1.Hasan Al Banna
Keranda Jenazahnya, diangkat oleh dua saudara wanitanya, dan seorang lelaki tua yaitu
Ayahnya
Karena rezim Thaghut, melarang semua orang mensholatkan Jenazahnya....
Inilah mengapa sejarah mencatat kisah kematian Lelaki Sholeh ini, dengan Tinta Emas.
Di Tembak, di biarkan terlantar di Rumah Sakit dengan darah mengucur deras, hingga
syahid menjemput.
Pagi harinya hari Minggu tanggal 12 Desember 1949 sampailah berita kematian kepada
orang tuanya Syaikh Ahmad Al Banna. Yang lebih menyedihkan rezimpun tidak
mengizinkan ummat Islam untuk merawat jenazahnya dan berta’ziyah ke rumah shohibul
musibah.
Tidak seorangpun diizinkan membawa jenazahnya menuju makam kecuali orang tuanya
beserta kedua saudari perempuannya.
bahkan Proses Pemakamannya pun, tak boleh ada seorang laki-laki pun yang mengengkat
jasadnya, selain Ayahnya, maka kerabat wanitanya lah yang membantu mengangkat
jenazah lelaki ini.
2. Muhammad Toha
Jika ada aksi Bom Jihad Pertama, maka lelaki ini adalah Pelopornya.
Lelaki santun, bertutur kata halus dengan logat sunda priangan.
Lelaki ini bersama Laskar Hizbullah, berusaha kembali merebut Kota Bandung.
Usaha merebut kembali kota Bandung harus melalui benteng pertahanan Belanda di
Dayeuhkolot. Tanggal 10 Juli 1946 sore hari dengan hanya 11 prajurit (dari pasukan BRI
dan Hizbullah) mulai dilancarkan aksi penyerangan ke pertahanan Belanda tersebut,
dengan sasaran utama sebuah gedung mesiu.
Tengah malam terjadi kecelakaan di dekat gudang mesiu tersebut. Pasukan terperangkap
ranjau hingga menyebabkan semuanya luka-luka dan gugurnya Mohamad Ramdan.
Mohamad Toha yang juga ikut terluka tetap meneruskan operasi dan kesembilan lainnya
kembali ke pengungsian di Ciparay. Sendirian Mohamad Toha memasuki gudang mesiu di
Dayeuhkolot tersebut.
Komandan Rivai yang mendengar laporan bahwa Mohamad Toha tetap bertahan di sekitar
gudang mesiu, meski dalam keadaan terluka, memerintahkan agar Komandan Seksi S.
Abbas mengadakan serangan pengacauan ke kubu Belanda dari jurusan lain, untuk
mengalihkan perhatian musuh dan melapangkan jalan bagi Toha untuk menghancurkan
gudang mesiu.
Tanggal 11 Juli 1946, sekitar pukul 12.30, terdengar ledakan dahsyat yang mengejutkan
seluruh warga kota, bahkan terdengar hingga 100 km dari pusat ledakan. Anggota pasukan
yang kembali ke markas pun menundukkan kepala tanda hormat atas kepahlawanan
Mohamad Toha
Pada Hari itu Juga, Langit Memeluk Ruh lelaki sholeh ini dengan suka cita, dan bidadari pun
tak sabar menunggu hari semua di bangkitkan.
3. Sayyid Quthb
Jika ada Ideolog Ikhwanul Muslimin, maka lelaki ini adalah orangnya.
dulu sebelum bergabung, tulisan-tulisan lelaki ini banyak menyita perhatian publik.
Maka berkatalah Hasan Al Banna, bahwa kelak lelaki ini akan bergabung dengan barisan
jamaah ini
Hingga Peristiwa Syahidnya Hasan Al Banna, menggerakkan jiwa lelaki ini untuk
bergabung, walau diantara mereka berdua belum pernah bertemu.
Sayyid Quthb syahid di gantung Gamal Abdel Nasser, kawan satu halaqohnya dulu, yang
menjadi penghianat dakwah.
4. Abdullah Azzam
24 Nopember 1989, semua orang yang berada disekitar jasad lelaki ini bersaksi, bahwa
mereka mencium bauh yang teramat harum dari jasad lelaki mulia ini.
24 November 1989 pukul 12.30 siang.Musuh-musuh Allah meletakkan tiga bom di jalan
yang sempit dimana hanya bisa dilewati satu mobil saja. Jalan tersebut adalah jalan yang
biasa dilalui oleh Sheikh Abdullah Azzam untuk menunaikan shalat Jum’at.
Pada hari Jum’at itu, Sheikh Azzam bersama dengan dua anaknya, Ibrahim dan Muhammad,
serta salah seorang anak Syuhada Sheikh Tamim Adnani (salah seorang Pahlawan Jihad
Afghanistan lainnya), melalui jalan tersebut.
Mobil pun berhenti di mana bom yang pertama berada, dan Sheikh Azzam turun untuk
meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Musuh-musuh yang sudah menanti segera
memicu bom yang telah mereka persiapkan tersebut.
Tubuh anaknya yang kecil, Ibrahim, terlempar ke udara sejauh 100 meter, demikian pula
dengan kedua anak lainnya, beterbangan pada jarak yang hampir sama. Potongan-
potongan tubuh mereka tersebar di pohon-pohon dan kawat-kawat listrik.
Sementara tubuh Syahid Sheikh Abdullah Azzam tersandar di dinding, tetap utuh dan tidak
cacat sama sekali, kecuali sedikit darah terlihat mengalir dari mulut Beliau.
Maka ketika banyak orang menyampaikan pernyataan bela sungkawa kepada Istri beliau.
maka jawaban istri beliau membuatku menangis, sungguh membuatku menangis.....
"Jika ingin menyampaikan Bela sungkawa bukan disini tempatnya, tapi jika ingin
menyampaikan ucapan selamat berbahagia, aku terima dengan senang hati..
sesungguhnya suamiku saat ini, sedang bersenang-senang dengan BIDADARI SURGA..."
5. Muhammad Natsir
Beliaulah yang menyelamatkan ruh kebangkitan itu, didada para pemuda negeri ini.
6. Yahya Ayyasy
Yahya Ayyash, ia telah hafal al-Quran sejak usia 6 tahun. Menakjubkan. Orang ini tak
banyak bicara. Lebih banyak diam.
Namun memiliki embrio kecerdasan tingkat tinggi. Kepalanya siap menerima frekuensi
ilmu berapapun.
Dialah lelaki yang dijuluki seribu wajah. Karna lelaki ini bisa menyamar menjadi apapun,
bisa menyelinap batasan apapun lalu menitipkan sebuah bom dan dalam hitungan detik
akan merenggut nyawa musuh-musuh Alloh.
tanggal 5 Januari 1996 M, jatuh pada hari Jum’at. Hari itu memang beda dengan hari Jum’at
lainnya, ketika televisi Zionis di seantero Israel mengumumkan Yahya Ayyasy sudah
terbunuh ditangan tentara Israel dalam sebuah operasi penangkapan atas dirinya. Seluruh
tanah Palestina seakan bergetar, terlebih ketika berita itu menyebar ke setiap telinga para
pecinta jihad.
Getaran syahidnya Sang Muhandis telah membuat seluruh rakyat Palestina bersimpuh
lumpuh dan diselimuti rasa sedih yang tiada tara. Antara perasaan ragu dan tidak percaya,
berkecamuk menjadi satu tanpa bisa dihalau. Kesedihan itupun menjadi kenyataan, ketika
akhirnya Hamas – tempat Yahya Ayyasy bernaung – mengungumkan secara resmi
kesyahidan Sang Mujahid, Muhandis Yahya Abdul Lathif Syati Ayyasy pergi untuk
selamanya, menyusul meramaikan barisan syhada’ Palestina.
Setelah malang melintang di jalan jihad, akhirnya Yahya Ayyasy mendapatkan apa yang ia
cita-citakan, syahadah (mati syahid). Nampaknya telah tiba saatnya bagi Sang Mujahid
menghadap Rabbnya.
Pada Jum’at pagi tanggal 5 Januari 1996, tangan-tangan kotor Zionis Israel merenggut
nyawa sang mujahid. Setelah mereka menggunakan berbagai cara dan strategi tingkat
tinggi, serta menggunakan teknologi canggih yang belum pernah digunakan oleh intelijen
negara manapun. Yahya Ayyasy akhirnya gugur syahid setelah telepon genggam, milik
salah satu temannya, yang ia gunakan ternyata sudah dipasang peledak oleh intelijen
Israel, yang bekerja sama dengan aparat keamanan Otoritas Palestina.
Seluruh isi Palestina menangis, deraian air membanjiri jalan-jalan Jalur Gaza. Seluruh
seluruh penduduk Gaza, Nablus, Tulkarm dan Hebron bingung dibuatnya. Jum’at malam
kelabu pun berlalu dengan sangat berat untuk dilewati oleh gunung-gunung, bukit-bukit
dan seluruh manusia yang cinta akan jihad dan perjuangan. Dan ketika ombak-ombak
berhenti berdesir menunggu kedatangan Sang Mujahid, tiba-tiba segerombolan orang
berlomba berlari menuju rumah Sang Muhandis dibesarkan. Mereka memeluk penuh
rindu, seraya bersumpah akan melakukan aksi balasan atas kebiadaban yang dipentaskan
tentara Zionis Israel.
Mereka begitu yakin dengan do’a ibunda Sang Muhandis, yang selalu mengatakan dalam
dukanya, Rabbi wa Qolbi Rodhiina ‘Alaik: hatiku dan Tuhanku, telah rela melepaskan
kepergianmua.“
Sekiranya mereka boleh meminta dan mendapat kesempatan, pastilah setiap orang yang
berta’ziah pada waktu itu ingin sekali menjadi orang yang menguburkan jenazah Sang
Mujahid. Atau minimal mendapat kesempatan untuk menyaksikan wajah Sang Mujahid.
Atau sekedar meraba telapak tangannya supaya bisa belajar bagaimana cara memukul
musuh yang baik, serta bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan ini.
Saat itu, setiap orang mendadak menjadi jelmaan Yahya Ayyasy, dan Yahya Ayyasy sudah
menjelma dalam jasad setiap orang yang datang melayatnya. Keagungan syahadahnya
(mati syahid) telah membuat rakyat Palestina tidak rela hanya menjadikannya sebagai
warga kampung Rafat saja, atau hanya menjadi “anak” Hamas semata. Karena kehidupan
dan seluruh aktifitasnya, ia korbankan untuk seluruh tanah dan bangsa Palestina.
Maka kesyahidannya pun harus menjadi milik seluruh rakyat Palestina. Dengan kesyahidan
Sang Muhandis, rakyat Palestina diberi secercah cahaya harapan dan cita. Ia bagaikan
halilintar yang ketika berhenti menggelegar, bukanlah pertanda berakhirnya hujan namun
sebaliknya, hujan lebat nan deras baru dimulai.
7. Dzokhar Dudayev
“Para ibu akan merasa merugi jika tidak mengeluarkan anak seperti Dzokhar Dudayev dari
rahimnya...
Beliau adalah Pemimpin Kemerdekaan dan Presiden Checnya Pertama, Yang syahid
dibunuh Penjajah Rusia.
Nafas-nafas perjuangannya terus bergerak hingga saat ini, hingga Chencnya benar-benar
merdeka
8. Buya Hamka
Kematiannya ditangisi Jutaan Umat Islam, tak hanya di Indonesia, tapi juga negara
tentangga
9. Sayyid Sabiq
Syaikh Sayyid mengambil metode yang membuang jauh-jauh fanatisme madzhab tetapi
tidak menjelek-jelekkannya. Ia berpegang kepada dalil-dalil dari Kitabullah, as-Sunnah dan
Ijma’, mempermudah gaya bahasa tulisannya untuk pembaca, menghindari istilah-istilah
yang runyam, tidak memperlebar dalam mengemukakan ta’lil (alasan-alasan hukum), lebih
cenderung untuk memudahkan dan mempraktiskannya demi kepentingan umat agar
mereka cinta agama dan menerimanya. Beliau juga antusias untuk menjelaskan hikmah
dari pembebanan syari’at (taklif) dengan meneladani al-Qur’an dalam memberikan alasan
hukum.
Juz pertama dari kitab beliau yang terkenal “Fiqih Sunnah” diterbitkan pada tahun 40-an di
abad 20. Ia merupakan sebuah risalah dalam ukuran kecil dan hanya memuat fiqih
thaharah. Pada mukaddimahnya diberi sambutan oleh Syaikh Imam Hasan al-Banna yang
memuji manhaj (metode) Sayyid Sabiq dalam penulisan, cara penyajian yang bagus dan
upayanya agar orang mencintai bukunya.
Setelah itu, Sayyid Sabiq terus menulis dan dalam waktu tertentu mengeluarkan juz yang
sama ukurannya dengan yang pertama sebagai kelanjutan dari buku sebelumnya hingga
akhirnya berhasil diterbitkan 14 juz. Kemudian dijilid menjadi 3 juz besar. Belaiu terus
mengarang bukunya itu hingga mencapai selama 20 tahun seperti yang dituturkan salah
seorang muridnya, Syaikh Yusuf al-Qardhawi
Banyak ulama yang memuji buku karangan beliau ini yang dinilai telah memenuhi hajat
perpustakaan Islam akan fiqih sunnah yang dikaitkan dengan madzhab fiqih. Karena itu,
mayoritas kalangan intelektual yang belum memiliki komitmen pada madzhab tertentu
atau fanatik terhadapnya begitu antusias untuk membacanya. Jadilah bukunya tersebut
sebagai sumber yang memudahkan mereka untuk merujuknya setiap mengalami
kebuntuan dalam beberapa permasalahan fiqih.
10. SUTOMO
Lelaki inilah yang memompakan semangat kedada pejuang Kemerdekaan dengan Kalimat
Takbir
dan Keutamaan Syahid...