paradigm: Emerging Strategic for Leadership and Organizational
Change. New Consciousness Reader.
Insa, Tharsikin (Volume I Nomor 02 - Nopember 2002) Paradigma Baru,
eBizzAsia.
Jansen H Sinamo. (2005). Strategi Adaptif dalam Era Penuh Perubahan.
Jansen Sinamo WorkEthos Training Center.
9.76
Manajemen
EKMA4116/MODUL 9
9.77
9.78
Manajemen
Behavior,
Concepts,
and
dan
KEMBALI