Anda di halaman 1dari 7

Desa Jenis Ancaman Resiko Pencegahan Mitigasi

Bencana (suatu kejadian atau peristiwa yang bisa (potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana (Upaya untuk menghilangkan dan/atau (untuk mengurangi risiko bencana, baik
Yang Terjadi menimbulkan bencana) pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang mengurangi ancaman bencana) melalui pembangunan fisik maupun
dapat berupa kematian, luka, penyadaran dan peningkatan kemampuan)
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat)
Selopamioro Gempa  Desa ini terletak pada lempengan aktif  Bangunan rumah, kantor, sekolah, balai  Fasilitasi pilot proyek bangunan  Pelatihan kesiapsiagaan bencana
jalur gempa bumi desa, balai pengobatan masyarakat, tahan gempa (pelatihan dasar dan lanjutan)
 Struktur bangunan tahan gempa masih warung, masjid, mushola hancur. Sarana  Fasilitasi pembentukan  Penyediaan perlengkapan siaga
belum banyak dimiliki oleh masyarakat jalan, saluran irigasi, talud rusak kelompok siaga bencana bencana (rompi, helm
(Kondisi perumahahan penduduk :  Gempa pada tahun 2006 merenggut 6  Fasilitasi penyusunan dokumen keselamatan, tandu, dll)
gedung permanen sebanyak 2370, korban jiwa kebencanaan (PRB ataupun  Sosialisasi tentang bangunan
semi permanen sebanyak 1191,  Gempa pada tahun 2006 mengakibatkan Kontingensi) tahan gempa kepada para
terbuat dari papan 324, terbuat dari debit mata air goa cerme berkurang  Fasilitasi terbentuknya jalur pengembang, buruh bangunan
bambu 349) sehingga tidak cukup untuk mengaliri evakuasi jika terjadi gempa dan masyarakat
 Kesiagaan masyarakat terhadap seluruh lahan pertanian di dusun atas bumi  Sosialisasi kebencanaan lewat
bencana gempa bumi minim.  Warga desa banyak yang mengalami  Fasilitasi pembangunan posko pertemuan-pertemuan rutin
Masyarakat menganggap gempa bumi trauma akibat gempa dan menurunkan bencana maupun memanfaatkan radio
adalah bencana yang tak terduga. psiko-sosial masyarakat (motivasi,  Fasilitasi pemulihan dan lokal dan pengeras suara
 Belum memiliki dokumen kesehatan, hubungan sosial) penguatan ekonomi masjid/mushola
kebencanaan (PRB ataupun  Kegiatan ekonomi masyarakat menjadi  Penerapan sistem peringatan dini
Kontingensi) terhenti, karena sarana prasarana (menggunakan kentongan,
 Belum ada jalur evakuasi jika terjadi kegiatan ebkonomi rusak pengeras suara mushola)
gempa bumi  Perbaikan jalan yang rusak,
 Belum tersedia posko bencana terutama di dusun kedung jati
 Belum terbentuk organisasi siaga agar akses evakuasi dan ekonomi
bencana lebih mudah
 Pelatihan usaha kecil, pembuatan
makanan olahan bagi kelompok
yang belum tersentuh program
IOM (10 orang/dusun di 12 dusun
yang lain)
 Pelatihan teknik dan kreatifitas
menjahit bagi para penjahit
pemula dan kelompok perempuan
(20 orang)
 Pelatihan kerajinan
kayu/pertukangan (18 orang)
Desa Jenis Ancaman Resiko Pencegahan Mitigasi
Bencana (suatu kejadian atau peristiwa yang bisa (potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana (Upaya untuk menghilangkan dan/atau (untuk mengurangi risiko bencana, baik
Yang Terjadi menimbulkan bencana) pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang mengurangi ancaman bencana) melalui pembangunan fisik maupun
dapat berupa kematian, luka, penyadaran dan peningkatan kemampuan)
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat)
Banjir  Terletak dijalur sungai Oyo, dusun yang  Merusak lahan pertanian beririgasi  Fasilitasi pembentukan  Pembuatan talud dan tanggul
dilewati meliputi : lanteng I, lanteng II, seluas 71.3 ha sehingga dapat kelompok siaga bencana disepanjang tepian sungai oyo
lemah rubuh, jetis, kedung jati, siluk I, menyebabkan gagal panen  Fasilitasi penyusunan dokumen  Normalisasi aliran sungai oyo
Siluk II, Kajor wetan, Kajor kulon,  Merusak sebagian besar rumah yang kebencanaan (PRB ataupun  Pelatihan kesiapsiagaan bencana
Pelemantung, Putat dekat dengan sungai Kontingensi)  Penerapan sistem peringatan
 Kesiagaan masyarakat terhadap  Merusak infrastruktur umum (sekolah,  Fasilitasi terbentuknya jalur dini (menggunakan kentongan,
bencana banjir minim, karena terakhir mushola, jembatan non permanen) evakuasi jika terjadi banjir pengeras suara mushola atau
kali terjadi pada tahun 1987  Penggenangan air yang cukup lama  Fasilitasi pembangunan posko teknologi)
 Belum memiliki dokumen kebencanaan mengakibatkan munculnya berbagai bencana  Sosialisasi tentang bangunan
(PRB ataupun Kontingensi) macam penyakit (diare, gatal-gatal, tahan bencana (banjir) kepada
 Belum ada jalur evakuasi jika terjadi eksim, demam berdarah) para pengembang, buruh
banjir  Perekonomian masyarakat terganggu bangunan dan masyarakat
 Belum tersedia posko bencana banjir  Erosi di sepanjang aliran sungai oyo dan  Sosialisasi kebencanaan lewat
 Belum terbentuk organisasi siaga anak sungainya (kajor kulon, lanteng I) pertemuan-pertemuan rutin
bencana banjir pada saat musim penghujan maupun memanfaatkan radio
lokal dan pengeras suara
masjid/mushola

Tanah  Topografi wilayah 75 % berbukit sampai  Lokasi resiko tanah longsor meliputi 10  Terasering lahan berbukit untuk  Pembuatan bangket/senderan
longsor bergunung, 15% berombak sampai dusun (lanteng I, lanteng II, lemah rubuh, menghindari longsor di dusun jalan untuk menahan dan
berbukit. Pada lokasi tertentu dimusim jetis, kedung jati, siluk I, Srunggo I, lanteng I, lanteng II, lemah mengurangi longsor di jalan dukuh
hujan, air hujan yg masuk pd rekahan srunggo II, Kalidadap I, kalidadap II) rubuh, jetis, kedung jati, siluk I, di 10 dusun (lanteng I, lanteng II,
tanah pada daerah perbukitan dgn  Menutup dan memutus akses jalan antar Srunggo I, srunggo II, Kalidadap lemah rubuh, jetis, kedung jati,
kemiringan curam akan menyebabkan wilayah I, kalidadap II siluk I, Srunggo I, srunggo II,
longsor.  Merusak/merobohkan rumah dan  Penghijauan lahan berbukit Kalidadap I, kalidadap II)
 Perilaku tebang pohon karena infrastruktur umum yang terbengkalai dengan
kebutuhan mendesak tananam kayu-kayuan untuk
mengurangi longsor dan
sebagai penyimpan air
 Menghindari dan melarang
pembangunan rumah-rumah
dilokasi rawan longsor
Desa Jenis Ancaman Resiko Pencegahan Mitigasi
Bencana (suatu kejadian atau peristiwa yang bisa (potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana (Upaya untuk menghilangkan dan/atau (untuk mengurangi risiko bencana, baik
Yang Terjadi menimbulkan bencana) pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang mengurangi ancaman bencana) melalui pembangunan fisik maupun
dapat berupa kematian, luka, penyadaran dan peningkatan kemampuan)
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat)
Angin Puting  Perubahan cuaca secara tiba-tiba  Merusak rumah dan infrastruktur umum  Fasilitasi pembangunan  Sosialisasi tentang bangunan
Beliung  Kondisi wilayah 75 % berbukit sampai (instalasi listrik, sekolah, bangunan- infrastruktur yang tahan tahan bencana (angin puting
bergunung, 15% berombak sampai bangunan pelayanan sosial) serangan angin puting beliung beliung) kepada para
berbukit, menyebabkan angin mudah  Merobohkan pohon-pohon besar dan  Fasilitasi pemulihan dan pengembang, buruh bangunan
terjebak diantara lembah-lembah dan merusak tanaman pertanian penguatan ekonomi dan masyarakat
celah bukit yang memudahkan  Gagal panen yang berdampak pada  Pelatihan ketrampilan berwira
membentuk pusaran angin (biasanya penurunan pendapatan usaha
terjadi pada musim panca
roba/peralihan musim).
 Struktur bangunan tahan angin puting
beliung masih belum dimiliki oleh
sebagian masyarakat (Kondisi
perumahahan yang masih semi
permanen sebanyak 1191, terbuat
dari papan 324 buah, terbuat dari
bambu 349 buah)

Kekeringan  Bencana gempa bumi Jogja tahun 2006  Lahan sawah beririgasi seluas 71.3 ha dan  Fasilitasi eksplorasi sumber mata  Pembuatan sumur bor
mengakibatkan debit mata air goa sawah tadah hujan seluas 166.4 ha air  Pembuatan sumur resapan
cermai berkurang sehingga tidak cukup beresiko gagal panen  Fasilitasi pembangunan percontohan untuk
untuk mengaliri seluruh lahan pertanian  Lahan puso (tidak dapat ditanami) infrastruktur penyimpan air mengantisipasi bencana
di dusun atas kekeringan seluas 60 ha  Fasilitasi petani untuk kekeringan (15 unit di setiap
 Debit air dari sungai oyo ke lahan  Hasil panen pertanian kurang maksimal menerapkan teknik budidaya dusun)
pertanian sulit karena debit air sangat (kuantias maupun kualitas) tanaman yang adaptif terhadap  Penyediaan pompa untuk
kurang sehingga irigasi tidak berfungsi  Berkurangnya hijauan pakan ternak pada situasi kekeringan  menyedot air dari sungai di 11
 Kurangnya sumber air bulan agustus - desember (hanya diberi  Fasilitasi pemulihan dan dusun daerah bawah (total 110
 Kurangnya resapan air jerami kering) penguatan ekonomi buah)
 Sifat tanah yang tandus dan puso (tidak  Menurunnya pendapatan petani  Pembuatan saluran irigasi
dapat ditanami) kekeringan  Menurunnya kualitas PHBS masyarakat permanen agar air bisa mengairi
lahan pertanian di dusun siluk I,
siluk II, kajor kulon, kajor wetan,
Desa Jenis Ancaman Resiko Pencegahan Mitigasi
Bencana (suatu kejadian atau peristiwa yang bisa (potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana (Upaya untuk menghilangkan dan/atau (untuk mengurangi risiko bencana, baik
Yang Terjadi menimbulkan bencana) pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang mengurangi ancaman bencana) melalui pembangunan fisik maupun
dapat berupa kematian, luka, penyadaran dan peningkatan kemampuan)
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat)
lanteng I, lanteng II, Pelemantung
dan Putat
 Pipanisasi dan pembuatan dam
penampung air ke lahan2
pertanian krisis air (400 KK)
 Pelatihan dan penyediaan
peralatan pengolahan pakan dan
limbah ternak bagi semua
gapoktan (16 kelompok)
 Pelatihan teknik budidaya
tanaman adaptif kekeringan bagi
semua gapoktan

Demam  Masyarakat banyak yang belum  Semua dusun terserang wabah DBD  Penyuluhan kesehatan  Pelatihan penyegaran dan
Berdarah menerapkan PHBS dengan baik dan  Banyak yang menderita sakit (tahun  Fasilitasi penguatan desa siaga penguatan kader kesehatan (20
Dengue benar 2009 : 20 orang masuk rumah sakit; tahun orang)
(DBD)  Genangan air lingkungan (di sungai 2010 : 26 orang masuk rumah sakit)  Mengaktifkan program jumantik
maupun drainase yang tidak lancar)  Kesehatan masyarakat menurun (juru pemantau jentik)
  Mengaktifkan kembali gotong-
royong membersihkan lingkungan

Hama  Adanya hama tikus dan belalang  Menurunnya hasil bahkan bisa sampai  Pemusnahan hama secara  Penguatan kelompok tani dan
Penyakit  Terjadinya anomali iklim mempengaruhi gagal panen manual (pencarian, pemberian ternak melalui pendampingan
Pertanian siklus reproduksi tikus dan belalang  Menurunnya pendapatan petani racun, pemasangan perangkap) (Penyuluhan, pelatihan,
 Adanya hama kriting batang dan daun  Fasilitasi petani untuk pemberian bantuan bergulir)
serta jamur pada tanaman Lombok menerapkan teknik budidaya kepada 16 kelompok tani-ternak
 Adanya hama wereng hitam, kelainan tanaman yang adaptif hama dan
tanaman : keriting/perung dan layu memperbaiki pola tanam
pada tanaman tembakau  Fasilitasi pemulihan dan
 Adanya hama wereng coklat, tikus, ulat penguatan ekonomi
penggerek pada tanaman padi
Desa Jenis Ancaman Resiko Pencegahan Mitigasi
Bencana (suatu kejadian atau peristiwa yang bisa (potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana (Upaya untuk menghilangkan dan/atau (untuk mengurangi risiko bencana, baik
Yang Terjadi menimbulkan bencana) pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang mengurangi ancaman bencana) melalui pembangunan fisik maupun
dapat berupa kematian, luka, penyadaran dan peningkatan kemampuan)
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat)
RIWAYAT KEJADIAN BENCANA DAN PENYAKIT DESA SELOPAMIORO IMOGIRI BANTUL

Tahun Kejadian Jenis Ancaman Kronologis Kejadian Dampak Tingkat Resiko


1987 Banjir (Bandang) Hujan deras berlangsung selama tiga hari berturut-turut tanpa henti, - Merusak lahan pertanian Parah (Tinggi)
sungai Oyo meluap dan membanjiri 11 dusun bawah (Kedung jati, jetis, - Padi gagal panen dan petani merugi
lemah rubuh, Lanteng I, Lanteng II, Siluk I, Siluk II, Kajor wetan, Kajor - Merusak sebagian besar rumah yang dekat dengan
kulon, Pelemantung, Putat). sungai
- Merusak SD Tegal Arum hingga harus dipindahkan
- Air menggenang cukup lama
- Perekonomian lumpuh dalam beberapa hari,

1989, 2008, Demam Berdarah Masyarakat belum mengetahui dan belum sadar perilaku hidup bersih - Banyak yang menderita sakit (tahun 2009 : 20 orang Tinggi
2009, 2010 dan sehat (PHBS), terdapat banyak genangan air yang menjadi siklus masuk rumah sakit; tahun 2010 : 26 orang masuk
Hampir setiap hidup nyamuk, rumah sakit)
tahun - Kesehatan menurun

2006 Gempa Bumi Terjadi secara tiba-tiba di pagi hari, sekitar pukul 06.00 WIB pada hari - Korban jiwa 6 orang Tinggi, Sedang, Ringan
Sabtu tanggal 27 Mei 2006, gempa berskala 6,7 skala richter. - Rumah retak-retak (rusak ringan), rumah roboh
Masyarakat panik, histeris dan berhamburan keluar rumah, ada yang (rusak berat)
terjebak dalam reruntuhan bangunan. - Tanah retak, longsor
- Mata air hilang
- Perekonomian menurun drastis

2009 Tanah Longsor Terjadi pada lahan-lahan perbukitan dengan kemiringan curam yang -
Hampir setiap mengalami krisis air (kekeringan) dalam jangka waktu panjang sehingga
tahun mengakibatkan tanah merekah/pecah-pecah, yang kemudian pada saat
terjadi hujan lebat air hujan masuk pada rekahan tanah tersebut dan
saat terjadi kejenuhan maka akan menyebabkan longsor.

Angin Puting
Beliung
Setiap tahun Kekeringan

2008, 2009, 2010 Hama


Pertanian

2010 Leptospirosis - 5 orang menderita, 3 orang masuk RS

Anda mungkin juga menyukai