Anda di halaman 1dari 3

Nama : Elisha Aisah Cichal

Kelas : X MM

TUGAS REMEDIAL B.INDONESIA


“MENJAJAL RAMALAN”

Jam terakhir di kelas XI SMA Pelita kosong. Jam ini semestinya diisi oleh pelajaran Biologi namun
gurunya sedang sakit. Kelas pun sangat riuh, ada siswa yang berkelompok ngobrol saja, ada yang
ke kantin, dan sebagian kecil mengerjakan tugas yang diberikan guru piket.

“Halo Guys, majalah Teenagers udah terbit lho. Aku udah beli nih,” Melia masuk ke dalam kelas
dengan lagak seperti orang penting yang membawa sesuatu yang penting pula sambil
memperlihatkan majalah yang baru saja dibelinya.

Sesaat kemudian kumpulan siswi-siswi yang sedang ngobrol di pojok kelas langsung bubar dan
berganti mengerubungi Melia.

“Eh, buka bagian ramalan bintang dulu dong,” kata si Cindy sambil setengah merebut majalah baru
itu. Yang lain langsung mengiyakan. Mereka semua saja, terlihat deg-degan membaca apa kata
ramalan bintang masing-masing untuk nasib mereka minggu ini.

Sudah menjadi kebiasaan di kelas ini, hari Senin adalah hari yang ditunggu-tunggu karena majalah
Teenagers kesayangan mereka terbit hari itu. Rasanya ada kurang jika hari Senin berlalu tanpa
membaca majalah ini. Dan sebenarnya yang paling mereka tunggu-tunggu adalah bagian ramalan
bintang alias horoskop. Menurut mereka, horoskop majalah Teenagers cukup valid karena sering
menjadi kenyataan.

“Yes!!! Minggu ini aku lagi beruntung, cowok incaran mulai mendekat, uang lagi banyak,
sempurna banget!” tiba-tiba Cindy berteriak senang setelah membaca ramalan zodiaknya.

“Yah, kalau aku lagi apes. Cinta bertepuk sebelah tangan. Keuangan menipis.” Sebaliknya, Mona
menjadi tak bersemangat setelah membaca ramalan zodiaknya.

Semua pun riuh berkomentar setelah membaca ramalan zodiak masing-masing di majalah itu.
Cindy langsung menghampiri Melia.

“Eh, Mel, kok ramalan majalah itu tepat banget ya? Minggu kemarin ramalan itu bilang aku bakal
kenalan sama orang yang menarik. Nah itu bener banget, Kamis kemarin aku kenalan sama Aldi,
anak basket yang ganteng itu lho. Terus kemarin Minggu dia tiba-tiba aja SMS aku, ngajak ngobrol
gitu. Pasti minggu ini beneran deh, dia mulai mendekat, kayak kata zodiakku itu. Udah ada tanda-
tandanya kok,” kata Cindy kemudian.

“Oh, ya?” kata Melia ragu.

“Iya, beneran deh. Sering banget bener!” kata Cindy meyakinkan.

Melia hanya mengangguk-anggukkan kepala.

“Mel, aku ke kantin dulu ya. Siapa tau Aldi lagi ada di sana.” Cindy segera berlalu dari kelas.

***
Obrolan dengan Cindy barusan mau tidak mau membuatku terpengaruh. Wah, enak ya Cindy dia
selalu beruntung terus. Mungkin zodiak Taurus-nya itu memang selalu membawa hoki. Padahal aku
yang selalu beli majalahnya tapi aku malah nggak pernah hoki. Kubaca lagi ramalan zodiakku,
Capricornus:

Bukan saatnya kamu menyesali apa yang terjadi. Harus ada perubahan besar dalam hidup kamu.
Asmara: Masih menggantung. Keuangan: Harus hemat. Kesehatan: Hati-hati tekanan jiwa.

Duh, nggak ada yang hoki. Memang sih aku menyesali nasibku yang begini-begini saja sejak dulu.
Urusan asmara, memang masih belum ada kejelasan tentang hubunganku dengan Rio. Terus aku
memang harus berhemat karena sekarang ini tiap minggu aku mempunyai pengeluaran rutin baru,
membeli majalah Teenagers yang tidak murah. Walaupun begitu aku suka membeli majalah ini.
Selain untuk baca-baca saat senggang, temanku juga jadi banyak karena banyak yang numpang
baca, hehe… Tekanan jiwa? Ya mungkin lama-lama aku akan tertekan kalau ramalan zodiakku
tidak pernah hoki gini. Oh ya, perubahan besar? Hm, perubahan besar apa ya? Aku belum mengerti.

Lagu Fur Elise membahana memecahkan lamunanku. Lagu kesayanganku itu telah berkumandang,
saatnya untuk pulang.

***
Entah kenapa sore ini aku masih terpikir tentang ramalan zodiakku tadi. Hingga saat aku menonton
TV pun aku malah melamun.

“Eh, kecil-kecil kok melamun sih?” Kak Dani datang mengagetkanku.

“Eh, Kak Dani udah pulang? Kok Mel nggak tahu,” aku menjawab dengan gelagapan.

“Makanya jangan ngelamun terus, Non!” Kak Dani duduk di sampingku sambil memindah-mindah
saluran TV mencari siaran berita kesukaannya.

“Kak, percaya nggak sama ramalan?” kataku mengajak ngobrol sambil mencoba mencari
pencerahan.

“Ramalan apa? Ramalan cuaca, Kakak percaya,” katanya cuek.

“Hm, kalau ramalan zodiak, shio gitu gimana, Kak?” kataku agak ragu.

“Kalau Kakak sih kalau kata ramalannya bagus Kakak percaya, kalau jelek ya nggak usah percaya,
hehe,” jawab Kak Dani sekenanya.

“Ih, masak gitu, Kak? Itu seenaknya namanya,” aku protes.

“Eh, emang yang bikin ramalan nggak seenaknya apa?” Kakakku tak mau kalah.

“Ya enggak lah, Kak. Mereka kan meramal ada dasarnya, ada berdasarkan kedudukan planet,
bintang, rasi bintang yang berubah-ubah gitu kan, Kak?”

“Mel, planet, bintang, rasi bintangnya kan ada di luar angkasa sana, masak iya bisa mempengaruhi
kehidupan kita? Pakai nalar dikit dong!” kata Kak Dani tidak percaya.

“Tapi nyatanya itu udah ada sejak berabad-abad yang lalu kan, Kak? Berarti emang banyak yang
benar,” aku mencoba berdalih.

“Kamu kenapa sih, Mel, cuma gitu aja kok serius banget. Ada masalah?” Kak Dani mulai serius.

“Mm, gini Kak, kata ramalan bintang di majalah, akhir-akhir ini zodiak Mel nggak pernah hoki.
Terus kenyataannya memang gitu, akhir-akhir ini Mel ngerasa hidup Mel monoton banget, nggak
beruntung terus. Nah, sebaliknya, temen Mel, Cindy, akhir-akhir ini beruntung terus. Kata
zodiaknya juga memang gitu, Kak. Berarti peramal di majalah itu memang bagus kan, Kak?” Aku
mencoba mencari pembenaran Kak Dani.

Kak Dani terdiam cukup lama, tak menanggapi apapun. Dia hanya tersenyum misterius kemudian
pergi begitu saja meninggalkanku. Duh, aku tambah sebal saja. Kak Dani ini nyebelin banget, aku
kan lagi curhat, malah ditinggal pergi begitu aja. Aku matikan TV lalu masuk kamar. Aku sebal.
Sebal!.

***

Anda mungkin juga menyukai