Koroner
Rakesh K Sharma, Rajiv K Sharma, Donald J Voelker, Vibhuti N Singh, Deepak Pahuja, Teresa
Nash, Hanumanth K Reddy
Abstrak: kalsium arteri koroner (KAK) merupakan bagian integral dari penyakit jantung koroner
aterosklerotik (PJK). PJK merupakan penyebab utama kematian di negara-negara industri dan
terdapat usaha yang terus menerus untuk mengembangkan strategi pencegahan.
Penekanannya adalah pada stratifikasi resiko dan pencegahan resiko primer pada pasien tanpa
gejala untuk menurunkan angka kematian dan morbiditas kardiovaskular. Skor Resiko
Framingham memprediksi PJK bahkan hanya cukup baik dimana riwayat keluarga tidak
termasuk sebagai faktor resiko. Terdapat sebuah eksplorasi untuk tes yang baru untuk
stratifikasi resiko yang lebih baik dan modifikasi faktor resiko. Sementara Framingham Risk
Score, European Systematic Coronary Risk Evaluation Project, dan studi European Prospective
Cardiovascular Munster menetapkan alat yang sangat baik untuk modifikasi faktor resiko, skor
KAK mungkin memiliki manfaat tambahan dalam penilaian resiko. Terdapat beberapa studi
mendukung peran skor KAK untuk memprediksi infark miokard dan kematian kardiovaskular.
Telah terbukti memiliki ruang besar dalam stratifikasi resiko pasien tanpa gejala di ruang gawat
darurat. Selain itu, mungkin dapat membantu dalam penilaian kemajuan atau regresi
penyakit arteri koroner. Selanjutnya, skor KAK dapat membantu membedakan iskemik dari
kardiomiopati noniskemik.
Kata kunci: skor kalsium koroner, penyakit arteri koroner, KAK, kardiomiopati,
angiografi, nyeri dada, Framingham, stratifikasi resiko, faktor resiko.
Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab utama kematian di negara-negara industri.
Kematian karena kardiovaskular di Amerika Serikat saja mendekati 1 juta per tahun. Masalah ini
meningkat, mengingat meningkatnya jumlah orang lansia di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia. Pada 2020, akan ada lebih dari 50 juta orang berusia lebih tua dari 65 tahun di Amerika
Serikat saja. Upaya terus-menerus sedang dilakukan untuk mengembangkan strategi
pencegahan untuk penyakit jantung koroner. Stratifikasi resiko kardiovaskular dengan penilaian
resiko utama adalah langkah kunci menuju tujuan ini. Penilaian resiko tradisional didasarkan
pada Framingham Risk Score (FRS) yang dikembangkan berdasarkan penelitian klinis pada
pria dan wanita dari Framingham,Massachusetts, diikuti lebih dari tiga generasi. Evaluasi ini
dilakukan untuk memahami lebih baik penyebab penyakit kardiovaskuler. Ada setidaknya 1.973
publikasi dalam jurnal peer-review sampai dengan 2008. Hal ini telah menyebabkan stratifikasi
faktor resiko dan modifikasi langkah-langkah dalam praktek kardiovaskular. Stratifikasi resiko ini
berdasarkan pada Framingham Heart Study (FHS, lihat http://www.framinghamheartstudy.org)
di AS, studi European Systematic Coronary Risk Evaluation Project (SCORE), dan studi
European Prospective Cardiovascular Munster (PROCAM) di German. Masing-masing dari
studi ini mendokumentasikan resiko 10 tahun untuk kejadian kardiovaskuler yang mendikte
kebijakan public, dan intensitas pengobatan umumnya tergantung pada stratifikasi resiko.
Merupakan hal yang umum untuk menunjukkan bahwa penilaian resiko klinis ini sebagai
langkah awal dan juga mengenali kesetaraan resiko PJK, sebagaimana ditunjukkan pada tabel
1 dan 2. Pedoman National Cholesterol Education Program (NCEP) telah mengklasifikasikan
pasien kedalam kategori yang berbeda, tergantung pada presenatasi PJK atau faktor resiko
untuk resiko 10 tahun pada fatal PJK atau nonfatal IM,seperti digambarkan dalam tabel 3.
NCEP menargetkan kelompok beresiko tinggi untuk modifikasi faktor resiko, dan kelompok
resiko menengah mungkin memerlukan stratifikasi resiko lebih lanjut. Selain itu, kelompok
beresiko menengah mungkin dianggap beresiko tinggi berdasarkan pada presentasi kalsium
arteri koroner (KAK) yang membutuhkan intervensi agresif. Beberapa peneliti telah meneliti
penggunaan skor KAK untuk mengelompokkan resiko pasien lebih lanjut. Praktek klinis
sekarang ini untuk stratifikasi resiko berdasarkan pada beberapa pedoman klinis.
Setiap faktor resiko memiliki poin, dan berdasarkan pada akumulasi poin, pasien dikategorikan
ke dalam kategori rendah, moderat, sampai kelompok resiko tinggi untuk PJK. Skor resiko
dikembangkan berdasarkan faktor resiko seperti kadar kolesterol total, high-density lipoprotein
cholesterol (HDL-C), tekanan darah, umur, merokok, dan jenis kelamin. Berdasarkan nilai faktor
resiko, resiko untuk PJK dapat diklasifikasikan dari resiko rendah sampai resiko tinggi, dan satu
dapat memperkirakan kemungkinan 10 tahun perkembangan kejadian penyakit jantung, seperti
ditunjukkan pada tabel 3. PJK beresiko rendah berkorelasi dengan 10% kematian dalam waktu
10 tahun, resiko sedang dengan 10% -20%, dan resiko tinggi dengan resiko yang lebih besar
dari 20% resiko kematian. Hal ini dapat dengan mudah dihitung dengan menggunakan
perhitungan resiko Framingham secara online di http://hp2010.nhlbihin.net/ATPiii/calculator.asp
jenis user =? prof; http://www.framinghamheartstudy.org/resiko / hrdcoronary.html.
Table 1 Faktor Resiko yang Berkontribusi Terhadap 10 tahun Resiko Penyakit Jantung
– LDL cholesterol
– Cigarette smoking
– Diabetes
– Multiple risk factors that confer a 10-year risk for coronary heart
disease .20%
Meskipun pada awalnya terdapat data yang bertentangan tentang nilai prognostik dari skor
KAK, hal ini disampaikan oleh Arad et al pada tahun 2000 dalam 1172 subyek dengan analisis
multivarian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi akurasi prognosis dari skor KAK
electron-beam computed tomography (CT). Selama rata-rata 3,6 tahun tindak lanjut dalam
penelitian ini, 39 penderita memiliki peristiwa koroner, termasuk IM nonfatal pada 15 penderita,
revaskularisasi arteri koroner pada 21 penderita, dan kematian koroner pada 3 penderita.
Berdasarkan data ini, disimpulkan bahwa elektron-beam CT memprediksi kejadian koroner.
Kondos et al juga menunjukkan nilai tambah dari skor KAK dalam studi retrospektif terbesar
8.855 pada laki-laki dan perempuan tanpa kejadian kardiovaskular sebelumnya. Tindak lanjut
dilakukan pada 5.634 (64%) pada 37 ± 13 bulan untuk 4151laki-laki dan 1484 perempuan, dan
menunjukkan informasi peningkatan prognosis di samping faktor resiko konvensional.
Greenland et al menguji nilai peningkatan prognosis skor KAK selain faktor resiko tradisional
dalam sebuah studi observasional prospektif. Ini adalah suatu studi berdasarkan populasi dari
1461 orang dewasa tanpa gejala dengan faktor resiko koroner tradisional yang dinilai oleh SJF.
Para peserta ini diseleksi dari tahun 1990-1992 dan telah memiliki SJF awal dan skor KAK.
Mereka dihubungi tahunan hingga 8,5 tahun setelah pengujian awal KAK untuk IM nonfatal
dan / atau kematian PJK terkait. Penelitian ini dievaluasi, apakah SJF dan skor KAK
memprediksi semua penyebab kematian, yang dikelompokkan berdasarkan empat tingkat SJF
dan empat tingkat skor KAK, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1. Kategori FRS adalah
perkiraan resiko 10 tahun PJK (kematian atau MI non-fatal) kejadian berdasarkan SJF. Dalam
studi ini, skor KAK saja bisa memprediksi resiko PJK secara independen dari SJF. Selain itu,
skor KAK secara signifikan memodifikasi prediksi resiko pada semua kategori dari kategori SJF
dengan resiko >10% (Yaitu, 10 tahun resiko kejadian CHD >10%).
Penelitian besar lainnya oleh Lamont et al melaporkan tindak lanjut pada 11.000 pasien yang
menjalani pemeriksaan medis termasuk skor KAK selama tahun 1995-2000. Dalam rata-rata
tindak lanjut dari 3,5 tahun pada pria dan wanita tanpa gejala, kejadian PJK (IM nonfatal dan
kematian terkait PJK) adalah lebih tinggi dengan skor KAK >400. Proyek Prospective Army
Coronary Calcium (PACC) menunjukkan nilai prognostik independen skor KAK pada pria muda
tanpa gejala dan perempuan dengan rata-rata usia 43 tahun. Studi ini menunjukkan bahwa
kehadiran KAK terkait dengan peningkatan resiko 11,8 kali lipat kejadian koroner dalam tiga
tahun tindak lanjut pada pria rata-rata berusia 40-45 tahun.
The Rotterdam Coronary Calcification Study menunjukkan peran skor KAK pada pasien usia
lanjut. Ini adalah suatu prospektif, penelitian berbasis populasi pada 1795 pasien
membandingkan pasien dengan KAK <100 dengan orang-orang memiliki KAK 101-400, KAK
401-1000, dan KAK >1000. Skor KAK diketahui menjadi prediktor kuat dan prediktor
independen untuk peristiwa masa depan, seperti diilustrasikan pada gambar 2 dan 3. Kategori
skor KAK yang berbeda-beda juga memprediksi kehidupan bebas dari kejadian PJK dan
penyakit kardiovaskular, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.
Gambar 2. Tingkat Kejadian Berdasarkan Kategori Skor Kalsium
Gambar 3. Tingkat Kehidupan, bebas dari PJK (A) dan Penyakit Kardiovaskular (B)
Bild et al menunjukkan bahwa KAK dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan etnis. Peran skor
KAK pada kelompok-kelompok etnis yang berbeda untuk kenaikan prediksi resiko diperiksa
dalam Studi Aterosklerosis Multi Etnis (SAME). SAME merupakan suatu studi yang
berdasarkan populasi, subyek yang terdaftar dari 4 kelompok etnis yang berbeda dari 6 lokasi di
seluruh AS. Data faktor resiko PJK dan skor KAK di kelompok etnis yang berbeda diikuti untuk
jangka waktu rata-rata 3,8 tahun. Pasien memiliki penilaian resiko komprehensif dengan setiap
tes yang memungkinkan dan diikuti dari tahun 2000 dan seterusnya. Penelitian ini menunjukkan
bahwa penggandaan skor KAK meningkatkan resiko utama kejadian kardiovaskular, seperti
kematian dan IM. Resiko dari setiap kejadian koroner atau kejadian utama tergantung dari
faktor resiko lainnya. Skor KAK diketahui sangat prediktif bagi resiko kardiovaskular pada
semua 4 kelompok etnis dan berkontribusi pada resiko baik kejadian koroner utama (gambar 4,
panel A) dan setiap kejadian koroner (gambar 4, panel B). Skor KAK saja lebih baik daripada
semua faktor resiko lain yang digabungkan untuk prediksi resiko.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa skor KAK merupakan prediktor yang kuat untuk resiko
pengembangan klinis PJK. Skor KAK menyediakan prediksi resiko yang melebihi prediksi resiko
standar dari SJF. Prediksi resiko dengan skor KAK juga ditunjukkan dalam kelompok-kelompok
etnis yang berbeda, termasuk putih, hitam, Hispanik, dan Cina dalam percobaab SAME.
Berdasarkan penelitian ini, ada penghitungan resiko berdasarkan umur, jenis kelamin, etnisitas
dan faktor resiko lainnya, dikenal sebagai penghitungan resiko SAME, di mana seorang resiko
individual PJK dapat dihitung relatif terhadap rekan (http://www.mesa-
nhlbi.org/Calcium/input.aspx).
menunjukkan hubungan skor KAK terhadap PJK pada 290 pasien bergejala yang menjalani
kateterisasi jantung untuk persetujuan indikasi klinis. Skor KAK 80 tidak berhubungan dengan
kemungkinan PJK, terlepas dari jumlah resiko faktor dan skor KAK 170 atau lebih dikaitkan
dengan sebuah kemungkinan peningkatan PJK obstruktif (P<0.001). Demikian pula, Kennedy et
al menunjukkan bahwa skor KAK memiliki korelasi dengan tingkat PJK, dan ditemukan sebagai
diskriminator lebih baik dari faktor resiko lainnya. Sebuah substudi dari SAME kohort
menganalisis hubungan antara tingkat KAK dan keparahan stenosis, dan menunjukkan
signifikan hubungan antara tingkat KAK dan tingkat rata-rata stenosis koroner pada pembuluh
darah koroner individual. Schmermund et al juga menunjukkan skor KAK sebagai diskriminator
lebih baik yang meningkatkan akurasi diagnostik terhadap factor resiko konvensional. Sebuah
percobaan multisenter pada 1851 pasien melaporkan peran CT ultrafast untuk diagnosis PJK
pada pasien bergejala yang akan menjalani kateterisasi jantung. Dalam studi ini, skor KAK 80
atau lebih mempunyai sensitivitas 79% dan spesifisitas 72%, 34 sedangkan studi besar lainnya
yang menggunakan cutoff skor KAK 100, yang menyebabkan peningkatan sensitivitas 95% dan
spesifisitas 79%. Nieman et al menyelidiki nilai deteksi KAK pada CT angiografi koroner
dibandingkan dengan pengujian latihan dan CT angiografi koroner untuk mendeteksi PJK
obstruktif. Penelitian ini menunjukkan bahwa kekurangan kalsium koroner adalah cara yang
dapat diandalkan untuk menyingkirkan PJK obstruktif.
Beberapa laporan telah menunjukkan kemajuan KAK terkait dengan peningkatan resiko
kejadian kardiovaskular dan skor KAK yang stabil terkait dengan resiko rendah kejadian
kardiovaskular. Dengan adanya perkembangan skor KAK yang pasti (>15%) terdapat resiko
relatif yang signifikan IM dibandingkan dengan pasien yang memiliki skor yang stabil.
Berdasarkan temuan ini, skor KAK serial adalah strategi yang menarik untuk memantau
progresi atau regresi PJK. Regresi KAK telah dibuktikan dengan intervensi farmakologis seperti
seperti statin. Karena masalah biaya dan kepentingan radiasi, pemantauan serial dari kemajuan
atau regresi PJK menggunakan skor KAK tidak dianjurkan untuk saat ini.
Hal ini dapat dilakukan dengan electron beam CT atau multidetektor CT yang tersedia di hampir
rumah sakit. Tidak ada perbedaan dalam pengukuran KAK yang diukur dengan electron beam
CT atau multidetektor CT. Sejumlah gambaran jantung diperoleh dari mode aksial dan plak
terkalsifikasi diidentifikasi. Gambar plak terkalsifikasi terlihat sebagai titik-titik putih yang mana
elemen-elemen gambar atau piksel dengan nomor yang mendasari disebut Unit Hounsfield
(UH). Berdasarkan pada angka UH ditetapkan kedalam piksel dan volumenya, kami tiba di skor
KAK. Seperti nilai untuk hipertensi, nilai UH di atas 129 dianggap cukup padat untuk terjadinya
kalsifikasi dan faktor berat diberikan, berdasarkan angka ini, untuk mengukur densitas. Ini
adalah prosedur sederhana dimana pasien dibawa ke dalam ruangan, ditempatkan dalam
pemindai, seluruh jantung dipindai. Pasien melewati beberapa latihan pernapasan dan tidak
perlu memiliki kontrol denyut jantung untuk tes ini. Gambar dengan ketebalan 2,5 mm tiap
potongnya diperoleh baik dengan dipicu ataupun prospektif EKG. Dengan radiasi prospektif
rendahnya 1 milliSievert (mSv)
Paparan Radiasi
Paparan radiasi selama skor KAK rendahnya 1.0-1.3 mSv dengan electron beam CT dan 3 mSv
dengan multidetektor menggunakan retrospektif CT scan, yang dapat dikurangi menjadi 1 mSv
dengan multidetektor CT. Setiap radiasi yang harus menjadi perhatian dan prinsip " cukup
serendah dicapai" harus digunakan. Fakta ini ditekankan oleh publikasi terbaru dimana CT scan
saat ini digunakan untuk berbagai penelitian diharapkan berkontribusi pada sejumlah besar
keganasan di masa depan, yang diperkirakan akan sampai dengan 29.000 berdasarkan semua
CT scan dilakukan di 2.007. Mengingat potensi karsinogenik dari radiasi, pekerja kesehatan
yang memberikan resep itu harus sepenuhnyamenyadari resiko radiasi. Mereka harus memiliki
pemahaman yang penuh mengenai konsep dosis efektif yang merupakan standar untuk
mengukur ekspresi paparan dalam mSv. Dosis efektif adalah jumlah tertimbang setara dosis
dalam semua organ dan jaringan selama scan tertentu. Karena dosis yang lebih tinggi
dikirimkan ke paru-paru dan payudara wanita dalam CT angiografi koroner, lebih tinggi efek
karsinogeniknya pada organ-organ ini. Resiko ini lebih tinggi pada pasien yang lebih muda dan
lebih banyak pada wanita dibandingkan pada pria.
Ringkasan
KAK merupakan bagian integral dari perkembangan PJK. Oleh karena itu, skor KAK mungkin
merupakan modalitas pencitraan berharga yang noninvasif untuk melakukan stratifikasi resiko
penyakit jantung pada pasien tanpa gejala untuk resiko kardiovaskular. Masih belum pasti
apakah skor KAK akan lebih efektif dalam pembiayaan bila dalam strategi berbasis populasi.
Namun, pastinya membantu dokter dalam agresif pengelolaan PJK pada pasien tidak bergejala.
Skor KAK merupakan prediktor kuat insiden PJK, dan menyediakan informasi prediktif terhadap
faktor-faktor resiko tradisional dalam kelompok-kelompok etnis yang berbeda.