Disusun oleh :
Yolanda Agnes
(1181141 )
Skolastika Feranda
(118114158)
Gita Mentari
(118114160)
Aditya Christian F.
(118114161)
Kelompok
: B3
Tanggal Pratikum
PJ Laporan
A. TUJUAN
Mampu mengenal, memahami, dan melakukan studi preformulasi sediaan farmasi
B. PENYAJIAN DATA
1. Pengamatan Umum
a. Paracetamol
Warna
: putih
Bau
: tidak berbau
Bentuk awal
: hablur
Bentuk
Perbesaran
: 10 x 10
Panjang
: 40,6 m
Lebar
: 24 m
b. Natrium Salisilat
Warna
: putih kecoklatan
Bau
: khas manis
Bentuk awal
: serbuk
Bentuk
: tak beraturan
Perbesaran
: 10 x 10
Panjang
: 72 m
Lebar
: 44,8 m
c. Sulfamerazin
Warna
: putih
Bau
: tidak berbau
Bentuk awal
: hablur
Bentuk
: tabung
Perbesaran
: 10 x 10
Panjang
: 18,4 m
Lebar
: 7,6 m
d. Asam Salisilat
Warna
: putih
Bau
: khas
Bentuk awal
: serbuk
Bentuk
: oval
Perbesaran
: 10 x 10
Panjang
: 42,8 m
Lebar
: 6,6 m
e. Oleum Arachidis
Warna
: kuning jernih
Bau
: khas minyak
Bentuk awal
: cair minyak
2. Penelusuran Pustaka
Bentuk
: bintik-bintik
Perbesaran
: 10 x 10
Panjang
: 11,2 m
Lebar
: 5,2 m
Pemerian
Kelarutan
Titik lebur
: 168 - 172 C
(Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995).
Berat jenis
: 1,29 g/cm3
Inkompatibilitas
Stabilitas
dengan aspirin.
Penyimpanan : Simpan wadah tertutup rapat. Simpan wadah di tempat yang
sejuk berventilasi
(www.ScienceLab.com , 2012).
b. Amilum (Zat Pengikat)
Rumus molekul : (C6H10O5)n BM : 50.000 160.000
PH : 5,5 6,5 untuk 2% b/v
Fungsi : Glidan, diluen, binder, disinteran
Kompresibilitas : Densitas :Distribusi partikel : 10 100 m
Rentang : 2 -3 2 m
Kelarutan : Praktis tidak larut etanol dingin dan dalam air dingin
Organoleptis : serbuk, putih hampir putih dan pahit.Flowability : 10,8 11,7
g/s
pati
jagung.
Stabilitas dan penyimpanan : amilum yang kering dan tidak dipanasi stabil jika terlindung dari
cahaya saat digunakan sebagai pelincir atau disintegran pada sediaan padat, amilum
dipertimbangkan sebagai bahan inert dibawah kondisi penyimpanan normal. Namun larutan
amilum yang dipanaskan atau pasta amilum secara fisik tidak stabil dan rentan serangan
mikroorganisme Amilum harus disimpan dalam wadah tertutup rapat ditempat sejuk dan
kering.
(Farmakope Indonesia edisi III, 1979).
c. Mg Stearat ( Lubrikan)
Senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari
lemak, terutama terdiri dari magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan mengandung
setara dengan tidak kurang dari 6,8 % dan tidak lebih dari 8,3 % MgO.
Pemerian : serbuk halus, putih, bau lemak khas, mudah melekat dikulit, bebas dari butiran.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, etanol (95%) P dan dalam eter P. sukar larut dalam
benzene dan etanol (95%).
Magnesium stearat digunakan sebagai bahan pelicin (lubrikan) dalam kapsul dan tablet
dengan konsentrasi 0,25% - 5,0% w/w.
(Farmakope Indonesia edisi IV, 1995).
Pemerian
Kelarutan
Berat jenis
: 160,11 g/cm3
Titik lebur
: 62 65 C
Berat jenis
: 1,101 g/cm3
Titik lebur
: 131 - 140 C
Kerapatan
:>1
3. Suspensi Sulfamerazin
a. Sulfamerazin
Rumus kimia
Pemerian
Kelarutan
: Sangat sukar larut dalam air; agak sukar larut dalam aseton;
sukar larut dalam etanol; sangat sukar larut dalam eter dan
dalam kloroform.
Jarak lebur
: 234 - 239 C
(Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995).
Kelarutan
pH
Titik lebur
Titik didih
Penyimpanan
Inkompatibilitas
Toksikologi
b. Vaselin
Pemerian
Kelarutan
Titik leleh
Titik didih
Tekanan uap
Kelarutan dalam air
Stabilitas kimia
Inkompatibilitas
Penyimpanan
c. Cera Flava
Pemerian
Kelarutan
Titik leleh
Penyimpanan
Stabilitas kimia
Inkompatibilitas
Toksikologi
d. PEG 400
Rumus kimia
Pemerian
Kelarutan
Titik lebur
: 4 8 C
Berat jenis
: 1,110 1,140
(Farmakope Indonesia edisi IV, 1995).
pH
: 4,5 - 7,5 (5% soln)
Stabilitas kimia : Stabil
Inkompatibilitas : Oksidator kuat
Penyimpanan : simpan pada suhu kamar
(Fisher Scientific, 2011).
e. PEG 4000
Rumus kimia
Pemerian
Kelarutan
pH
heksana
: 4,4 7,5
Titik lebur
Kelarutan dalam air
Penyimpanan
:
:
:
:
:
Kelarutan
tidak larut dalam etanol, dalam eter, dan pelarut organik lain
pH
: 6,5 8,5
(Farmakope Indonesia edisi IV, 1995).
Inkompatibilitas : Oksidator kuat, asam kuat, basa kuat
Penyimpanan : Simpan di tempat yang sejuk, kering dan berventilasi baik.
Jauhkan dari panas, percikan api dan api. Simpan pada wadah
tertutup.Hindari kontaminasi dengan kelembaban. Penyimpanan
lama dapat mengakibatkan lumping atau caking. Lindungi dari
sinar matahari langsung.
(Brenntag Canada Inc, 2011).
c. Tween 80
Pemerian
: Cairan kental, kuning jernih sampai kuning
pH
:6 (10% aq.sol.)
Boiling Point : 100C
Kelarutan air : 100 g / L
Stabilitas kimia : Stabil di bawah suhu normal dan tekanan.
Inkompatibilitas : Oksidator kuat, basa, garam dan logam berat.
Penyimpanan : simpan di tempat yang sejuk dan kering. Simpan dalam wadah
tertutup rapat. Simpan di sekitar 20 C.
(Fisher Scientific, 2011).
d. Span80
Pemerian
Solubilitas
Stabilitas
Inkompatibilitas
Penyimpanan
6. Theophylin
Rumus kimia
Pemerian
Kelarutan
: Sukar larut dalam air, mudah larut dalam air panas; mudah
larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam amonium
hidroksida; agak sukar larut dalam etanol, kloroform, dan eter
Titik lebur
: 270 - 274 C
(Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995).
Kelarutan air
: 7400 mg/l
Toksikologi
Pemerian
Kelarutan
Jarak didih
: 112 C
pH
: 7,0
Berat jenis
: 1,32
Stabilitas
b. Natrium Clorida
Rumus kimia
Pemerian
Kelarutan
: Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air
mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol
(Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995).
pH
:68
Berat jenis
: 2,17
Tekanan uap
Titik lebur
: 800,9 C
Titik didih
: 1413 C
Kelarutan air
: 36 g/l
c. Kalium Clorida
Rumus kimia
Pemerian
Kelarutan
: Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air
mendidih; tidak larut dalam etanol
(Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995).
pH
:68
Berat jenis
: 1,987
Titik lebur
: 773 C
Titik didih
: 1500 C
Pemerian
Kelarutan
pH
: 4,5 9,2
(Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995).
Titik lebur
: 176 C
Kerapatan
: 1,85 g/cm3
Kelarutan air
: 100g/l
Toksikologi
8. Solutio Antikoagulan
a. Acidium Citricum Anhydrous
Rumus kimia
Pemerian
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; agak
sukar larut dalam eter
: 1,8
Titik lebur
: 153 C
Berat jenis
: 1,540
Toksikologi
Pemerian
Kelarutan
pH
: 7,5 - 9
Titik lebur
: > 300 C
Titik didih
: 1500 C
Kelarutan air
: 29,4 g/l
(MSDS Natrium Citrate Tribacium Anhydrous, 2008).
Pemerian
Kelarutan
Titik lebur
: 146 C
Titik didih
: 500 C
Kelarutan air
: 470 g/l
Kerapatan
: 630 kg/m3
Toksikologi
C. PEMBAHASAN
1. Pengamatan Umum
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dari setiap zat aktif
diperoleh sifat fisik yang terdiri dari bentuk, warma, bau, dan ukuran partikel.
Paracetamol berwarna putih, tidak berbau, bentuk awal hablur, pengamatan bentuk
pada mikroskop yaitu oval tak beraturan. Ukuran partikel parasetamol, dari panjang
yaitu 40,6 m dan lebarnya yaitu 24 m dengan perbesaran 10 x 10.
Natrium salisilat berbau khas manis dan berwarna putih kecoklatan. Bentuk
awal dari natrium salisilat adalah serbuk. Setelah dilakukan pengamatan bentuk pada
mikroskop, berbenyuk tak beraturan dengan perbesaran 10 x 10. Ukuran partikel yang
didapat panjangnya adalah 72 m dan lebarnya 44,8 m.
Pada pengamatan sulfamerazin, diperoleh warna putih kecoklatan dan bau
yang khas manis sulfamerazin. Bentuk awal dari sulfamerazin adalah hablur, setelah
dilakukan pengamatan dengan mikroskop berbentuk seperti tabung dengan perbesaran
10 x 10. Ukuran partikel yang diperoleh panjangnya 18,4 m dan lebarnya 7,6 m.
Pengamatan mikroskop asam salisilat dengan perbesaran 10 x 10 diperoleh
bentuknya seperti oval dengan ukuran partikelnya panjang 42,8 m dan lebar 6,6 m.
Bentuk awal dari asam salisilat berupa serbuk berwarna putih dan memiliki bau yang
khas tetapi tidak menyengat.
Oleum arachidis jika dilihat secara mikroskopik perbesaran 10 x 10 memiliki
bentuk seperti bintik bintik dengan ukuran partikel panjang 11,2 m dan lebar 5,2 m.
Bentuk awal oleum arachidis berupa cairan minyak berwarna kuning jernih seperti
minyak pada umumnya dan memiliki bau khas minyak.
2. Analisis Data
a. Sediaan Tablet
Tablet adalah sediaan padat yang dibuat secara kempa - cetak berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. Selain itu juga digunakan teknik granulasi basah dalam formulasi ini, untuk
senyawa paracetamol dapat diterapkan teknik granulasi basah karena sifat nya yang
tahan panas. Zat pengisi dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya
digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii Carbonas dan zat
lain yang cocok.
Amilum dipilih sebagai eksipien (bahan pengisi) karena tidak memiliki efek teratogenik, mutagenik
dan resiko toksisitas. Dengan minimnya resiko, amilum dapat digunakan sebagai eksipien tablet
parasetamol tanpa meningkatkan faktor resikonya. Dari studi literatur, amilum dapat diformulasikan
sebagai bahan pengikat dan Mg Stearat juga dapat diformulasikan sebagai bahan pelicin dengan
paracetamol untuk pembuatan sediaan tablet karena tidak terjadi inkompatibilitas. Dalam formula
tidak terdapat senyawa bersifat oksidator kuat.
Parasetamol mempunyai 2 khasiat atau kegunaan yaitu : Sebagai analgetik: obat yang
mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan sebagai antipiretik :
obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
b. Sediaan Suppositoria
Suppositoria adalah sediaan padat yang aplikasinya secara rectal, vaginal, maupun uretral. Teknik
pembuatan yang digunakan adalah secara cetak menggunakan cetakan suppositoria dengan
memperhatikan suhu yang diaplikasikan. Formula yang ada sudah cukup baik karena dilihat dari
inkompatibilitas cenderung dengan oksidator kuat. Dalam formula tidak terdapat bahan yang bersifat
oksidator kuat. Sebagai dasar suppositoria yaitu cera flava dan PEG memiliki titik lebur yang tinggi
sehingga stabil dalam suhu ruang. Natrium salisilat ini dapat digunakan sebagai anti nyeri pada wasir.
c. Sediaan Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mana obat terdispersi dalam larutan pembawa secara tidak
sempurna. Dalam pembuatan suspensi ini digunakan zat pembasah untuk menyelimuti serbuk obat
yang tidak terbasahi. Jika ditinjau dari data yang ada, suspensi dengan zat aktif sulfamerazin ini
inkompatibilitas nya dengan senyawa lain sangat kecil atau hampir tidak ada sehingga sulfamerazin
ini sangat fleksibel jika diformulasikan dengan senyawa eksipien. Untuk CMC Na memiliki
inkompatibiitas dengan asam kuat tetapi pada formula digunakan asam organik lemah yaitu asam
sitrat sehingga frekuensi terjadi inkompatibilitas sangat kecil.
d. Sediaan Unguenta
Unguenta adalah sediaan semisolid yaitu semi padat (sangat viskos). Formula sediaan unguenta ini
diutamakan selain zat obat juga pada basis yang digunakan. Formula yang digunakan sudah baik
karena tidak ada yang bersifat oksidator kuat. Setiap bahan yang digunakan bersifat inkompatibilitas
terhadap oksidator kuat.
e. Sediaan Emulsi
Emulsi adalah sediaan semisolid tetapi viskositas nya lebih rendah dari unguenta sehingga
memungkinkan untuk memiliki daya alir yang sangat kecil. Emulsi ada dua yaitu sistem air dalam
minyak dan minyak dalam air. Bahan yang harus ada dalam emulsi yaitu fase air, fase minyak dan
emulgator. Formula yang digunakan oleum arachidis sebagai fase minyak, CMC Na sebagai
emulsifying agent dan akuades sebagai fase air. Untuk formula yang laim digunakan emulgator
berupa campuran dari dua emulgator yaitu Span 80 (Sorbitan oleat 80) dengan Tween 80 (polisorbat
80). Span 80 maupun Tween 80 memiliki inkompatibilitas dengan oksidator kuat sedangkan dalam
formula tidak terdapat senyawa oksidator kuat maka tidak terjadi inkompatibilitas. Dalam pembuatan
emulsi lebih ditekankan pada daya emulgator, seberapa besar emulgator dapat menyatukan fase air
dan fase minyak dan bersifat stabil.
f. Sediaan Steril
Sediaan steril ini merupakan sediaan dengan syarat tingkat kesterilan yang tinggi karena aplikasinya
pada tempat yang sensitif misalkan selaput mata. Pada sediaan injeksi aminofilin 2,4% digunakan
formula teofilin, etilendiamin dan akuades. Teofilin bersifat asam dan etilendiamin bersifat basa maka
dalam formulasi ini akan terbentuk garam aminofilin yang terlarut dalam aqua p.i. Aqua p.i ini
merupakan akuades yang telah dilakukan 2 kali penyaringan dan telah disterilkan.
Pada pembuatan larutan ringer laktat dengan formula Natrium laktat, NaCl, KCl, CaCl2.2H2O dan
aqua p.i. Natrium Laktat tidak stabil pada panas tinggi, NaCl dan KCl inkompatibilitas dengan asam.
Dalam formula ini tidak terdapat senyawa bersifat asam sehingga garam natrium dan kalium dapat
larut dalam aqua p.i. Natirum Laktat sebaiknya tidak disterilkan dengan panas tinggi agar tetap stabil.
Pada pembuatan solutio antikoagulan dengan formula Acidum citricum 1H 2O, Natrium citrate
tribacium 5H2O, glucose p.i anhydrous dan aqua p.i. Jika berdasarkan data yang ada, senyawa dalam
formula tidak memiliki inkompatibilitas dengan senyawa lain maka dapat digunakan formula secara
fleksibel. Untuk senyawa Acidum citricum 1H2O, Natrium citrate tribacium 5H2O, glucose p.i
anhydrous memiliki sifat hidrofilik maka sangat tepat untuk dilarutkan dalam aqua p.i sebagai sediaan
injeksi intravaskular. Glukosa yang digunakan disini juga disterilisasi karena glukosa adalah media
yang baik untuk tumbuhnya kontaminan maka digunakan glukosa p.i anhydrous.
D. KESIMPULAN
Formula yang ada dengan cara-cara yang digunakan sudah tepat dan mungkin tidak
akan terjadi inkompatibilitas
E. DAFTAR PUSTAKA
Archer Daniels Midland, 2010, MSDS Sodium Lactate, Archer Daniels Midland
Company, USA
Brenntag Canada Inc, 2011, MSDS Carboxymethyl Cellulose Gum, Affair Group,
Toronto.
Caesar and Loretz, 2011, MSDS Cera Flava, PEG 4000, and Oleum Arachidis,
Regulation (EC) No.2001/58/EG, Caelo GmbH, Hilden
Caesar and Loretz, 2011, MSDS Sulfamerazin, Regulation (EC) No. 1907/2006, Caelo
GmbH, Hilden
Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Depkes RI, Jakarta, 51.
Fisher Scientific, 2011, MSDS Tween 80 and PEG 400, A Fisher Scientific
International Company, Canada
Gita Mentari
Skolastika Feranda
Yolanda Agnes
118114160
118114158
Aditya Christian F.
118114161
1181141