Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nur Isnaeny

Nim : 0911463825

Analisa Kebenaran Jatuhnya Meteor :

Sistem pemantauan angkasa di seluruh negara yang menguasai teknologi dirgantara, khususnya antariksa,
belum ada yang mampu mendeteksi jatuhnya meteor berdiameter kurang dari 10 meter ke permukaan bumi. Hal
itu disampaikan Deputi Program Riset IPTEK Kemenristek, Teguh Rahardjo saat jumpa pers di Jakarta, Jumat
(14/5/2010).

"Saat ini teknologi yang bisa mendeteksi benda angkasa yang bukan dari satelit itu masih tidak bisa dideteksi dini
apalagi kalau ukurannya kurang dari diameter 10 meter. Sistem pendeteksi kesulitan mendeteksi pecahan meteroit
yang kecil-kecil," katanya.

Hal senada dikatakan peneliti astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Prof Thomas
Djamaluddin dalam kesempatan yang sama. Menurut Thomas, untuk mendeteksi sebuah meteor kecil
membutuhkan biaya mahal. "Pendeteksian benda antariksa ukuran 140 meter saja mahal sekali. NASA
mengusulkan dana Rp 2,5-4,5 triliun dalam 25 tahun. Untuk ukuran kecil teknologinya pasti lebih canggih, lebih
mahal," kata Thomas.

Namun, untuk mendeteksi meteorit ukuran besar, kata Thomas, telah dibuat beberapa upaya internasional seperti
program "Spaceguard" yang berusaha mendeteksi 90 persen asteroid dekat bumi yang berdiameter lebih dari 1
kilometer dan program NASA untuk mendeteksi asteroid diameter lebih dari 140 meter.

Thomas juga menyampaikan, meski sulit dideteksi sehingga sulit membuat peringatan dini, jatuhnya meteor kecil
ke bumi menurut Thomas tidak berdampak siginfikan. "Dampaknya enggak akan berpengaruh di bumi, hanya
dampak tumbukan dan panasnya," katanya.

Oleh karena itulah, penelitian-penelitian mengenai benda-benda langit, kata Thomas perlu terus dilakukan. "Kita
bisa memahami bagaimana benda langit itu berdampak di bumi, dan tahu asal-usulnya," imbuh Thomas.

Peneliti Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan), Abdurrahman, pecahan asteroid yang jatuh
menimpa tiga rumah, di Klender, Duren Sawit, tidak berbahaya. "Efek asteroid itu tidak bahaya. Hanya ada efek
tumbukan saja seperti menimbulkan kehancuran dan melelhkan barang di sekitar lokasi tumbukan. Kalau meteorit
itu jatuh seperti kembang api," ujar dia.

Abdurrahman juga memastikan bahwa benda yang jatuh di duren sawit ini adalah benda angkasa, sejenis meteor
atau pecahan asteroid. Ia mengatakan, kejadian ini mirip dengan jatuhnya meteor di Laut Bone, Sulawesi Selatan,
tahun lalu. "Kejadian seperti ini sama seperti di Bone, tapi kalau di sini kita belum tahu diameternya, karena tidak
ada cekukan di lokasi," kata Abdurrahman.
Seperti diketahui, meteor yang jatuh dan hilang di Laut Bone diperkirakan berdiameter 5–10 meter. Kecepatan
jatuh meteor Bone sekitar  20.3 km/detik atau 73.080 km/jam. Ledakan besar akibat meteor Bone itu dideteksi 11
stasiun pemantau nuklir. Pusat jatuhnya meteor Bone berada di sekitar lintang 4,5 LS, 120 BT, sekitar pukul 11.00
WITA pada 8 Oktober 2009.

Resiko yang Terjadi :

Page 1
Nama : Nur Isnaeny
Nim : 0911463825

Debu meteor yang menjatuhi bumi setiap tahun mencapai berat rata-rata 25 ribu ton.

"Benda langit yang jatuh ini termasuk yang berbentuk debu meteor yang telah hancur terbakar di atmosfer
maupun debu meteor yang akhirnya mengendap di bumi atau yang masuk ke laut," kata pakar astronomi Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Prof Dr Thomas Djamaluddin, di Jakarta, Jumat (14/5).

Setidaknya ada 500 meteor yang jatuh ke bumi setiap tahunnya seukuran meteor yang jatuh di Duren Sawit, lanjut
dia sambil menambahkan bahwa tidak ada peningkatan frekuensi jatuhnya meteor sejak dulu hingga kini.

Namun demikian, ia meminta, masyarakat tidak perlu khawatir, karena sebagian besar meteor jatuh ke laut, dan
sangat jarang yang jatuh di kawasan pemukiman.

Meteor yang jatuh ke bumi, ujarnya, juga tidak perlu dikhawatirkan karena tidak menimbulkan radiasi ataupun
mengandung zat beracun karena unsur-unsurnya sama saja dengan unsur yang ada di bumi.

"Meteor tidak berdampak apapun kepada manusia di bumi, kalaupun berdampak hanya karena paparan panasnya
yang langsung menjadi dingin begitu memasuki atmosfer bumi," katanya.

Begitu pula resiko akibat kecepatan jatuhnya meteor semakin dekat dengan bumi semakin melambat karena
adanya hambatan udara dan sampai pada ketinggian 20-30km meteorit pun hanya jatuh bebas.

Pada kejadian terbaru laporan jatuhnya meteor di Bima NTB pada 3 Mei 2010, lanjut dia, LAPAN sudah
mendapatkan batuan yang berasal dari lokasi jatuhnya meteor tersebut dari Bapeten dan telah membawanya ke
laboratorium geologi ITB untuk menguraikan unsur-unsurnya.

"Ini mengindikasikan adanya paparan panas sangat tinggi dari meteor yang jatuh, sehingga unsur silika yang hanya
mencair pada suhu 1.600 derajat Celcius di sekitarnya bisa meleleh. Juga ada indikasi sifat magnetik yang
menunjukkan adanya unsur besi di meteorit tersebut,"

Akibat dan Pertanda Apa :

Meteor adalah penampakan jalur jatuhnya meteoroid ke atmosfer bumi, lazim disebut sebagai bintang jatuh.
Penampakan tersebut disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh tekanan ram (bukan oleh gesekan, sebagaimana
anggapan umum sebelum ini) pada saat meteoroid memasuki atmosfer. Meteor yang sangat terang, lebih terang
daripada penampakan Planet Venus, dapat disebut sebagai bolide.

Jika suatu meteoroid tidak habis terbakar dalam perjalanannya di atmosfer dan mencapai permukaan bumi, benda
yang dihasilkan disebut meteorit. Meteor yang menabrak bumi atau objek lain dapat membentuk impact crater.

Page 2

Anda mungkin juga menyukai