Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA INSOMNIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang baik
dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang
berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosivtergantung pada kemampuan
untuk memnuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yan cukup,
kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas
harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas. Gangguan tidur adalah kondisi yang
jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang
mengakibatkan munculnya insomnia.
Insomnia merupakan ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan. Penelitian
menunjukkan bahwa kurang lebih 1/3 dari orang dewasa pernah menderita insomnia setiap
tahunnya. Gangguan tidur ini dapt mempengaruhi pekerjaan, aktifitas social dan status
kesehatan penderitanya. Bukti lain menunjukkan bahwa adanya korelasi yang bermakna
antara kurang tidur dan kecelakaan lalulintas.
Kesulitan untuk memulai tidur ( initiating sleep ) lebih sering dijumpai pada
wanita, sedangkan kesulitan mempertahankan tidur dan terbangun pada pagi hari memiliki
prevalensi yang sama antara wanita dan pria . Keluhan insomnia lebih sering didapat pada
orang yang mudah cemas atau depresi, orang dengan sosial ekonomi yang rendah, bercerai ,
mereka dengan penyakit kronis, dan pada peminum alkohol berat.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Setelah

dilakukan

pembelajaran/

seminar

diharapkan

mahasiswa

dapat

mengetahui dan mengaplikasikan asuhan keperawatan klien dengan gangguan tidur;


insomnia.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi insomnia
b. Menjelaskan etiologi insomnia
c. Menjelaskan klasifikasi insomnia
d. Menjelaskan manifestasi insomnia
e. Menjelaskan komplikasi insomnia
f. Menjelaskan penatalaksanaan insomnia
g. Menjelaskan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan insomnia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Insomnia didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak cukup
tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut sebenarnya memiliki
kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu
atau setelah terbangun dari tidur .
Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek (
short sleepers ), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek, mereka
tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang hari, dan mereka
tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam hari.
Tidur tidak sekadar mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan otak,
khususnya serebral korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi, yang
digunakan untuk mengingat, memvisualkan serta membayangkan, menilai dan memberikan
alasan sesuatu.
Tes yang pernah dilakukan terhadap beberapa ratus pria yang bersedia menjadi
sukarelawan untuk tidak tidur selama berhari-hari menunjukkan, setelah 4 - 8 hari, memang
tidak terjadi kemerosotan fisik yang berarti. Namun dalam 24 jam saja tidak tidur, gejala
gangguan mental serius sudah terlihat, seperti cepat marah, memori hilang, timbul
halusinasi, ilusi, dll. Meski begitu, dengan tidur kembali keesokan harinya semua gangguan
itu hilang. Malah ada ahli menyatakan, mendingan orang tidak makan dan minum daripada
tidak tidur. Tes laboratorium pada hewan menunjukkan, mereka bisa bertahan hidup tanpa
makan dan minum sampai 20 hari, tapi tidak tidur hanya bertahan tidak lebih dari lima hari.
Sejumlah ahli yang memonitor aktivitas tubuh menuju tidur menambahkan, saat
tidur pikiran dan otot-otot kita saling merangsang. Ketegangan otot menyebabkan korteks
terus aktif sedangkan ketegangan otak menyebabkan otot terus aktif. Kelelahan akan

mengurangi irama kerja otot, demikian juga di kala beristirahat, sehingga semua ini akan
menurunkan kegiatan dalam korteks.
Menurunnya aktivitas dalam korteks akan membiarkan otot-otot kita semakin
rileks. Begitu rangsangan antara pikiran dan otot menurun, kita akan mengantuk lalu
tertidur. Selagi tidur, jantung kita akan berdetak lebih lamban, tekanan darah menurun, dan
pembuluh-pembuluh darah melebar. Suhu badan turun sekitar 0,5oF (-17,5oC) tetapi perut
dan usus tetap bekerja. Sementara tidur, tubuh sekali-kali bergerak. Gerakan sebanyak 20 40 kali masih dianggap normal. Terganggu insomnia berarti kerja pikiran dan otot tidak
berjalan seiring. Pikiran kita akan sulit tertidur bila otot masih tegang. Sebaliknya, akan sulit
bagi otot untuk tertidur jika pikiran masih terjaga, tegang, dsb.
2. ETIOLOGI
Beberapa factor yang merupakan penyebab Insomnia yaitu :
a. Faktor Psikologi :
Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia jenis kronis,
sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab insomnia transient.
b. Problem Psikiatri
Depresi paling sering ditemukan. Jika bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak
diingininkan, adalah gejala paling umum dari awal depresi, Cemas, Neorosa, dan
gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.
c. Sakit Fisik
Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung yang tersumbat
dapat merupakan penyebab gangguan tidur. Selama penyebab fisik atau sakit fisik
tersebut belum dapat ditanggulangi dengan baik, gangguan tidur atau sulit tidur akan
dapat tetap dapat terjadi.
d. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan kereta api,
pabrik atau bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah tidur.
e. Gaya Hidup
Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapat
menjadi faktor penyebab sulit tidur.
3. KLASIFIKASI INSOMNIA
Adapun macam-macam dari tipe insomnia yaitu :
a. Insomnia sementara (transient)
Yakni insomnia yang berlangsung beberapa malam dan biasanya berhubungan dengan kejadiankejadian tertentu yang berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan stress dan dapat
dikenali dengan mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya dibuat secara
retrospektif setelah keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih ditemukan sama pada
pria dan wanita dan episode berulang juga cukup sering ditemukan, faktor yang memicu antara
lain akibat lingkungan tidur yang berbeda, gangguan irama sirkadian sementara akibat jet lag
atau rotasi waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan kerja baru, dan lain-lainnya.
Transient insomnia biasanya tidak memerlukan terapi khusus dan jarang membawa pasien ke
dokter.
b. Insomnia jangka pendek
Yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu dua sampai tiga minggu. Kedua jenis
insomnia ini biasanya menyerang orang yang sedang mengalami stress, berada di lingkungan
yang ribut-ramai, berada di lingkungan yang mengalami perubahan temperatur ekstrim, masalah
dengan jadwal tidur-bangun seperti yang terjadi saat jetlag, efek samping pengobatan.
c. Insomnia kronis

Kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan atau lebih. Salah satu
penyebab chronic insomnia yang paling umum adalah depresi. Penyebab lainnya bisa berupa
arthritis, gangguan ginjal, gagal jantung, sleep apnea, sindrom restless legs, Parkinson, dan
hyperthyroidism. Namun demikian, insomnia kronis bisa juga disebabkan oleh faktor perilaku,
termasuk penyalahgunaan kafein, alkohol, dan substansi lain, siklus tidur/bangun yang
disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam hari lainnya, dan stres kronis.
4. MANIFESTASI INSOMNIA
a. Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal
b. Wajah kelihatan kusam
c. Mata merah, hingga timbul bayangan gelap di bawah mata
d. Lemas, mudah mengantuk
e. Resah dan mudah cemas
f. Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori, dan gampang tersinggung.
5. KOMPLIKASI INSOMNIA
a. Efek fisiologis. Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat
peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan
produksi melatonin.
b. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable,
kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
c. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
d. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi
pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.

e. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup
lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena
penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau
karena high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas
atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita
insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu
lintas jika dibandingkan dengan orang normal.
6. PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan gangguan tidur selain menjelaskan, memastikan dan memberikan
saran juga mengoptimalkan pola tidur yang sehat, baik dari segi kualitas ataupun waktunya.
Terapi insomnia dapat dilakukan dengan menggunakan obat ataupun tanpa obat. Terapi
tersebut dapat berupa :
1. Psikoterapi
Keberhasilan mengatasi insomnia, sangat tergantung dari kemampuan pasien untuk
santai dan belajar bagaimana cara-cara tidur yang benar. Terapi perilaku bisa
menyembuhkan insomnia kronik dan terapi ini efektif untuk segala usia, terutama pada
pasien usia tua.
2. Herbal
Bahan-bahan seperti valerian (untuk relaksasi otot), melatonin (untuk gangguan irama
sirkadian seperti jetlag). Melatonin menurunkan fase tidur laten, meningkatkan efisiensi
tidur, dan meningkatkan persentasi tidur REM (Rapid Eye Movement), dan chamomile
(untuk mengurangi kecemasan) banyak dipakai untuk terapi insomnia.
3. Terapi cahaya
Prinsip terapi ini adalah bahwa cahaya terang dapat mengurangi rasa mengantuk dan
kegelapan bisa menyebabkan mengantuk.
4. Farmakoterapi
Tujuan pengobatan dengan obat-obatan hipnotik bukan hanya untuk meningkatkan
kualitas dan durasi tidur, tapi juga untuk meningkatkan derajat kewaspadaan pada siang
harinya dan untuk menghilangkan hyperarousal state. Sayangnya, banyak dosis obat
hipnotik yang dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas tidur pada malam hari juga

menyebabkan sedasi pada siang harinya. Untuk menghindari komplikasi ini, short acting
benzodiazepine dapat digunakan. Obat hipnotik long acting bisa mengganggu kualitas
psikomotorik yang bisa menyebabkan kecelakaan yang berhubungan dengan kendaraan
bermotor Terapi dengan obat-obatan hipnotik sedatif harus dimulai dengan dosis kecil
dan untuk maintenancenya menggunakan dosis efektif yang terkecil. Efek toleransi
terjadi pada penggunaan kebanyakan obat hipnotik, karena itu penggunaan obat ini tidak
boleh lebih dari 1 bulan. . Rebound insomnia bisa terjadi jika penghentian obat
dilakukan secara mendadak. Untuk menghindari efek ini, digunakan obat dengan dosis
kecil dan tappering off.

BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN MASALAH GANGGUAN TIDUR : INSOMNIA
A. PENGKAJIAN
1. Kaji riwayat tidur klien
Apakah anda mengalami sakit kepala ketika bangun?
Kapan pertama kali anda menyadari masalah ini?
Sudah berapa lama masalah ini terjadi?
Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk tertidur?
Bagaimana pengaruh kurang tidur bagi anda?
2. Kaji pola tidur biasa
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?
3. Kaji penyakit fisik, TTV
Apakah anda menderita penyakit fisik yang dapat mengganggu tidur anda?
4. Kaji terhadap peristiwa hidup yang baru terjadi
5. Kaji status emosional dan mental
6. Kaji rutinitas menjelang tidur
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?
7. Kaji lingkungan tidur

B. DIAGNOSA
1. Gangguan pola tidur (kesulitan tertidur) b.d kekhawatiran kehilangan pekerjaan (Potter &
Perry, 2005)
2. Kemampuan koping keluarga tidak efektif b.d pemahaman klien dan pasangan yang buruk
tentang insomnia (Potter & Perry, 2005)
C. INTERVENSI
1. Gangguan pola tidur (kesulitan tertidur) b.d kekhawatiran kehilangan pekerjaan
a. Anjurkan agar kafein dan alcohol dihilangkan dari diet klien di malam hari
b. Minta klien mengikuti ritual tidur, naik ke tempat tidur pada jam yang sama setiap
malam, dan meminum segelas susu
c. Tentukan waktu sebelum klien pergi tidur untuk latihan relaksasi yang tenang, dan
mandi
d. Kendalikan sumber-sumber kebisingan di lingkungan dan pastikan bahwa kamar tidur
sudah digelapkan dan memiliki ventilasi yang baik
2. Kemampuan koping keluarga tidak efektif b.d pemahaman klien dan pasangan yang buruk
tentang insomnia
a. Minta klien dan pasangan untuk menjelaskan sifat dari masalah tidur
b. Tanyakan pada klien dan pasangan apakah masalah tidur mempengaruhi hubungan
mereka
c. Buat catatan tidur bangn selama seminggu
d. Berikan pendidikan kesehatan mengenai gangguan tidur

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Insomnia adalah suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak cukup tidur atau
merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut sebenarnya memiliki
kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu
atau setelah terbangun dari tidur.
Etiologi insomnia dapat berupa faktor psikologi, problem psikiatri, sakit fisik,
faktor lingkungan, dan gaya hidup. Insomnia dapat diklasifikasian menjadi 3 macam, yaitu
transient insomnia, insomnia jangka pendek, dan insomnia kronis.
Gejala insomnia antara lain; perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal, wajah
kelihatan kusam, mata merah, lemas, mudah mengantuk, mudah cemas, sulit berkonsentrasi,
dll.

DAFTAR PUSTAKA
http://resumecheri.blogspot.com/2008/06/insomnia.html
https://www.docstoc.com/pass?doc_id=79963500

Anda mungkin juga menyukai