1 Jpl ( 45 ’)
Bahan Bacaan:
1. Jenis – Jenis Permainan perkenalan
2. Biodata peserta
• Kerta Plano
• Kuda-kuda untuk Flip-chart
• Metaplan
• Papan Tulis dengan perlengkapannya
• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
1
Permainan Perkenalan
Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai
pelatihan ini dengan perkenalan peserta. Sebelum kegiatan ini dimulai, pemandu kelas harus
sudah memilih cara perkenalan yang akan digunakan. Cara perkenalan yang dipilih sebaiknya
menjadi proses awal membangun dinamika kelas. Jika menggunakan permainan sebagai cara
untuk melakukan perkenalan, siapkan peralatan yang akan digunakan untuk kegiatan tersebut.
Seluruh peserta (pemandu kelas, wakil pemandu, panitia, dll) di dalam kelas ikut serta dalam
permainan perkenalan ini. Contoh jenis-jenis perkenalan dapat dilihat pada Bahan Bacaan :
Metoda Permainan.
1) Bagikan formulir bio data dan name tag kepada seluruh peserta. Data yang di minta dapat
disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggara pelatihan.
2) Minta peserta untuk mengisi formulir tersebut dan tanda pengenal (name tag) yang telah
dibagi dgn nama panggilan dgn tulisan yg cukup besar dan jelas dibaca.
2
Perkenalan
Siapa Dia ?
Petunjuk :
3
Perkenalan
Kisah Angka Angka
Permainan ini dipakai agar peserta mengenal satu sama lain dengan cara santai dan
menghapuskan kekakuan.
Langkah langkah :
• Mintalah seluruh peserta berhitung dari nomor 1 dan seterusnya sampai selesai ( habis)
• Minta setiap peserta mengingat nomor urutnya masing-masing dengan baik, jika perlu
lakukan pengujian dengan menyebut secara acak beberapa angka dan minta peserta yang
disebut nomornya utntuk menyahut ‘ya’!, atau tunjuk beberapa orang peserta secara acak
dan tanyakan nomor urut berapa dia .
• Tegaskan sekali lagi apakah mereka benar – benar mengingat nomor urutnya masing –
masing.
• Setelah yakin, jelaskan bahwa anda akan menyampaikan suatu berita atau suatu cerita
tertentu di mana dalam sepanjang cerita itu akan disebut sejumlah angka – angka. Peserta
yang disebut angka atau nomor urutnya diminta segera berdiri dan langsung meneriakkan
namanya keras – keras kepada seluruh peserta lain. Jika terlambat 3 detik, peserta
dikenakan hukuman ramai – ramai oleh peserta lain. Hukuman berupa hal – hal yang
menghibur dan membuat akrab peserta.
• Tanyakan kepada peserta apakah mereka paham peraturan tersebut ?, jika perlu ulangi
sekali lagi dan berikan contoh.
• Mulai bercerita, misalnya : saudara – saudara, latihan ini sebenarnya sudah direncanakan
sejak 5 bulan yang lalu, tapi karena beberapa hal, barulah 3 bulan yang lalu ada kejelasan
dan kemudian dipersiapkan oleh 8 orang panitia ……….. dst. Atau cerita lain yang anda
karang sendiri pada saat itu ( yang penting, dalam cerita itu ada disebutkan angka –
angka nomor urut peserta setiap satu kalimat atau setiap selang satu menit ).
• Lakukan sampai separuh peserta tersebut nomornya atau seluruhnya (bergantung kepada
kecepatan anda dan peserta dan sesuai dengan waktu yang tersedia)
• Lakukan diskusi dengan peserta tentang apa makna permainan ini dan dapat digunakan
untuk apa saja dalam kegiatan latihan, termasuk perasaan – persaan peserta sendiri.
• Simpulkan
4
Perkenalan
Mencari Jodoh
Petunjuk :
• Buatlah kalimat pendek yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan diberikan ,
misal : Bersama Membangun Kepedulian. Kalimat yang dibuat sebanyak setengah dari
jumlah peserta, kalau peserta 20 orang, harus disediakan 10 kalimat.
• Pecahlah kalimat tersebut ke dalam dua bagian dan ditulis di kertas , misal untuk kalimat
tadi satu kertas berisi kalimat Bersama Membangun dan satu kertas berisi kata
Kepedulian.
• Bagikan kertas – kertas tergulung yang sudah disiapkan sebanyak jumlah peserta (apabila
peserta ganjil, satu orang berpasangan dengan pemandu sendiri )
• Minta peserta untuk membuka gulungan kertas masing – masing dan membaca isinya yaitu
sepotong kalimat yang belum lengkap.
• Minta peserta untuk mencari pasangannya masing – masing agar kalimat itu menjadi
lengkap.
5
Perkenalan
Petunjuk :
• Minta semua peserta untuk duduk membentuk lingkaran, lalu pemandu berdiri di tengah.
• Ucapkan kalimat – kalimat yang relevan dengan keadaan peserta ( jangan sampai ada
peserta yang tidak pernah berdiri), contoh – contoh kalimat misalnya :
9 Saya adalah petugas lapangan
9 Saya lahir di pedesaan
9 Saya lahir di kota besar
9 Saya memiliki hobby membaca, dsb
• Setelah selesai, minta seluruh peserta untuk memperkenalkan nama, asal, dan hal lain
yang berkenaan dengan dirinya secara singkat.
6
Modul 2
Topik: Orientasi Belajar
Peserta memahami
1. Tujuan Pelatihan
2. Apa yang akan diperoleh dan bagaimana pelatihan akan dilakukan
1 Jpl ( 45 ’)
Bahan Bacaan:
1. Harpan dan Rangkaian Pelatihan
2. GBPP Pelatihan
• Kerta Plano
• Kuda-kuda untuk Flip-chart
• LCD
• Metaplan
• Papan Tulis dengan perlengkapannya
• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
7
Penjelasan Harapan dan Rangkaian Pelatihan
1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai
dengan Modul Orientasi Belajar yang terdiri dari dua kegiatan belajar. Jelaskan tujuan dari
modul ini.
2) Jelaskan bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan 1 yaitu Penjelasan mengenai
Harapan dan Rangkaian Pelatihan dan gunakan Bahan Bacaan - Harapan dan Rangkaian
Pelatihan yg telah disediakan panitia.
1) Jelaskan bahwa kita melanjutkan modul ini dengan kegiatan kedua yaitu Penjelasan Garis Besar
Program Pembelajaran dan gunakan Bahan Bacaan – GBPP Pelatihan Dasar.
8
HARAPAN DAN RANGKAIAN PELATIHAN FASILITATOR
Latar Belakang
Masalah kemiskinan telah menjadi masalah serius di Indonesia, terutama setelah krisis ekonomi
yang terjadi tahun 1997. Jumlah penduduk miskin tahun 1976 sebesar 54,2 juta jiwa (40,1%) yang
berhasil diturunkan menjadi 22,5 juta jiwa (11,3%) pada tahun 1996, meningkat tajam menjadi
49,5 juta jiwa (24,23%) pada tahun 1997. Ini artinya, krisis ekonomi menyebabkan 27 juta jiwa
penduduk Indonesia jatuh miskin.
Dalam upaya menanggulangi kemiskinan tersebut Pemerintah Indonesia meluncurkan Proyek
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999 dan
kemudian diadopsi menjadi pendekatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri , dan P2KP menjalankan pendampingan di lokasi perkotaan sehingga nama P2KP berganti
menjadi PNPM Mandiri Perkotaan.. Program ini merupakan program yang menerapkan pendekatan
pemberdayaan masyarakat melalui penyadaran kritis para pelaku pembangunan agar mampu
menjadi pelaku nilai. Pendekatan pemberdayaan ini juga dilakukan melalui pengorganisasian
masyarakat dan pembangunan lembaga kepemimpinan kolektif yang benar-benar mampu menjadi
ujung tombak perjuangan rakyat miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan
aspirasi serta kebutuhan mereka. Dalam upaya ini, titik berat upaya pemberdayaan tersebut
diletakkan di pundak para fasilitator yang diharapkan mampu berperan sebagai pelopor perubahan
di masyarakat (change agent) dalam rangka menciptakan fasilitator pembangunan tersebut maka
berbagai pelatihan dilakukan.
Secara keseluruhan jenis-jenis pelatihan bagi fasilitator dalam rangka pelaksanaan PNPM
Mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut :
a) Pelatihan Dasar , untuk fasilitator yang bertugas di kelurahan baru
b) Pelatihan Madya, untuk fasilitator yang bertugas pada lokasi pendampingan tahap kedua
c) Pelatihan Utama, untuk fasilitator yang bertugas pada lokasi pendampingan tahap ketiga.
Tujuan Umum
a) Tercapai kesamaan pandang dan keyakinan antar fasilitator terhadap paradigma, pendekatan,
konsep dan mekanisme PNPM Mandiir Perkotaan
b) Tersedianya Fasilitator yang memahami, meyakini dan mampu melaksanakan PNPM Mandiri
Perkotaan secara kritis.
9
Uraian Tiap Jenis Pelatihan Dasar
Pelatihan Dasar dibagi ke dalam 3 Paket yaitu :
Pelatihan Dasar 1 (Pra tugas)
Pelatihan Dasar 2
Pelatihan Dasar 3
1. Pelatihan Dasar 1
Pelatihan yang diselenggarakan sebelum Fasilitator dimobilisasi di kelurahan/desa sasaran,
pelatihan ini sekaligus merupakan salah satu rangkaian kegiatan rekrutmen Fasilitator. Titik
berat pelatihan ini menekankan pada penyadaran kritis ( Awareness Training ) mengenai
kemiskinan dan konsep PNPM Mandiri Perkotaan sebagai upaya pemecahan persoalan serta
peran Fasilitator sebagai pelopor perubahan (change agent) di masyarakat. Waktu
penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan selama 14 hari efektif.
Tujuan
a) Tercapai kesamaan pandang fasilitator terhadap paradigma, pendekatan, konsep dan
mekanisme PNPM Mandiri Perkotaan
b) Terciptanya fasilitator yang memahami dan meyakini paradigma, pendekatan, konsep dan
mekanisme PNPM Mandiri Perkotaan sebagai alternatif jawaban terhadap persoalan
kemiskinan
c) Fasilitator memahami tugas, fungsi dan perannya dalam penanggulangan kemiskinan
d) Fasilitator siap melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan
10
Hubungan antara Pokok Bahasan dan Tujuan Pembelajaran
2. Pelatihan Dasar 2
Tujuan :
Fasilitator memahami makna, konsep dan tata cara pelaksanaan setiap tahapan siklus
pemetaan sawadaya, pembangunan BKM/LKM , pengembangan KSM
Fasilitator mampu melaksanakan dan memfasilitasi pelatihan, coaching dan “On The Job
Training” (OJT) bagi relawan
Fasilitator mampu memfasilitasi proses pelaksanaan tiap tahapan siklus.
11
Hubungan antara Pokok Bahasan dengan Tujuan Pembelajaran
Pelatihan Dasar 2
Pokok Bahasan Ranah Belajar
Pengetahuan Penyadaran Keterampilan
kritis (sikap)
Pemetaan swadaya • • •
Pembangunan BKM • • •
Pengembangan KSM • • •
Pelatihan Partisipatif • • •
3. Pelatihan Dasar 3
Pelatihan yang diselenggarakan dalam masa pendampingan PJM Pronangkis sampai pelaksanaan
program masyarakat. Diselenggerakan selama 7 hari efektif .
Tujuan :
Fasilitator memahami makna, konsep dan tata cara pelaksanaan setiap tahapan siklus
penyusunan PJM Pronangkis, pemanfaatan BLM dan pendampingan dalam pelaksanaan
serta pemeliharaan program di masyarakat.
Fasilitator mampu melaksanakan dan memfasilitasi pelatihan, coaching dan “On The Job
Training” (OJT) bagi relawan, BKM dan UP - UP
Fasilitator mampu memfasilitasi proses pelaksanaan tiap tahapan siklus.
Pelatihan Dasar 3
Pokok Bahasan Ranah Belajar
Pengetahuan Penyadaran Keterampilan
kritis (sikap)
PJM Pronangkis • • •
BLM • •
Transparansi dan Akutabilitas • • •
Monev Partisipatif • • •
Manajemen Konflik • • •
12
GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN
PELATIHAN DASAR 1 FASILITATOR
(PRA TUGAS)
01. Pendahuluan
Pelatihan dasar 1 atau pra tugas bagi fasilitator pada dasarnya adalah kombinasi antara
pengetahuan, penyadaran kritis dan keterampilan. Pelatihan pra-tugas merupakan salah satu
dari rangkaian pelatihan yang bersifat wajib bagi para calon fasilitator yang akan bekerja dalam
Program Nasional pemberdayaan Masyarakat
02. Tujuan
Calon fasilitator baik yang belum pernah mendapatkan pelatihan pra tugas PNPM Mandiri
perkotaan sebelumnya .
05. Metodologi
Untuk mencapai tujuan dan memberikan manfaat kepada para peserta seperti yang diharapkan,
maka pelatihan ini akan menerapkan proses belajar mengajar orang dewasa dimana dalam seluruh
proses belajar mengajar orang dewasa ini, para peserta turut berperan sebagai nara sumber untuk
saling memperkaya pemahaman masing-masing dengan menggunakan pendekatan pendidikan
kritis.
13
06. Pokok Bahasan
Keseluruhan pokok bahasan dalam pelatihan pra-tugas ini disusun sedemikian rupa untuk dapat
menjawab 6 pertanyaan mendasar sebagai berikut :
a) Apa tantangan utama penanggulangan kemiskinan
b) Bagaimana kebijakan umum penanggulangan kemiskinan dan apa indikator keberhasilan
c) Apa dan mengapa PNPM Mandiri Perkotaan
d) Apa dan siapa Fasilitator Pembangunan
e) Bagaimana melakukan fasilitasi pembangunan
f) Bagaimana melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan
Keempat pengelompokan pokok bahasan tersebut kemudian diuraikan dalam tema dan topik
sebagai berikut di bawah ini yang keseluruhan membutuhkan waktu 108 jam pelajaran (1 Jpl = 45
menit).
Tiap Tema kemudian diuraikan lagi menjadi beberapa Topik sebagai berikut ini
Orientasi Belajar 1
Kontrak Belajar 1
Apa dan bagaimana Tantangan 8
Tantangan
penanggulangan
kemiskinan
Paradigma Pembangunan 3
Anatomi Kemiskinan 3
Perempuan danKemiskinan 2
Bagaimana Pemerintah 4
Mengatasi Kemiskinan? Kebijakan Nasional
Kebijakan Nangkis Nasional 2
IPM dan MDG’s 2
Apa dan Mengapa 11
PNPM Mandiri Konsep PNPM Mandiri
Perktoaan ? Perkotaan
PNPM Mandiri Perkotaan dan 2
Kemiskinan
Strategi Intervensi PNPM Mandiri 3
14
Tema Topik Durasi
(Jpl)
Perktoaan
Gambaran Umum Siklus PNPM 2
Mandiri Perkotaan
PNPM Mandiri Perkotaansebagai 4
proses pembelajaran kritis
Apa dan Bagaimana 14
Konsep Pemberdayaan Pemberdayaan
PNPM Mandiri
Perkotaan
Pemberdayaan Sejati 4
Pemberdayaan Perempuan dan 2
Laki - laki
Kepemimpinan Masyarakat 4
Manusia
Pengorganisasian Masyarakat 4
Apa dan Bagaimana 9
Pendekatan Pembangunan
Pembangunan dalam Partisipatif
PNPM Mandiri
Perkotaan
Partisipasi, Pemberdayaan dan 2
Demokrasi
Partisipasi Perempuan 3
15
Tema Topik Durasi
(Jpl)
Fasilitasi dalam Pembelajaran 5
Berlatih Memfasilitasi 6
16
Modul 3
Topik: Kontrak Belajar
Peserta mampu :
1. Merumuskan harapan bersama terhadap pelatihan
2. Memahami hubungan antara harapan dan silabus
3. Membangun kesepakatan untuk mencapai harapan
4. Membangun kesepakatan tata tertib pelatihan
1 Jpl ( 45 ’)
Bahan Bacaan:
1. Ancangan Tata Ruang Kelas
2. Membangun Suasana Belajar
3. Pengelaman Memfasilitasi
4. Identifikasi Kebutuhan Peserta
5. Evaluasi
• Kerta Plano
• Metaplan
• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
17
Curah Pendapat dan Diskusi
Harapan Bersama
1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai
dengan Modul Kontrak Belajar yang terdiri dari dua kegiatan. Jelaskan tujuan dari modul ini.
2) Jelaskan bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan pertama yaitu Diskusi mengenai
Harapan Peserta. Bagikan LK-Kontrak Belajar kepada seluruh peserta. Minta peserta untuk
menuliskan harapan mengenai pelatihan yang akan mereka ikuti selama 4 hari pada Formulir
Kontrak Belajar tersebut. Sebelum peserta menulis, berikan informasi bahwa peserta harus
menulis di formulir yg telah dibagi hal-hal sebagai berikut:
o Alasan mengapa mengikuti pelatihan. Alasan ini dapat saja datang dari luar berupa
perintah/penugasan, atau ingin tahu, dsb.
o Motivasi yang mendorong peserta mengikuti pelatihan. Motivasi ini merupakan dorongan
dari dalam, misalnya; meskipun karena diperintah dapat saja motivasinya mengikuti
sekedar menjalankan perintah/sekedar bebas dari tugas rutin/ingin meningkatkan
pengetahuan.
o Harapan peserta mengikuti pelatihan ini. Harapan ini tentu saja terkait dengan motivasi
peserta kalau yang motivasinya hanya sekedar menjalankan perintah harapannya tentu
saja dapat melapor dgn menunjukan semua bahan maka yg dikumpulkan lebih fisik, yang
ingin bebas dari tugas rutin tentu tdk punya harapan, yang meningkatkan pengetahuan
tentu harapannya materi yang diberikan benar-benar bermanfaat dan cukup jelas untuk
dicerna, dsb.
3) Bagi peserta menjadi beberapa kelompok dan minta tiap kelompok menyimpulkan harapan
kelompok bukan lagi harapan individu.
4) Ajak 1 kelompok menyajikan hasil kelompok dan kemudian minta kelompok lain melengkapi
sehingga terjadi harapan kelas.
5) Diskusikan hasil harapan kelas tersebut dan kaitkan dengan garis besar program pembelajaran.
18
Penyepakatan Mekanisme Belajar
1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita punya harapan bersama yang dirumuskan di Kegiatan 1.
Diperlukan kesepakatan bersama untuk mencapai harapan tersebut selama pelatihan ini.
Kesepakatan bersama tersebut merupakan langkah-langkah yang perlu dilakukan dan
merupakan aturan main bersama termasuk tata tertib agar dapat tercapai harapan bersama,
yang harus ditaati oleh seluruh peserta dan penyelenggara dalam melaksanakan pelatihan.
2) Diskusikan dengan peserta hal-hal apa saja yang harus disepakati untuk diatur bersama untuk
menjaga proses pelatihan tersebut.
3) Tuliskan semua hal yang disepakati dan tata tertib yang telah disepakati tersebut pada kertas
plano dan tempelkan di dinding di tempat semua peserta dapat melihat. Bangun kesepakatan
bahwa aturan main dan tata tertib tersebut bersifat mengikat semua pihak di kelas tersebut
selama pelatihan.
19
Ancangan Tata Ruang Kelas
Lingkungan fisik dalam ruang kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tak satupun susunan ideal,
namun terdapat beberapa pilihan yang dapat dipilih. Dekorasi interior dari belajar aktif adalah
menyenangkan dan menantang (khususnya jika meubeler kurang ideal). Dalam beberapa hal,
meubeler dapat dengan mudah diatur untuk membentuk susunan yang berbeda-beda meskipun
meja kursi tradisional dapat dikelompokkan bersama-sama untuk membentuk susunan
bujursangkar atau yang lainnya. Jika anda memilih untuk melakukan begitu, suruhlah peserta didik
membantu memindahkan meja dan kursi. Itu menjadikan mereka “aktif” juga.
Kebanyakan layout yang dideskripsikan disini tidak dimaksudkan menjadi susunan yang permanen.
Jika meubeler anda dapat dengan mudah dipindah-pindah, sangat mungkin, menggunakan
beberapa lay out ini sesuai yang anda inginkan. Anda juga akan mendapatkan saran-saran tentang
bagaimana menggunakan sekalipun lingkungan ruang kelas yang paling tradisional untuk belajar
aktif.
1. Huruf U :
Ini merupakan susunan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik memiliki permukaan untuk
menulis dan membaca, para peserta didik dapat melihat anda dan atau melihat media visual
dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Ini juga
mudah untuk memasangkan mereka, terutama ketika terdapat dua tempat duduk yang setiap
meja. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena
anda dapat masuk ke huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi.
2. Corak Tim L:
Mengelompokkan meja-meja setengan lingkaran atau oblong di ruang kelas agar memungkinkan
anda untuk melakukan interaksi tim. Anda dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja
untuk susunan yang paling akrab. Jika anda melakukan, beberapa peserta didik harus memutar
kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat anda, papan tulis atau
layar.
20
Atau anda dapat meletakkan kursi-kursi setengah lingkaran sehingga tidak ada siswa yang
membelakangi papan tulis.
3. Meja Konferensi
Ini terbaik jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi pentingnya pengajar
dan menambahkan pentingnya peserta didik. Susunan ini dapat membentuk perasaan
formal jika pengajar ada pada ujung meja.
Jika pengajar duduk ditengah-tengah sisi yang luas, para peserta didik di ujung merasa
tertutup.
Anda dapat membentuk sebuah susunan meja konferensi dengan menggabungkan
beberapa meja kecil (ditengahnya biasanya kosong).
4. Lingkaran
Para peserta didik hanya duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk
interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi
kelompok penuh. Sediakan ruangan yang cukup, sehingga anda dapat menyuruh peserta
didik menyusun kursi-kursi mereka secara cepat dalam berbagai susunan kelompok kecil.
Jika anda menginginkan peserta didik memiliki tempat untuk menulis, gunakan susunan
peripheral. Suruhlah mereka memutar kursi-kursinya melingkar ketika anda menginginkan
diskusi kelompok.
6. Workstation :
Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, aktif dimana setiap peserta didik
duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas (seperti mengoperasikan komputer, mesin,
melakukan kerja laborat) tepat setelah didemontrasikan. Tempat berhadapan mendorong
partner belajar untuk menempatkan dua peserta didik pada tempat yang sama.
7. Breakout groupings :
Jika kelas anda cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja dan
kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim.
Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu
tidak saling mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil
terlalu jauh dari ruang kelas sehingga hubungan diantara mereka sulit dijaga.
21
8. Susunan Chevron :
Sebuah susunan ruang kelas tradisonal tidak melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak
peserta didik (tiga puluh atau lebih) dan hanya tersedia meja oblong, barangkali perlu
menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan V mengurangi jarak antara
para peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta
didik lain daripada baris lurus. Dalam susunan ini, tempat paling bagus ada pada pusat
tanpa jalan tengah.
9. Kelas Tradisional :
Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja dan kursi,
cobalah mengelompokkan kursi-kursi dalam pasangan-pasangan untuk memungkinkan
penggunaan teman belajar. Cobalah membuat nomor genap dari baris-baris dan ruangan
yang cukup diantara mereka sehingga pasangan-pasangan peserta didik pada baris-baris
nomor ganjil dapat memutar kursi-kursi mereka melingkar dan membuat persegi panjang
dengan pasangan tempat duduk persis di belakang mereka pada baris berikutnya.
10. Auditorium
Meskipun auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif,
namun masih ada harapan. Jika tempat duduk – tempat duduk itu dapat dengan mudah
dipindah-pindah, tempatkan mereka dalam sebuah arc (bagian lingkaran) untuk
membentuk hubungan lebih erat dan visibilitas peserta didik.
22
Membangun Suasana Belajar
Satu hal penting tetapi justru sering dilupakan, terlalu sering disepelekan, dianggap bukan materi
pokok pelatihan, adalah pentingnya persiapan awal sebelum pelatihan dilaksanakan. Padahal
sebenarnya, bagian ini merupakan bagian yang sangat menentukan kelancaran suatu proses
pelatihan yang dirancang berdasarkan asas- asas pendidikan kritis seperti yang memungkinkan
terjadinya interaksi terbuka, spontan, jujur antar para peserta dengan fasilitator serta panitia teknis
penyelenggaraan pelatihan. Tanpa interaksi semacam itu sulit mengharapkan terjadinya komunikasi
dialogis dan kritis yang justru menjadi asas pelatihan ini.
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa faktor-faktor kepribadiaan – lah memang yang
merupakan hambatan terbesar bagi penciptaan suasana yang hangat, spontan, terbuka, jujur.
Kecenderungan kuat untuk menonjolkan diri atau selalu merujuk diri sendiri (self-centerd, selfish)
adalah bentuk sikap dan perilaku yang paling jelas-jelas merupakan faktor penghambat yang
serius. Tetapi sebaliknya kecenderungan yang terlalu menutup diri, malu, sungkan, dan kebiasaan
sejenisnya juga merupakan penghambat yang tak kalah seriusnya. Dua bentuk sikap atau perilaku
yang bertentangan itu sebenarnya sama – sama tidak mendukung penciptaan suasana yang
diinginkan. Tidak ada jalan lain kecuali harus mencairkan kecenderungan yang mengarah kepada
kebekuan suasana itu, yakni dengan cara yang dikenal dalam pelatihan sebagai ice breaker.
Ada seribu atau bahkan sejuta cara ‘ice breaker’ yang pernah dikenal selama ini yang bentuknya
bisa sangat beragam, mulai dari teka teki, cerita – cerita lucu atau humor ringan yang memancing
senyum, lagu-lagu atau nyanyian yang disertai gerakan tubuh, sampai permainan – permainan
berkelompok yang cukup menguras tenaga atau bahkan pikiran. Namun apapun bentuknya suatu
‘ice breaker’ yang baik adalah :
• Sedapat mungkin melibatkan semua peserta tanpa kecuali, jangan sampai ada yang hanya
menjadi penonton saja, lebih baik lagi kalau gagasan-gagasannya justru berasal dari
peserta sendiri.
• Sedapat mungkin melibatkan semua panca indera setiap orang, karena itu yang
mengandung unsur adanya gerakan – gerakan tubuh dan suara lebih disarankan.
• Sedapat mungkin menciptakan keharusan berinteraksi antar semua orang, karena itu
disarankan bentuk – bentuk permainan yang mengandung unsur – unsure perlomabaan
atau persaingan.
• Sedapat mungkin mengandung unsur – unsur kejutan (surprise), misalnya sesuatu yang
baru dikenal atau tidak disangka – sangka sebelumnya, bukan sesuatu yang sudah terlalu
umum dan biasa atau sudah dikenal baik selama ini, tetapi jangan yang terlalu banyak
mengandung idiom – idiom asing sehingga malah tidak dipahami oleh sebagian besar
peserta.
• Sedapat mungkin mengandung unsur – unsur kegembiraan (enjoyable) atau kelucuan yang
menghilangkan rasa tegang atau bosan.
23
• Sedapat mungkin ringkas dan padat, menurut pengalaman, yang baik adalah sekitar 5 – 10
menit saja atau paling lama 15 menit – dan tidak berbelit-belit cara melakukannya. Kalau
waktu yang tersedia cukup lama, maka harus dilakukan dengan tempo tinggi (cepat) dan
dengan bentuk kegiatan beragam (tidak hanya satu jenis saja sampai membosankan).
• Sedapat mungkin memang ada kaitannya dengan pokok bahasan ata materi/topik yang
sedang dibicarakan/dibahas pada waktu itu. Misalnya saja jika materi sessi saat itu adalah
membahas masalah kepemimpinan yang demokratis, maka ‘ice breaker’ yang perlu
dikembangkan adalah membahas masalah kepemimpinan juga. Oleh karena itu setiap ‘ice
breaker’ juga harus diproses dalam daur belajar sehingga dapat diambil pelajaran bersama.
Acara perkenalan di awal pelatihan adalah salah satu waktu terbaik dan merupakan saat yang
paling tepat untuk melakukan ‘ice breaker’ dalam rangka menciptakan suasana pelatihan yang
terbuka, hangat, spontan dan jujur, tetap serius tapi santai. Acara ini penting, karena suasana yang
diciptakan akan banyak mempengaruhi suasana pada kegiatan dan hari – hari berikutnya. Karena
itu, usahakan acara perkenalan dilakukan dalam bentuk kegiatan yang mencairkan kebekuan yang
kreatif dengan kaidah-kaidah asas di atas tadi. Hindari acara-acara berkenalan yang sudah lazim
selama ini (misalnya, tiap orang berdiri dan memperkenalkan dirinya masing-masing). Juga lebih
baik hindari memperkenalkan hal-hal yang sudah biasa dan tidak terlalu menarik lagi (misal : asal
daerah, hobi, status marital, dll). Mengapa tidak memperkenalkan pandangan – pandangan pribadi
tentang suat hal yang berkaitan dengan tema pelatihan (hanya usahakan setiap orang tidak
mengemukakan pandangannya dalam retorika berkepanjangan).
Agar tidak terlalu berkepanjangandan semakin membuat bingung saja, sebaiknya kita berikan satu
contoh cara perkenalan sekaligus suatu bentuk ‘ice breaker’ untuk membentuk suasana awal
pelatihan yang nisbi lebih terbuka dan spontan.
24
Identifikasi Kebutuhan Peserta
Sebelum memproses pelatihan , hal lain yang penting untuk dilakukan adalah mengetahui karakteristik calon
peserta pelatihan. Hal – hal yang harus diperhatikan menyangkut peserta adalah :
Pertanyaan tersebut akan membantu anda menentukan program pendek yang harus anda siapkan, materi
latihan dan cara membantu anda dalam satu sessi tersendiri yang menghubungkan anda dengan kebutuhan –
kebutuhan belajar peserta. Dalam proses pelatihan dengan metode partisipatif mengenal dan menilai
kebutuhan belajar menjadi salah satu prinsip yang harus dilakukan.
Selama proses mengenal dan menilai kebutuhan peserta (kontrak belajar) jangan lupa perhatikan benar
kebutuhan – kebutuhan religius atau budaya yang dimiliki masing-masing peserta. Hal ini akan mempengaruhi
penjadwalan anda selama pelatihan termasuk menetapkan jam atau hari tertentu yang memang sebaiknya
tidak kita pakai sebagai jam belajar karena merupakan waktu ibadah bagi seorang pemeluk agama atau
keyakinan tertentu.
Materi apa saja yang akan dibicarakan, bagaimana tahapannya, membutuhkan waktu berapa dan kira – kira
memerlukan narasumber atau tidak merupakan hal penting yang harus dibicarakan di awal pelatihan. Tahap
yang disebut ‘KONTRAK BELAJAR’.
Kontrak belajar bisa dimulai dengan pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab peserta baik dengan tertulis
atau lisan tentang :
• Apa saja yang telah dipelajari peserta menyangkut topik pelatihan
• Apa lagi yang mereka masih butuhkan untuk dipelajari lebih banyak
• Berapa waktu yang diperlukan untuk membicarakan materi itu ?
Selanjutnya untuk membantu dalam seleksi materi , cobalah minta peserta untuk menuliskan tentang :
• Apa yang harus diketahui atau dipahami ?
• Apa yang sebaiknya diketahui atau dipahami ?
• Dan apa yang boleh atau dapat dipahami ?
Selanjutnya setelah menemukan materi apa saja yang dibutuhkan , sebaiknya, susunlah kesepakatan itu
dalam selembar tabel yang ditulis dalam kertas plano dan akan terus menerus ditempel di dinding hingga
pelatihan selesai.
25
Teknik Bertanya
Tipe terbaik dari latihan yakni bagaimana menjamin agar setiap orang dapat belajar bersama –
sama yang didasarkan pada ‘mengerjakan’ daripada ‘mendengarkan’. Untuk menghindari dominasi
dalam proses, gunakanlah diskusi – diskusi dalam kelompok yang lebih kecil jumlah orangnya.
Contoh ringkas berguna untuk bertanya pada peserta menerima mereka dan menulis pikiran
mereka. Contohnya :
• Apa problem yang telah anda kemukakan dalam menggunakan tiap – tiap metode ?
• Dengan membiarkan kita menyangka dan bertanya-tanya bahwa anda telah melakukan ….
Bagaimana tindakan anda ?
Apabila fasilitator belum mampu mengumpulkan jawaban dan mendiskusikan bersama peserta,
lebih baik usahakan peserta untuk berpartisipasi secara aktif dengan merefleksikan pada apa yang
telah dipresentasikan. Dengan membagi peserta dalam sub kelompok untuk waktu latihan
kelompok kritis dengan cepat pada subyek sebelum diskusi. Contoh, anda membicarakan tentang
bentrokan Negara yang tidak diantisipasi dari kepastian politik pada situasi Negara yang panas,
kemudian anda mungkin menanyakan peserta untuk menghentikan dan refleksi pada pengalaman
mereka sendiri.
Pertanyaan yang diberikan, misalnya : “ Apa contoh yang anda ketahui dimana politik mempunyai
konsekuensi negatif untuk manajeman ?”. Peserta akan lebih terlibat dibandingkan apabila anda
memberikan contoh sendiri. Juga tidak harus semua pertanyaan peserta dijawab oleh fasilitator,
menjawab semua pertanyaan peserta bisa produktif tapi sebaliknya bisa gagal total (tidak dinamis
sama sekali),peserta pasif dan tidak dinamis sama sekali. Disamping itu biar bagaimanapun peserta
adalah juga sumber belajar yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang berharga untuk
dibagikan. yang penuh pertanyaan – pertanyaan pada waktu latihan cukup penting. Pertanyaan
membantu mengklarifikasikan topik dan poin untuk partisipan lain. Janganlah membiarkan peserta
berada pada situasi dan kebijaksanaan mereka sendiri.
Jika anda mempunyai waktu, kemudian menangkap sikap kritis dalam kelompok kecil sebelum
waktu Tanya jawab dalam pleno yang lebih besar, maka sebaiknya doronglah setiap peserta yang
aktif untuk mengkontribusikan hal-hal yang ditemukan dalam kelompok kecil itu untuk disampaikan
dalam diskusi pleno. Cara seperti ini juga membantu fasilitator untuk menciptakan suasana yang
hidup dalam diskusi yang lebih besar (pleno). Tidak selalu mudah untuk memfasilitasi waktu latihan
dan Tanya jawab, sumbang saran. Apa yang perlu dilakukan untuk memungkinkan membantu
mereka lebih tenang.
• Janganlah mendiskusikan satu kasus saja, karena peserta yang diluar kasus tersebut lama
– lama akan bosan mendengarkan, yang paling penting adalah masalahnya pada setiap
peserta itu tidak selalu ada.
26
• Memilih pertanyaan untuk peserta seperti “memperkirakan …..” atau “dalam pengalaman
anda….” Untuk mengusahakan pertanyaan selanjutnya dari mereka.
• Jika ukuran ruangan sangat luas dan ada peserta yang bicara dengan volume yang terlalu
kecil, sebaiknya fasilitator mengulangi pertanyaan agar semua peserta mendengar,
sebelum fasilitator menjawabnya.
• Menulis kembali (dalam buku catatan anda) poin – poin pertanyaan peserta dan rencana
komentar anda atau menjawab dengan satu atau dua kata pokok.
• Menjawab dengan ringkas. Jika anda tidak dapat menjawab, katakan bahwa anda tidak
bisa menjawab, lemparkan apakah ada saran dari peserta.
• Ketika waktu hampir selesai, segera mengatakan pada kelompok umpamanya dengan
menangatakan , ‘hanya tinggal dua orang untuk mengambil kesempatan bertanya”.
• Jika anda menyadari ada perumusuhan , coba untuk tetap tenang dan menjaga suasana
dengan melempar humor. Memberi pertanyaan pada partisipan lain dengan menanyakan
pada mereka tentang kritik pada statemen atau pertanyaan yang berbeda. Kalau memang
harus merespon pada statemen yang bernada permusuhan, sebaiknya gunakan “kerangka
persetujuan” untuk mengurangi ketegangan dan mengakui nilai apa dari menentang
pendapat seperti itu.
• Jika ada peserta yang lebih suka melempar statemen daripada memberi pertanyaan,
kemudian mempertimbangkan, dan membenarkan pendapat mereka dengan mengatakan
“terima kasih”. Hal ini menimbulkan minat berpikir. Pertanyaan selanjutnya diberikan
waktu.
• Jika anda merasa ragu-ragu belum mengeri betul apa yang dimaksud dalam pertanyaan
yang dilemparkan peserta, sebaiknya anda lempar pertanyaan tersebut kembali yaitu
“Apakah saya mengerti pertanyaan anda ….. ?”.
• Tugas yang paling berat adalah meringkas apa yang telah dikatakan suatu kelompok dalam
perputaran waktu Tanya jawab dengan tidak menghilangkan substansinya.
Sepintas nampaknya tidak penting, bukankah tanya jawab dalam suatu obrolan adalah hal yang
lumrah dialami sehari – hari ?. Padahal , justru “bertanya” itulah satu-satunya keterampilan pokok,
mutlak yang harus dikuasai oleh Pemandu sebelum mempelajari yang lain. Sangat gamblang dan
jelas nalarnya, karena hakekat dari pendidikan partisipatif adalah bahwa seorang ‘Pemandu’ adalah
pelayan dan pelancar aktivitas belajar peserta atas dasar pengalaman peserta sendiri.
Tidak sedikit kita temukan, hal tersebut merupakan kelemahan umumnya dalam penyelenggaraan
pelatihan , dimana proses belajar mandeg atau bahkan ‘salah arah’ gara-gara Pemandu
melemparkan pertanyaan yang tidak tepat. Di kalangan Pemandu pemula seringkali ditemukan
merka bingung dan ‘grogy’ di depan kelas hanya karena mereka kehilangan kata – kata untuk
bertanya. Dalam keadaan panik dan bingung seperti itu seringkali penyakit untuk menjelaskan
bahken menyimpulkan dilakukan dengan mengatasnamakan pengalaman belajar para peserta,
padahal merupakan pandangan pemandu . Dengan demikian prinsip dasar pendidikan ktritis – pun
akhirnya dilanggar.
27
Teknik bertanya dalam proses fasilitasi, sebenarnya sederhana saja. Yang paling penting adalah
kesadaran untuk tetap taat azas pada prinsip-prinsip latihan partisipatif. Bahkan tidak ada salahnya,
tidak berdosa, dan tidak bergengsi bagi seorang pemandu untuk mengakui saja tidak tahu ( atau
bahkan pura – pura tidak tahu ) mengenai hal – hal yang ditanyakan oleh peserta dan
melemparkan pertanyaan tersebut kepada peserta lainnya. Hal ini menjadi prinsip agar peserta
mengemukakan pendapat dan pengalamannya.
• Sebaiknya usahakanlah agar setiap pertanyaan yang diajukan tidak panjang lebar, tapi
singkat dan jelas, jika perlu ulangi sampai peserta merasa jelas, terutama jika pertanyaan
tersebut hanya ditujukan pada peserta tetentu.
• Usahakan agar jangan sampai peserta ‘gelagapan’ atau malah gugup menjawabnya, maka
hindari pertanyaan yang bersifat tendensius apalagi dengan gaya bertanya yang
menghakimi – karena pemandu itu bukan jaksa dan bukan pula interrogator.
• Dalam meneruskan sebuah pertanyaan dari peserta kepada peserta lainnya, hindari jangan
sampai terjadi ‘perang tanding’ (berdebat di luar kendali pemandu). Jika perlu pertanyaan
tersebut bisa dikembalikan kepadanya lagi dengan pertanyaan balik, umpamanya : “
menurut anda sendiri bagaimana ?” . Hal tersebut dapat mendorong agar dia sendiri
berfikir dan tidak menganggap pemandu adalah orang yang tahu segalanya.
Banyak hal yang ternyata bisa dipahami justru setelah mengalami sendiri bagaimana memfasilitai,
memandu proses latihan dengan kondisi yang ada.
Sebagai pedoman teknis, jenis – jenis pertanyaan dasar yang paling sering digunakan dalam
kegiatan latihan selama ini, antara lain sebagai berikut :
• Pertanyaan ingatan :
9 Dimana anda mengalami ?
9 Kapan hal itu terjadi ?
9 Apakah kejadian tersebut pernah tejadi pada diri anda ?
9 Dengan pengalaman ini, apakah bisa diakitan dengan pengalaman anda
sebelumnya ?
• Pertayaan Pengamatan
9 Apa yang sedangterjadi ?
9 Apakah anda melihatnya ?
• Pertanyaan Pembanding
9 Siapakah dalam hal ini yang benar ?
9 Mana yang anda anggap paling tepat antara ……… dan …….. ?
28
• Pertanyaan Proyektif ( Mengungkap ke depan )
9 Coba bayangkan seandainya anda menghdapi seperti itu, apa yang akan anda
lakukan ?
• Pertanyaan Tertutup
9 Kita sebagai fasilitaor, seyogyanya tidak melemparkan pertanyaan yang menjurus,
IYAn KAN ?
9 Dengan demikian maka ………
Contoh – contoh pertanyaan di atas, apapun bentuk dan jenis pertanyaannya, semuanya tetap
bertumpu dari “kata – kata kunci” atau pertanyaan pokok “Apa”, “Siapa”, “Dimana” dan “kapan”
adalah kata tanya untuk mengungkap fakta, sementara kata kunci “Bagaimana” dan “Mengapa ?”
adalah kata tanya untuk mengungkap pendapat, digunakan pada tahap menganalisa , juga pada
tahap kesimpulan, karena pada tahap ini memang dimaksudkan lebih terfokus pada pendapat
peserta. Jenis pertanyaan analitik, hipotetik dan pembanding juga lebih banya digunakan pada
tahap kesimpulan. Adapun pertanyaan “tertutup” biasanya digunakan pemandu ketika ingin
menegaskan kembali kesimpulan peserta di akhir kegiatan.
29
Pengalaman Memfasilitasi
Ketika pertama kali anda berdiri menjadi pemandu, sangat wajar jika anda merasa cemas, ini
merupakan pekerjaan yang sangat menakutkan, sebetulnya itulah awal latihan untuk menjadi
pemandu. Banyak yang menganggap hal seperti itu merupaka suatu rintangan . reaksi umum yang
ditanyakan untuk membicarakan suatu hal oleh peserta rasanya seperti terror. Maka jangan
dipelihara lama – lama sikap dan perasaan seperti itu. Pikirkan, bahwa satu ketakutan akan hilang
dengan menggunakan percakapan. Gunakan keberanian mengajak peserta dengan semangat
bersahabat, jangan dipahami sebagai pihak musuh yang akan merintangi pekerjaan anda, maka :
Anda jangan berpretensi bahwa ada pihak yang akan mengambat, menentang presentasi
anda. Janganlah melakukan audiensi dengan memasang sikap bermusuhan.
Janganlah memulai dengan mengacam menyesuaikan diri sendiri. Ilustrasikan proses yang
akan dikerjakan secara ideal, dan bayangkan akan hal-hal yang menyenagkan.
Menemukan tempat dimana anda dapat sendirian selama 10 menit sebelumnya acara
dimulai. Tempat yang baik untuk menenangkan diri adalah toilet.
Anda bisa melakukan gerak badan sejenak untuk melemaskan urat saraf anda yang tegang
untuk mencapai situasi tubuh yang rilek.
Satu dari jalan terbaik untuk ketenangan diri anda sendiri dan ketenangan perasaan anda
yaitu dengan cara menarik napas panjang melalui hidung dan mengeluarkan napas pelan-
pelan melalui mulut, lakukan beberapa kali.
Mulai pembicaraan dengan peserta ketika mereka datang. Tersenyum dan rileks. Untuk
mengetahui nama dan wajah. Hal ini akan mengurangi perasaan mengintimidasi.
Berbicara pada peserta dengan menggunakan “kita”, “kami” daripada menggunakan kata
“anda” atau “kamu”.
Kesalahan adalah bagian yang berharga dari proses belajar. Meletakan pemandu sejajar
dengan peserta adalah hal yang positif, karena pada dasarnya mereka juga sama-sama
membantu menunjukkan pengalaman anda.
30
Perencanaan yang sederhana dengan contoh – contoh konkret merupakan awal suatu
proses agar peserta dapat berpengalaman dengan hasil yang baik.
Yang mendasar harus dilakukan seorang pemandu adalah proses menghancurkan paham
lama bahwa perannya sebagai pemandu sarat dengan kekuasaan sehingga peserta
dianggap tidak memilki tanggung jawab sama sekali terhadap jalannya proses belajar.
Selalu harus ditegaskan bahwa terciptanya suasana hingga tujuan bergantung pada semua
pihak baik pemandu maupun peserta.
Jangan berharap akan anda temui semua harapan anda tentang proses belajar selama
berperan sebagai pemandu. Jangan tergoda untuk menggunakan kekuasaan yang
dilimpahkan kepada anda oleh peserta untuk memuaskan emosi anda sendiri, seperti
minta diperhatikan, ingin dianggap sebagai sahabat apalagi menuntut dihormati.
Menjadi pemandu tidak sama seperti ahli terapi jiwa atau psikoterapi, baik pada tingkat
individu seorang peserta ata bahkan kelompok. Yang harus dilakukan justru sebaliknya,
berilah perhatian yang besar jika peserta mulai menunjukkan tanda – tanda bersahabat,
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan perasaan mereka.
Sangat penting untuk membuat peserta paham apa yang akan anda lakukan nantinya
dengan mereka; apa saja tujuan anda; seberapa besar anda berharap bisa
mempertemukan harapan anda dengan kebutuhan mereka, apa yang anda dapat dan tidak
dapat berikan kepada mereka, dan bagaimana melakukannya. Terakhir adalah hak peserta
untuk memastikan bahwa anda memiliki akuntabilits untuk melakukan sesuatu bagi
mereka.
Sangat penting bagi pemandu untuk menciptakan suasana kedewasaan pada diri sendiri pada diri
peserta dalam proses pelatihan, berbagai upaya yang bisa dilakukan, misalnya :
• Peserta meyakini bahwa mereka memiliki peran penting, maka perlu terlibat secara aktif.
Maka diperlukan metode dalam rangka mendorong motivasi agar partisipan belajar tidak
gamang untuk mengambil peran dalam proses tersebut.
• Bicarakan hingga peserta memiliki satu pandangan berkaitan dengan bagaimana program
pelatihan tersebut akan dibawakan. Jadi peserta yakin bahwa pelatihan ini penting bagi
mereka hingga materi keterampilan sekalipun akan bermanfaat buat kebutuhan mereka.
• Anda juga perlu menyediakan sessi tertentu untuk belajar soal keterampilan teknis, agar
mereka memiliki kesempatan untuk mempraktekan, sehingga mereka merasa terlibat. Hal
ini akan meningkatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa proses pelatihan itu benar-
benar milik mereka.
• Hormatilah tiap peserta secara individual dengan pertimbangan tingkat kemampuan dan
cara belajarnya berbeda satu dengan yang lainnya.
• Jangan lupa untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki
peserta untuk mengantarkan pada materi – materi baru yang akan disampaikan pada
proses belajar tersebut.
31
Motivasi Belajar
Proses belajar akan berjalan dengan bak apabila peserta memiliki motivasi belajar ( kesiapan untuk
belajar). Menjadi tugas pemandu untuk membangkitkan motivasi peserta. Beberapa keadaan yang
dapat membuat peserta kurang memiliki motivasi antara lain :
• Peserta tidak tahu apa yang menyebabkan mereka harus memperhatikan proses belajar.
• Peserta khawatir keterampilan yang dipelajari terlalu tinggi jika dibandingkan pekerjaan
sehari-hari mereka, sehingga bisa jadi pikiran mereka tidak konsentrasi pada pelatihan
tetapi justru melayang ke tempat lain.
• Peserta teringat dengan pekerjaan mereka yang menumpuk di tempat mereka bekerja,
sehingga selama proses belajar pikirannya justru ke pekerjaan terus.
• Cara anda menyampaikan materi tidak cukup melibatkan pengetahuan, kemampuan dan
wawasan mereka.
• Peserta telah “belajar” segala sesuatu sebelum pelatihan, mereka merasa telah
mengetahuinya.
Sebagaimana peserta sebaiknya pemandu juga perlu memperhatikan beberapa hal untuk
memahami apa yang harus dilakukan selama memfasilitasi proses belajar, misalnya dengan
menanyakan kepada diri anda terlebih dahulu “Mengapa peserta menaruh perhatian pada pelatihan
yang diselenggarakan?”. Biasanya peserta datang dengan dua kemungkinan, pertama karena
kemauan sendiri – kedua karena ada orang lain, misalnya ketua lembaga atau seniornya yang
meminta mereka untuk datang. Jika kemungkinan kedua yang terjadi maka kemungkinan
besartidak mempunyai pilihan lain, dengan demikian tentu motivasi dia berbeda dengan motivasi
peserta lainnya. Mereka mungkin penasaran tentang program anda karena mendengar pentingnya
pelatihan itu dari seniornya. Mereka mungkin berharap belajar kemampuan baru untuk
mengerjakan pekerjaan mereka dengan lebih baik. Mereka mungkin akan menampakkan
ketidakpuasannya jika di tengah proses pelatihan mereka temukan proses yang dirasa tidak
memenuhi kebutuhan belajar mereka.
Jangan putus asa dengan kondisi tersebut, motivasi bisa berubah selama proses pelatihan. Anda
mungkin memulai proses belajar bersama peserta yang penuh curiga dan berakhir dengan
kelompok yang penuh motivasi. Tapi sebaliknya peserta yang tekun dan kritis juga bisa menjadi
peserta yang malas atau turun motivasinya. Anda perlu melihat dengan jeli gejala – gejala seperti
itu selama proses belajar berlangsung. Tanda – tanda umum dari turunnya motivasi dapat diamat –
amati , misalnya : datang terlambat, kualitas kerja yang semakin buruk, dan berubahnya kekritisan,
keberanian menjadi kecurigaan yang berlebihan yang diaktualisasikan dengan selalu menantang
dan cenderung menjajagi kemampuan pemandu. Tetapi anda tidak perlu canggung atau grogi
menghadapi situasi belajar yang pesertanya sedang mengalami kelesuan motivasi.
32
Motivasi untuk pemandu
• Apakah anda sudah memahami dengan jelas apa alasan yang telah disampaikan peserta
kepada anda ?
• Apakah peserta sudah anda beri kesempatan untuk menyampaikan tujuan dan harapan
mereka secara personal pada akhir proses belajar ini ?
• Apakah anda sudah mempunyai sistem untuk umpan balik dan teknik untuk memulihkan
penurunan motivasi selama proses belajar ?
• Apakah ada media dan waktu khusus pada akhir proses belajar untuk melakukan evaluasi,
apakah tujuan warga belajar sudah terpenuhi atau belum ?
• Apakah anda mempunyai sistem dan teknik untuk memotivasi peserta yang tujuan dan
harapannya tidak sama dengan peserta lain ?.
• Apakah anda mempunyai teknik untuk memantau dan mengontrol peserta yang bersikap
sering terlambat datang, malas mengerjakan tugas atau praktek kerja, dan lalai atau tidak
mencermati proses belajar.
33
Evaluasi
Segera lakukan evaluasi dan refleksi sebagai kritik, karena proses ini juga merupakan bagian
belajar dari pengalaman. Jika anda menunda, anda akan melupakan dan banyak yang bisa dipetik
manfaatnya jadi hilang. Anda dapat belajar melalui refleksi diri sendiri atau bertanya pada peserta
dengan kritik.
Adaptasi kebiasaan yang utama untuk membuat catatan pada pekerjaan anda serta kemungkinan
anda dapat belajar dari diri anda sendiri dan memperbaiki untuk waktu yang akan datang.
Menganalisa suatu hal dan poin yang dianggap masih kurang atau lemah dengan memeriksa tiap-
tiap tahap latihan. Agar ada perbaikan di waktu yang akan datang. Bagaimana ketepatan waktu
dapat dijaga? Apakah anda dapat mengakomodir kepentingan peserta ?
Fokus utama kelemahan pilihan anda dari pekerjaan anda. Hal ini merupakan kesalahan yang
paling banyak kita pelajari. Mengapa beberapa bagian tidak dapat bekerja dengan baik? Apakah
pilihan ukuran atau substansi telah dibantu ? Apakah anda merespon keperluan peserta? Apakah
ada kondisi yang ganjil atau faktor lain yang dilibatkan ? Berpikir dengan hati-hati secara detail,
anda mendengar dari peserta dan mendengarkan umpan balik, sekarang anda dapat belajar dari
mereka bagaimana mengerjakan suatu pekerjaan dengan lebih baik di waktu yang akan datang ?
Buatlah garis tentang sesuatu yang anda ketahui, tetapi anda tidak dapat mengerjakan dengan
baik. Hal ini tidak mudah. Untuk banyak orang, lebih mudah untuk dibujuk dengan memfokuskan
hanya pada yang ditinggalkan. Seperti anda, contoh :
Jalan yang baik untuk belajar dari pesertalah, andalah yang bertanya pada peserta untuk
mengevaluasi. Hal ini dapat dikerjakan secara formal dengan evaluasi tulisan dari pengalaman
latihan mereka. Tidak menanyakan lebih dari satu atau dua halaman dari pertanyaan. Anda dapat
menanyakan pertanyaan spesifik tentang substansi dan penyelenggaraan pelatihan. Coba lakukan
dengan pendekatan yang berbeda : “Apakah anda menemukan sesuatu yang paling berguna dalam
latihan ini?”., “Apakah ada hal yang tidak disukai?”. Jika anda mengorganisir suatu latihan yang
34
jenisnya sama seperti ini, kemudian apakah anda akan mengerjakan dengan cara yang berbeda
ataukah anda akan mengerjakan dengan jalan dan model yang sama ?.
Usahakan cukup waktu untuk melakukan evaluasi, agar peserta dapat mempertimbangkan dan
merespon pertanyaan. Hal ini umum untuk mendistribusikan bentuk selama satu atau dua hari
sebelum latihan berakhir. Jika anda menunggu latihan berakhir, respon yang berupa tulisan akan
terburu – buru dan kurang sempurna dibandingkan jika dikerjakan satu atau dua hari untuk
merefleksikannya. Menanyakan pada peserta untuk menyempurnakan peserta lain (tipe orang yang
mengorganisir) akan mempunyai kesempatan untuk membaca evaluasi tulisan satu kali setelah
mereka melengkapi. Karena itu, dalam tambahan pertanyaan peserta untuk melengkapi evaluasi
formal, anda mungkin menginginkan untuk menyampingkan waktu agar suatu diskusi lengkap yang
tidak formal dapat menerima kritik tentang sedikit aspek dari latihan. Hal ini memberi kesempatan
tiap personel untuk mengekspresikan pandangannya, apakah positif atau negatif, maka peserta lain
dapat mendengarkan mereka.
Jalan lain untuk membuat publikasi, yang sesungguhnya di dalamnya mengandung unsur evaluasi,
dengan kata lain semacam evaluasi yang disamarkan melalui presentasi. Anda dapat
mempersiapkan pertanyaan, bentuk penulisan atau tabel yang diletakkan pada dinding. Tiap-tiap
peserta kemudian memberikan kritik disamping memberi pertanyaan. Pertanyaan yang berguna
untuk umpan balik secara cepat :
35